A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Menambahkan Natrium
3. Bening
Sulfat (Na2SO4)
(PP)
11
12
No
Perlakuan Hasil Gambar
.
Menambahkan Kalium
3. Bening
Nitrat (KNO3)
2. Reaksi
1) Pembentukan efluen
1) Pembentukan efluen
3. Analisis Data
Diketahui
Penyelesaian:
a×v
Kapasitas resin (C) =
W
0,1 M × 1,6 mL
=
0,5009 gram
mol
100 ×1,6 mL
= mL
0,5009 gram
= 319,42 mol/gram
Diketahui
Penyelesaian:
b×v
Kapasitas resin (C) =
W
0,1 M × 0,9 mL
=
1,0002 gram
mol
100 ×0,9 mL
= mL
1,0002 gram
= 89,98 mol/gram
B. Pembahasan
diam dan fase gerak berdadarkan perbedaan sifat komponen yang akan dipisahkan.
Fase gerak harus bisa mengalir melewati fase diam sedangkan fase diam harus terikat
merupakan salah satu contoh kromatografi adsorbs. Fase diam pada kromatografi
kolom berupa zat padat misalnya silika gel, alumina, karbon aktif, resin, dan lain-lain.
Sedangkan fase geraknya berupa zat cair misalnya aseton, etanol dan lain-lain
(Rubiyanto, 2017: 22). Salah satu sifat resin yaitu kapasitas penukar ion yang
dinyatakan daam mek (miliekivalen) per gram resin kering dalam bentuk hidrogen
(H) atau kloridanya (Cl) atau dinyatakan dalam miliekivalen tiap millimeter resin
(meq/mL). Semakin banyak resin penukar ion yang digunakan maka kemungkinan
kromatografi dan mengetahui kapasitas resin kation dan anion dengan menggunakan
metode kromatografi. Percobaan pertama yaitu resin penukar kation yang diawali
dengan memasukkan resin penukar kation ke dalam kolom. Resin penukar kation
sebelumnya telah diaktivasi di oven dengan suhu 30˚C selama 30 menit. Hal ini
dilakukan agar struktur molekular resin menjadi terbuka dan permeabel sebagai ion-
ion dan molekul-molekul pelarut dapat bergerak keluar masuk dengan bebas.
menggunakan aquades agar resin lebih mudah bereaksi dengan larutan natrium sulfat.
Penambahan natrium sulfat berfungsi agar Na+ dapat bertukar dengan ion H+ dengan
elektronegatif daripada Na. Adapun resin yang digunakan yaitu resin yang
mengandung gugus H+ yang bersifat asam kuat. Ion H+ nantinya akan ditukarkan
dengan ion Na+ dari Na2SO4 sehingga efluen yang terbentuk yaitu efluen H2SO4.
fenolftalein. Titran NaOH digunakan untuk mendeteksi adanya H2SO4 pada efluen.
Indikator fenolftalein digunakan karena reaksi antara NaOH dan H2SO4 akan
memiliki pH dengan rentang 8,2-10. Titik akhir tercapai ditandai dengan terjadi
Percobaan kedua yaitu resin penukar anion. Prosedur kerjanya sama dengan
resin penukar kation. Namun, larutan yang digunakan untuk menggantikan natrium
sulfat (Na2SO4) adalah KNO3. Efluen yang terbentuk adalah kalium hidroksida
(KOH) dari larutan ion NO3- dari larutan KNO3 akan bertukar dengan gugus OH- dari
resin anion pada kolom resin untuk mencapai kestabilan karena perbedaan
argentometri atau titrasi pengendapan yang titik akhir titrasi dengan indikator K2CrO4
ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning susu dan sedikit endapan putih.
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu pada resin penukar kation
diperoleh warna merah muda dengan kapasitas resin sebesar 319,42 mol/gram.
Sedangkan percobaan resin penukar anion diperoleh warna kuning susu denga