Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 5
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON
(Ekstrak Rheum officinale L.)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

Kelompok : 9
Kelas : Farmasi B

Hasna Ummu Athiyah Alkatiri (201710410311091)

Dosen Pembimbing :
1. Siti Rofida, S.Si, M.Farm.,Apt.

2. Drs.Herra Studiawan, M.Si.,Apt.

3. Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm.,Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 JUDUL
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON (Ekstrak Rheum officinale L.)

1.2 TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan antrakinon

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman

 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Caryophyllales
 Famili : Polygonaceae
 Genus : Rheum
 Spesies. : Rheum officinale L.
Kelembak atau klembak (Rheum officinale ) adalah tumbuhan penghasil bahan obat dan wangi-
wangian. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya. Kelembak juga dijadikan campuran dalam
pembuatan jamu. Khasiat obatnya adalah sebagai laksatif (pencahar). Dalam pengobatan Tionghoa, ia
dinamakan yào yòng dà huáng. Akar dan batangnya dipakai untuk mengobati sembelit (konstipasi), dan
membantu mengatasi penggumpalan darah dan nanah. Orang Indian Amerika Utara juga memakainya
sebagai bagian pengobatan herbal yang dinamakan essiac tea. Tanaman kelembak menyukai daerah
berhawa dingin. Pusat penanamannya adalah di Dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.

2.2 Golongan Senyawa


 Identifikasi Senyawa Antrakinon
Semua antrakinon memberikan warna reaksi yang khas dengan reaksi Borntraeger jika
Amonia ditambahkan: larutan berubah menjadi merah untuk antrakinon dan kuning untuk
antron dan diantron. Antron adalah bentuk kurang teroksigenasi dari antrakinon, sedangkan
diantron terbentuk dari 2 unit antron. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat (rein)
dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi
antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida. Antron
bewarna kuning pucat, tidak menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan
isomernya, yaitu antranol bewarna kuning kecoklatan dan dengan alkali membentuk larutan
berpendar (berfluoresensi) kuat. Oksantron merupakan zat antara (intermediate) antara
antrakinon dan antranol.

UJI IDENTIFIKASI DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

KLT adalah kromatografi serapan, dimana sebagai fasa tetap (diam) berupa zat padat yang
disebut adsorben (penyerap) dan fasa gerak adalah zat cair yang disebut larutan pengembang (Gritter,
1991)
Penyerap untuk KLT ialah silika gel, alumina, kiselgur, dan selulosa. Penyerap biasanya
mengandung pengikat atau mengandung zat tambahan lain. Silika gel Silika gel merupakan penyerap
yang paling banyak dipakai dalam KLT. Senyawa netral yang mempunyai gugusan sampai tiga pasti
dapat dipisahkan pada lapisan yang diaktifkan dengan memakai pelarut organik atau campuran pelarut
yang normal. Karena sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam, maka asam sering agak mudah
dipisahkan, jadi meminimumkan reaksi asam-basa antara penyerap dengan senyawa yang dipisahkan.
Alumina Berbeda dengan silika gel, alumina bersifat sedikit basa dan sering dipakai untuk pemisahan
basa. KLT pada alumina sering dipakai sebagai cara kualitatif cepat. Kiselgur dan selulosa Kiselgur dan
selulosa merupakan bahan penyangga lapisan zat cair yang dipakai dalam sistem KCC, dan lapisan tipis
selulosa berkaitan erat dengan kromatografi kertas klasik. Kromatografi jenis ini selalu dipakai untuk
pemisahan senyawa polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida, dan berbagai senyawa hidrofil
alam lainnya.

Tinjauan Eluen Untuk KLT


FASE DIAM
Fase diam dalam KLT harus mudah didapat. Keistimewaan KLT adalah lapisan tipis
fase diam dan kemampuan pemisahnya.
Silika Gel
Pada umumnya sebagai fase diam digunakan silika gel. Untuk penggunaan dalam
suatu tipe pemisahan perbedaan tidak hanya pada struktur, tetapi juga pori-porinya dan
struktur lubangnya menjadi penting, di samping pemilihan fase gerak. Dalam perdagangan
silika gel mempunyai ukuran 10-40µ. Ukuran ini terutama dipengaruhi oleh ukuran porinya
yang bervariasi dari 20-50Å. Silika gel berpori 80-150 dinamakan berpori besar. Luas
permukaan silika gel bervariasi dari 300-1000m2/g. Silika gel sangan higroskopis. Pada
kelembapan relatif 45-75% dapat mengikat air 7-20%. Masalah aktivitasi silika gel tidak
begitu mempengaruhi kebanyakan jenis pemisahan, tetapi deaktivitas silika gel merupakan
hal yang perlu dipertimbangkan. Beberapa prosedur kromatografi terutama pemisahan yang
menggunakan larutan pengembang anhidrat, mensyaratkan adanya kontrol kandungan air
dalam silika. Kandungan air yang ideal adalah antara 11-12% b/b. Derajat deaktivitasi
ditentukan oleh kelembapan relatif kamar dimana pemisahan dilakukan dan lempeng silika
gel disimpan.
Ada beberapa macam silika gel yang beredar diantaranya:
Silika gel dengan pengikat. Umumnya sebagai pengikat adalah CaSO4 (5-15%). Jenis ini
dinamakan Silica Gel G. Disamping itu ada juga pati sebagai pengikat dan dikenal
sebagai Silica Gel S. Tetapi penggunaan pasti mempunyai kelemahan, terutama jika
penentuan lokasi bercak dengan asam sulfat.
Silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi. Jenis silika gel ini biasanya
berfluoresensi kehijauan jika dilihat pada sinar ultraviolet panjang gelombang pendek.
Sebagai indikator biasanya digunakan timah kadmium atau mangan-timah silika aktif.
Jenis ini dikenal misalnya Silica Gel GF atau GF254.
Silika gel tanpa pengikat. Lapisan ini dibanding dengan yang mengandung CaSO4
menunjukkan lebih stabil. Beberapa produk dinamakan Silica Gel H atau Silica Gel N.
Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indikator Fluoresensi.
Silika gel untuk keperluan pemisahan prepartif. Untuk keperluan Pemisahan preparatif
dapat digunakan Silica Gel PF254 + 366.
Lempeng silika gel dapat dimodifikasi untuk membentuk penyerap fase terbalik
dengan cara menbacemnya menggunakan parafin cair. Minyak silikon, atau dengan lemak.
Lempeng fase terbalik jenis ini digunakan untuk identifikasi hormon-hormon steroid.

FASE GERAK
Pemilihan dari fase bergerak tergantung pada faktor-faktor yang sama seperti dalam
pemisahan kromatografi kolom serapan. Sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik
yang mempunyai polaritas serendah mungkin karena mengurangi serapan dari setiap
komponen dari campuran pelarut. Jika komonen-komponen yang mempunyai sifat polar yang
tinggi (terutama air) dalam campuran cukup akan merubah sistem menjadi sistem partisi.
Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak
sedang, tetapi sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dari dua komponrn
terutama karena campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase terhadap
perubahan suhu. Kemurnian dari pelarut adalah lebih penting dalam KLT daripada bentuk-
bentuk kromatografi lain, karena disini digunakan sejumlah materi yang sedikit. Sistem yang
paling sederhana adalah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi
campuran kedua pelarut ini dapat dengan mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan
dapat terjadi secara optimal.

Pelarut Toluena
Toluene (juga disebut metil benzena), sebelumnya dikenal sebagai toluol, adalah, cairan
yang mudah terbakar dan tidak larut dalam air jernih dengan bau khas pengencer cat. Hal ini
terjadi secara alami dalam minyak bumi minyak mentah dan di pohon tolu. Minyak mentah
Petroleum adalah jauh sumber terbesar toluena. Pengguna terbesar toluena adalah perusahaan
yang membuat bensin. Perusahaan juga menambahkan toluena untuk cat semprot aerosol, cat
dinding, pernis, strip cat, perekat, tinta cetak, Penghilang spot, kosmetik, parfum, dan antibeku.
Toluena juga ditemukan di knalpot mobil dan asap dari rokok.

(Struktur Toluena)

Toluena, juga dikenal sebagai toluol, methylbenzene, phenylmethane, dan methylbenzol,


bersifat racun dan bisa membahayakan kesehatan. Bila terhirup, toluena dapat mempengaruhi
sistem saraf serta mempengaruhi koordinasi tubuh dan menyebabkan sakit kepala, kebingungan
serta pusing. Paparan konstan dengan senyawa ini bisa menimbulkan risiko kesehatan yang
lebih serius yang dapat menyebabkan kematian. Seseorang yang menghirup toluena dalam
jumlah besar akan menderita kehilangan pendengaran, tremor, kehilangan memori, serta gejala
lainnya. Minum air yang terkontaminasi toluena dapat memicu gejala yang sama. Bahan kimia
ini juga dapat mempengaruhi kesehatan hanya dengan kontak dengan kulit. Toluena sering
disalahgunakan sebagai inhalan (substansi yang dihirup) yang dapat memicu perubahan
permanen pada otak melalui paparan berulang dan dalam konsentrasi tinggi. Dalam kehidupan
sehari-hari, orang bisa terpapar toluena dari knalpot mobil, udara yang terkontaminasi di tempat
kerja, atau dari menghirup uap dari cat kuku. Paparan juga bisa terjadi saat tinggal di dekat
lokasi yang telah terkontaminasi, seperti tempat pembuangan sampah atau ketika bekerja
dengan produk yang dibuat dengan bahan kimia ini, seperti minyak pemanas, minyak tanah, dan
bensin. Paparan toluena dapat mengancam anak-anak maupun orang dewasa. Ibu hamil yang
terpapar toluena beresiko melahirkan bayi cacat fisik serta mengalami gangguan kemampuan
mental.

Etil asetat

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan, tak berwarna tetapi
memiliki aroma yang khas. Etil asetat merupakan pelarut polar menengah yang mudah
menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan
larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang
lebih tinggi, namun senyawa ini tidak stabil dalam air mengandung basa atau asam. Etil asetat
dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa yang menghasilkan asam asetat dan etanol
kembali. Katalis yang digunakan adalah asam sulfat (H2SO4), karena berlangsungnya reaksi.
Reaksi kebalikan hidrolisis yaitu, esterifikasi ficher. Untuk memperoleh hasil rasio yang tinggi
biasanya digunakan asam kuat dengan proposi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida.
Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat yang tidak dapat di reaksi lagi dengan etanol.

Asam asetat glasial

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH dan CH3CO2H. Asam
asetat pekat (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki
titik beku 16,7°C. Cuka mengandung 3–9% volume asam asetat, menjadikannya asam asetat
adalah komponen utama cuka selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain
diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor
untuk polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam lemah, asam
asetat pekat bersifat korosif dan dapat menyerang kulit.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO– .Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku
industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat, dengan kode aditif makanan E260, digunakan sebagai pengatur
keasaman. Cuka adalah asam asetat encer, seringkali diproduksi melalui fermentasi dan oksidasi
lanjutan etanol.

a) Sifat-sifat Kimia (Keasaman)

Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), melalui peroses ionisasi
Oleh karena itu, asam asetat mempunyai sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah
monoprotik dengan nilai pKa=4,76. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO-). Basa
konjugatnya adalah asetat (CH3COO-). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama
dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2,4 menandakan bahwa
sekitar 0,4% molekul asam asetat terdisosiasi

b) Sifat pelarut

Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 sehingga ia bisa
melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-
polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur
dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan
heksana. Dengan alkana yang lebih tinggi (dimulai dari oktana), asam asetat tidak lagi
bercampur sempurna, dan kebercampurannya terus menurun berbanding lurus dengan
kenaikan rantai n-alkana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia, misalnya sebagai pelarut
dalam produksi dimetil tereftalat.

Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian Kromatografi yaitu :

a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian
kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian
kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu
UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV
366 nm.

c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan


kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif
simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV
menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

BAB III

3.1 PROSEDUR KERJA

a. Reaksi Warna
1. Uji Borntrager
1) Ektrak sebanyak 0,3 gram diektraksi dengan 10 ml aquadest, saring, lalu filtrat
diesktraksi dengan 5 ml toluena dalam corong pisah.
2) Ektraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan
dibagi menjadi 2 bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB
3) Larutan VA sebagai blangko, larutan VB ditambah amonia pekat 1 mL dan
dikocok.
4) Timbulnya warna merah menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
2. Uji modifikasi Borntrager
1) Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 ml KOH 0,5N dan 1 ml H 2O2
encer.
2) Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glasial,
kemudian diektraksi dengan 5 ml toluena.
3) Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua sebagai larutan VIA dan VIB.
4) Larutan VIA sebagai blangko, larutan VIB ditambah amonia pekat 1 mL.
Timbulnya warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukkan
adanya antrakinon.
b. Kromatografi lapis Tipis
1. Sampel ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan ;
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase Gerak : Toluena-Etil asetet-Asam asetat glasial (75:24:1)
Penampak noda : Larutan KOH 10% dalam metanol.
2. Timbulnya noda berwarna kuning, kuning cokelat, merah ungu atau hijau ungu
menunjukkan adanya senyawa antrakinon

DAFTAR PUSTAKA
Rheum Palmatum. Dari : http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=466. Diakses
tanggal 9 April 2015.
Magrina, Angri. 2014. Pembuatan Ekstrak Kering Ramuan Anti Hiperlipidemia dari Infusa
Campuran Akar Kelembak, Daun Jati Belanda, Daun Kemuning, Herba Meniran, Rimpang
Kunyit dan Rimpang Temulawak dengan Pengering Laktosa (Skripsi). Dari :
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=69884&is_local
=1. Diakses tanggal 9 April 2015.
Anonim. Glikosida Antrakinon. Dari :
https://www.academia.edu/8480370/Apa_Itu_Glikosida_Antrakuinon. Diakses tanggal 9 April
2015
Sarmoko. Glikosida Antrakinon. Dari : https://moko31.wordpress.com/2010/02/07/glikosida-
antrakinon/. Diakses tanggal 9 April 2015
Drew, Anna. Glikosida Antracene. Dari :
http://curriculum.toxicology.wikispaces.net/file/view/P3+L12-
13+Glycosides+anthracenes.ppt. Diakses tanggal 11 April 2015.
Drugs Containing Anthraquinone Glycosides. Dari :
https://uqu.edu.sa/files2/tiny_mce/plugins/filemanager/files/4290562/drugs%20cont
%20anthraquinones%20glycosides.pdf. Diakses tanggal 11 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai