Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman mengkudu telah banyak digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman ini
merupakan tumbuhan perdu yang berasal dari Tahiti dan Hawai. Masyarakat
tradisional Hawai memperoleh sari buah mengkudu dengan cara fermentasi
spontan.tetapi akhir-akhir ini mengkudu telah banyak diolah menjadi berbagai
macam jenis produk seperti sari buah (tanpa fermentasi), sirup, tablet dan kapsul
yang dipromosikan sebagai minuman atau makanan kesehatan. Salah satu faktor
yang menjadi kelemahan produk mengkudu adalah aroma dan rasanya yang
menyengat dan kurang disukai oleh masyarakat. Dalam hal ini banyak produk
mengkudu yang beredar dipasaran menutupi aroma dan rasa alami yang kurang
disukai dengan cara pengenceran, penambahan zat-zat lain seperti asam, gula dan
flavor tetapi ada juga yang memodifikasi dalam bentuk lain. (Setiawan, 1999).

Karotenoid yaitu kelompok pigmen yang berwarna jingga, merah atau kuning
serta larut dalam minyak. Senyawa ini ditemukan tersebar luas dalam tanaman,
buah-buahan dan hewan. Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0,5%) bersama-
sama dengan klorofil (9,3%), terutama pada bagian permukaan atas daun dekat
dengan sel palisade. Oleh karenaa itu, pada dedaunan hijau selain klorofil terdapat
juga karotenoid (Winarno, 1991).

Karotenoid pada daun dapat dipisahkan dari klorofil menggunakan


menggunakan metode kromatografi kolom adsorbsi. Pada penggunaan adsorben
alumina dengan eluen heksana, karotenoid akan terpisah dari klorofil, dimana
karotenoid terelusi lebih dulu dibandingkan dengan klorofil. Eluat yang
mengandung karotenoid dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan metode
spektrofotometri (Mappiratu, 2015).

Hal yang melatarbelakangi percobaan ini yaitu untuk mempelajari cara isolasi
karotenoid dari daun mengkudu menggunakan kromatografi kolom adsorbsi.

1.2. Tujuan
Mempelajari cara isolasi karotenoid dari daun mengkudu menggunakan
kromatografi kolom adsorbsi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karotenoid

Struktur Karotenoid adalah pigmen (pewarna alami) organik yang terjadi


secara alamiah dalam tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya seperti
ganggang, beberapa jenis fungi dan beberapa bakteri. Sekarang terdapat 600
karotenoid yang dikenal, mereka dibagi menjadi dua kelas, xanthophylls dan
karoten. Karotenoid alami (juga dikenal sebagai ekstrak karoten) yang secara
alami dapat memberikan pigmen warna pada berbagai tumbuhan termasuk
buah-buahan dan sayuran. Karotenoid merupakan suatu zat alami yang sangat
penting dan mempunya sifat larut dalam bentuk lemak atau pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air yang merupakan suatu kelompok pigmen berwarna
orange, merah atau kuning. (Ashrie, 2009).
Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik yang pada umumnya
disusun oleh delapan unit isoprene, dimana kedua gugus metil yang dekat
pada molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil
lainnya terletak pada posisi C1dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda
terkonjugasi. Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya
empat gugus metil dan selalu terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara
gugus meti tersebut. Adanya ikatan ganda terkonjugasi dalam ikatan
karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang menyebabkan
terbentuknya warna pada karotenoid. Semakin banyak ikatan ganda
terkonjugasi, maka makin pekat warna pada karotenoid tersebut yang
mengarah ke warna merah ( winarno, 2004).
Menurut Ranganna (1979), karotenoid dapat digolongkan atas empat
golongan, yaitu :
1. Karotenoid hidrokarbon C40H56 ; yang termasuk golongan ini adalah α-β-ϒ-
karoten dan likopen
2. Xantovil dan derivat-derivat karoten yang mengandung oksigen dan gugus
hidroksil (C40H55OH) ; yang termasuk dalam golongan ini adalah
kriptosantin, kapsantin, torularhordin dan lutein (C40H55(OH)2).
3. Ester xantofil yaitu ester xantofil asam lemak,misal zeasantin.
4. Asam karotenoid yaitu derivat karotenoid yang mengandung gugus
karboksil.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), karotenoid merupakan senyawa
yang mempunyai rumus kimia sesuai atau mirip dengan karoten. Terdapat 2
jenis karotenoid yaitu :
1. Karoten adalah hidrokarbon atau turunannya yang terdiri dari unit
isoprena (diena). Beberapa senyawa karotenoid yaitu α-β-ϒ- karoten,
likopen.
2. Xantofil merupakan karotenoid yang mengandung gugus hidroksil.
Xantofil umum biasanya berupa monohidroksi karotena (lutein,
rubixantin), dihiroksi karotena (zeaxantin), atau dihidroksiepoksikarotena
(violaxantin).
β-karoten merupakan salah satu dari sekitar 500 karotenoid yang ada
dialam dan mempunyai aktivitas vitamin A paling tinggi. Sumber utama β-
karoten adalah wortel, namun jika dikonsumsi dalam jumlah besar dapat
membahayakan karena mengandung substansi nitrosamid, nitrit dan
falcarinol. FDA telah menyetujui β-karoten kristal murni sebagai food
additive yang digunakan untuk makanan, obat-obatan dan kosmetik
(Suwandi, 1991)

Keterangan :

Gambar. 1.
2.1. Daun Mengkudu
Mengkudu tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman
iniadalah noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga),
Ungcoikan (bahasa myanmar) dan Aceh (bahasa Hindi). Tanaman ini tumbuh
didaratan rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi dari pohon
mengkudu itu sendiri mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna
putih. Buahnya merupakan buah majemuk,yang masih muda berwarna hijau
mengkilap dan memiliki totol-totol dan ketika sudah tua berwarna putih
dengan bintik-bintik hitam. (Djauhariyah, 2006)
Menurut Djauhariya (2003) klasifikasi mengkudu adalah sebagai berikut ;
Kindom : Plantae
Plantae : Tracheobionta
Sub divisi : Spermatophyte
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
Daun mengkudu besar dan tunggal, daunnya kebanyakan bersilang
berhadapan, bertangkai, bulat telur hingga bentuk elips, kebanyakan dengan
ujung runcing, sisi atas hijau tua mengkilat, sama sekali gundul, 5 - 17 cm.
Daun penumpu bentuknya bervariasi, kadang bulat telur, bertepi rata, hijau
kekuningan, gundul, dengan panjang 1,5 cm, dibawah karangan bunga selalu
cukup tinggi dan tumbuh menjadi satu. Peruratan daun menyirip. Daun
mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizinya tinggi karena banyak
mengandung vitamin A (Peter, 2000).
Daun mengkudu berbentuk bulat telur atau lonjong dengan meruncing
(lanset), bertangkai dengan lebar 8 - 15 cm dan panjang 10-20 cm. Warna
daunnya hijau mengkilap dan tidak berbulu. Tepi daunnya bergelombang
dengan ujung daun lancip. Letak daun mengkudu berhadap-hadapan secara
bersilang (wijayakusuma, 2007). Pangkal daun berbentuk pasak dengan
ukuran 0,5-2,5 cm dan tulang daunnya menyirip. Daun mengkudu
mempunyai rasa agak pahit tetapi mengandung vitamin A yang tinggi yakni
6000 SI/100 g (Tajoedin dan iswanto, 2009).
Kandungan pada buah mengkudu yakni diantaranya morindon,morindin,
morindonigrin, antrakuinon, klororubin, monometil eter, damnachantal,
asperulosida, saranjidiol, sterol, resin, glikosida, zat kapur, protein, zat besi,
karoten, asam glutamate, asam askorbat, tirosin, tiamin, asam ursalat,
proxeronin, skopoetin, alkaloid, asam benzoat, asam oktanoat, potassium,
terpenoid, glukosa, eugenol, heksanal, glikosida flavon, asam oleat, dan asam
palmitat. Beberapa glikosida plavonol yang baru telah berhasil diidentifikasi
yaitu glikosida iridoit dari daun mengkudu, ester asam lemak trisakarida,
rutin, dan asam asperulosida pada buah mengkudu. Kandung flavonoid total
dalam daun mengkudu adalah 254 mg/100 g fw (Rusli, 2012).
2.3. Kromatografi Kolom.
Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisi yang
digunakan luas karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic.
Kromatografi kolom sering kali digunakan untuk memurnikan senyawa
dilaboratorium. Kromatografi kolom bekerja berdasarkan skala yang lebih
besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal.
Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan berdasarkan pada
perbedaan daya adsorbsi suatu adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik
pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip dari kromatografi kolom ini
adalah adsorbsi (Adnan, 1997)
Pemisahan kromatografi kolom adsorbsi didasarkan pada adsorbsi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom teradsorbsi termasuk pada cara
pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa diam yang
sifatnya tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya adalah cairan atau
pelarut yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom.
Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar
muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan
relatif komponen padafasa bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen
dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorbsi pada permukaan adsorben
sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan
beberapa saat dipermukaan adsorben dan masuk kembali pada fasa bergerak
(Yazid, 2005)
Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu
kolom yang diisi dengan fase stasioner dancairan (pereaksi) sebagai fase
mobil untuk mengetahui banyaknya komponen, contoh yang keluar melalui
kolom. Pengisian kolom dilakukan dengan memasukkan adsorben dalam
bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pemisahan
komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk
mengetahui (Hayani, 2007)
Teknik pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran,
kolom yang dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben)
seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan
pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pemanpat (pengaduk)
untuk memampatkan adsorben dengan gelas wool pada dasar kolom.
Pengisian harus dilakukan secara hati-hati dan sepadat mungkin agar rata
sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara. Untuk membantu
homogenitas pengepakkan biasanya kolom setelah diisi divibrasi, diketok-
ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Sejumlah cuplikan dilarutkan
dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan
mengalir kedalam adsorben.komponen-komponen dalam campuran
diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita
sempit pada permukaan atas kolom, dengan penambahan pelarut (eluen)
secara terus-menerus, masing-masing komponen akab bergerak turun melalui
kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara
bahan penyerap, komponen campuran dan eluen.
Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen yang satu dengan
yang lainnya bergerak kebagian pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan
semua parameter pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom,
adsorben, perlarut dan kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita
(zona-zona) yang setiap zona memiliki satu macam kompone. Setiap zona
yang keluar dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona
yang lain keluar dari kolom. Komponen (eluat) yang diperoleh dapat
diteruskan untuk ditetapkan kadarnya, misalnya dengan cara titrasi atau
spektofotometri (Yazid, 2005)
.3. Spektofotometer
Spektofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau adsorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektofotometer ini, metoda yang sering digunakan disebut
dengan spektofometri. Spektofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi
energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang
gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra, 2009).
Spektronik-20 adalah spektofotometer adsorpsi sinar berkas tunggal.
Spektofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur adsorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada
saat objek/kuvet yang berisi larutan blanko/sampel (durst dan Wrolstad,
2005).
Spektronik-20 merupakan spektometer visible yang susunannya
menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Spektofotometer jenis ini
memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar,
monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya
putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk: lensa B
mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah
keluar setelah dipantulkan dan dipresikan oleh kisi difraksi untuk
memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang
menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke
tabung foto (Gross, 1987)
Keterangan :
Gambar. 2.

Spektofotometer UV-visibel digunakan untuk mengukur absorbansi pada


spectrum daerah UV dan visibel. Instrument ini merupakan bentuk
colorimeter yang dapat menyediakan cahaya monokromatis. Prisma akan
memecah cahaya menjadi komponen warnanya yang dapat langsung menjadi
cahaya monokromatis dari larutan sampel yang dianalisis. Sorotan cahaya
mengandung kekuatan foton. Saat foton mengenai molekul analit, analit akan
mengadsorb foton, sehingga jumlah foton berkurang (Nair, 2007).
BAB III

METODE PERCOBAAN

.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 09 Maret 2019, pukul 10.00
WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tadulako, Palu.
.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu daun mengkudu,


heksan, silica gel, tisu,kapas dan aluminium foil.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik, kolom
kromatografi, erlenmeyer 100 ml, pipet tetes, corong kaca, gelas kimia 100
ml, labu rotary, klem dan statif, rotary vakum evaporator, dan spektofometer.
.3. Prosedur Kerja

Disiapkan daun mengkudu, kemudian pisahkan dari tangkainya dan


dikeringkan dengan sinar matahari hingga kering. Kemudian daun mengkudu
kering diblender dan ayak dengan ayakan 600 mesh (ayakan tepung) dan
tepung yang dihasilkan disimpan dalam kantong plastik. Selanjutnya daun
mengkudu dalam bentuk tepung diekstrak dengan pelarut heksana, kemudian
ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vakum evaporator. Setelah
itu ekstrak pekat disimpan untuk dielusi, lalu disiapkan kolom kromatografi,
kemudian packing kolom dengan adsorben silica gel hingga tinggi adsorben
dalam mencapai 80% volume kolom dan diisikan kertas saring pada
permukaan adsorben. Selanjutnya dimasukkan ekstrak pekat kedalam kolom
sebanyak 2 ml, kemudian elusi dengan eluen heksana hingga terjadi
pemisahan karotenoid dan keluar dari kolom. Setelah itu eluat yang diperoleh
diukur serapannya pada panjang gelombang 450 nm dan ditentukan

A
konsentrasinya dengan persamaan berikut : c=
2500 × b
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil
.
1. Bubuk daun mengkudu diekstrak Larutan berwarna hijau pekat
dengan pelarut heksana +
Pendiaman
2. Larutan dipasang pada rotary Larutan menjadi pekat dan
vakum evaporator pelarutnya terpisah dari zat
terlarutnya dalam larutan.
3. Larutan metabolit sekunder Larutan berwarna kuning yang
dimasukkan dalam kolom menandakan karotenoid
kromatografi yang telah dipeking
4. Larutan diukur adsorbansinya pada Nilai adsorbansinya sebesar
panjang gelombang 450 nm 0,303
menggunakan spektronik 20.
4.2. Pembahasan

Karotenoid adalah pigmen (pewarna alami) organik yang terjadi secara


alamiah dalam tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya seperti
ganggang, beberapa jenis fungi dan beberapa bakteri. Sekarang terdapat 600
karotenoid yang dikenal, mereka dibagi menjadi dua kelas, xanthophylls dan
karoten. Karotenoid alami (juga dikenal sebagai ekstrak karoten) yang secara
alami dapat memberikan pigmen warna pada berbagai tumbuhan termasuk
buah-buahan dan sayuran. Karotenoid merupakan suatu zat alami yang sangat
penting dan mempunya sifat larut dalam bentuk lemak atau pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air yang merupakan suatu kelompok pigmen berwarna
orange, merah atau kuning. (Ashrie, 2009).

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara isolasi karotenoid dari


daun mengkudu menggunakan metode kromatografi kolom adsorbsi. Prinsip
kerja kromatografi kolom didasarkan pada absorbsi komponen-komponen
campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan fasa diam. Adsorben
yang digunakan yakni silika gel sedangkan eluen yang digunakan yakni n-
heksan.
Pada pelakuan pertama yaitu mengeringkan daun mengkudu yang
bertujuan untuk melepaskan kadar air yang masih terkandung didalamnya.
Kemudian daun mengkudu yang telah dikeringkan dihancurkan dengan
menggunakan blender. Hal ini dilakukan agar daun mengkudu dapat lebih
mudah diekstraksi, yakni dimana jika semakin kecil luas permukaan sampel
maka proses pelaruan sampel terhadap pelarut sehingga akan semakin
efisiennya pengekstraksian dan menghasilkan hasil sampel yang lebih
optimal. Selanjutnya, melarutkan bubuk daun mengkudu menggunakan
pelarut n-Heksan. Penggunaan n-Heksan yakni untuk melarutkan kandungan
senyawa karotenoid yang berada pada daun mengkudu. pelarut heksan dipilih
karena karotenoid memiliki sifat non polar sehingga pelarut yang digunakan
harus pelarut yang juga bersifat non polar. Menurut Casiday dan Frey (2001),
untuk melarutkan molekul non polar yang hanya memiliki interaksi yang
lemah dengan adsorben yaitu interaksi van der waals, dibutuhkan pelarut non
polar yang juga hanya memiliki interaksi yang lemah. Meskipun solut dan
pelarut tidak membentuk interaksi yang kuat satu sama lain (hanya interaksi
van der waals) pelarutan terjadi secara spontan.
Selanjutnya dilakukan proses pengadukan menggunakan shaker agar
ekstrak daun mengkudu dan pelarut heksan dapat bercampur sempurna.
Setelah itu ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary vakum
evaporator yang bertujuan untuk menguapkan pelarut namun ekstrak daun
mengkudu akan menguap. Kemudian menyiapkan kolom kromatografi
bertujuan untuk memurnikan suatu zat dengan metode pemisahan, kemudian
mempeking kolom dengan adsorben silika gel sampai tingginya 80% volume
kolom, dimana silika gel berfungsi sebagai fase diam dan pelarut heksan
sebagai fase geraknya. Pemilihan silika gel sebagai fase diam karena silika
gel mampu bertindak sebagai adsorben yang baik sehingga dapat digunakan
untuk memisahkan karotenoid dari klorofil, sedangkan pemilihan heksan
sebagai fase geraknya dikarenakan sifat heksan yang non polar. Kemudian
dielusi dengan eluen heksana hingga terjadi pemisahan karotenoid dan keluar
dari kolom. Hasil dari pemisahan ini didapatkan ekstrak karotenoid yang
berwarna kuning. Menurut Winarno (1991), karotenoid merupakan kelompok
pigmen yang berwarna kuning, jingga, merah jingga serta larut dalam
minyak.
Selanjutnya ekstrak karotenoid yang telah diperoleh dianalisis dengan
spektrofotometer visible untuk mengukur adsorbansi larutan. Nilai adsorbansi
pada panjang gelombang 450 nm sebesar 0,303 g/100 ml.
BAB V

PENUTUP

.1. Kesimpulan

1. Karotenoid adalah pigmen (pewarna alami) organik yang terjadi secara


alamiah dalam tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya.
2. Pada percobaan ini karotenoid dari daun mengkudu diisolasi dengan
metode kromatografi kolom adsorpsi. Fase gerak yang digunakan adalah
pelarut heksan dan fase diam silika gel.
3. Nilai adsorbansi yaitu sebesar 0,303 dengan konsentrasi sebesar 1,2 x 10 -3
g/100 ml.

5.2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum diperlukan ketelitian yang tinggi
agar tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Referensi,
ANALISIS DATA

Dik : C = konsentrasi (g/100 ml)


A = adsorbansi pada panjang gelombang maksimum
b = tebal kuvet 0,1 cm

Dit : C = ........?

A
Peny : C=
2 500 ×b

0,303
C=
2 500 ×0,1
C = 1,2 × 10-3 g/100 ml

Anda mungkin juga menyukai