Kluwih
Buah Kluwih
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Filum:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Rosales
Famili:
Moraceae
Genus:
Artocarpus
Spesies:
A. camansi
Nama binomial
Artocarpus camansi
(Parkinson) Fosberg
Kluwih terkadang ditulis Keluwih (Ingg: seeded breadfruit, breadnut) adalah nama sejenis
pohon tanaman keras yang buahnya memiliki kulit keras dan berduri. Buah kluwih mirip
dengan buah sukun tetapi buah ini memiliki biji dan kulitnya berduri lebih menonjol. Kluwih
memiliki nama lokal dalam Bahasa sunda kulur atau timbul..
Pohon Kluwih
Tanaman kluwih
Experiment Of Pharmacy
A.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan senyawa alkaloid,
garam alkaloid, basa kuartener, steroid, karatenoid, antosianin, saponin, tanin,
karbohidrat, fenolik, fenol-fenol, fenil propanoid, flavonoid, dan antrakuinon
dalam sampel kulit batang sukun.
B.
Dasar Teori
kulur (bahasa Sunda), atau kluwih (bahasa Jawa). Di daerah Pasifik, kulur dan
sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai
nama, seperti kuru, ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus altilis
(Wikipedia, 2010).
Klasifikasi ilmiah sukun memiliki kerajaan plantae, filum megnoliophyta,
kelas magnoliopsida, ordo Rosales, famili moraceae, genus Artocarpus, dan
spesies Artocarpus altilis.
Morfologi pohon sukun adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski
umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan
dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus,
hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang.
Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun
berselang-seling; lembar daun 20-40 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat
agak keras seperti kulit, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan
berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang
berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks)
apabila dilukai (Wikipedia, 2010).
Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam
bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, 15-25 cm, hijau muda dan
menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin.
Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 8-10 cm, hijau.
Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan
diameter 10-30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek,
hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah hijau
kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi-4 atau
segi-6 di kulitnya. Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak
persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak
menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar
menjadi 'daging buah' sukun (Wikipedia, 2010).
Etanol (Aethanolum) merupakan campuran etilalkohol dan air. Mengandung
tidak kurang dari 94,7 % v/v atau 92,0 % dan tidak lebih dari 95,2 % C 2H6O. Etanol
merupakan cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,
bau khas, rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap. Kelarutan etanol sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan
dalam eter P (Sirait, M., 1979).
Aquadest (air suling) dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Air
suling ini merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa (Sirait, M., 1979).
Kita dapat membedakan beberapa tipe reaksi, disini ditulis secara
sistematik dalam terminologi mekanisme reaksi organik.
1.
Tipe kondensasi karbon-karbon Claisen (1) dan Michael (2) ditandai dengan
dasar-dasar polarisasi dan ionisasi. Pada sel hidup reaksi Claisen sesuai dengan
asilasi yang dipercepat dengan enzim tioester.
2. Substitusi nukleofilik C-, N-, dan O- alkilasi dengan S metionin dan fosfat.
3. Eliminasi. Dalam sistem biologi fosfat dan amonia merupakan leaving groups
yang bagus dan B adalah gugus nukleofil enzim, -OH, -NH 2 , atau SH (hidroksi
amino atau gugus merkapto).
4.
pengikatan
hidrogen
atau
sebagai
transfer
dua-elektron.
Reaksi
dipercepat oleh sistem enzim NAD +, FAD. Hal yang khusus adalah hidroksilasi
penyisipan molekul oksigen ke dalam hidrokarbon menghasilkan alkohol, kadangkadang reaksi melalui zat antara epoksida.
5. Tata ulang Wagner-Meerwein atau ion karbonium sering terjadi terutama pada
biosintesis terpen dan lazimnya pembentukan struktur tidak menurut aturan
isoprena.
6. Karboksilasi dan dekarboksilasi. Reaksi mirip Grignard merupakan reaksi langka
yang penting, contoh pada sintesis asam lemak bila asetat diubah menjadi
malonat. Reaksi adalah dapat balik.
(Sastohamidjojo,H, 1996)
Ekstrak adalah sediaan kental yang didapat dengan mengekstraksi zat aktif
simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau
hamper semua pelarutnya diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sampai memenuhi bahan yang telah ditetapkan. Parameter standar
analisa
kadar
air,
kualitatif
bahan
dan
padat
total,
kuantitatif,
zat
identitas
kemantapan
fisika
profit
dan
adalah
sebuah
golongan
senyawa
basa
bernitrogen
yang
reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah
isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung
dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartrat,
sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida) sering mencegah dekomposisi
(Harborne, 1987).
Suatu steroid adalah suatu senyawa yang mengandung system cincin
berikut. Keempat cincin itu ditandai dengan A, B, C, dan D. Karbon-karbon
dinomori seperti tertera, diawali dengan cincin A, menuju ke cincin D, kemudian
gugus metil angular (ujung titian), dan akhirnya ke rantai samping yang ada.
Banyak steroid dapat diberi nama sebagai derivat struktur yang disebut
kolestana. Steroid terdapat dalam hampir semua tipe sistem kehidupan. Dalam
binatang banyak steroid yang bertindak sebagai hormon. Steroid ini, demikian
pula
steroid
sintetik
digunakan
meluas
sebagai
bahan
obat.
Kolesterol
merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai dalam
hampir semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat-antara yang diperlukan
dalam biosintesis hormon steroid; namun tak merupakan keharusan dalam
makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzime A ( Fessenden, 1982).
Karatenoid adalah pigmen organik yang terjadi secara alamiah dalam
tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya seperti ganggang, beberapa
jenis fungi dan beberapa bakteri. Ada sekitar 600 karatenoid yang dikenal; maka
dibagi menjadi dua kelas, xantophyll dan karoten (Wikipedia, 2010).
Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur
steroid
dan
mempunyai
sifat-sifat
khas
dapat
mempunyai
steroid
dan
membentuk larutan koloidal dalam air dan membuh bila dikocok. Saponin
merupakan senyawa yang berasa pahit, menusuk dan menyebabkan bersin dan
sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat
menghancurkan butir darah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan
berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin
bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini
merupakan suatu senyawa yang mudah dipelajari dan dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dipelajari dan dimurnikan lebih lanjut. Berdasarkan struktur
aglikon maka dari glikosida dan saponin dapat dibagi 2 golongan, yaitu saponin
netral yang mempunyai struktur triterpenoid (Sheeny, M., 2010).
yang
mentah
menjadi
kulit
siap
pakai
karena
kemampuannya
tiga
golongan,
yaitu
monosakarida,
disakarida,
oligosakarida
dan
Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil (OH -) dan
gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi
lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Kelompok terbesar dari
senyawa fenolik adalah flavanoid, yang merupakan senyawa yang secara
umumdapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya satu jenis
dalam
pembuatan
obat-obatan,
dan
dapat
digunakan
sebagai
membran
sel
hati
dan
menghambat
sintesis
prostaglandin,
A.
1.
a.
Corong
b.
Tabung reaksi
c.
Rak tabung
d.
Gelas kimia
e.
Sendok tanduk
f.
g.
Penjepit tabung
h.
Pipet tetes
i.
Pisau / cutter
j.
Gunting
k.
Water batch
2.
Bahan
a.
Aquadest
b.
Aluminium Foil
c.
d.
Etanol
e.
Kertas Saring
f.
Kloroform
g.
Larutan HCl 10 %
h.
i.
j.
Larutan CH3COOH
k.
Larutan NaOH
l.
Larutan NaCl
m.
Larutan FeCl3
n.
o.
p.
Methanol
q.
Pereaksi Mayer
r.
Pereaksi Dragendorf
s.
Pereaksi Molisch
t.
B.
Prosedur Kerja
1.
Ekstraksi
a.
1).
Pelarut air
Dikupas hingga bersih kulit batang sukun, kemudian dipotong kecil. Dan
2).
3).
4).
5).
b.
Pelarut etanol
1).
3).
4).
5).
2.
Pengujian sampel
a.
1).
2).
Alkaloid
Ekstrak yang dilarutkan air atau etanol ditambahkan HCl.
Dibagi dalam tiga buah tabung reaksi. Tabung I sebagai pembanding,
4).
5).
b.
1).
diaduk.
2).
Dibagi dua, untuk uji garam alkaloid, dan uji basa kuartener.
3).
4).
tabung II untuk pereaksi Mayer, tabung III untuk pereaksi Dragendorf, kemudian
diamati.
5).
Dragendorf.
7).
8).
Steroid
1).
2).
3).
4).
d.
Karatenoid
1).
Ekstrak yang dilarutkan air atau etanol, dimasukkan dalam tabung reaksi.
2).
tetes H2SO4.
3).
e.
Antosianin
1).
2).
3).
4).
5).
f.
Saponin
1).
2).
menit.
3).
4).
g.
Tanin
1).
2).
3).
h.
Karbohidrat
1).
2).
3).
4).
i.
1).
Fenolik
Diambil 2 buah tabung reaksi, masing-masing diisi sebanyak 1 mL ekstrak
sebanyak 1 mL.
3).
Diamati perubahan waarnanya, positif jika warna larutan hijau, ungu, biru
sampai hitam.
j.
Fenol-fenol
1).
Diamati perubahanya, positif jika timbul warna biru sampai hitam pada
larutan.
k.
Fenilpropanoid
1).
Tabung 2 kemudian diamati di bawah sinar UV, positif bila warna violet
Flavonoid
1).
3).
HASIL PENGAMATAN
A.
B.
Uji Organoleptis
No
Organoleptis
Keterangan
1.
Rasa
Kelat
2.
Bau
Khas
3.
Warna
Kuning kehijauan
Pengujia
n
Perlakuan
Hasil
n
Terhadap
Uji Positif
Ekstrak air
a. HCl + pereaksi Mayer
(+) putih
b. HCl + pereaksi
(+) coklat
Dragendorf
Mayer :
terbentuk
putih
kekuningan
1.
Dragendor
Alkaloid
f:
terbentuk
Ekstrak etanol
(+) kuning
a. HCl + pereaksi Mayer
(+) jingga
warna
coklat/
jingga
b. HCl + pereaksi
Dragendorf
2.
Steroid
Ekstrak air
Ekstrak + CH3COOH +
Tidak
terben-tuk
(-) kuning
cincin
merah
Kloroform + H2SO4
kecoklatan
Ekstrak etanol
Ekstrak + CH3COOH +
(-) bening
Kloroform + H2SO4
Ekstrak air
Ekstrak + kloroform +
3.
Karatenoi
d
(-) keruh
H2SO4
Tidak
terbentuk
biru
Ekstrak etanol
(-) bening
kehijauan
Ekstrak + kloroform +
H2SO4
Ekstrak air
Garam ekstrak + HCl 10
%+
Terbentuk 2
lapisan
amonia
encer
kloroform,
kuning keruh
diuapkan, dibagi 3 :
Mayer :
putih
a.
Pembanding
Terbentuk
Jingga
b.
4.
Garam c.
alakaloid
+ pereaksi mayer
putih
kekuningan
+ pereaksi dragendorf
Terbentuk
Ekstrak etanol
dua lapisan
Dragendor
f:
Terbentuk
%+
warna
amonia
encer
kloroform,
diuapkan, dibagi 3 :
a.
pembanding
b.
+ pereaksi mayer
c.
+ pereaksi dragendorf
Kuning
coklat/
bening
jingga
kuning
Jingga
Ekstrak air
Ekstrak + HCl 10 % +
NaCl +
Mayer :
HCl 10 %, kemudian
kuning
dibagi 2 :
a.
5.
Basa b.
kuartener
+ pereaksi mayer
+ pereaksi dragendorf
keruh
Terbentuk
putih
kekuningan
Jingga
Dragendor
Ekstrak etanol
f:
Ekstrak + HCl 10 % +
Terbentuk
NaCl +
warna
HCl
10
%,kemudian
dibagi 2 :
a.
+ peraksi mayer
b.
+ pereaksi dragendorf
Ekstrak air
a.
asam : 1 ml ekstrak +
putih
coklat/
kuning
jingga
Jingga
(-) putih
kuning
tidak
1 mL HCl
b.
Basa : 1 mL ekstrak +
(-) putih
keruh
6.
Antosiani
n
Asam :
1 mL HCl
terbentuk
warna
merah
Ekstrak etanol
a.
1 mL HCl
b.
Basa :
asam : 1 mL ekstrak +
basa : 1 mL ekstrak +
1 mL HCl
(-) kuning
bening
tidak
terbentuk
warna hijau
(-) kuning
bening
7.
Tanin
Ekstrak air
1 mL ekstrak + 1 mL air
tidak
terbentuk
(-)Kuning
+3
keruh
tetes FeCl3
warna hijau
Ekstrak etanol
1 mL ekstrak + 1 mL air
+3
/ biru
(-)Kuning
kehitaman
bening
tetes FeCl3
Ekstrak air
1 mL ekstrak diuapkan +
8.
Saponin
dikocok + HCl 10 %
terdapat
buih
Ekstrak etanol
1 mL ekstrak diuapkan +
dikocok + HCl
Tidak
Ekstrak air
1 mL ekstrak + 1 mL
(-) ungu
molisch +
9.
Karbohidr
1 mL H2SO4
at
Ekstrak etanol
Tidak
terbentuk
cincin
1 mL ekstrak + 1 mL
merah atau
(-) ungu
jingga
molisch +
1 mL H2SO4
Ekstrak air
10.
Fenolik
Terbentuk
Ekstrak + FeCl3
warna
hijau,ungu,
Ekstrak etanol
biru, hitam
Ekstrak + FeCl3
Ekstrak air
Ekstrak + kalium heksa11.
FenolFenol
sianoferrat + FeCl3
(+) biru
kehitaman
warna biru
kehitaman
Ekstrak etanol
Ekstrak + kalium heksa-
Terbentuk
(+) biru
kehitaman
Sianoferrat + FeCl3
Ekstrak air
Ekstrak + metanol + Mg
(-) keruh
+ HCl
Tidak
terbentuk
Pekat
12.
Flavonoid
warna
Ekstrak etanol
(-) bening
Ekstrak + metanol + Mg
merah atau
jingga
+ HCl
Pekat
Ekstrak air
13.
Fenil
Propanoid
Ekstrak + amonia
(-) putih
keruh
Tidak
terbentuk
warna
Ekstrak etanol
violet
Ekstrak + amonia
(-) putih
bening
14.
Antrakuin
on
Ekstrak air
Ekstrak + amonia 25 %
Ekstrak etanol
Tidak
terbentuk
(-) putih
keruh
warna
merah
Ekstrak + amonia 25 %
(-) putih
bening
BAB IV
PEMBAHASAN
kadar
air,
bahan
padat
total,
zat
identitas
profit
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut dengan pelarut
yang sesuai. Faktor yang mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah kecepatan
difusi zat yang larut melalui lapisan batas antara pelarut dengan simplisia.
Struktur kimia yang berbeda mempengaruhi kelarutan dan stabilitas zat aktif
terhadapa pemanasan, logam berat, udara, cahaya dan derajat keasaman.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam
dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Secara umum, pelarut metanol
merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa
organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit
sekunder.
Tipe reaksi secara sistematik dalam terminologi mekanisme reaksi organik
meliputi, tipe kondensasi karbon-karbon Claisen (1) dan Michael (2) ditandai
dengan dasar-dasar polarisasi dan ionisasi, substitusi nukleofilik C-, N-, dan Oalkilasi dengan S metionin dan fosfat, eliminasi, oksidasi, reduksi, dehidrogenasi,
tata ulang Wagner-Meerwein atau ion karbonium sering terjadi terutama pada
biosintesis terpen dan lazimnya pembentukan struktur tidak menurut aturan
isoprena, karboksilasi dan dekarboksilasi.
Pengujian senyawa alkaloid di dalam sampel kulit batang sukun. Uji ini
dilakukan dengan dua ekstrak, yaitu ekstrak etanol dan ekstrak air. Kedua
sampel ini mendapatkan perlakuan yang sama. Setiap sampel dibagi menjadi
dua tabung reaksi, setiap tabung diberi pereaksi yang berbeda. Pada tabung 1
diberi pereaksi dragendof, pereaksi ini mengandung bismut nitrat dan merkuri
klorida dalam asam nitrit dan pada tabung 2 diberi pereaksi mayer, pereaksi ini
mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Pada sampel yang ditambahkan
air, saat penambahan pereaksi mayer membentuk endapan putih yang
berlebihan. Pada sampel yang ditambahkan dengan etanol pada pereaksi mayer
membentuk larutan kuning keruh dan pada pereaksi dragendorf membentuk
endapan jingga. Adanya alkaloid dalam ekstrak yang di uji dengan pereaksi
mayer berikatan dengan kalium iodida dan merkuri klorida sehingga terbentuk
endapan kekuningan. Sedangkan adanya alkaloid dalam ekstrak yang di uji
alkalis
memfraksinasi
pada
dan
sampel.
membentuk
Penambahan
alkaloid
kloroform
dalam
bentuk
berfungsi
basa
untuk
bebasnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel yang dilarutkan dengan air maupun
etanol membentuk endapan putih kekuningan pada pengujian pereaksi mayer
dan terbentuk larutan coklat pada pengujian pereaksi dragendorf. Hal ini