Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 6
KLT dengan Berbagai Eluen
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK: 6

KELAS: E

1. Trifani Firda Shafa R (201910410311228)


2. Karina Amelia H (201910410311230)
3. Ramadhani Putri A (201910410311233)
4. Lilia Karisa (201910410311235)

DOSEN PEMBIMBING :
Amaliyah Dina Anggreni, M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol merupakan zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi
mempunyai gugus steroida. Kolesterol merupakan bahan bangun esensial bagi
tubuh untuk sintesis zat-zat penting, seperti membran sel dan bahan isolasi
sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin dan anak ginjal, vitamin D, serta
asam empedu. Kolesterol di angkut sebagai bagian dari struktur yang bernama
lipoprotein. (Anggraini and Nabillah, 2018)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan suatu analisis sederhana yang
dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap senyawa kimia yang
terkandung pada tumbuhan disamping skrining fitokimia. Pemilihan fasa gerak
yang tepat merupakan langkah yang sangat penting untuk keberhasilan analisis
dengan KLT. Umumnya fasa gerak dalam KLT ditemukan dengan coba-coba
dan jarang sekali yang didasarkan pada pengetahuan yang mendalam. Sifat-sifat
pelarut pengembang juga merupakan faktor dominan dalam penentuan
mobilitas komponen - komponen campuran. Umumnya kemampuan suatu
pelarut pengembang untuk menggerakkan senyawa pada suatu adsorben
berhubungan dengan polaritas pelarut. (Atun, S., 2014)
Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu teknik pemisahan komponen-
komponen campuran suatu senyawa yang melibatkan partisi suatu senyawa di
antara padatan penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca
atau aluminium dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati
adsorbent (padatan penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses
pengembangan oleh pelarut (elusi) (Atun, 2014).
Pemilihan fasa gerak yang tepat merupakan langkah yang sangat penting
untuk keberhasilan analisis dengan KLT. Umumnya fasa gerak dalam KLT
ditemukan dengan coba-coba dan jarang sekali yang didasarkan pada
pengetahuan yang mendalam. Untuk itu pada praktikum ini akan dilakukan
Identifikasi senyawa kolesterol menggunalan beberapa jenis eluen untuk
mengetahui kaitan antara macam macam eluen dengan harga Rf.

1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kaitan antara polaritas eluen dengan


harga Rf.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolesterol

Struktur kolesterol

Kolesterol merupakan zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi
mempunyai gugus steroida. Kolesterol merupakan bahan bangun esensial bagi
tubuh untuk sintesis zat-zat penting, seperti membran sel dan bahan isolasi sekitar
serat saraf, begitu pula hormon kelamin dan anak ginjal, vitamin D, serta asam
empedu. Kolesterol di angkut sebagai bagian dari struktur yang bernama
lipoprotein. (Anggraini and Nabillah, 2018)

Fungsi utama kolesterol yaitu menyediakan komponen esensial membran


setiap sel tubuh, digunakan untuk membantu empedu yang berperan penting pada
proses pencernaan makanan berlemak, membentuk penghambat produksi hormon
yang utama dalam kehidupan. Merupakan salah satu bahan yang diperlukan oleh
tubuh untuk membuat vitamin D, dan membantu melapisi saraf dan menyediakan
suatu zat anti air pada permukaan arteri. (Anggraeni, D., 2016)

2.2 Metode Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu


proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase, salah
satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu dan di
dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan, tekana uap, ukuran molekul atau
kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing masing zat dapat diidentifikasi
atau ditetapkan dalam metode analitik. (Wulandari, 2011)

KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana yang banyak


digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan

3
dan analisis sampel dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana
tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi metode
dan menggunakan instrumen komersial yang tersedia, pemisahan yang efisien dan
kuantifikasi yang akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga dapat digunakan
untuk pemisahan skala preparatif yaitu dengan menggunakan lempeng, peralatan,
dan teknik khusus. (Wulandari, 2011)

Pelaksanaan analisis dengan KLT diawali dengan menotolkan alikuot kecil


sampel pada salah satu ujung fase diam (lempeng KLT), untuk membentuk zona
awal. Kemudian sampel 2 dikeringkan. Ujung fase diam yang terdapat zona awal
dicelupkan ke dalam fase gerak (pelarut tunggal ataupun campuran dua sampai
empat pelarut murni) di dalam chamber. Jika fase diam dan fase gerak dipilih
dengan benar, campuran komponen-komponen sampel bermigrasi dengan
kecepatan yang berbeda selama pergerakan fase gerak melalui fase diam. Hal ini
disebut dengan pengembangan kromatogram. Ketika fase gerak telah bergerak
sampai jarak yang diinginkan, fase diam diambil, fase gerak yang terjebak dalam
lempeng dikeringkan, dan zona yang dihasilkan dideteksi secara langsung (visual)
atau di bawah sinar ultraviolet (UV) baik dengan atau tanpa penambahan pereaksi
penampak noda yang cocok (Wulandari, 2011)

2.3 Eluen

Eluen dapat terdiri dari satu pelarut atau campuran dua sampai enam pelarut.
Campuran pelarut harus saling campur dan tidak ada tanda – tanda kekeruhan.
Fungsi eluen dalam KLT yaitu untuk melarutkan campuran zat, untuk mengangkat
atau membawa komponen yang akan dipisahkan melewati sorben fase diam
sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang dipersyaratkan, untuk memberikan
selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa yang akan dipisahkan.
(Wulandari, Lestyo, 2011)

1. Etil asetat

Ethyl acetate

Etil asetat merupakan senyawa organik berumus molekul CH3COOCH2CH3


adalah zat sintesis dari ethanol dan asam asetat dengan katalis asam sulfat melalui
proses esterifikasi. Etil asetat atau juga sering disebut sebagai EtOAc mempunyai
massa molar 88,12g/mol. Senyawa ini berwujud cairan tidak berwarna dan
memiliki aroma yang khas.

4
Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan satu
donor ikatan hydrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam yaitu
hidrogen yang terikat pada atom elektro negative seperti flor, oksigen, dan nitrogen.
Etil asetat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada
suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
(Anonim, 2013)

2. Kloroform

Kloroform

Kloroform atau triklorometana mempunyai rumus molekul CHCl3. Kloroform


merupakan larutan yang mudah menguap, tidak berwarna, memiliki bau khas, rasa
manis dan membakar. Serta bila terhirup dapat menimbulkan kantuk. Kloroform
dapat disintesis dengan cara mencampuran etil alcohol dengan etanol dengan
kalsium hipokrit.

Senyawa ini paling dikenal untuk digunakan dalam sejarah sebagai anestesi
umum, meskipun sekarang ini telah dikurangi penggunaannya karena masalah
keamanan. Saat ini kloroform atau triklorometana lebih sering digunakan dalam
berbagai proses industri, termasuk pembuatan plastik, pendingin, dan pelarut.
Kloroform ini ditemukan dalam jumlah kecil dalam air dan udara, sebagian besar
berasal dari sumber alami. Kloroform adalah racun dan cepat melepaskan uap bila
terkena udara, sehingga harus ditangani dengan hati-hati. (Saifudin, 2014)
3. N-Heksana

n-Heksana

n-Heksana merupakan senyawa kimia yang dipelajari secara detail melalui


langkah-langkah dari kondisi suhu, kalori dan sifat akustik pada fasa cair dan fasa
uap (Da Costa, H. M, 2001).
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alifatik yang sangat mudah
menguap dengan rumus kimia C6H14. n- Heksana merupakan konstituen dalam
fraksi paraffin dari minyak mentah dan gas alam dan juga digunakan sebagai reagen

5
pada industri kimia dan laboratorium. Heksana merupakan produk industri yang
terdiri dari campuran hidrokarbon dengan 6 atom karbon dan memiliki isomer 2-
metil pentana dan 3- metil pentana. n- Heksana merupakan jenis pelarut non polar
(Nurhayati, 2012).

4. Metanol

Metanol

Pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam


proses isolasi senyawa organik bahan alam. Metanol merupakan pelarut universal
yang memiliki gugus polar (-OH) dan gugus nonpolar (-CH3) sehingga dapat
menarik senyawa - senyawa yang bersifat polar dan nonpolar. Reaksi pelarut
metanol memiliki nilai rendemen ekstrak tertinggi 10,09 % dan memiliki
kandungan metabolit sekunder sebanyak empat jenis antara lain saponin, tanin,
triterpenoid dan steroid. Metanol merupakan pelarut bersifat polar yang memiliki
indek polaritas 5,1. (Watson, 2009)

2.4 Nilai Rf

Pada KLT, identifikasi awal suatu senyawa didasarkan pada perbandingan


nilai Rf dibandingkan Rf standar. Nilai Rf umumnya tidak sama dari laboratorium
ke laboratorium bahkan pada waktu analisis yang berbeda dalam laboratorium yang
sama, sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan Rf relatif yaitu nilai Rf noda
senyawa dibandingan noda senyawa lain dalam lempeng yang sama. Faktor-faktor
yang menyebabkan nilai Rf bervariasi meliputi dimensi dan jenis ruang, sifat dan
ukuran lempeng, arah aliran fase gerak, volume dan komposisi fase gerak, kondisi
kesetimbangan, kelembaban, dan metode persiapan sampel KLT sebelumnya.
(Wulandari, 2011)

6
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Bagan Alir

Kolesterol dilarutkan ke Totolkan pada 4 plat KLT


Kloroform (Kiesel Gel 254)

Siapkan eluent berupa :


1. n-Heksan-etil asetat
(1:1)
Eluasi 4 plat KLT dengan 2. n-Heksan-etil asetat
eluen yang dibuat (1 plat (4:1)
1 eluent)
3. Klorofrom-metanol
(4:1)
4. Kloroform:etil asetat
(4:1)

Semprot dengan Panaskan sampai timbul


penampak noda noda berwarna merah
anisaldehid asam sulfat ungu/ungu

Hitung harga Rf masing-


masing plat KLT

7
3.2 Deskripsi Prosedur Kerja

Bahan yang diperluan untuk uji KLT ini adalah :


1. Kolesterol
2. Kloroform, sebagai pelarut
3. Fase diam ;
 Kiesel Gel 254
4. Fase gerak (eluent) :
 n-Heksan-etil asetat (1:1)
 n-Heksan-etil asetat (4:1)
 Klorofrom-metanol (4:1)
 Kloroform:etil asetat (4:1)
5. Chamber
6. Anisaldehid sulfat, sebagai penmpak noda

Berikut cara kerja uji KLT ini, yaitu :

1. Larutkan sedikit kolesterol ke dalam kloroform.


2. Totolkan pada 4 plat KLT (Kiesel Gel 254) = fase diam
3. Siapkan 4 macam eluen (fase gerak) yaitu:
 n-Heksan-etil asetat (1:1)
 n-Heksan-etil asetat (4:1)
 Klorofrom-metanol (4:1)
 KLoroform:etil asetat (4:1)
4. Eluasi 4 plat KLT tersebut dengan eluen yang dibuat. Chamber sebelumnya
telah dijenuhkan dengan masing-masig eluen.
5. Semprot dengan penampak noda anisaldehid asam sulfat
6. Panaskan 100°C sampai timbul noda berwarna merah ungu/ungu
7. Hitung harga Rf pada masing-masing plat KLT
8. Diskusikan, mengapa harga Rf pada masing-masing plat berbeda

8
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. I. and Nabillah, L. F. (2018) ‘Activity Test of Suji Leaf Extract


(Dracaena angustifolia Roxb.) on in vitro cholesterol lowering’, Jurnal
Kimia Sains dan Aplikasi, 21(2), pp. 54–58. doi: 10.14710/jksa.21.2.54-58.

ANGGRAENI, D., 2016. Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) dan High
Density Lipoprotein (HDL) Pada Kerang Darah (Anadara granosa) Yang
Tertangkap Nelayan Sedati, Sidoarjo (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).

Atun, S. (2014) ‘Metode Isolasi dan Identifikasi Struktural Senyawa Organik Bahan
Alam’, Jurnal Konservasi Cagar Budaya, 8(2), pp. 53–61. doi:
10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v8i2.132.

Nurhayati, Indah dan Joko Sutrisno. 2012. Limbah Ampas Tebu Sebagai Penyerap
Logam Berat Pb. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP. Universitas PGRI Adi
Buana : Surabaya

Saifudin, A. 2014 ‘Senyawa alam metabolit sekunder teori, konsep, dan teknik
pemurnian’.

Wulandari, L., 2011. Kromatografi Lapis Tipis, Taman Kampus Presindo.

Anda mungkin juga menyukai