A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
- Siswa dapat melakukan pemisahan ion dengan tepat
- Siswa dapat memahami prinsip pertukaran ion
- Siswa diharapkan mampu membuat revisi dari hasil praktikum
2. Dasar Teori
Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang
mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang
dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai karakteristik yang berguna dalam analisis kimia,
antara lain kemampuan menggelembung (swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran.
Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar konsentrasi
jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam campuran
dengan kromatografi penukar ion. Pada saat operasi dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut
dalam air akan teresap ke resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen, dengan
melihat kondisi tersebut maka kita dapat mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas.
Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi.
- Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang-ulang.
- Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu resin harus tahan terhadap air
- Kestabilan kimia yang tinggi.
- Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula
terhadap oksidasi dan radiasi.
- Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta
tekanan osmosis.
Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu gugus aktif yang terikat pada kerangka
organik. Proses pembentukan resin terdiri dari dua tahap yaitu pembentukan kerangka dan pembentukan gugus
aktif. Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked polystirene yang dibentuk dari tetesan
cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari proses tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak
berwarna dan kedap air. Butiran-butiran ini belum memiliki sifat penukar ion. Tahap selanjutnya pembentukan
gugus aktif pada butiran-butiran tsb.
Untuk resin penukar ion (ion exchange) proses adsorpsi sebenarnya merupakan suatu reaksi kimia dimana suatu
ion dibebaskan dari resin sedangkan ion yang lain diadsorpsi seperti pada persamaan reaksi d bawah. Sebagian
besar resin kation terbuat dari bahan dasar DVB (Divinilbenzena) dengan gugus aktif sulfonat seperti ditunjukan
pada gambar dibawah.
Metode
a). Alat
3. Cara Kerja
N Proses Pembuatan Gambar
O
1 Siapkan corong pisah, lalu masukkan kapas saring di dalamnya
N Kebutuhan Hasil/Jumlah/Massa/Konsentrasi
O
1 Resin Kation 1 gr
2 Resin Anion 1 gr
3 Konsentrasi dan Pengambilan 0,05 M & 20 ml
HCl
4 Pengambilan NaCl 20 ml
5 Konsentrasi NaOH 0,1
6 Konsentrasi AgNO3 0,05
7 Volume Effluen Pada Setiap 10 ml
Titrasi
8 Volume Titrasi AgNO3 (Anion) V1 = 0 – 0 = 0
9 Volume Titrasi NaOH (Kation) V1 = 0 – 0 = 0
5. Data praktikum
- Perhitungan
Pentuan Kapasitas Operasi Resin
1
x 0,02=0,0005479452
¿
36,5
Massa H 0,0005479452
Mol H ¿ Ar H = 1 gr /mol = 0,0005479452 5,479452 Mol
Volume NaOH yang diperlukan = 000 ml
Konsentrasi [NaOH] yang dipakai : 0,1 M
Mol OH- = V NaOH x [NaOH] = 000 x 0,1 = 000
Dalam percobaan, sebanyak 10 ml HCl di encerkan dengan 30 ml aquadesh, sehingga volume totalnya
40 ml (artinya terjadi pengenceran 4x terhadap effluen HCl)
Sehingga :
Mol H+ = 4 x 000 mol
= 000 mol
6. Analisis data
- Penggunaan Alat
Bahan yang dibutuhkan untuk praktek, kali ini sudah ditimbang dengan tepat baik dari resin kation maupun
anion, teliti saat menggunakan timbangan merupakan hal yang penting karena ini adalah awal dari apakah
bahan akan menjadi sempurna sesuai prosedur atau tidak, maka dari itu lakukan dengan benar. Kondisi dari
alat juga sudah diperiksa terlebih dahulu sebelum di oprasikan tentunya di strerilisasikan sebelum digunakan,
kondisi alat yang lain juga mendapatkan perhatian yang sama. Penambahan kapas pada corong pisah harus di
pastikan sudah tepat karena kapas akan menyaring residu dari resin agar tidak tercampur effluen. Tetesan pada
corong pisah tidak boleh terlalu cepat karena akan membuat bahan tidak terpisah dengan residu dengan
sempurna lakukan sesuai langkah kerja agar terhindar dari kegagalan praktik
- Kondisi Bahan
Bahan yang digunakan merupakan bahan yang bagus, karena jika menggunakan bahan sisa akan
mempengaruhi hasil dari praktik, serta mempengaruhi hasil yang akan didapat. Bahan yang tidak kalah penting
ialah air (Aquadesh) karena pada praktik ini sepenuhnya akan menggunakan air sebagai penentu hasil, air yang
tidak dalam kondisi yang baik akan mempengaruhi bahan lain jika di larutkan.
- Penambahan Pelarut
Dalam menambah pelarut setelah resin di masukkan kedalam corong pisah, usakan sesuai dengan prosedur
karena jika tidak akan mempengaruhi volume titrasi yang akan dilarutkan, volume bisa terlalu banyak dan bisa
juga terlalu sedikit saat mencari titik ekivalen. Dalam praktik ini terjadi kelalaian pada resin anion yang mana
menambahan NaCl terlalu cair sehingga volume titrasi sedikit berlebih. Perhatikan dan lakukan dengan teliti
saat menggunakan pipet volume karena volume yang diambil cukup banyak maka jangan sampai bahan terlalu
berlebih maupun kurang
- Titrasi
Dalam titrasi burret sudah dibilas dan dalam kondisi kering ini bertujuan agar sisa bahan sebelum praktik tidak
tercampur dalam praktik kali ini, dalam praktik ini tidak terjadi kendala pada titrasi atau sesuai dengan prosedur
namun, karena bahan pelarut pada resin anion terlalu cair maka volume titrasinya terlalu berlebih yang
membuat bahan terbuang lebih banyak.
- SOP
Dalam praktik ini siswa sudah menggunakan SOP yang di arahkan, untuk mencegah hal yang tidak di inginkan
saat praktik, terutama yang sangat di tekankan adalah penggunaan sarung tangan saat memulai praktik.
7. Kesimpulan
- Akan di dapat warna pink, saat titrasi resin kation dan bewarna merah bata pada resin anion
- Volume titrasi pada kation sudah tepat namun, tidak pada resin anion
8. Daftar Pustaka
- Anonim. 2007. Penyisihan kesadahan dengan metode penukar ion. Laboratorium Operasi Teknik Kimia – FT
UNTIRTA. Banten.
- Anonim. 2013. Resin Penukar Ion. http://brown13zt.blogspot.com. Diakses pada 24 November 2013. Palu.
- Bassett, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Kedokteran EGC. Jakarta.
- Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
- Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
- Lestari , D. E . Utomo, S. B. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion Pada Sistem Air Bebas Mineral (GCA01)
RSG-GAS. Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN. Banten.
- Polling, C. 1986. Ilmu Kimia. Erlangga. Jakarta.
- Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
- Underwood, A.L., dan Day R. A. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
BIODATA PENULIS