TUGAS 2
KELOMPOK: 10
KELAS: D
1. Noventika Nur Indah Sari (201810410311205)
2. Nurfaida Dwigusti Shafira (201810410311204)
3. Fitria Khairunnisa (201810410311207)
4. Chindya Mustika Perdana (201810410311208)
5. Dita ayu novitasari (201810410311209)
DOSENPEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kolestrol
b. Sifat kimia :
1. Esterifikasi
3
Proses ini bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada
prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.
2. Hidrolisis
Dalam reaksi ini, lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi ini mengakibatkan kerusakan lemak. Ini terjadi karena
terdapat sejumlah air dalam lemak tersebut. (Sutejo A.Y. 2006)
Kolesterol sebagian kecil dipakai oleh kelenjar adrenal untuk membentuk
hormon adrenokortikal, ovarium, untuk membentuk progesteron dan esterogen,
dan oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar –kelenjar ini juga dapat
membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol tersebut.
(Guyton, 2006)
Selain itu, manfaat kolesterol lain adalah menyelimuti sel-sel saraf agar
konduksidan tranmisi sinyal elektrik bisa berjalan dengan baik, kolesterol juga
berperan dalam memproduksi cairan empedu, hormon steroid dan vitamin D.
(Tapan, 2005)
4
2.1.1 Fase Diam
Fase diam atau lapisan penjerap yang umum digunakan pada pelat KLT
adalah silika gel. Laju migrasi senyawa pada pelat silika gel tergantung pada
polaritasnya. Pada waktu tertentu, senyawa yang paling polar akan bergerak
naik dengan jarak yang paling rendah dan senyawa yang nonpolar akan
bergerak naik dengan jarak paling tinggi (Waston, 2009). Efek pemisahan pada
silika gel ini memiliki efek pemisahan yang berbeda, tergantung kepada cara
pembuatan. Selain itu harus diperhatikan bahwa silika gel mempunyai kadar air
yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahannya (Stahl, 1985).
2.1.2 Fase Gerak
Fase gerak atau yang disebut dengan pelarut pengembang merupakan
media penarik yang terdiri dari satu atau lebih pelarut yang digunakan.
Kekuatan fase gerak tergantung pada campuran pelarut yang akan digunakan.
Fase gerak dimana semakin polar suatu pelarut atau campuran pelarut, maka
semakin jauh pelarut tersebut akan menggerakan (menarik) senyawa polar naik
pada pelat silika gel. Dan pada senyawa yang nonpolar tidak akan menunjukan
adanya peningkatan yang nyata dalam perpindahan dengan peningkatan
polaritas pada fase gerak karena senyawa tersebut berpindah menuju muka
perlarut pada hampir di bawah semua kondisi. Meskipun air bersifat polar, air
memiliki kesulitan yang praktis dalam penggunaan air murni sebagai pelarut
karena terdapat banyak senyawa yang sukar larut di dalam air. Perubahan-
perubahan yang cukup tersamar dalam pemisahan dapat dicapai dengan
menggunakan campuran pelarut yang dikombinasikan. Kesederhanaan dalam
penggunaan KLT, maka sering digunakan sebagai penapisan pendahuluan untuk
mengidentifikasi obat sehingga fase gerak dikembangkan untuk memastikan
bahwa suatu obat tertentu akan memiliki nilai Rf yang sedikit berbeda pada
suatu sistem dengan sistem yang lainnya (Watson, 2009).
2.3 Nilai RF
Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa
pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase
gerak. Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya
senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel
yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat
kromatografi lapis tipis ( Handayani, 2008).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan
nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi,
5
yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Ewing Galen
Wood, 1985).
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu (Underwood, 1999):
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang
sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer
jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari
kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti
perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah
juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan,
yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran
juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume
yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi
karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.
b. N-heksana
n- heksana adalah senyawa dengan rumus kimia C6H14 yang merupakan
6
hidrokarbon yang banyak digunakan sebagai pelarut organik yang memiliki
sifat mudah menguap “n” pada n-heksana mengandung arti normal yang
artinya rantai hidrokarbonnya lurus atau linier yang dituliskan CH3-CH2-
CH2-CH2-CH2-CH3...n-heksan relatif aman karena tidak mengiritasi kulit
dan tingkat toksisitasnya relatif rendah. Namun, n- heksana akan mudah
terbakar ( Flammable) jika n- heksana diletakkan di dekat api karena titik
didih n:heksana yang rendah yaitu 69 ˚ C
Sifat n- heksana
- Bobot molekul : 86,18 gr mol-1
- Wujud : Cairan tidak bewarna
- Massa jenis : 0,6548 gr/ml
- Titik leleh : -95 ˚ C, 178 K, -139 ˚ F
- Titik didih : 69 ˚ C, 342 K, 156 ˚ F
- Kelarutan dalam air: 13 mg/ L pada 20 ˚ C
- Viskositas : 0,294 cP
- Titik nyala : -23,3 ˚ C
c. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering
disingkat EtOAc dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat
diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan
penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan
hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang
terikat pada atom elektro negatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil
asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan
8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.
Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
Berikut ini adalah karakteristik atau sifat fisika dan sifat kimia dari etil
asetat. Sifat fisis
- Berat molekul : 88,1 kg/kmol
- Boiling point : 77,1 ˚ C
7
- Flash Point :-4 ˚ C
- Melting point : -83,6 ˚ C
- Suhu kritis : 37,8 atm
Sifat kimia :
Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai risiko
peledakan ( eksplosif)
d. Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan
rumus kimia (CH3OH) merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada
keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak
berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau
lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol
industri.
Sifat Fisika Metanol
- Massa molar 32,04 g/ mol
- Bewarna bening
- Densitas 0,7918 g/cm3
- Titik leleh -97 ˚ C, -142,9 ˚ F (176 K)
- Titik didih 64,7 ˚ C, 148,4 ˚ F (337,8 K)
- Keasaman (pKa)- 15,5
- Viskositas 0,59 mPa-s at 20 ˚ C
Sifat kimia metanol
- Beraacun, mudabb menguap, tidak bewarna
- Bau yang khas ( berwarna lebih ringan dari pada etanol)
8
2.5 Tinjauan polaritas
(Sholeh, 2009)
9
dapat digunakan untuk kromtografi dapay dievaluasi dengan memperhatikan tetapan
dielektrik dan momen dipol pelarut. Semakin besar kedua tetapan tersebut , semakin
polar pelarut tersebut. Sebagai tambahan, kemampuan berikatan hidrogen pelarut
dengan fasa diam harus diperimbangkan ( Tim Penyusun, 2010)
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Bagan Alir
3.2 Deskripsi
Prosedur
Siapkan eluent berupa : Kerja
1. n-Heksan-etil asetat
(1:1)
1. Larutkan sedikit kolesterol ke dalam kloroform.2.
Eluasi 4 plat KLT dengan n-Heksan-etil asetat
2. Totolkan pada
eluen4yang
plat dibuat
KLT (Kiesel
(1 plat Gel 254) = fase
(4:1)diam
3. Siapkan 4 macam 1eluen
eluent)
(fase gerak) yaitu: 3. Klorofrom-metanol
(4:1)
4. Kloroform:etil asetat
n
(4:1) -
10
4. Eluasi 4 plat KLT tersebut dengan eluen yang dibuat. Chamber sebelumnya telah
dijenuhkan dengan masing-masig eluen.
5. Semprot dengan penampak noda anisaldehid asam sulfat
6. Panaskan 100°C sampai timbul noda berwarna merah ungu/ungu
7. Hitung harga Rf pada masing-masing plat KLT
8. Diskusikan, mengapa harga Rf pada masing-masing plat berbeda
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
13
14
A
15
BAB V
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17