TUGAS 5
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON
(Ekstrak Rheum officinale L.)
Kelompok : 9
Kelas : Farmasi B
Dosen Pembimbing :
1. Siti Rofida, S.Si, M.Farm.,Apt.
1.1 JUDUL
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON (Ekstrak Rheum officinale L.)
1.2 TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan antrakinon
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman
KLT adalah kromatografi serapan, dimana sebagai fasa tetap (diam) berupa zat padat yang
disebut adsorben (penyerap) dan fasa gerak adalah zat cair yang disebut larutan pengembang (Gritter,
1991)
Penyerap untuk KLT ialah silika gel, alumina, kiselgur, dan selulosa. Penyerap biasanya
mengandung pengikat atau mengandung zat tambahan lain. Silika gel Silika gel merupakan penyerap
yang paling banyak dipakai dalam KLT. Senyawa netral yang mempunyai gugusan sampai tiga pasti
dapat dipisahkan pada lapisan yang diaktifkan dengan memakai pelarut organik atau campuran pelarut
yang normal. Karena sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam, maka asam sering agak mudah
dipisahkan, jadi meminimumkan reaksi asam-basa antara penyerap dengan senyawa yang dipisahkan.
Alumina Berbeda dengan silika gel, alumina bersifat sedikit basa dan sering dipakai untuk pemisahan
basa. KLT pada alumina sering dipakai sebagai cara kualitatif cepat. Kiselgur dan selulosa Kiselgur dan
selulosa merupakan bahan penyangga lapisan zat cair yang dipakai dalam sistem KCC, dan lapisan tipis
selulosa berkaitan erat dengan kromatografi kertas klasik. Kromatografi jenis ini selalu dipakai untuk
pemisahan senyawa polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida, dan berbagai senyawa hidrofil
alam lainnya.
FASE GERAK
Pemilihan dari fase bergerak tergantung pada faktor-faktor yang sama seperti dalam
pemisahan kromatografi kolom serapan. Sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik
yang mempunyai polaritas serendah mungkin karena mengurangi serapan dari setiap
komponen dari campuran pelarut. Jika komonen-komponen yang mempunyai sifat polar yang
tinggi (terutama air) dalam campuran cukup akan merubah sistem menjadi sistem partisi.
Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak
sedang, tetapi sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dari dua komponrn
terutama karena campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase terhadap
perubahan suhu. Kemurnian dari pelarut adalah lebih penting dalam KLT daripada bentuk-
bentuk kromatografi lain, karena disini digunakan sejumlah materi yang sedikit. Sistem yang
paling sederhana adalah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi
campuran kedua pelarut ini dapat dengan mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan
dapat terjadi secara optimal.
Pelarut Toluena
Toluene (juga disebut metil benzena), sebelumnya dikenal sebagai toluol, adalah, cairan
yang mudah terbakar dan tidak larut dalam air jernih dengan bau khas pengencer cat. Hal ini
terjadi secara alami dalam minyak bumi minyak mentah dan di pohon tolu. Minyak mentah
Petroleum adalah jauh sumber terbesar toluena. Pengguna terbesar toluena adalah perusahaan
yang membuat bensin. Perusahaan juga menambahkan toluena untuk cat semprot aerosol, cat
dinding, pernis, strip cat, perekat, tinta cetak, Penghilang spot, kosmetik, parfum, dan antibeku.
Toluena juga ditemukan di knalpot mobil dan asap dari rokok.
(Struktur Toluena)
Etil asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan, tak berwarna tetapi
memiliki aroma yang khas. Etil asetat merupakan pelarut polar menengah yang mudah
menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan
larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang
lebih tinggi, namun senyawa ini tidak stabil dalam air mengandung basa atau asam. Etil asetat
dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa yang menghasilkan asam asetat dan etanol
kembali. Katalis yang digunakan adalah asam sulfat (H2SO4), karena berlangsungnya reaksi.
Reaksi kebalikan hidrolisis yaitu, esterifikasi ficher. Untuk memperoleh hasil rasio yang tinggi
biasanya digunakan asam kuat dengan proposi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida.
Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat yang tidak dapat di reaksi lagi dengan etanol.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH dan CH3CO2H. Asam
asetat pekat (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki
titik beku 16,7°C. Cuka mengandung 3–9% volume asam asetat, menjadikannya asam asetat
adalah komponen utama cuka selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain
diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor
untuk polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam lemah, asam
asetat pekat bersifat korosif dan dapat menyerang kulit.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO– .Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku
industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat, dengan kode aditif makanan E260, digunakan sebagai pengatur
keasaman. Cuka adalah asam asetat encer, seringkali diproduksi melalui fermentasi dan oksidasi
lanjutan etanol.
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), melalui peroses ionisasi
Oleh karena itu, asam asetat mempunyai sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah
monoprotik dengan nilai pKa=4,76. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO-). Basa
konjugatnya adalah asetat (CH3COO-). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama
dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2,4 menandakan bahwa
sekitar 0,4% molekul asam asetat terdisosiasi
b) Sifat pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 sehingga ia bisa
melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-
polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur
dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan
heksana. Dengan alkana yang lebih tinggi (dimulai dari oktana), asam asetat tidak lagi
bercampur sempurna, dan kebercampurannya terus menurun berbanding lurus dengan
kenaikan rantai n-alkana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia, misalnya sebagai pelarut
dalam produksi dimetil tereftalat.
Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian Kromatografi yaitu :
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian
kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian
kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu
UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV
366 nm.
BAB III
a. Reaksi Warna
1. Uji Borntrager
1) Ektrak sebanyak 0,3 gram diektraksi dengan 10 ml aquadest, saring, lalu filtrat
diesktraksi dengan 5 ml toluena dalam corong pisah.
2) Ektraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan
dibagi menjadi 2 bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB
3) Larutan VA sebagai blangko, larutan VB ditambah amonia pekat 1 mL dan
dikocok.
4) Timbulnya warna merah menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
2. Uji modifikasi Borntrager
1) Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 ml KOH 0,5N dan 1 ml H 2O2
encer.
2) Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glasial,
kemudian diektraksi dengan 5 ml toluena.
3) Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua sebagai larutan VIA dan VIB.
4) Larutan VIA sebagai blangko, larutan VIB ditambah amonia pekat 1 mL.
Timbulnya warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukkan
adanya antrakinon.
b. Kromatografi lapis Tipis
1. Sampel ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan ;
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase Gerak : Toluena-Etil asetet-Asam asetat glasial (75:24:1)
Penampak noda : Larutan KOH 10% dalam metanol.
2. Timbulnya noda berwarna kuning, kuning cokelat, merah ungu atau hijau ungu
menunjukkan adanya senyawa antrakinon
DAFTAR PUSTAKA
Rheum Palmatum. Dari : http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=466. Diakses
tanggal 9 April 2015.
Magrina, Angri. 2014. Pembuatan Ekstrak Kering Ramuan Anti Hiperlipidemia dari Infusa
Campuran Akar Kelembak, Daun Jati Belanda, Daun Kemuning, Herba Meniran, Rimpang
Kunyit dan Rimpang Temulawak dengan Pengering Laktosa (Skripsi). Dari :
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=69884&is_local
=1. Diakses tanggal 9 April 2015.
Anonim. Glikosida Antrakinon. Dari :
https://www.academia.edu/8480370/Apa_Itu_Glikosida_Antrakuinon. Diakses tanggal 9 April
2015
Sarmoko. Glikosida Antrakinon. Dari : https://moko31.wordpress.com/2010/02/07/glikosida-
antrakinon/. Diakses tanggal 9 April 2015
Drew, Anna. Glikosida Antracene. Dari :
http://curriculum.toxicology.wikispaces.net/file/view/P3+L12-
13+Glycosides+anthracenes.ppt. Diakses tanggal 11 April 2015.
Drugs Containing Anthraquinone Glycosides. Dari :
https://uqu.edu.sa/files2/tiny_mce/plugins/filemanager/files/4290562/drugs%20cont
%20anthraquinones%20glycosides.pdf. Diakses tanggal 11 April 2015.