Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Praktikum yang berjudul Pembuatan Sediaan Infus Manitol 5%, telah di lakukan di
LaboratoriumUNIKAL pada hari Rabu, 12 Oktober 2022. Praktikum ini bertujuan agar dapat
mengtahui proses pembuatan sediaan infus manitol 5% serta dapat melakukan evaluasi fisika
terhadap sediaan infus manitol 5% yang meliputi uji organoleptik, uji penetapan pH, Uji
kejernihan, Uji Partikular dan uji kebocoran.

Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan parenteral volume besar berupa infus
dengan zat aktif manitol. Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Tujuan dari
sediaan infus adalah memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral, memperbaiki keseimbangan asam-basa, memperbaiki volume komponen -
komponen darah, memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh,
memonitor tekanan vena sentral (CVP), memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan
mengalami gangguan (Perry & Potter., 2015).
Manitol berfungsi untuk terapi oedema otak. Manitol adalah suatu hiperosmotik agent yang
digunakan dengan segera meningkat volume plasma untuk meningkatkan aliran darah otak dan
menghantarkan oksigen. Manitol tergolong sebagai obat diuretic osmotik. Diuretik osmotik
terdiri dari dua kata yaitu diuretik dan osmotik. Diuretik ialah obat yang dapat menambah
kecepatan pembentukan urine dengan adanya natriuresis (peningkatan pengeluaran natrium) dan
diuresis (peningkatan pengeluaran H2O). Manitol merupakan golongan obat keras dengan tanda
lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K ditengah lingkaran yang menyentuh garis
tepi lingkaran. Obat ini adalah obat yang harus dibeli dengan resep dokter di Apotek atau
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Syamsuni, 2007).
Sediaan obat yang akan dibuat dalam praktikum kali ini adalah infus yang merupakan
sediaan steril oleh karena itu sebelum proses pembuatan dimulai harus diawali dengan prosedur
cuci tangan. Prosedur mencuci tangan steril berbeda dengan mencuci tangan bersih dan aseptik.
Perbedaannya terletak pada frekuensi cuci tangan dan peralatan sikat untuk menggosok kuku.
Mencuci tangan steril dilakukan sebanyak dua kali cuci tangan baru kemudian dikeringkan oleh
handuk sekali pakai. Pada pencucian tangan steril sabun yang digunakan harus sabun antiseptik
yang baik karena bertujuan untuk membunuh mikroorganisme di tangan. Tujuan dari tidak
bolehnya sembarangan dalam pencucian tangan steril ialah agar tangan benar-benar dalam
keadaan steril saat sesudah pencucian dan tidak boleh terkena benda lain yang memungkinkan
tangan terkontaminasi lagi. Saat semua proses pencucian sudah selesai dan tangan juga sudah
kering maka tangan boleh di katakan steril namun tidak dalam keadaan 100%, pencucian steril
ini juga bertujuan agar meminimalisir kontaminasi bakteri dari tangan.
Langkah mencuci tangan steril yaitu membuka bungkus pembersih kuku, mencuci tangan
dari ujung jari hingga siku dengan air mengalir, mengambil sabun ati septik dan dioleskan pada
tangan dari ujung jari hingga siku, menyikat kuku dengan pembersih kuku hinggabersih,
membersihkan sela-sela jari, punggung dan telapak tangan hingga bersih, memebersihkan
pergelangan tangan sampai siku, membilas satu tangan hingga bersih baru tangan berikutnya.
Membiarkan air menetes dari siku dan mengeringkan tangan dengan blower atau dengan tissue.
Dipastikan posisi siku lebih rendah dari pergelangan tangan. Mengatur kembali posisi lengan
tangan ke semula degan menggunakan tissue sebagai pelapis tangan, dan yang terakhir
memastikan tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu kaca arloji, batang pengaduk, gelas
kimia 500 ml, gelas kimia 100 ml, corong, spatula, pipet tetes, thermometer, Erlenmeyer 1 L dan
500 ml, kertas sraing, kertas membran Kertas membrane 0,45µm dan 0,22µm, otol infus flakon
500, karet tutup flakon, oven seta autoklaf. Sedangkan bahan yang digunakan pada pembuatan
sediaan infus ini digunakan zat aktif yaitu manitol sebanyak 5% yang memiliki kelarutan mudah
larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridin, sangat sukar larut dalam
etanol, praktis tidak larut dalam eter. Pada pembuatan infus ini membutuhkan bahan
pengtonisitas yaitu Natrium Klorida sebanyak 0,0135% , Natrium Hidroksida (NaOH) sebahgai
pengatur pH dan zat eksipien lainnya seperti aqua pro injeksi di tambahakan hingga 700ml.
Setelah alat dan bahan disiapkan , kemudian dilakukan sterilisasi alat-alat yang akan
digunakan dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh
semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi
jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang
paling tahan panas yaitu spora bakteri. Steril menunjukkan kondisi yang memungkinkan
terciptanya kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan keterbatasan tertentu sedangkan
aseptis menunjukkan proses atau kondisi terkendali di mana tingkat kontaminasi mikroba
dikurangi sampai suatu tingkat tertentu di mana mikroorganisme dapat ditiadakan pada suatu
produk. Aseptis menunjukkan keadaan steril yang “tampak” (Lachman dkk., 2018)

Pada percobaan ini dilakukan sterilisasi alat-alat yang digunakan. Pertama-tama alat yang
akan disterilkan, dicuci bersih terlebih dahulu dan dikeringkan. Kemudian untuk alat yang
mempunyai mulut seperti erlenmayer dan gelas ukur ditutup dengan kapas. Kapas berfungsi
untuk menahan uap air yang masuk dan sebagai penguji kebutuhan bakteri terhadap udara atau
kebutuhan oksigen terhadap pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme,. Setelah itu dibungkus
kembali menggunakan kertas sampul coklat yang bertujuan agar semua alat yang di sterilkan
benar-benar steril dari mikroba sehingga tidak ada lagi spora atau mikroba yang masuk.
Autoklaf termasuk dalam pengoperasian sterilisasi basah dimana pada proses sterilisasinya
memerlukan air. Tekanan yang digunakan pada autoklaf ini umumnya 15 Psi atau sekitar 2
atm dan dengan suhu 121oC selama 15-20 menit.

Prinsip kerja autoklaf yaitu saat sumber panas mulai dinyalakan, air di dalam autoklaf akan
mulai mendidih. Uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Jika udara telah
terganti uap air, katup udara atau katup uap akan ditutup sehingga tekanan di dalamnya semakin
bertambah. Saat tekanan telah mencapai suhu sesuai, proses sterilisasi dimulai dan timer akan
mulai menghitung mundur. Setelah proses selesai dijalankan, sumber panas akan langsung
dimatikan dan tekakan akan kembali turun secara perlahan hingga suhunya mencapai 0ºC.
(Tille,2017)
Pada praktikum ini alat yang di sterilkan dengan autoklaf termasuk akuabidest dan botol
infus flakon 500 ml selama 15 menit dengan suhu 121ᴼC. karet tutup flakon disterilkan dengan
cara direndam dengan etanol 70% selama 24 jam. Alkohol 70% berfungsi sebagai cairan yang
mengandung 70% etil alkohol (CH3CH2OH) dan 30% air. Etil alkohol (etanol) membunuh
bakteri melalui 2 cara, yakni denaturasi protein dan pelarutan membran lemak. Protein
merupakan salah satu penyusun dari sel bakteri. Kerja alkohol ini akan lebih efektif jika ada air
didalamnya. Alkohol 70% merupakan campuran antara alkohol sebanyak 70% volume dan air
30% volume (v/v) dan pada alkohol yang konsentrasinya sangat tinggi hanya akan mampu
mendenaturasi protein diluar sel bakteri.. Sterilisasi dilakukan pada Grey area. Setelah
disterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan kedalam white area melalui transfer box.
Zat eksipien ditimbang sesuai dengan formulasi menggunakan neraca analitik di ruang
penimbangan . Manitol 5% sebanyak 10gram, NaCl sebanyak 0,027 gram, NaOH sebanyak
0,0714 ml dan aqua pro Injeksi sebanyak 189,9016 mL. Selanjutnya dilakukan pencampuran di
ruang white area atau disebut juga dengan kelas C. Ruangan yang masuk dalam area ini
merupakan ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang
mixing untuk produksi steril, laboratorium (ruang uji sterilitas). Berdasarkan dapat diketahui
bahwa manitol sangat mudah larut dalam air serta memiliki pH 5,0-7,0 karena manitol mudah
larut dalam air sehingga pada proses pembuatan manitol ini dengan menggunakan pelarut air
yaitu aqua pro injeksi yang telah disterilkan sehingga bebas dari pirogen karena sediaan yang
dibuat tersebut ditujukan untuk injeksi intavena yang langsung dialirkan ke dalam darah literatur
(FI Edisi V,2014).

Anda mungkin juga menyukai