Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemisahan Kimia

Pemisahan merupakan salah satu teknik yang penting dalam analisis alam

sekitar, seperti analisis air dan udara. Teknik pemisahan juga digunakan

dalam mengetahui pencemaran hidrokarbon di dalam larutan atau di tepi pantai

(Sanagi, 2001: 1). Dalam suatu metode pemisahan maka tujuan pemisahan dapat

merupakan untuk mendapatkan semua komponen yang terkandung dalam bahan yang

akan dipisahkan. Pemisahan yang demikian dikenal dengan pemisahan lengkap

(Rubiyanto, 2017: 6).

Apabila tujuan pemisahan hanya untuk mendapatkan salah satu atau beberapa

komponen saja yang ada dalam bahan awal maka disebut dengan pemisahan

sebagian. Pemisahan merupakan suatu cara atau metode untuk menghilangkan

pengotor dari suatu bahan yang dikehendaki yang didasarkan pada sifat fisika seperti

ukuran partikel, kelarutan partikel, densitas, sublimasi dan volatilitas (Rubiyanto,

2017: 6).

Menurut Rubiyanto (2017: 7-8), teknik-teknik pemisahan kimia yang lazim

digunakan, yaitu:

1. Kristalisasi/rekristalisasi

Kristalisasi digunakan untuk memurnikan campuran senyawa dalam keadaan

cairan maupun padatan. Teknik ini menggunakan prinsip perbedaan kelarutan

senyawa pada temperatur yang berbeda-beda. Pada campuran yang berbentuk cairan,

kelarutan zat pengotor dinaikkan atau kelarutan senyawa yang diinginkan diturunkan

sesuai derajat kelarutannya dalam pelarut yang bersangkutan sehingga diperoleh

3
4

kristal yang tidak larut. Sedangkan untuk campuran yang berbentuk padatan, terlebih

dahulu dilarutkan dengan pelarut yang tepat pada suhu tinggi kemudian didinginkan

secara tiba-tiba tapi perlahan-lahan untuk membentuk kristal kembali.

2. Sublimasi

Sublimasi digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dalam bentuk

kristal dengan memgubah fasanya menjadi gas terlebih dahulu. Teknik ini hanya

efektif untuk kristal yang mudah mengalami sublimasi.

3. Destilasi

Destilasi memiliki bermacam-macam jenis. Teknik ini didasarkan pada

perbedaan titik didih atau perbedaan volatilitas.

4. Ekstraksi

Cara ini didasrkan pada perbedaan kelarutan suatu senyawa pada pelarut yang

berbeda-beda. Dengan memiliki pelarut yang tepat maka suatu senyawa dapat

dimurnikan atau dipisahkan dari campurannya.

5. Kromatografi

Kromatografi dapat digunakan sebagai pemisahan namun pada

perkembangannya, teknik ini dapat dipakai sebagai metode analisis baik kualitatif

maupun kuantutatif.

B. Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani dari Rusia Mikhail

S. Tswett yang melakukan teknik pemisahan pigmen tanaman berwarna. Teknik ini

dalam publikasi diberi nama “chromatography” yang merupakan penggabungan dari

dua kata dari Bahasa Yunani, yaitu chroma yang berarti warna dan graphein yang

berarti menulis sehingga awalnya kromatografi berarti menulis dengan warna untuk
5

mengindikasikan pita-pita warna yang teramati oleh Tswett dalam risetnya. Pada saat

yang bersamaan Tswett juga berhasil melakukan pemisahan bahan-bahan yang tidak

berwarna dengan tekniknya tersebut (Rubiyanto, 2017: 2).

Kromatografi merupakan suatu proses yang komponen-komponen di dalam

suatu campuran dapat dipisahkan telah menjadi salah satu metode analisis yang utama

untuk identifikasi (analisis kualitatif) dan analisis kuantitatif senyawa-senyawa obat.

Prinsip dasarnya berdasarkan pada kesetimbangan konsentrasi komponen-komponen

yang dituju antara 2 fase yang tidak saling campur. Fase pertama disebut fase diam

karena tidak bergerak di dalam suatu kolom atau diikatkan dalam suatu pendukung,

sedangkan fase yang kedua disebut dengan fase gerak karena fase gerak didorong

melalui fase diam. Fase-fase ini dipilih secara teliti sehingga komponen-komponen

sampel mempunyai kelarutan/afinitas yang berbeda pada tiap fase (Rohman, 2020: 2).

Kromatografi dalam bidang sains digunakan dalam analisis suatu campuran,

menentukan jati diri campuran, memisahkan pengotor atau senyawa tertentu yang

dikehendaki untuk penelitian, serta menentukan jumlah/konsentrasi campuran atau

komponen-komponennya. Adapun kegunaan kromatografi dalam kehidupan sehari-

hari yaitu digunakan dalam perusahaan farmasi untuk penentuan jumlah bahan aktif

dalam produk obat, di rumah sakit digunakan untuk mendeteksi komponen-

komponen dalam darah pada tubuh pasien, dan dalam bidang penegakan hukum

digunakan untuk menguji barang bukti khusus yang dijumpai di tempat kejadian

perkara (TKP) (Rubiyanto, 2017: 3).

C. Macam-Macam Kromatografi

Menurut Ardianingsih (2009: 102-103), beberapa macam kromatografi yang

sering digunakan di dalam laboratorium yaitu:


6

1. Kromatografi partisi

Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses.

Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas

adalah kromatografi kolom karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik.

2. Kromatografi kertas

Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino. Asam

amino memiliki sifat yang sangat mirip dan asam-asam amino larut dalam air dan

tidak mudah menguap. Karena pemisahan asam amino merupakan masalah yang

cukup sulit maka penemuan kromatografi kertas merupakan berita baik bagi para

kimiawan.

3. Kromatografi gas

Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Metode ini sangat

baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan

ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah sukses dilakukan

dengan teknik ini.

4. HPLC

Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fase gerak

ke dalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan

dapat ditingkatkan dengan besar. Kromatografi penukar ion telah berhasil digunakan

untuk analisis kation, anion dan ion organik.

D. Kromatografi Kolom

Senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi kolom memiliki mekanisme

yang sama dengan jenis kromatografi lain yaitu berkaitan dengan perbedaan antara

gaya-gaya antar molekul dalam sampel dengan fase gerak dan antar komponen
7

dengan fasa diam. Tekniknya bergantung pada kombinasi fasa diam dan fasa gerak

yang dipilih sehingga interaksi yang timbul juga demikian (Rubiyanto, 3017: 22).

Kromatografi kolom merupakan metode pemisahan preparatif. Metode ini

digunakan untuk memisahkan suatu sampel yang berupa campuran dengan berat

beberapa gram. Prinsip dasar kromatografi kolom adalah suatu pemisahan yang

didasarkan pada prinsip adsorpsi. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan meletakkan

sampel-sampel pada ujung atas kolom dan pelarut yang digunakan dialirkan secara

terus-menerus. Eluen atau pelarut tersebut akan melewati kolom dengan adanya

gravitasi bumi atau adanya bantuan tekanan (Handoko, 2016: 18).

Dalam sebuah kromatografi kolom, bagian atas kolom diisi dengan campuran

zat terlarut untuk dipisahkan (hijau). Sedangkan dengan penambahan pelarut, zat

terlarut yang berbeda bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga

menimbulkan pita-pita. Fraksi yang terpisah dapat dikumpulkan dalamlabu yang

berbeda untuk digunakan atau dianalisis (Oxtoby, dkk., 2001: 342).

Gambar II.1 Kromatografi Kolom


(sumber: Oxtoby, dkk., 2001: 342)
8

Prinsip kerja kromatografi kolom yaitu zat cair sebagai fasa gerak akan

membawa cuplikan senyawa mengalir melalui fasa diam sehingga terjadi interaksi

berupa adsorpsi senyawa-senyawa tersebut oleh padatan dalam kolom. Kecepatan

bergerak suatu komponen dalam cuplikan bergantung pada seberapa besar/lama

komponen tersebut dalam cuplikan tertahan oleh padatan penyerap dalam kolom.

Hasil berupa fraksi-fraksi senyawa (eluat) yang ditampung pada bagian bawah kolom

(Rubiyanto, 2017: 22).

E. Resin Penukar Ion

Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi

yang mengandung ikatan-ikatan hubungan silang (cross-linking) serta gugusan yang

mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan (Sukmaladewi, 2017: 16). Resin

penukar ion merupakan fasa diam yang digunakan pada kolom kromatografi ion

(Zainuddin, dkk., 2015: 30).

Resin penukar ion juga digunakan dalam metode pemisahan atau pemekatan

dengan menggunakan penukaran kesetaraan. Resin penukar ion dapat dibagi menjadi

resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation adalah resin yang

mengandung kation yang dapat dipertukarkan. Sedangkan resin penukar anion adalah

resin yang mengandung anion yang dapat dipertukarkan (Sukmaladewi, 2017: 16-17).

Resin penukar kation merupakan bahan polimer yang mempunyai gugus

reaktif seperti sulfonat, fenolat, dan karboksilat. Resin ini dapat mengionisasi dan

dapat dimuati dengan kation yang dipertukarkan. Sedangkan resin penukar anion

merupakan bahan polimer yang dapat mengionisasi dari kelompok amonium


9

kuartener dan amina. Resin ini dapat dimuati dengan anion yang dapat dipertukarkan

(Sani, dkk., 2019: 68). Sifat-sifat penting bagi resin penukar ion yaitu kapasitas

penukar ion, selektivitas, derajat ikat silang (crosslinking), porositas, dan kestabilan

resin (Sukmaladewi, 2017: 17-18).

Anda mungkin juga menyukai