Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 2

UJI KLT DENGAN BERBAGAI ELUEN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK: 10
KELAS: D
1. Noventika Nur Indah Sari (201810410311205)
2. Nurfaida Dwigusti Shafira (201810410311204)
3. Fitria Khairunnisa (201810410311207)
4. Chindya Mustika Perdana (201810410311208)
5. Dita ayu novitasari (201810410311209)

DOSENPEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kaitan antara polaritas eluen dengan
harga Rf.

1.2 Latar Belakang


Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan tertentu dengan menggunakan
dua fasa yaitu, fasa dia dan fasa gerak. Pemisahan tergantung dari gerakan relative dari
dua fasa ini. Cara – cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat – sifat dari
fase gerak yang dapat berupa zat padat atau zat cair,jika fase tetap berupa zat padat maka
cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan dan jika zat cair maka cara tersebut
dikenal sebagai kromatografi partisi. Kromatografi mencakup berbagai proses
berdasarkan distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap tinggal
pada sistem (fasa diam) dan fasa lainnya dinamakan fasa gerak, memperkolasi melalui
celah – celah fasa diam. Gerakan fasa menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusunan
cuplikan. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa satu
fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile). Pemisahan tergantung dari gerakan
relative dua fasa ini (Sastrohamidjojo,1985).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adakah suatu teknik yang sederhana yang
banyak digunakan, metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang
ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada
kempeng kaca, pada dasarya menggunakan mikropipet atau pipa kapiler. Setelah itu,
bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup
( Barseoni, 2005).
Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa
pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase
gerak. Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya
senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis.
Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen.Pemilihan
eluen merupakan faktor yang paling berpengaruh pada sistem KLT. Eluen dapat terdiri
dari satu pelarut atau campuran dua sampai enam pelarut. Campuran pelarut harus saling
campur dan tidak ada tanda-tanda kekeruhan. Adapun maksud dari praktikum ini yaitu,
praktikan ingin mengetahui kaitan antara polaritas eluen dengan nilai harga Rf dan faktor
apa saja yang mempengaruhi perbedaan nilai Rf.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolestrol

Kolesterol P C27H46O, BM 386,67

Kolesterol P C27H46O BM 386,67


Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada
membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Merupakan sejenis lipid yang
merupakan molekul lemak atau yang menyerupai, kolestrrol ini ialah jenis khusus lipid
yang disebut steroid. Steroid adalah lipid yang memilki struktur kimia khusus. Steroidi
ini terdiri dari 4 cincin atom karbon.
Sifat Kolesterol
a. Sifat fisika :
1. Kolesterol memiliki bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh
terbentuknya trimetil-amin dari lecitin. 
2. Bobot jenis nya biasanya ditentukan pada temperatur  kamar
3. Memiliki Indeks bias dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk
pengujian kemurnian minyak. 
4. Kolesterol  tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan larut
sempurna dalam dietil eter,karbon disulfida dan pelarut halogen. 
5. Titik didih nya semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai
karbon  
6. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak
atau minyak dengan pelarut lemak. 
7. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak/lemak 
8. Shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak / lemak 
9. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya (Sutejo A.Y. 2006)

b. Sifat kimia :
1. Esterifikasi
3
Proses ini bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada
prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.
2. Hidrolisis
Dalam reaksi ini, lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi ini mengakibatkan kerusakan lemak. Ini terjadi karena
terdapat sejumlah air dalam lemak tersebut. (Sutejo A.Y. 2006)
Kolesterol sebagian kecil dipakai oleh kelenjar adrenal untuk membentuk
hormon adrenokortikal, ovarium, untuk membentuk progesteron dan esterogen,
dan oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar –kelenjar ini juga dapat
membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol tersebut.
(Guyton, 2006)
Selain itu, manfaat kolesterol lain adalah menyelimuti sel-sel saraf agar
konduksidan tranmisi sinyal elektrik bisa berjalan dengan baik, kolesterol juga
berperan dalam memproduksi cairan empedu, hormon steroid dan vitamin D.
(Tapan, 2005)

2.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang
membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Bila
fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa
zat cair, disebut kromatografi cair (Hendayana, 1994).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), alat ini merupakan cara sederhana dan murah
serta memberikan alat analisis yang baik untuk mnetapkan identitas suatu obat dan
untuk mendeteksi kontaminan yang terkandung dalam tipe senyawa yang serupa.
Metode ini banyak digunakan, tetapi tidak rinci, dan tidak dapat digunakan
untuk mengkuantifikasi sneyawa sepenuhnya dengan menggunakan KLT. (Heinrich,
dkk, 2010).
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah
penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau
kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut
yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawake atas pada lempengan tergantung
pada.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode yang paling banyak
digunakandan paling mudah untuk memurnikan sejumlah kecil komponen.
Metode ini menggunakan lempeng kaca atau aluminium yang telah dilapisi dengan
penyerap (misalnya silica gel) dengan ketebalan tertentu tergantung pada jumlah bahan
yang akan dimuat ke dala lempeng.(Heinrich, dkk, 2010).

4
2.1.1 Fase Diam
Fase diam atau lapisan penjerap yang umum digunakan pada pelat KLT
adalah silika gel. Laju migrasi senyawa pada pelat silika gel tergantung pada
polaritasnya. Pada waktu tertentu, senyawa yang paling polar akan bergerak
naik dengan jarak yang paling rendah dan senyawa yang nonpolar akan
bergerak naik dengan jarak paling tinggi (Waston, 2009). Efek pemisahan pada
silika gel ini memiliki efek pemisahan yang berbeda, tergantung kepada cara
pembuatan. Selain itu harus diperhatikan bahwa silika gel mempunyai kadar air
yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahannya (Stahl, 1985).
2.1.2 Fase Gerak
Fase gerak atau yang disebut dengan pelarut pengembang merupakan
media penarik yang terdiri dari satu atau lebih pelarut yang digunakan.
Kekuatan fase gerak tergantung pada campuran pelarut yang akan digunakan.
Fase gerak dimana semakin polar suatu pelarut atau campuran pelarut, maka
semakin jauh pelarut tersebut akan menggerakan (menarik) senyawa polar naik
pada pelat silika gel. Dan pada senyawa yang nonpolar tidak akan menunjukan
adanya peningkatan yang nyata dalam perpindahan dengan peningkatan
polaritas pada fase gerak karena senyawa tersebut berpindah menuju muka
perlarut pada hampir di bawah semua kondisi. Meskipun air bersifat polar, air
memiliki kesulitan yang praktis dalam penggunaan air murni sebagai pelarut
karena terdapat banyak senyawa yang sukar larut di dalam air. Perubahan-
perubahan yang cukup tersamar dalam pemisahan dapat dicapai dengan
menggunakan campuran pelarut yang dikombinasikan. Kesederhanaan dalam
penggunaan KLT, maka sering digunakan sebagai penapisan pendahuluan untuk
mengidentifikasi obat sehingga fase gerak dikembangkan untuk memastikan
bahwa suatu obat tertentu akan memiliki nilai Rf yang sedikit berbeda pada
suatu sistem dengan sistem yang lainnya (Watson, 2009).
2.3 Nilai RF
Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa
pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase
gerak. Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya
senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel
yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat
kromatografi lapis tipis ( Handayani, 2008).

𝑅𝑓 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 / jarak yang ditempuh pelarut (eluen)

Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan
nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi,

5
yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Ewing Galen
Wood, 1985).
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu (Underwood, 1999):
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang
sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer
jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari
kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti
perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah
juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan,
yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran
juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume
yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi
karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.

2.4 Tinjauan Eluen dan Tinjauan Polaritas


2.4.1 Tinjauan Eluen
a. Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3) Kloroform
dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau
industri" Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap
pada suhu normal dan tekanan, kloroform adalah cairan yang sangat mudah
menguap, jernih, tidak berwarna, berat, sangat bias, tidak mudah terbakar.
Sifat Klorofom
- Molekul berat : 113,4
- Titik didih :61,15 ˚ C – 61,70 ˚ C
- Melting point : -63,2 ˚ C sampai -63,5 ˚ C pada atmosfer
- Flash point : tidak ada
- Tekanan uap : 21,15 kPa pada 20 ˚ C
- Specific gravity : 1,483 pada 20 ˚ C

b. N-heksana
n- heksana adalah senyawa dengan rumus kimia C6H14 yang merupakan
6
hidrokarbon yang banyak digunakan sebagai pelarut organik yang memiliki
sifat mudah menguap “n” pada n-heksana mengandung arti normal yang
artinya rantai hidrokarbonnya lurus atau linier yang dituliskan CH3-CH2-
CH2-CH2-CH2-CH3...n-heksan relatif aman karena tidak mengiritasi kulit
dan tingkat toksisitasnya relatif rendah. Namun, n- heksana akan mudah
terbakar ( Flammable) jika n- heksana diletakkan di dekat api karena titik
didih n:heksana yang rendah yaitu 69 ˚ C
Sifat n- heksana
- Bobot molekul : 86,18 gr mol-1
- Wujud : Cairan tidak bewarna
- Massa jenis : 0,6548 gr/ml
- Titik leleh : -95 ˚ C, 178 K, -139 ˚ F
- Titik didih : 69 ˚ C, 342 K, 156 ˚ F
- Kelarutan dalam air: 13 mg/ L pada 20 ˚ C
- Viskositas : 0,294 cP
- Titik nyala : -23,3 ˚ C
c. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering
disingkat EtOAc dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat
diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan
penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan
hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang
terikat pada atom elektro negatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil
asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan
8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.
Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
Berikut ini adalah karakteristik atau sifat fisika dan sifat kimia dari etil
asetat. Sifat fisis
- Berat molekul : 88,1 kg/kmol
- Boiling point : 77,1 ˚ C

7
- Flash Point :-4 ˚ C
- Melting point : -83,6 ˚ C
- Suhu kritis : 37,8 atm
Sifat kimia :
Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai risiko
peledakan ( eksplosif)

d. Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan
rumus kimia (CH3OH) merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada
keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak
berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau
lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol
industri.
Sifat Fisika Metanol
- Massa molar 32,04 g/ mol
- Bewarna bening
- Densitas 0,7918 g/cm3
- Titik leleh -97 ˚ C, -142,9 ˚ F (176 K)
- Titik didih 64,7 ˚ C, 148,4 ˚ F (337,8 K)
- Keasaman (pKa)- 15,5
- Viskositas 0,59 mPa-s at 20 ˚ C
Sifat kimia metanol
- Beraacun, mudabb menguap, tidak bewarna
- Bau yang khas ( berwarna lebih ringan dari pada etanol)

8
2.5 Tinjauan polaritas

(Sholeh, 2009)

2.6 Polaritas dalam KLT


Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba- coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar, sistem yang paling
sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut
ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal
( Gholib, 2007).
Kemampuan suatu analit terkait pada permukaan silika gel dengan adanya pelarut
tentang dapat dilihat sebagai pengembangan 2 interaksi yang saling berkompetisi.
Pertama, gugus polar dalam pelarut dapat berkompetisi dengan analit untuk terikat pada
permukaan silikat gel. Dengan demikian, jika pelarut yang sangat polar digunakan,
pelarut akan berinteraksi kuat dengan permukaan silikat gel dan hanya menyisakan
sedikit tempat bagi analit untuk terikat pada silikat gel. Akibatnya, analit akan bergerak
cepat melewati fasa diam dan keluar dari kolom tanpa pemisahan. Dengan cara yang
sama, gugus polar pada pelarut dapat berinteraksi kuat dengan gugus polar dalam analit
dan mencegah interaksi analit pada permukaan silika gel. Kepolarann suatu pelarut yang

9
dapat digunakan untuk kromtografi dapay dievaluasi dengan memperhatikan tetapan
dielektrik dan momen dipol pelarut. Semakin besar kedua tetapan tersebut , semakin
polar pelarut tersebut. Sebagai tambahan, kemampuan berikatan hidrogen pelarut
dengan fasa diam harus diperimbangkan ( Tim Penyusun, 2010)

BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Bagan Alir

Kolesterol dilarutkan ke Totolkan pada 4 plat


Kloroform KLT (Kiesel Gel 254)

3.2 Deskripsi
Prosedur
Siapkan eluent berupa : Kerja
1. n-Heksan-etil asetat
(1:1)
1. Larutkan sedikit kolesterol ke dalam kloroform.2.
Eluasi 4 plat KLT dengan n-Heksan-etil asetat
2. Totolkan pada
eluen4yang
plat dibuat
KLT (Kiesel
(1 plat Gel 254) = fase
(4:1)diam
3. Siapkan 4 macam 1eluen
eluent)
(fase gerak) yaitu: 3. Klorofrom-metanol
(4:1)
4. Kloroform:etil asetat
 n
(4:1) -

Semprot dengan Panaskan sampai timbul


penampak noda noda berwarna merah
anisaldehid asam sulfat ungu/ungu

Hitung harga Rf masing-


masing plat KLT

Heksan-etil asetat (1:1)


 n-Heksan-etil asetat (4:1)
 Klorofrom-metanol (4:1)
 KLoroform:etil asetat (4:1)

10
4. Eluasi 4 plat KLT tersebut dengan eluen yang dibuat. Chamber sebelumnya telah
dijenuhkan dengan masing-masig eluen.
5. Semprot dengan penampak noda anisaldehid asam sulfat
6. Panaskan 100°C sampai timbul noda berwarna merah ungu/ungu
7. Hitung harga Rf pada masing-masing plat KLT
8. Diskusikan, mengapa harga Rf pada masing-masing plat berbeda

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

12
13
14
A

15
BAB V
KESIMPULAN

16
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unand.ac.id/21669/3/bab%201.pdf ( diakses pada 13 maret 2021)


Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromatografi. Edisi I. Cetakan I. Yogyakarta : Liberty.
JAYANTI, Rina. Analisis Kualitatif Bahan Kimia Obat (Bko) Glibenklamid dalam Sediaan
Jamu Kencing Manis yang Beredar di Perdagangan. 2016. PhD Thesis. Fakultas MIPA
(UNISBA)
Stahl, Egon, 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung:
Penerbit ITB
Gritter, R.J., J.M.Bobbit, dan A. E. Scwartung, 1991. Pengantar Kromatografi.
Ed.2, terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB
Underwood, AL dan JR. Day R.A. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga
Gholib, Ibnu 2007, Kimia farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Stahl, Egon, 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung:
Penerbit ITB
Watson, David G, 2009. Analisis Farmasi: Buku Ajar Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi. Ed.2, terjemah Amalia H. Hadinata. Jakarta:
EGC
Tim penyusun, 2010. Penentuan praktikum kimia organik farmasi. Lab . kimia organik. FMIPA
ITB. Bandung

17

Anda mungkin juga menyukai