Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel IV.1: Hasil Pengamatan Penentuan Kation

No. Perlakuan Hasil Gambar

1. Pengaktifan Resin Kuning Keemasan

Membilas dengan aquades


2. Bening
(H2O)

Menambahkan Natrium
3. Bening
Sulfat (Na2SO4)

Menitrasi dengan NaOH –

4. Indikator phenolptalein Merah muda

(PP)

11
12

Tabel IV.2: Hasil Pengamatan Penentuan Anion

No
Perlakuan Hasil Gambar
.

1. Pengaktifan Resin Kuning Keemasan

Membilas dengan aquades


2. Bening
(H2O)

Menambahkan Kalium
3. Bening
Nitrat (KNO3)

Menitrasi dengan AgNO3 +


4. Kuning susu
indikator K2CrO4

2. Reaksi

a. Resin penukar kation

1) Pembentukan efluen

2R- H+ + Na2SO4 (aq) → 2NaR + H2SO4

2) Pada saat titrasi


13

H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Na2SO4 + 2H2O

b. Resin penukar anion

1) Pembentukan efluen

2R+OH- + 2KNO3 (aq) → 2RNO3 + 2 KOH

2) Pada saat titrasi

2KOH (aq) + 2AgNO3 (aq) → 2AgOH + 2KNO3

3. Analisis Data

a. Kapasitas Resin Kation

Diketahui

Berat resin (W) : 0,5009 gram

Molaritas NaOH (a) : 0,1 M

Volume NaOH (v) : 1,6 mL

Ditanyakan: kapasitas Resin (C) ?

Penyelesaian:
a×v
Kapasitas resin (C) =
W
0,1 M × 1,6 mL
=
0,5009 gram
mol
100 ×1,6 mL
= mL
0,5009 gram
= 319,42 mol/gram

b. Kapasitas Resin Anion

Diketahui

Berat resin (W) : 1,0002 gram

Molaritas AgNO3 (b) : 0,1 M


14

Volume AgNO3 (v) : 0,9 mL

Ditanyakan: Kapasitas Resin (C) ?

Penyelesaian:
b×v
Kapasitas resin (C) =
W
0,1 M × 0,9 mL
=
1,0002 gram
mol
100 ×0,9 mL
= mL
1,0002 gram

= 89,98 mol/gram

B. Pembahasan

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan

perbedaan kecapatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Prinsip

pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fase

diam dan fase gerak berdadarkan perbedaan sifat komponen yang akan dipisahkan.

Fase gerak harus bisa mengalir melewati fase diam sedangkan fase diam harus terikat

kuat di posisinya (Ardianingsih, 2009: 102).

Salah satu jenis kromatografi adalah kromatografi kol. Kromatografi kolom

merupakan salah satu contoh kromatografi adsorbs. Fase diam pada kromatografi

kolom berupa zat padat misalnya silika gel, alumina, karbon aktif, resin, dan lain-lain.

Sedangkan fase geraknya berupa zat cair misalnya aseton, etanol dan lain-lain

(Rubiyanto, 2017: 22). Salah satu sifat resin yaitu kapasitas penukar ion yang

menggambarkan akuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat dipertukarkan dan


15

dinyatakan daam mek (miliekivalen) per gram resin kering dalam bentuk hidrogen

(H) atau kloridanya (Cl) atau dinyatakan dalam miliekivalen tiap millimeter resin

(meq/mL). Semakin banyak resin penukar ion yang digunakan maka kemungkinan

pertukaran ion lebih berhasil (Sukmaladewi, 2017: 17).

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode

kromatografi dan mengetahui kapasitas resin kation dan anion dengan menggunakan

metode kromatografi. Percobaan pertama yaitu resin penukar kation yang diawali

dengan memasukkan resin penukar kation ke dalam kolom. Resin penukar kation

sebelumnya telah diaktivasi di oven dengan suhu 30˚C selama 30 menit. Hal ini

dilakukan agar struktur molekular resin menjadi terbuka dan permeabel sebagai ion-

ion dan molekul-molekul pelarut dapat bergerak keluar masuk dengan bebas.

Setelah resin dimasukkan ke dalam kolom, kemudian resin dibasahi dengan

menggunakan aquades agar resin lebih mudah bereaksi dengan larutan natrium sulfat.

Penambahan natrium sulfat berfungsi agar Na+ dapat bertukar dengan ion H+ dengan

kuat karena terdapat perbedaan keelktronegatifan yang diketahui atom H lebih

elektronegatif daripada Na. Adapun resin yang digunakan yaitu resin yang

mengandung gugus H+ yang bersifat asam kuat. Ion H+ nantinya akan ditukarkan

dengan ion Na+ dari Na2SO4 sehingga efluen yang terbentuk yaitu efluen H2SO4.

Efluen yang diperoleh kemudian dititrasi dengan NaOH menggunakan indikator

fenolftalein. Titran NaOH digunakan untuk mendeteksi adanya H2SO4 pada efluen.

Indikator fenolftalein digunakan karena reaksi antara NaOH dan H2SO4 akan

membentuk garam basa sehingga indikator fenolftalein sesuai digunakan karena


16

memiliki pH dengan rentang 8,2-10. Titik akhir tercapai ditandai dengan terjadi

perubahan warna dari bening menjadi merah muda.

Percobaan kedua yaitu resin penukar anion. Prosedur kerjanya sama dengan

resin penukar kation. Namun, larutan yang digunakan untuk menggantikan natrium

sulfat (Na2SO4) adalah KNO3. Efluen yang terbentuk adalah kalium hidroksida

(KOH) dari larutan ion NO3- dari larutan KNO3 akan bertukar dengan gugus OH- dari

resin anion pada kolom resin untuk mencapai kestabilan karena perbedaan

keelektronegatifan. Efluen yang diperoleh kemudian dititrasi dengan AgNO3

menggunakan indikator kalium kromat (K2CrO4). Titrasi ini termasuk titrasi

argentometri atau titrasi pengendapan yang titik akhir titrasi dengan indikator K2CrO4

ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning susu dan sedikit endapan putih.

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu pada resin penukar kation

diperoleh warna merah muda dengan kapasitas resin sebesar 319,42 mol/gram.

Sedangkan percobaan resin penukar anion diperoleh warna kuning susu denga

kapasitas resin sebesar 89,98 mol/gram.

Anda mungkin juga menyukai