Anda di halaman 1dari 25

Kluwih

Kluwih

Buah Kluwih

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Filum:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Rosales
Famili:
Moraceae
Genus:
Artocarpus
Spesies:
A. camansi
Nama binomial
Artocarpus camansi
(Parkinson) Fosberg

Kluwih terkadang ditulis Keluwih (Ingg: seeded breadfruit, breadnut) adalah nama sejenis
pohon tanaman keras yang buahnya memiliki kulit keras dan berduri. Buah kluwih mirip
dengan buah sukun tetapi buah ini memiliki biji dan kulitnya berduri lebih menonjol. Kluwih
memiliki nama lokal dalam Bahasa sunda kulur atau timbul..

Pohon Kluwih

Tanaman kluwih

Experiment Of Pharmacy

Rabu, 24 November 2010


Praktikum Bahan Alam I
BAB I
PENDAHULUAN

A.

Tujuan
Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan senyawa alkaloid,
garam alkaloid, basa kuartener, steroid, karatenoid, antosianin, saponin, tanin,
karbohidrat, fenolik, fenol-fenol, fenil propanoid, flavonoid, dan antrakuinon
dalam sampel kulit batang sukun.

B.

Dasar Teori

Pada hakekanya kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang telah


dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan maka perkembangan kimia bahan alam tidak dapat lagi diragukan
hingga sekarang. Kandungan kimia tumbuhan dapat digolongkan menurut
beberapa cara, penggolongan dapat didasarkan pada asal biosintesis sifat
kelarutan dan adanya gugus fungsi tertentu. Banyak analisis tumbuhan yang
dicurahkan pada isolasi dan identifikasi kandungan sekunder dalam jenis
tumbuhan, dengan harapan ditemukan beberapa kandungan yang strukturnya
baku atau tidak biasa (Harborne, 1984).
Untuk analisis fitokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan segar.
Beberapa menit setelah dikumpulkan, bahan tumbuhan itu harus dicelupkan ke
dalam alkohol mendidih. Kadang-kadang tumbuhan yang tidak tersedia dan
bahan mungkin harus disediakan oleh seorang pengumpul yang tinggal di
daerah lain.
Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada rekatan dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah
terjadinya oksidasi enzim dan hidrolisis. Bila mengisolasi senyawa antar jaringan
hijau, keberhasilan ekstraksi dengan alkohol berikatan dengan beberapa klorofil
(Harbone, 2006)
Sampel yang diambil harus bersifat representatif (mewakili) populasi zat
atau bahan yang akan dianalisis dan haruslah homogen. Ekstraksi atau
penyarian adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari ekstraksi adalah ekstrak yang
merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dan simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua pelarut diuapkan (Gandjar, 2007).
Sukun adalah nama sejenis pohon dan buahnya sekali. Buah sukun tidak
berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau
digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti".
Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji.
Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar
tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian. "Moyangnya"
yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai timbul,

kulur (bahasa Sunda), atau kluwih (bahasa Jawa). Di daerah Pasifik, kulur dan
sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai
nama, seperti kuru, ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus altilis
(Wikipedia, 2010).
Klasifikasi ilmiah sukun memiliki kerajaan plantae, filum megnoliophyta,
kelas magnoliopsida, ordo Rosales, famili moraceae, genus Artocarpus, dan
spesies Artocarpus altilis.
Morfologi pohon sukun adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski
umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan
dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus,
hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang.
Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun
berselang-seling; lembar daun 20-40 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat
agak keras seperti kulit, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan
berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang
berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks)
apabila dilukai (Wikipedia, 2010).

Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam
bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, 15-25 cm, hijau muda dan
menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin.
Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 8-10 cm, hijau.
Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan
diameter 10-30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek,
hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah hijau
kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi-4 atau
segi-6 di kulitnya. Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak
persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak
menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar
menjadi 'daging buah' sukun (Wikipedia, 2010).
Etanol (Aethanolum) merupakan campuran etilalkohol dan air. Mengandung
tidak kurang dari 94,7 % v/v atau 92,0 % dan tidak lebih dari 95,2 % C 2H6O. Etanol
merupakan cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,
bau khas, rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak

berasap. Kelarutan etanol sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan
dalam eter P (Sirait, M., 1979).
Aquadest (air suling) dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Air
suling ini merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa (Sirait, M., 1979).
Kita dapat membedakan beberapa tipe reaksi, disini ditulis secara
sistematik dalam terminologi mekanisme reaksi organik.
1.

Tipe kondensasi karbon-karbon Claisen (1) dan Michael (2) ditandai dengan
dasar-dasar polarisasi dan ionisasi. Pada sel hidup reaksi Claisen sesuai dengan
asilasi yang dipercepat dengan enzim tioester.

2. Substitusi nukleofilik C-, N-, dan O- alkilasi dengan S metionin dan fosfat.
3. Eliminasi. Dalam sistem biologi fosfat dan amonia merupakan leaving groups
yang bagus dan B adalah gugus nukleofil enzim, -OH, -NH 2 , atau SH (hidroksi
amino atau gugus merkapto).
4.

Oksidasi, reduksi, dehidrogenasi. Mekanisme yang pasti belum terungkap.


Reaksi dapat diformulasikan baik sebagai transfer hidrida, transfer satu-elektron
diikuti

pengikatan

hidrogen

atau

sebagai

transfer

dua-elektron.

Reaksi

dipercepat oleh sistem enzim NAD +, FAD. Hal yang khusus adalah hidroksilasi
penyisipan molekul oksigen ke dalam hidrokarbon menghasilkan alkohol, kadangkadang reaksi melalui zat antara epoksida.
5. Tata ulang Wagner-Meerwein atau ion karbonium sering terjadi terutama pada
biosintesis terpen dan lazimnya pembentukan struktur tidak menurut aturan
isoprena.
6. Karboksilasi dan dekarboksilasi. Reaksi mirip Grignard merupakan reaksi langka
yang penting, contoh pada sintesis asam lemak bila asetat diubah menjadi
malonat. Reaksi adalah dapat balik.
(Sastohamidjojo,H, 1996)
Ekstrak adalah sediaan kental yang didapat dengan mengekstraksi zat aktif
simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau
hamper semua pelarutnya diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sampai memenuhi bahan yang telah ditetapkan. Parameter standar

ekstrak meliputi kandungan organoleptik, kelarutan, keasaman, bobot jenis,


viskositas/kekentalan,
kromatografi,

analisa

kadar

air,

kualitatif

bahan
dan

padat

total,

kuantitatif,

zat

identitas

kemantapan

fisika

profit
dan

kimia(Sirait, M., 1979).


Maserasi adalah proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik
pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi
senyawa bahan alam karena dengan perendaman, sampel tumbuhan akan
mengalami pemecahan dinding sel dan membran sel akibat perbedaan tekanan
antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan
pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara
umum, pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam
proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh
golongan metabolit sekunder (Trevor, R., 1995).
Alkaloid

adalah

sebuah

golongan

senyawa

basa

bernitrogen

yang

kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi tidak terkecuali


senyawa berasal dari hewan). Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut
keasaman sumber asal molekulnya (prekursor) didasari dengan metabolisme
pothway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu.
Umumnya alkaloid mengandung 1 atom H meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N.
Atom ini dapat berupa amin primer, sekunder, maupun tertier yang semuanya
bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid telah diisolasi berupa padatan kristal tidak
larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.
Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan konin
berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa
yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning
dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut
dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut
dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
Kebebasan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari

reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah
isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung
dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartrat,
sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida) sering mencegah dekomposisi
(Harborne, 1987).
Suatu steroid adalah suatu senyawa yang mengandung system cincin
berikut. Keempat cincin itu ditandai dengan A, B, C, dan D. Karbon-karbon
dinomori seperti tertera, diawali dengan cincin A, menuju ke cincin D, kemudian
gugus metil angular (ujung titian), dan akhirnya ke rantai samping yang ada.
Banyak steroid dapat diberi nama sebagai derivat struktur yang disebut
kolestana. Steroid terdapat dalam hampir semua tipe sistem kehidupan. Dalam
binatang banyak steroid yang bertindak sebagai hormon. Steroid ini, demikian
pula

steroid

sintetik

digunakan

meluas

sebagai

bahan

obat.

Kolesterol

merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai dalam
hampir semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat-antara yang diperlukan
dalam biosintesis hormon steroid; namun tak merupakan keharusan dalam
makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzime A ( Fessenden, 1982).
Karatenoid adalah pigmen organik yang terjadi secara alamiah dalam
tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya seperti ganggang, beberapa
jenis fungi dan beberapa bakteri. Ada sekitar 600 karatenoid yang dikenal; maka
dibagi menjadi dua kelas, xantophyll dan karoten (Wikipedia, 2010).
Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur
steroid

dan

mempunyai

sifat-sifat

khas

dapat

mempunyai

steroid

dan

membentuk larutan koloidal dalam air dan membuh bila dikocok. Saponin
merupakan senyawa yang berasa pahit, menusuk dan menyebabkan bersin dan
sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat
menghancurkan butir darah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan
berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin
bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini
merupakan suatu senyawa yang mudah dipelajari dan dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dipelajari dan dimurnikan lebih lanjut. Berdasarkan struktur
aglikon maka dari glikosida dan saponin dapat dibagi 2 golongan, yaitu saponin
netral yang mempunyai struktur triterpenoid (Sheeny, M., 2010).

Antosianin adalah air-larut vakuolar pigmen yang mungkin muncul merah,


ungu atau biru sesuai dengan pH. Mereka termasuk kelas induk dari molekul
yang disebut flavonoid. Disintesis melalui fenil propanoid salur yaitu tidak berbau
dan hampir tanpa rasa, memberikan kontribusi untuk rasa sebagai zat sensasi
cukup. Antosianin terdapat pada semua jaringan tanaman yang lebih tinggi
termasuk daun, batang, akar, bunga dan buah-buahan. Antosianin ditemukan
dalam vakuola sel, terutama di bunga dan buah-buahan tetapi juga di daun,
batang dan akar. Dalam bagian ini antosianin terutama ditemukan di lapisan luar
sel seperti epidermis dan sel-sel mesofil perifer (Harborne, 2006).
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dengan angiespermae
tedapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasnya, tanin dapat bereaksi
dengan protein, membentuk kopolimer yang tidak larut dalam air. Pada industri,
tanin ialah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mampu mengubah kulit
hewan

yang

mentah

menjadi

kulit

siap

pakai

karena

kemampuannya

meyambung silang protein (Herborne, 1987).


Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalm tubuh mengalami perubahan
atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang
terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis
dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot, sebagai sumber
energi. Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai
molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang mempunyai
berat molekul 30 sampai 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi
dalam

tiga

golongan,

yaitu

monosakarida,

disakarida,

oligosakarida

dan

polisakarida. Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat


mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat
digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif.
Sifat pereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas
dalam molekul karbohidrat (Poedjiadi, 2006).
Fenolik merupakan senyawa yang

banyak ditemukan pada tumbuhan.

Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil (OH -) dan
gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi
lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Kelompok terbesar dari
senyawa fenolik adalah flavanoid, yang merupakan senyawa yang secara
umumdapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya satu jenis

tumbuhan mengandung beberapa macam flavanoid dan hamper setiap jenis


tumbuhan memiliki profil flavanoid yang khas. Kerangka penyusun flavanoid
adalah C6-C3-C6.. inti flavanoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga
membentuk glikosida yang larut air. Pada tumbuhan flavanoid biasa disimpan
dalam vakuolasel. Beberapa jenis flavon, flavonon, dan flavonol menyerap
cahaya tampak, sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain
berwarna kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna
merupakan zat penolak makan bagi serangga ataupun racun (Achmad S.A.,
1986).
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan
yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau
dua hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya
mereka seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya
terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 2006).
Peranan beberapa golongan senyawa fenol sudah diketahui (misalnya lignin
sebagai bahan pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen buangan),
sedangkan peranan senyawa yang termasuk golongan lain masih merupakan
hasil dugaan belaka, misalnya tampak penting pada pengaturan pengendalian
tubuh pada tanaman kacang. Pengaruhnya yang merugikan terhadap kebiasaan
makan serangga telah menunjukkan bahwa flavonoid mungkin karena faktor
pertahanan alam. Tapi kedua peran itu belum dibuktikan (Harborne, 2006).
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna
yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C 6H5OH dan strukturnya
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol
berfungsi

dalam

pembuatan

obat-obatan,

dan

dapat

digunakan

sebagai

antiseptik (Harborne, 2006).


Flavanoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di
dalam buah apel, bawang-bawang dan teh. Flavanoid mempunyai sifat yang
khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna
kuning, dapat larutdalam air dan pelarut organic, mudah terurai pada
temperature tinggi. Flavanoid sering terdapat sebagai glikosida. Flavanoid
mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan flavanoid,
terdapat dalam bagian vegetative maupun dalam bunga. Peranan flavanoid yang

demikian itu dapat menghalangi terjadinya tahapan inisasi penyempitan


pembuluh darah. Pada akhirnya dapat mengurangi resiko serangan jantung
koroner dan stroke. Flavanoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan
yang digunakan untik mengobati gangguan fungsi hati, digunakan untuk
melindungi

membran

sel

hati

dan

menghambat

sintesis

prostaglandin,

penghambatan reaksi hidroksilasi pada mikrosom. Dalam makanan flavanoid


dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah (Dinat,
A., 2010).
BAB II
METODE KERJA

A.
1.

Alat dan Bahan


Alat

a.

Corong

b.

Tabung reaksi

c.

Rak tabung

d.

Gelas kimia

e.

Sendok tanduk

f.

Lumpang dan alu

g.

Penjepit tabung

h.

Pipet tetes

i.

Pisau / cutter

j.

Gunting

k.

Water batch

2.

Bahan

a.

Aquadest

b.

Aluminium Foil

c.

Ekstrak kulit batang sukun

d.

Etanol

e.

Kertas Saring

f.

Kloroform

g.

Larutan HCl 10 %

h.

Larutan HCl encer

i.

Larutan H2SO4 pekat

j.

Larutan CH3COOH

k.

Larutan NaOH

l.

Larutan NaCl

m.

Larutan FeCl3

n.

Larutan Amonia encer

o.

Larutan Kalium Heksasianoferrat

p.

Methanol

q.

Pereaksi Mayer

r.

Pereaksi Dragendorf

s.

Pereaksi Molisch

t.

Pita Magnesium (Mg)

B.

Prosedur Kerja

1.

Ekstraksi

a.
1).

Pelarut air
Dikupas hingga bersih kulit batang sukun, kemudian dipotong kecil. Dan

dimasukkan ke dalam lumpang

2).

Ditumbuk hingga permukaan kulit batang terpecah.

3).

Dimasukkan hasil yang telah ditumbuk ke dalam dua gelas kimia

4).

Ditambahkan air, kemudian didiamkan.

5).

Disaring dan didapatkan ekstraknya.

b.

Pelarut etanol

1).

Dikupas hingga bersih kulit batang sukun, kemudian dipotong-potong kecil.

Dan dimasukkan kedalam lumpang.


2).

Ditumbuk hingga permukaan kulit batang terpecah.

3).

Dimasukkan hasil yang telah ditumbuk ke dalam dua gelas kimia

4).

Ditambahkan etanol, kemudian didiamkan.

5).

Diaduk-aduk dan didiamkan sesaat. Disaring dan didapatkan ekstraksnya.

2.

Pengujian sampel

a.
1).
2).

Alkaloid
Ekstrak yang dilarutkan air atau etanol ditambahkan HCl.
Dibagi dalam tiga buah tabung reaksi. Tabung I sebagai pembanding,

tabung II dan III sebagai tabung uji.


3).

Pada tabung II ditambahkan 2 sampai 3 tetes pereaksi dragendof.

4).

Pada tabung III ditambahkan 2 sampai 3 tetes pereaksi mayer.

5).

Diamati pada setiap tabung apakah terdapat endapan atau tidak.

b.
1).

Garam alakaloid dan basa kuartener


Dituang 3 mL ekstrak, ditambahkan 1 mL HCl 10 %, dipanaskan dan

diaduk.
2).

Dibagi dua, untuk uji garam alkaloid, dan uji basa kuartener.

3).

Pada uji garam alkaloid, ditambahkan amonia encer 1 mL lalu difraksinasi

dengan eter/kloroform 1 mL, diuapkan.

4).

Dilarutkan dalam 1,5 mL HCl 2 %, dibagi 3. Tabung 1 sebagai pembanding,

tabung II untuk pereaksi Mayer, tabung III untuk pereaksi Dragendorf, kemudian
diamati.
5).

Pada uji basa kuartener ditambahkan 10 tetes NaCl dan 1 mL HCl 10 %,

kemudian dibagi dua.


6).

Tabung 1 ditambahkan pereaksi Mayer, tabung II ditambahkan pereaksi

Dragendorf.
7).
8).

Ditambahkan 1 mL amonia pekat, dan 1 mL eter/kloroform.


Diamati. Positif jika terdapat kekeruhan atau endapan putih kekuningan

untuk Mayer dan endapan jingga kecoklatan untuk Dragendorf.


c.

Steroid

1).

Ekstrak yang dilarutkan air atau etanol.ditambahkan asam asetat.

2).

Lalu dilanjutkan dengan penambahan klorofrom.

3).

Ditambahkan 2 sampai 3 tetes H2SO4.

4).

Diamati. Positif jika terbentuk cincin merah kecoklatan.

d.

Karatenoid

1).

Ekstrak yang dilarutkan air atau etanol, dimasukkan dalam tabung reaksi.

2).

Ditambahkan kloroform dan dilanjutkan dengan penambahan 2 sampai 3

tetes H2SO4.
3).

e.

Diamati. Positif jika terbentuk warna biru kehijauan.

Antosianin

1).

Disiapkan 1 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

2).

Ditambahkan HCl 10% untuk uji asam.

3).

Diamati. Jika positif berwarna merah.

4).

Ditambahkan 1 mL NaOH untuk uji basa.

5).

Diamati. Jika positif berwarna hijau.

f.

Saponin

1).

Disiapkan 1 mL ekstrak, dimasukkan dalm tabung reaksi

2).

Diuapkan sampai separuhnya, dikocok 5 menit. Diamati setelah 15

menit.
3).

Jika masih terdapat buih, ditambahkan 1 mL HCl 10%. Diamati.

4).

Diamati. Positif jika masih terdapat buih pada larutan.

g.

Tanin

1).

Disiapkan 1 ml ekstrak, dilarutkan dalam tabung reaksi.

2).

Ditambahkan 1 ml air dan larutan FeCl3.

3).

Diamati. Positif jika warna biru kehitaman dan hijau kehitaman.

h.

Karbohidrat

1).

Disiapkan 1 mL ekstrak, dimasukkan dalam tabung reaksi.

2).

Ditambahkan 1 mL pereaksi Molisch.

3).

Ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat di dinding tabung.

4).

Diamati. Positif jika terbentuk cincin merah atau jingga.

i.
1).

Fenolik
Diambil 2 buah tabung reaksi, masing-masing diisi sebanyak 1 mL ekstrak

kulit batang sukun ekstrak air dan dengan ekstrak etanol.


2).

Ditambahkan larutan besi (III) klorida (FeCl 3) pada masing-masing tabung

sebanyak 1 mL.
3).

Diamati perubahan waarnanya, positif jika warna larutan hijau, ungu, biru

sampai hitam.
j.

Fenol-fenol

1).

Diambil 2 buah tabung reaksi, masing-masing diisi sebanyak 1 mL ekstrak

kulit batang sukun ekstrak air dan dengan ekstrak etanol.


2).

Ditambahkan 3 tetes larutan kalium heksasianoferrat (III) LP dan larutan

besi (III) klorida, 1 mL pada masing-masing tabung.


3).

Diamati perubahanya, positif jika timbul warna biru sampai hitam pada

larutan.
k.

Fenilpropanoid

1).

Diambil 2 buah tabung reaksi, masing-masing diisi sebanyak 1 mL ekstrak

kulit batang sukun ekstrak air dan dengan ekstrak etanol.


2).

Masing-masing tabung dipanaskan di penangas air, lalu tabung 1

digunakan sebagai pembanding dan tabung 2 ditambahkan 0,5 mL amonia


encer.
3).

Tabung 2 kemudian diamati di bawah sinar UV, positif bila warna violet

yang hilang seketika pada larutan.


l.

Flavonoid

1).

Diambil 2 buah tabung reaksi, masing-masing diisi sebanyak 1 mL ekstrak

kulit batang sukun ekstrak air dan dengan ekstrak etanol.


2).

Ditambahkan 1-2 mL metanol pada masing-masing tabung, lalu

dipanaskan selama kurang lebih 5 menit.


3).

Dimasukkan pita Mg pada masing-masing tabung lalu ditambahkan 4-5

tetes larutan HCl pekat.


4).
m.
1).

Diamati, positif apabila terjadi perubahan warna merah atau jingga.


Antrakuinon
Diambil 2 buah tabung reaksi, masing-masing diisi sebanyak 1 mL ekstrak

kulit batang sukun ekstrak air dan dengan ekstrak etanol.


2).

Ditambahkan masing-masing tabung sebanyak 1 mL larutan amonia.

3).

Dikocok lalu diamati perubahannya, positif jika terbentuk warna merah.


BAB III

HASIL PENGAMATAN

A.

B.

Uji Organoleptis
No

Organoleptis

Keterangan

1.

Rasa

Kelat

2.

Bau

Khas

3.

Warna

Kuning kehijauan

Uji Kandungan Kimia


Keteranga
No

Pengujia
n

Perlakuan

Hasil

n
Terhadap
Uji Positif

Ekstrak air
a. HCl + pereaksi Mayer

(+) putih

b. HCl + pereaksi

(+) coklat

Dragendorf

Mayer :
terbentuk
putih
kekuningan

1.

Dragendor

Alkaloid

f:
terbentuk

Ekstrak etanol
(+) kuning
a. HCl + pereaksi Mayer
(+) jingga

warna
coklat/
jingga

b. HCl + pereaksi
Dragendorf
2.

Steroid

Ekstrak air
Ekstrak + CH3COOH +

Tidak
terben-tuk
(-) kuning

cincin
merah

Kloroform + H2SO4

kecoklatan
Ekstrak etanol
Ekstrak + CH3COOH +

(-) bening

Kloroform + H2SO4

Ekstrak air
Ekstrak + kloroform +
3.

Karatenoi
d

(-) keruh

H2SO4

Tidak
terbentuk
biru

Ekstrak etanol
(-) bening

kehijauan

Ekstrak + kloroform +
H2SO4
Ekstrak air
Garam ekstrak + HCl 10
%+

Terbentuk 2
lapisan

amonia

encer

kloroform,
kuning keruh
diuapkan, dibagi 3 :

Mayer :
putih

a.

Pembanding

Terbentuk
Jingga

b.

4.

Garam c.
alakaloid

+ pereaksi mayer

putih
kekuningan

+ pereaksi dragendorf
Terbentuk

Ekstrak etanol

dua lapisan

Garam ekstrak + HCl 10

Dragendor
f:
Terbentuk

%+

warna
amonia

encer

kloroform,
diuapkan, dibagi 3 :
a.

pembanding

b.

+ pereaksi mayer

c.

+ pereaksi dragendorf

Kuning

coklat/

bening

jingga

kuning
Jingga

Ekstrak air
Ekstrak + HCl 10 % +
NaCl +

Mayer :

HCl 10 %, kemudian
kuning

dibagi 2 :
a.

5.

Basa b.
kuartener

+ pereaksi mayer
+ pereaksi dragendorf

keruh

Terbentuk
putih
kekuningan

Jingga
Dragendor

Ekstrak etanol

f:
Ekstrak + HCl 10 % +
Terbentuk

NaCl +

warna
HCl

10

%,kemudian

dibagi 2 :
a.

+ peraksi mayer

b.

+ pereaksi dragendorf

Ekstrak air
a.

asam : 1 ml ekstrak +

putih

coklat/

kuning

jingga

Jingga

(-) putih
kuning

tidak

1 mL HCl
b.

Basa : 1 mL ekstrak +

(-) putih
keruh

6.

Antosiani
n

Asam :

1 mL HCl

terbentuk
warna
merah

Ekstrak etanol
a.

1 mL HCl
b.

Basa :

asam : 1 mL ekstrak +

basa : 1 mL ekstrak +
1 mL HCl

(-) kuning
bening

tidak
terbentuk
warna hijau

(-) kuning
bening

7.

Tanin

Ekstrak air
1 mL ekstrak + 1 mL air

tidak
terbentuk

(-)Kuning
+3

keruh

tetes FeCl3
warna hijau

Ekstrak etanol
1 mL ekstrak + 1 mL air
+3

/ biru
(-)Kuning

kehitaman

bening

tetes FeCl3

Ekstrak air
1 mL ekstrak diuapkan +
8.

Saponin

(-) tidak ada


buih

dikocok + HCl 10 %

terdapat
buih

Ekstrak etanol
1 mL ekstrak diuapkan +
dikocok + HCl

Tidak

(-) tidak ada


buih

Ekstrak air
1 mL ekstrak + 1 mL

(-) ungu

molisch +

9.

Karbohidr

1 mL H2SO4

at

Ekstrak etanol

Tidak
terbentuk
cincin

1 mL ekstrak + 1 mL

merah atau
(-) ungu

jingga

molisch +
1 mL H2SO4

Ekstrak air
10.

Fenolik

Terbentuk
Ekstrak + FeCl3

(+) hijau tua

warna
hijau,ungu,

Ekstrak etanol

biru, hitam
Ekstrak + FeCl3

(+) hijau tua

Ekstrak air
Ekstrak + kalium heksa11.

FenolFenol

sianoferrat + FeCl3

(+) biru
kehitaman

warna biru
kehitaman

Ekstrak etanol
Ekstrak + kalium heksa-

Terbentuk

(+) biru
kehitaman

Sianoferrat + FeCl3

Ekstrak air
Ekstrak + metanol + Mg

(-) keruh

+ HCl

Tidak
terbentuk

Pekat
12.

Flavonoid

warna
Ekstrak etanol
(-) bening
Ekstrak + metanol + Mg

merah atau
jingga

+ HCl
Pekat

Ekstrak air
13.

Fenil
Propanoid

Ekstrak + amonia

(-) putih
keruh

Tidak
terbentuk
warna

Ekstrak etanol

violet
Ekstrak + amonia

(-) putih
bening

14.

Antrakuin
on

Ekstrak air
Ekstrak + amonia 25 %
Ekstrak etanol

Tidak
terbentuk
(-) putih
keruh

warna
merah

Ekstrak + amonia 25 %

(-) putih
bening

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada percobaan ini bertujuan untuk menguji adanya kandungan senyawa


alkaloid, steroid, karatenoid, garam alkaloid dan basa kuartener, antosianin,
saponin, tannin, karbohidrat, senyawa fenolik, fenol-fenol, flavonoid, fenil
propanoid dan antrakuinon yang terdapat dalam sampel kulit batang sukun.
Sebelum diidentifikasi, sampel terlebih dahulu dibersihkan dan diekstraksi
menggunakan pelarut yang sesuai dengan prinsip maserasi. Sampel kulit batang
sukun dikupas dan dibersihkan kemudian dirajang. Setelah itu dihaluskan di
dalam mortir dan dibagi ke dalam dua gelas kimia. Gelas kimia pertama
menggunakan pelarut air, gelas kimia kedua menggunakan pelarut etanol.
Selanjutnya ampas disaring dan filtratnya ditampung dalam tabung reaksi.
Ekstraksi etanol dan air pada sampel siap digunakan.
Sampel yang digunakan barasal dari tanaman sukun yaitu pada kulit batang
sukun yang diujikan. Pada kulit kayu sukun ditemukan senyawa turunan flavaroid
yang terpenilasi yaitu artonol B dan sikloartobilosanton.kulit kayunya digunakan
sebagai salah satu bagian minuman di ambon pada wanita setelah melahirkan.
Sedangkan kulit batang sukun menghasilkan serat yang bagus pada masa lalu
pernah digunakan sebagai pakaian lokal. Sebelumnya sampel kulit batang pohon
sukun dibuat ekstrak sehingga dapat mempermudah pengambilan senyawa aktif
dengan menggunakan pelarut air atau pun etanol.
Ekstrak adalah sediaan kental yang didapat dengan mengekstraksi zat aktif
simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau
hamper semua pelarutnya diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sampai memenuhi bahan yang telah ditetapkan. Parameter standar
ekstrak meliputi kandungan organoleptik, kelarutan, keasaman, bobot jenis,
viskositas/kekentalan,

kadar

air,

bahan

padat

total,

zat

identitas

kromatografi, analisa kualitatif dan kuantitatif, kemantapan fisika dan kimia.

profit

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut dengan pelarut
yang sesuai. Faktor yang mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah kecepatan
difusi zat yang larut melalui lapisan batas antara pelarut dengan simplisia.
Struktur kimia yang berbeda mempengaruhi kelarutan dan stabilitas zat aktif
terhadapa pemanasan, logam berat, udara, cahaya dan derajat keasaman.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam
dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Secara umum, pelarut metanol
merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa
organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit
sekunder.
Tipe reaksi secara sistematik dalam terminologi mekanisme reaksi organik
meliputi, tipe kondensasi karbon-karbon Claisen (1) dan Michael (2) ditandai
dengan dasar-dasar polarisasi dan ionisasi, substitusi nukleofilik C-, N-, dan Oalkilasi dengan S metionin dan fosfat, eliminasi, oksidasi, reduksi, dehidrogenasi,
tata ulang Wagner-Meerwein atau ion karbonium sering terjadi terutama pada
biosintesis terpen dan lazimnya pembentukan struktur tidak menurut aturan
isoprena, karboksilasi dan dekarboksilasi.
Pengujian senyawa alkaloid di dalam sampel kulit batang sukun. Uji ini
dilakukan dengan dua ekstrak, yaitu ekstrak etanol dan ekstrak air. Kedua
sampel ini mendapatkan perlakuan yang sama. Setiap sampel dibagi menjadi
dua tabung reaksi, setiap tabung diberi pereaksi yang berbeda. Pada tabung 1
diberi pereaksi dragendof, pereaksi ini mengandung bismut nitrat dan merkuri
klorida dalam asam nitrit dan pada tabung 2 diberi pereaksi mayer, pereaksi ini
mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Pada sampel yang ditambahkan
air, saat penambahan pereaksi mayer membentuk endapan putih yang
berlebihan. Pada sampel yang ditambahkan dengan etanol pada pereaksi mayer
membentuk larutan kuning keruh dan pada pereaksi dragendorf membentuk
endapan jingga. Adanya alkaloid dalam ekstrak yang di uji dengan pereaksi
mayer berikatan dengan kalium iodida dan merkuri klorida sehingga terbentuk
endapan kekuningan. Sedangkan adanya alkaloid dalam ekstrak yang di uji

dengan pereaksi dragendorf berikatan dengan bismuth dan merkuri klorida


sehingga terbentuk jingga kecoklatan. Berdasarkan hasil percobaan ditunjukkan
bahwa terdapat alkaloid dalam sampel kulit batang sukun. Hal ini ditandai
dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi mayer dan larutan coklat
pada pereaksi dragendorf untuk ekstrak air dan terbentuk endapan kuning
pada pereaksi mayer serta larutan jingga pada pereaksi dragendorf untuk
ekstrak etanol.
Pengujian steroid dalam sampel kulit batang sukun. Pertama-tama ekstrak
etanol atau air ditambah asam asetat anhidrat. Kemudian ditambah kloroform
dan dimasukkan ke dalam tabung dan diteteskan dengan asam sulfat pekat. Uji
steroid pada pelarut air dan etanol sama-sama bereaksi negatif. Apabila hasilnya
positif akan membentuk cincin merah kecoklatan. Fungsi penambahan asam
asetat anhidrat untuk membentuk adanya turunan asetil yang terdapat pada
steroid. Pada uji ini digunakan kloroform yang berfungsi untuk melarutkan
steroid. Selanjutnya yaitu penambahan asam sulfat yang berfungsi untuk
mengekstraksi sehingga terbentuk cincin merah kecoklatan antara air maupun
etanol dengan kloroform.
Pengujian senyawa karatenoid pada sampel kulit batang sukun. Pada
pengujian ini sampel ditambahkan dengan asam asetat dan dilanjutkan dengan
kloroform, lalu ditambahkan H2SO4 dengan tujuan untuk menurunkan zat yang
ada sehingga dapat menjadi pembatas dan terbentuk cincin. Uji ini positif
mengandung karatenoid ditandai dengan terbentuknya warna biru kehitaman.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel yang dilarutkan dengan air
membentuk larutan keruh dan pada sampel yang dilarutkan dengan etanol
membentuk larutan bening. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat senyawa
karatenoid di dalam sampel kulit batang sukun.
Pengujian garam alkaloid pada sampel kulit batang sukun. Pada ekstrak air
dan etanol ditambahkan HCl 10%, amonia encer dan kloroform, yang kemudian
dibagi 3, yaitu pembanding, mayer dan dragendorf. Penambahan HCl 10 %
memberikan suasana asam pada larutan, sedangkan amonia encer memberikan
suasana

alkalis

memfraksinasi

pada

dan

sampel.

membentuk

Penambahan
alkaloid

kloroform

dalam

bentuk

berfungsi
basa

untuk

bebasnya.

Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel yang dilarutkan dengan air maupun
etanol membentuk endapan putih kekuningan pada pengujian pereaksi mayer
dan terbentuk larutan coklat pada pengujian pereaksi dragendorf. Hal ini

menunjukkan bahwa sampel kulit batang sukun positif mengandung garam


alkaloid. Begitu pula dengan uji basa kuartener. Pada tumbuhan fungsi alkaloid
adalah untuk melindungi diri dari serangan predator karena alkaloid rasanya
pahit dan dan toksik. Sebagai pengatur tumbuh, karena alkaloid mengandung
atom nitrogen yang merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman untuk
mengikat O2 yang penting untuk fotosintesis, sebagai sumber energi dan
penyimpanan nitrogen.
Pengujian senyawa antosianin di dalam sampel kulit batang sukun. Uji ini
dilakukan dengan cara masing-masing ekstrak diberi larutan asam dan basa.
Penambahan asam menggunakan HCl 10% yang berfungsi memberikan suasana
asam, sedangkan penambahan NaOH berfungsi untuk memberikan suasana
basa. Pada pengujian ini untuk ekstrak air maupun etanol untuk menguji
pengaruh larutan basa positif jika terbentuk warna hijau dan untuk pengaruh
larutan asam positif jika terbentuk warna merah. Berdasarkan hasil pengamatan
diketahui bahwa tidak terdapat senyawa antosianin di dalam sampel kulit batang
sukun. Hal ini ditandai dengan terbentuknya larutan kuning pada fraksi etanol
dan endapan putih pada fraksi air untuk pengujian larutan asam. Sedangkan
pengujian larutan basa untuk fraksi etanol terbentuk larutan kuning dan fraksi air
terbentuk larutan putih keruh.
Pengujian senyawa saponin di dalam sampel kulit batang sukun. Pada uji ini
mula-mula kedua tabung yang berisi ekstrak air maupun etanol diuapkan sampai
tersisa setengah dari volume awalnya. Pada pengujian ini digunakan peraksi HCl
10 % yang berfungsi menghilangkan busa yang terbentuk setelah pengocokan,
dan rata-rata waktu penghilangan busa setelah pengocokan selama kurang lebih
15 menit. Pada pengujian ini positif jika terdapat buih. Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa tidak terdapat senyawa saponin di dalam sampel
kulit batang sukun. Hal ini ditandai dengan tidak terdapat buih pada ekstrak air
maupun etanol.
Pengujian senyawa tanin di dalam sampel kulit batang sukun. Uji ini
dilakukan dengan cara ekstrak sampel ditambahkan 1 ml air yang bertujuan
untuk diencerkan. Kemudian ditambahkan larutan FeCl 3 yang berfungsi untuk
membentuk warna biru atau hijau kehitaman yang menandakan terdapat
senyawa tanin di dalam sampel. Namun pada percobaan ini hasilnya negatif
yang ditandai dengan ter

Anda mungkin juga menyukai