PERCOBAAN I
ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA POHON
(Manihot utilissima Pohl)
OLEH
KELAS : B
KELOMPOK : II (DUA)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2017
PERCOBAAN I
ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA POHON
(Manihot utilissima Pohl)
A. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah :
B. Teori Umum
Selama ini, masyarakat hanya mengenal daun singkong sebagai sayuran
yang cukup tinggi (sekitar 27,5%), senyawa organik flavonoid, triterpenoid, tanin
serta saponin. Flavonoid dan saponin sejak lama diketahui memiliki aktivitas
antimikroba dan antivirus. Demikian juga triterpenoid yang sering ditemukan pada
banyak tanaman obat dan diketahui memiliki aktivitas antivirus dan antibakteri,
serta dapat mengobati kerusakan pada kulit.11 Flavonoid yang diisolasi dari daun
singkong sebesar 100-200 μg/ml dapat mengurangi degranulasi sel mast yang
besar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan antara lain terpenoid, alkaloid,
dan senyawa fenol. Flavonoid merupakan derivat dari senyawa fenol. Secara umum,
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga
karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Gugus hidroksil (-
OH) hampir selalu terdapat dalam flavonoid, khususnya pada cincin B di posisi 3’
dan 4’, cincin A pada posisi 5 dan 7, atau cincin C pada posisi 3. Gugus hidroksil
kelarutan flavonoid dalam air. Sebagian besar flavonoid disimpan dalam vakuola
yang terikat gula pada gugus hidroksilnya), biflavonoid (flavonoid biner), flavonoid
sulfat (flavonoid yang berikatan dengan satu atau lebih gugus sulfat), dan aglikon
pigmen warna), flavonol dan flavon (perlindungan terhadap radiasi UV berlebih dan
sebagai sinyal biologis), dan isoflavon (flavonoid biner yang banyak berperan
flavonoid disintesis oleh prekursor yang sama (fenilalanin, yang merupakan asam
amino aromatik) melalui jalur biosintesis asam sikimat yang khas hanya terdapat
pada tumbuhan[2].
tepung sari, dan akar. Flavonoid di dala tumbuhan biasanya terikat dengan gugus
gula sebagai glikosida dan aglikon dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida.
menunjukkan serapan kuat pada daerah spektrum sinar UV dan spektrum sinar
tampak. Aglikon flavonoid merupakan polifenol yang mempunyai sifat kimia yang
sama seperti senyawa fenol yaitu memiliki sifat agak asam sehingga dapat larut
dalam basa. Flavonoid yang telah diisolasi dari tumbuhan mempunyai berbagai
antimikroba, anti virus, anti jamur, obat infeksi pada luka, mengurangi pembekuan
kanker[3].
sebagai free radical scavengers dengan melepaskan atom hidrogen dari gugus
aktivitasnya berkurang dan tetap stabil. Radikal bebas yang sudah distabilkan akan
karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran, sehingga untuk
mendapatkan materi yang murni (isolat) dari suatu campuran, maka dilakukan
proses pemiahan[3]. Kemurnian senyawa hasil isolasi diuji dengan pola noda KLT
dan titik leleh. Identifikasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan spektrofotometri
IR[5].
tanaman pada umum terdapat dalam bentuk glikosida. Senyawa glikosida flavonoid
ini pada saat dikonsumsi akan terhidrolisis di lambung menjadi bentuk aglikonnya.
Hidrolisis dilakukan dengan menggunakan asam klorida pada pH 2-3 dengan tujuan
akan dipisahkan antara dua buah fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat
komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan
tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak
lebih cepat. Beberapa teknik kromatografi yang banyak digunakan antara lain
antara padatan penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau
aluminium dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati adsrobent
analisisnya. Di dalam analisis dengan KLT, sampel dalam jumlah yang sangat kecil
ditotolkan menggunakan pipa kapiler di atas permukaan pelat tipis fase diam
yang berisi sedikit pelarut pengembang. Oleh aksi kapiler, pelarut mengembang
untuk keberhasilan analisis dengan KLT. Umumnya, fasa gerak dalam KLT
ditemukan dengan coba-coba dan jarang sekali yang didasarkan pada pengetahuan
C. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Ketela Pohon[7]
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
2. Deskripsi
Batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas, dan panjang, yang
tergantung kulit luar, tetapi batang yang masih muda umunya berwarna hijau dan
setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu, atau coklat kelabu.
Empulur batang berwarna putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus.
Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9 helai.
Daun ubi kayu biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru,
terutama daun yang masih muda (pucuk). Tanaman ubi kayu dapat beradaptasi
1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Hot plate
c. Erlenmeyer 500 ml
d. Erlenmeyer 1000 ml
e. Corong
f. Rabung reaksi
g. Spatula
h. Plat KLT
i. Pipet kapiler
j. Gelas kimia
k. Waterbath
m. Cawan porselen
n. Lampu UV-Vis
o. Oven
2. Bahan
a. Akuades
c. Etanol 96%
d. HCl 2 N
e. n-heksan
f. Aluminium foil
g. Dietil eter
h. Metanol
i. Na2SO4
j. Kapas
k. Kertas saring
E. Prosedur Kerja
Filtrat
- Dimasukkan ke dalam lemari pendingin hingga terbentuk kristal
yang berwarna kekuningan
- Dipisahkan padatan dari larutan
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 40˚ C selama 3 jam
- Diambil endapan sedikit dengan spatula kecil
- Dilarutkan dalam 2 ml campran methanol dan air 1:1
- Diambil sisa padatan, dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 5 ml HCL 2 N
- Dipanaskan dalam water bath selama 1 jam
Lapisan eter
- hasil ekstraksi 1, 2, 3
- Dicampurkan
- Disaring melalui kertas saring yang berisi 3 gram natrium sulfat
- Diuapkan cairan yang telah diperoleh menggunkan hot plate
- Dilarutkan residu yang diperoleh dengan 2 ml etanol (sampel 2)
- Ditotolkan pada plat KLT sampel 1 dan 2
- Dielusi menggunakan pengembang n-heksan : etil asetat = 7:3
- Disemprot hasil elusi dengan penampak bercak uap ammonia
- Diamat dibawah lampu UV-Vis 254 dan 366 nm
Hasil pengamatan ?
F. Hasil Pengamatan
Perlakuan Gambar
Penimbangan
Sampel mendidih
Hijau pekat
Terbentuk 2 lapisan
Agak kekuningan
G. Pembahasan
Isolasi senyawa kimia dari bahan alam adalah sebuah usaha bagaimana
isolasi senyawa dari bahan alami ini mentargetkan untuk mengisolasi senyawa
metabolit sekunder, karena senyawa metabolit sekunder diyakini dan telah diteliti
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Sehingga praktikum kali ini
singkong/ketela pohon.
hampir di seluruh dunia. Indonesia termasuk salah satu negara penghasil singkong
utama dunia setelah Brazilia dan Zaire. Tanaman Singkong banyak di tanam di
air hujan. Tanaman singkong dapat diolah sebagai bahan makanan, dan daunnya
dibuat sayuran, tetapi untuk pengobatan masih jarang digunakan. Salah satu
senyawa yang terkandung di dalam daun singkong adalah flavonoid rutin. Rutin
Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula dan
komponen bukan gula pada reaksi hidrolisis. Glikosida terdiri atas gabungan dua
bagian senyawa, yaitu gula (glikon) dan bukan gula (aglikon atau genin).Kedua
bagian senyawa tersebut dihubungkan oleh suatu ikatan berupa jembatan oksigen
berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya mempunyai sejumlah
sifat yang sama. Saat ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid, yang berupa senyawa
yang larut dalam air. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah
bila ditambahkan basa atau amoniak, sehingga flavonoid mudah dideteksi pada
gula berikatan dengan O-aglikon). Rutin daun singkong (satu zat aktif) sebagai
bahan obat-obatan dan kosmetik, serta jadi zat pengatur tumbuh tanaman. Karena
sifatnya yang polar maka pengisolasian rutin dilakukan dengan penggunaan pelarut
polar yaitu air, dengan penggunaan air yang kemudian dipanaskan membuat semua
senyawa polar tertarik bersama filtrate. Hal ini merupakan salah satu kerugian
yang dapat larut bersama air. Sehingga metode yang digunakan yaitu metode
infundasi.
menyari zat kandungan zat aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar
oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak
boleh disimpan lebih dari 24 jam. Digunakan metode infundasi karena proses cepat
serta pelarut yang digunakan adalah air yang bersifat polar. Setelah dilarutkan
menggunakan air yang dipanaskan, selanjutnya dilakukan proses pemisahan antara
Karena media air yang digunakan memungkinkan timbulnya jamur atau bakteri jika
disimpan di suhu ruang. Endapan yang diperoleh disaring dan dicuci dengan
bertambah dan terbebas dari pengotor-pengotor yang tidak ingin diisolasi, namun
3 jam. Setelah kering, dilakukan uji titik leleh untuk membandingkan titik leleh rutin
yang telah ada pada literatur dengan rutin yang diperoleh pada saat praktikum.
Ketika memiliki titik leleh yang sama, hal ini menyatakan bahwa percobaan untuk
mendapatkan isolasi glikosida flavonoid ini berhasil. Titik leleh pada instrumen di
atur pada 330oC – 360 oC. Pada saat dilakukan pengukuran di uji titik lelehnya
menggunakan alat automatic melting point, hasil dari pengukuran titik leleh dari
kristal sampel yang diperolah tidak sesuai dengan literatur yaitu sekitar 242oC. Hasil
yang kami peroleh yaitu 342,9 oC serta tidak menunjukkan pergerakan dari rutin
menggambarkan kristalnya yang telah meleleh. Hal ini dapat dilihat dari perubahan
warna bahan menjadi hitam saat diukur titik lelehnya dan pada isolat juga
kuning.
Hal ini bisa terjadi karena kesalahan pada saat preparasi sampel yang
seharusnya dicuci oleh metanol dingin yang dicampur dengan air dingin. Karena
rutin dapat terbentuk pada suhu rendah dan salah satunya adalah kurangnya
1. Rutin merupakan salah satu jenis glikosida flavonoid yang bersifat polar,
sehingga dapat diekstraksi dengan pelatur polar, seperti air, metanol atau etanol.
2. Analisa dari aglikon dan glikosida ini dapat dilakukan dengan menggunakan
[1] Meilawaty, Z., 2013, Efek Ekstrak Daun Singkong (Manihot utilissima) terhadap
Ekspresi COX-2 pada Monosit yang Dipapar LPS E. Coli, Dental Journal Majalah
Kedokteran Gigi, Vol. 40 (4).
[2] Pambudi, A., Syaefudin, Nita N., Risa S., Purwanty R.A., 2014, Identifikasi
Bioaktif Golongan Flavonoid Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L.),
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Vol. 2 (3).
[3] Putra, R.T., Yani L., Reza A.K., 2015, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid
dalam Tumbuhan Lamun Cymodocea rotundata Ehrenberg & Hemprich Ex
Ascherson, Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba (Kesehatan dan Farmasi),
Farmasi Gelombang 2.
[4] Daniatik, Suwijoyo P.,Sugeng R., 2015, Penentuan Kadar Flavonoid Total Fraksi
Etil Asetat dan Fraksi Kloroform Hasil Hidrolisis Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (BL) Hook f. & Th.) dengan Metode Spektrofotometr
Menggunakan Rutin sebagai Pembanding, Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 3
(1).
[5] Pasaribu, S.P., Erwin, Putri I., 2014, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid
dari Daun Tumbuhan Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.), Jurnal Kimia
Kemahasiswaan, Vol. 11 (2).
[6] Atun, S., 2014, Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan
Alam, Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Vol. 8 (2).
[7] Thamrin, M., Ainul M., Samsul Em., 2013, Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot
utilissima), Agrium, Vol. 18 (1).