C. Dasar Teori
Selama ini, masyarakat hanya mengenal daun singkong sebagai sayuran dan bahan makanan.
Masyarakat kurang mengetahui bahwa daun singkong memiliki banyak manfaat di dunia kesehatan
karena memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi (sekitar 27,5%), senyawa organik
flavonoid, triterpenoid, tanin serta saponin. Flavonoid dan saponin sejak lama diketahui memiliki
aktivitas antimikroba dan antivirus. Demikian juga triterpenoid yang sering ditemukan pada banyak
tanaman obat dan diketahui memiliki aktivitas antivirus dan antibakteri, serta dapat mengobati
kerusakan pada kulit.11
Flavonoid yang diisolasi dari daun singkong sebesar 100-200 μg/ml dapat mengurangi
degranulasi sel mast yang diinduksi senyawa 48,80 albumin pada sebuah penelitian in vitro.
Flavonoid diyakini dapat menghambat prostaglandin [1]. Senyawa bioakif umumnya dihasilkan
melalui metabolisme sekunder. Berbeda dengan metabolit primer, metabolit sekunder lebih berperan
dalam pertahanan dan peran ekologis tanaman dengan lingkungannya. Tiga kelompok besar senyawa
metabolit sekunder pada tumbuhan antara lain terpenoid, alkaloid, dan senyawa fenol.
Flavonoid merupakan derivat dari senyawa fenol. Secara umum, flavonoid merupakan
senyawa dengan 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin
aromatik yang dihubungkan oleh tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.
Gugus hidroksil (OH) hampir selalu terdapat dalam flavonoid, khususnya pada cincin B di posisi 3’
dan 4’, cincin A pada posisi 5 dan 7, atau cincin C pada posisi 3. Gugus hidroksil ini merupakan
tempat menempelnya berbagai gula yang dapat meningkatkan kelarutan flavonoid dalam air.
Sebagian besar flavonoid disimpan dalam vakuola tengah, walaupun disintesis di luar vakuola[2].
Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah, tepung sari, dan akar.
Flavonoid di dala tumbuhan biasanya terikat dengan gugus gula sebagai glikosida dan aglikon dalam
beberapa bentuk kombinasi glikosida. Flavonoid yang telah diisolasi dari tumbuhan mempunyai
berbagai keaktifan biologis antara lain mempunyai keaktifan sebagai obat, insektisida, antimikroba,
anti virus, anti jamur, obat infeksi pada luka, mengurangi pembekuan darah di dalam tubuh,
mempercepat pembekuan darah di luar tubuh, merangsang pembentukan estrogen pada mamalia,
antihipertensi, antioksidan, anti tumor dan kanker[3].
Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan karena flavonoid bertindak sebagai free radical
scavengers dengan melepaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Atom hidrogen yang
dilepaskan mampu berikatan dengan radikal bebas, hingga bermuatan netral. Flavonoid yang
kehilangan atom hidrogen kemudian mengalami resonansi dari gugus hidroksil yang menyebabkan
energi aktivitasnya berkurang dan tetap stabil. Radikal bebas yang sudah distabilkan akan berhenti
melakukan reaksi berantai sehingga mencegah terjadinya kerusakan lipid, protein, atau DNA[2].
Pemisahan merupakan aspek yang paling penting dalam bidang kimia karena kebanyakan
materi yang terdapat di alam berupa campuran, sehingga untuk mendapatkan materi yang murni
(isolat) dari suatu campuran, maka dilakukan proses pemiahan[3].
Kemurnian senyawa hasil isolasi diuji dengan pola noda KLT dan titik leleh. setelah
diperoleh ekstrak dalam isolasi senyawa organik bahan alam adalah pemisahan komponen-
komponen yang terdapa dalam ekstrak tersebut. Teknik yang banyak digunakan adalah kromatografi.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan
antara dua buah fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan
pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat. Beberapa teknik kromatografi yang banyak digunakan antara lain kromatografi
lapis tipis, kromatografi kolom vakum (KCV), kromatgorafi kolom gravitasi (KG), dan
kromatotron[6].
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan komponenkomponen campuran suatu
senyawa yang melibatkan partisipasi suatu senyawa di antara padatan penyerap (adsorbent, fasa
diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau aluminium dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang
mengalir melewati adsrobent (padatan penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses
pengembangan oleh pelarut (elusi). KLT mempunyai peranan penting dalam pemisahan senyawa
organik maupun senyawa anorganik, karena relatif sederhana dan kecepatan analisisnya. Di dalam
analisis dengan KLT, sampel dalam jumlah yang sangat kecil ditotolkan menggunakan pipa kapiler
di atas permukaan pelat tipis fase diam (adsorbent), kemuadian pelat diletakkan dengan tegak dalam
bejana pengembang yang berisi sedikit pelarut pengembang. Oleh aksi kapiler, pelarut mengembang
naik sepanjang permukaan lapisan pelat dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
sampel[6].
Klasifikasi Ketela Pohon[7]
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
https://pdfcoffee.com/laporan-praktikum-fitokimia-ii-pdf-free.html