TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Famili
: Elaeocarpaceae
Genus
: Muntingia
Spesies
: Muntingia calabura L
Zat
Berat (gram)
Air
76,3
Protein
2,1
Lemak
2,3
Karbohidrat
17,9
Serat
oo
Abu
Kalsium
0
1,4
1,25 x 10-1
Fosfor
9,4 x 10-2
Vitamin A
1,5 x 10-5
Vitamin C
9 x 10-2
(M.Iskak, 2010)
b.antiseptik
Kandungan dan rebusan daun kersen ternyata dapat berkasiat sebagai pembunuh
microba berbahaya dan dapat digunakan sebagai anti septik. dari penelitian yang
dilakukan oleh penelitian herbal dari Malaysia didapat hasil bahwa rebusan daun
kersen dapat digunakan untuk membunuh bakteri C.Diptheriea, S. Aureus, P Vulgaris,
S Epidemidis dan K Rizhophil pada percobaan yang dilakukan secara invitro.
c.antiflamasi
rebusan daun kersen juga memiliki kasiat anti radang atau mengurangi radang
(antiflamasi)dan menurunkan panas.
d.antitumor
kandungan senyawa flavonoid yang dikandung daun kersen ternyata memiliki kasiat
dapat menghambat perkembangan sel kanker (mouse hapatoma) secara laboratoris
yang dilakukan para ilmuwan dari peru.( Hariyono, 2010 )
Karena aplikasi ini hanyalah superfisial , maka tidak mengherankan jika suatu
senyawa organik bahan alam tertentu dapat dimasukkan kedua kelas berlainan.
Contoh : geraniol, farsenol, dan skualen , termasuk kelas senyawa alifatik rantai
terbuka, timol termasuk senyawa aromatik. Namun, keempat senyawa tersebut
merupakan anggota dari kelas terpenoida dan steroida.
2. Klasifikasi berdasarkan Sifat Fisiologik
Setelah penelitian yang mendalam dilakukan terhadap morfin, penisilin dan
prostaglandin, maka perhatian para ahli sering ditujukan kepada isolasi dan
penentuan fungsi fisiologis dari senyawa organik bahan alam tertentu. Hampir
separuh dari obat-obatan yang digunakan sehari-hari merupakan bahan alam ,
misalnya alkaloida dan antibiotik atau golongan-golongan sintetik . Oleh
karena itu, senyawa organik bahan alam dapat juga diklasifikasikan segi
aktifitas fisiologik dari bahan yang bersangkutan. Misalnya kelas hormon,
vitamin, antibiotik dan mikotoksin.
Meskipun asal-usul biogenetik sangat bervariasi, namun ada kalanya
terdapat korelasi yang dekat antara aspek tersebut dengan kegiatannya.
Misalnya, meskipun struktur sangat bervariasi , namun senyawa-senyawa yang
menunjukkan aktivitas kardiotik ( kardenolid dan bufadienolid ) hanyalah
struktur yang memiliki komposisi sebagai berikut : (a) cincin A/B terpadu
secara cis; (b) memiliki residu berupa gula pada C3 dan (c) memiliki lakton
suku 5 atau 6 yang terkonjugasi pada C17.
3. Klasifikasi berdasarkan Taksonomi
Pengklasifikasian ini didasarkan pada penyelidikan morfologi komparatif dari
timbuh-tumbuhan yaitu taksonomi tumbuhan. Pada hewan dan sebagian
mikroorganisme , metabolit terakhir biasanya dibuang keluar tubuh ,
sedangkan pada tumbuh-tumbuhan , metabolit tersimpan dalam tumbuhan itu
sendiri. Pada mulanya , beberapa metabolit hanya dianggap berasal dari
tumbuh-tumbuhan tertentu. Kemudian diketahui bahwa beberapa metabolit
tersebar pada berbagai tumbuhan dan ternyata bahwa banyak konstituen
tumbuhan seperti alkaloida dan terpenoida yang dapat diisolasi dari spesies,
genera, suku atau family tumbuhan tertentu. Dalam satu spesies tunggal dapat
ditemukan sejumlah konsitituen
HO
O
C3
C6
O
C3
OH
C6
HO
O
A
HO
C6
C3
OH
H3CO
H3CO
OCH3
O
A
C3
OCH3
C6
C3
R'
R''
(Sastrohamidjojo, 1996)
Gambar 2.
Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama, yang
memasukkan prazat dari alur sikimat dan alur asetat-melanoat, flavonoid pertama
dihasilkan segera setelah alur itu bertemu. Sekarang flavonoid yang dianggap pertama
kali terbentuk pada biosintesis adalah khalkon. Modifikasi flavonoid lebih lanjut
terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan : penambahan atau pengurangan
hidroksilasi, metilasi gugs hidroksil atau inti flavonoid, dimerisasi dan glikolisasi
gugus hidroksil.
1.Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon
flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai
antioksidan dan antiflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan
merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana
basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada
pengerjaannya masih dapat dilakukan.
OH
HO
O
OH
HO
O
flavonol
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan
3-
hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan
luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang
paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula
melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap
sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.
3'
8
7
6
1'
3
10
OH
OH
'
4'
5'
6'
O
flavon
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia
berubah menjadi coklat.
HO
OH O
OH
Struktur Isoflavon
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.
Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah
jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperidin, terdapat
dalam buah anggur dan jeruk.
Struktur Flavanon
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
O
OH
O
Struktur Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat
sebagai antioksidan.
OH
OH
HO
OH
OH
Struktur Katekin
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin,
apiferol.
O
OH
OH
HO
Struktur Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir
semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan
buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin
ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau
glikosilasi.
O
OH
Struktur Antosianin
9.Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena
hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas
dalam pengembang air (Harborne, 1996).
Struktur Khalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.
Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi
kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah
menjadi merah jingga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995).
O
HC
O
Struktur Auron
Prazat utama flavonoida sendiri sudah diketahui tanpa keraguan sebagai hasil
dari banyak percobaan, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab
mengenai jalur rinci yang diikuti. Sering teramati bahwa dalam spesies tumbuhan
tertentu semua flavoida yang berbeda-beda mempunyai pola hidroksilasi cincin yang
sama, perbedaan hanya terdapat asetilasi, glikosilasi, dan struktur bagian C-3.
Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antara C-15 yang umum
diubah menjadi berbagai senyawa flavonoida setelah pola hidroksilasi cincin
terbentuk.
Akan tetapi, tampaknya berbagai gugus hidroksil ini sesungguhnya
dimasukkan pada tahap yang berlainan dalam sintesis. Misalnya, jika hidroksil-7 harus
terdapat pada produk akhir (misalnya sianidin), gugus ini harus terdapat pada cincin A
kalkon. Pemasukan gugus hidroksil-3 ke dalam molekul yang sudah mengandung
hidroksil-4 dapat terjadi bahkan pada tahap akhir jalur, dan jika telah ditambahkan
tidak dapat dihilangkan. Hidroksil-3 ini terjadi dalam sistem bebas sel. Gugus
hidroksil-2 yang tidak begitu lazim sering kali ditambahkan pada tahap flavonol dan
jika telah ditambahkan biasanya tidak dihilangkan. Hidroksil-3 yang menjadi ciri
flavonol dan antosianidin tampaknya juga ditambahkan pada tahap flavanonol.
Penyebaran
Ciri khas
Antosianin
biru
juga
dalam
daun
dan
jaringan lain.
Proantosianidin
tumbuhan berkayu.
dapat
diekstraksi
dengan
amil
Terutamako-pigmen
tanwarna
Flavon
seperti flavonol
Setelah hidrolisis,
berupa bercak
tanwarna;
hampir
seluruhnya
Flavanon
terdapat
juga
dalam
jaringan lain
Berwarna
merah
Mg/HCl;
kadang-kadang
kuat
dengan
sangat
Isoflavon
Glikoflavon
pahit.
Bergerak
hanya
terdapat
dalam
satu
pada
suku,Leguminosae
yang khas
Seperti Flavonol
Mengandung
kertas
gula
melalui
ikatan
dengan
pengembang
dengan
yang
C-C;
terikat
bergerak
air,
tidak
2.4.1 Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Sebelum
ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan
derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas.
Ekstraksi dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai
pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya : nheksana, eter, benzena, kloroform, etil
asetat, etanol, metanol, dan air.Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan ekstrak yang
terakhir memberikan reaksi negatif terhadap pereaksi alkaloida. Untuk mendapatkan
larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan
alat rotary evaporator. (Harborne, 1987 )
Menurut prosesnya ekstraksi dapat dibagi menjadi dua yaitu Ekstraksi
kontiniue dimana pelarut yang sama digunakan secara berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai dan biasanya alat yang digunakan adalah alat soklet. Ekstraksi yang
kedua adalah ekstraksi bertahap yaitu ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru
samppai ekstraksi selesai dan bisanya digunakan adalah corong pisah. Tekniknya
cukup dengan penambahan pelarut yang tidak bercampur dengan pelarut yang pertama
melalui corong pisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan
konsentrasi pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan tebentuk dua
lapisan. Kesempurnaan ekstraksi tergantung banyaknya ekstraksi yang dilakukan
2.4.2. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusi antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan
stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang
merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa
yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. ( Underwood, 1981 )
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa
diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair . Jika fasa diam berupa zat padat
disebut kromatografi serapan , jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi.
Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam system
kromatografi , yaitu :
1. Fasa gerak cair- fasa diam padat ( kromatografi serapan )
a. Kromatografi Lapis Tipis
b. Kromatografi Penukar Ion
2. Fasa gerak gas- fasa diam padat
a. Kromatografi Gas-Padat
3. Fasa gerak cair- fasa diam zat cair
a. Kromatografi Kertas
4. Fasa gerak gas- fasa diam zat cair
a. Kromatografi gas- cair
b. Kromatografi kolom kapiler
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa
senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam
dalam perbandingan yang sangat berbeda- beda dari satu senyawa terhadap senyawa
yang lain.( Sastrohamidjojo, 1991)
(kromatografi cair padat ) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair
(kromatografi cair-cair).Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap, walaupun
sering berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair di dalam sistem
kromatogarafi cair-cair . Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap
pada KLT , yaitu : silika gel (asam silikat). Alumina (aluminium oksida),kiselgur
(tanah diatome), dan selulosa. Fasa gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut
atau campuran pelarut (Sudjadi, 1986).
Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:
1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom
2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
3. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi.
4. Menyegi arah atau perkembangan reaksi seperti hidrolisis ata metilasi
5. Isolasi flavonoida murni skala kecil
6. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap
dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas
(Markham, 1981)
komponen memakai pelarut yang cocok. Kolom hanya berupa tabung kaca yang
dilengkapi dengan keran pada salah satu ujung . ( Markham, 1981)
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi
(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi
dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut.
Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang
kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100 kali.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa
pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam
atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir melalui kolom
karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh tekanan. Pita
senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan
dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom (Gritter , 1991).
pereaksi pembentuk warna yang cocok atau menyinari lapisan memakai sinar
ultraviolet (Gritter, 1991).
utama (nm)
475-560
275 (55%)
Antosianin
390-430
240-270 (32%)
Auron
365-390
240-260 (30%)
Kalkol
350-390
300 (40%)
Flavonol
250-270
300 (40%)
Flavonol
330-350
tidak ada
300-350
tidak ada
275-295
310-330 (30%)
225
310-330 (30%)
310-330
310-330 (25%)
Isoflavon
Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk
menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut
dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis
jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali,
karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat pusat vibrasi, melainkan
karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (inter-aksi)
beberapa pusat vibrasi.
2.5.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)
merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini
memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul.
Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hydrogen,
jumlah atom hydrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan
dengan setiap atom hydrogen (Cresswell, 1982).
Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua
proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa
kadang-kadang menunujukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa
memberikan penaikan menjadi puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR.