PENDAHULUAN
Tanaman mengkudu telah banyak digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman ini
merupakan tumbuhan perdu yang berasal dari Tahiti dan Hawai. Masyarakat
tradisional Hawai memperoleh sari buah mengkudu dengan cara fermentasi
spontan.tetapi akhir-akhir ini mengkudu telah banyak diolah menjadi berbagai
macam jenis produk seperti sari buah (tanpa fermentasi), sirup, tablet dan kapsul
yang dipromosikan sebagai minuman atau makanan kesehatan. Salah satu faktor
yang menjadi kelemahan produk mengkudu adalah aroma dan rasanya yang
menyengat dan kurang disukai oleh masyarakat. Dalam hal ini banyak produk
mengkudu yang beredar dipasaran menutupi aroma dan rasa alami yang kurang
disukai dengan cara pengenceran, penambahan zat-zat lain seperti asam, gula dan
flavor tetapi ada juga yang memodifikasi dalam bentuk lain. (Setiawan, 1999).
Karotenoid yaitu kelompok pigmen yang berwarna jingga, merah atau kuning
serta larut dalam minyak. Senyawa ini ditemukan tersebar luas dalam tanaman,
buah-buahan dan hewan. Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0,5%) bersama-
sama dengan klorofil (9,3%), terutama pada bagian permukaan atas daun dekat
dengan sel palisade. Oleh karenaa itu, pada dedaunan hijau selain klorofil terdapat
juga karotenoid (Winarno, 1991).
Hal yang melatarbelakangi percobaan ini yaitu untuk mempelajari cara isolasi
karotenoid dari daun mengkudu menggunakan kromatografi kolom adsorbsi.
1.2. Tujuan
Mempelajari cara isolasi karotenoid dari daun mengkudu menggunakan
kromatografi kolom adsorbsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karotenoid
Keterangan :
Gambar. 1.
2.1. Daun Mengkudu
Mengkudu tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman
iniadalah noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga),
Ungcoikan (bahasa myanmar) dan Aceh (bahasa Hindi). Tanaman ini tumbuh
didaratan rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi dari pohon
mengkudu itu sendiri mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna
putih. Buahnya merupakan buah majemuk,yang masih muda berwarna hijau
mengkilap dan memiliki totol-totol dan ketika sudah tua berwarna putih
dengan bintik-bintik hitam. (Djauhariyah, 2006)
Menurut Djauhariya (2003) klasifikasi mengkudu adalah sebagai berikut ;
Kindom : Plantae
Plantae : Tracheobionta
Sub divisi : Spermatophyte
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
Daun mengkudu besar dan tunggal, daunnya kebanyakan bersilang
berhadapan, bertangkai, bulat telur hingga bentuk elips, kebanyakan dengan
ujung runcing, sisi atas hijau tua mengkilat, sama sekali gundul, 5 - 17 cm.
Daun penumpu bentuknya bervariasi, kadang bulat telur, bertepi rata, hijau
kekuningan, gundul, dengan panjang 1,5 cm, dibawah karangan bunga selalu
cukup tinggi dan tumbuh menjadi satu. Peruratan daun menyirip. Daun
mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizinya tinggi karena banyak
mengandung vitamin A (Peter, 2000).
Daun mengkudu berbentuk bulat telur atau lonjong dengan meruncing
(lanset), bertangkai dengan lebar 8 - 15 cm dan panjang 10-20 cm. Warna
daunnya hijau mengkilap dan tidak berbulu. Tepi daunnya bergelombang
dengan ujung daun lancip. Letak daun mengkudu berhadap-hadapan secara
bersilang (wijayakusuma, 2007). Pangkal daun berbentuk pasak dengan
ukuran 0,5-2,5 cm dan tulang daunnya menyirip. Daun mengkudu
mempunyai rasa agak pahit tetapi mengandung vitamin A yang tinggi yakni
6000 SI/100 g (Tajoedin dan iswanto, 2009).
Kandungan pada buah mengkudu yakni diantaranya morindon,morindin,
morindonigrin, antrakuinon, klororubin, monometil eter, damnachantal,
asperulosida, saranjidiol, sterol, resin, glikosida, zat kapur, protein, zat besi,
karoten, asam glutamate, asam askorbat, tirosin, tiamin, asam ursalat,
proxeronin, skopoetin, alkaloid, asam benzoat, asam oktanoat, potassium,
terpenoid, glukosa, eugenol, heksanal, glikosida flavon, asam oleat, dan asam
palmitat. Beberapa glikosida plavonol yang baru telah berhasil diidentifikasi
yaitu glikosida iridoit dari daun mengkudu, ester asam lemak trisakarida,
rutin, dan asam asperulosida pada buah mengkudu. Kandung flavonoid total
dalam daun mengkudu adalah 254 mg/100 g fw (Rusli, 2012).
2.3. Kromatografi Kolom.
Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisi yang
digunakan luas karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic.
Kromatografi kolom sering kali digunakan untuk memurnikan senyawa
dilaboratorium. Kromatografi kolom bekerja berdasarkan skala yang lebih
besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal.
Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan berdasarkan pada
perbedaan daya adsorbsi suatu adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik
pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip dari kromatografi kolom ini
adalah adsorbsi (Adnan, 1997)
Pemisahan kromatografi kolom adsorbsi didasarkan pada adsorbsi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom teradsorbsi termasuk pada cara
pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa diam yang
sifatnya tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya adalah cairan atau
pelarut yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom.
Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar
muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan
relatif komponen padafasa bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen
dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorbsi pada permukaan adsorben
sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan
beberapa saat dipermukaan adsorben dan masuk kembali pada fasa bergerak
(Yazid, 2005)
Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu
kolom yang diisi dengan fase stasioner dancairan (pereaksi) sebagai fase
mobil untuk mengetahui banyaknya komponen, contoh yang keluar melalui
kolom. Pengisian kolom dilakukan dengan memasukkan adsorben dalam
bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pemisahan
komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk
mengetahui (Hayani, 2007)
Teknik pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran,
kolom yang dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben)
seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan
pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pemanpat (pengaduk)
untuk memampatkan adsorben dengan gelas wool pada dasar kolom.
Pengisian harus dilakukan secara hati-hati dan sepadat mungkin agar rata
sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara. Untuk membantu
homogenitas pengepakkan biasanya kolom setelah diisi divibrasi, diketok-
ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Sejumlah cuplikan dilarutkan
dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan
mengalir kedalam adsorben.komponen-komponen dalam campuran
diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita
sempit pada permukaan atas kolom, dengan penambahan pelarut (eluen)
secara terus-menerus, masing-masing komponen akab bergerak turun melalui
kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara
bahan penyerap, komponen campuran dan eluen.
Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen yang satu dengan
yang lainnya bergerak kebagian pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan
semua parameter pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom,
adsorben, perlarut dan kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita
(zona-zona) yang setiap zona memiliki satu macam kompone. Setiap zona
yang keluar dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona
yang lain keluar dari kolom. Komponen (eluat) yang diperoleh dapat
diteruskan untuk ditetapkan kadarnya, misalnya dengan cara titrasi atau
spektofotometri (Yazid, 2005)
.3. Spektofotometer
Spektofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau adsorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektofotometer ini, metoda yang sering digunakan disebut
dengan spektofometri. Spektofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi
energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang
gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra, 2009).
Spektronik-20 adalah spektofotometer adsorpsi sinar berkas tunggal.
Spektofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur adsorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada
saat objek/kuvet yang berisi larutan blanko/sampel (durst dan Wrolstad,
2005).
Spektronik-20 merupakan spektometer visible yang susunannya
menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Spektofotometer jenis ini
memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar,
monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya
putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk: lensa B
mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah
keluar setelah dipantulkan dan dipresikan oleh kisi difraksi untuk
memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang
menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke
tabung foto (Gross, 1987)
Keterangan :
Gambar. 2.
METODE PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 09 Maret 2019, pukul 10.00
WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tadulako, Palu.
.2. Bahan dan Alat
A
konsentrasinya dengan persamaan berikut : c=
2500 × b
BAB IV
No Perlakuan Hasil
.
1. Bubuk daun mengkudu diekstrak Larutan berwarna hijau pekat
dengan pelarut heksana +
Pendiaman
2. Larutan dipasang pada rotary Larutan menjadi pekat dan
vakum evaporator pelarutnya terpisah dari zat
terlarutnya dalam larutan.
3. Larutan metabolit sekunder Larutan berwarna kuning yang
dimasukkan dalam kolom menandakan karotenoid
kromatografi yang telah dipeking
4. Larutan diukur adsorbansinya pada Nilai adsorbansinya sebesar
panjang gelombang 450 nm 0,303
menggunakan spektronik 20.
4.2. Pembahasan
PENUTUP
.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum diperlukan ketelitian yang tinggi
agar tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi,
ANALISIS DATA
Dit : C = ........?
A
Peny : C=
2 500 ×b
0,303
C=
2 500 ×0,1
C = 1,2 × 10-3 g/100 ml