I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menentukan kapasitas resin
V. DATA PENGAMATAN
Massa resin = 20 gram
[NaOH] = 0,1364 M
[KCl] = 0,1 M
Volume KCl = 10 mL
¿
|( 10,161459× 1020−6,02 ×1020 ) partikel| ×100 %
20
6,02×10 partikel
¿ 68,795 %
3. Penentuan kapasitas resin
V NaOH × [ NaOH ] × valensi
Kapasitas resin=
massa resin
Penentuan kapasitas resin pada titrasi ke-1
V NaOH × [ NaOH ] × valensi
Kapasitas resin=
massa resin
4,90 mL× 0,1364 M ×1
¿
20 gram
VII. PEMBAHASAN
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion-
ion atau molekul yang dapat diionkan. Ion-ion bersaing dengan ion-ion fasa
gerak untuk memperebutkan tempat berikatan pada fasa diam. Prinsip kerja
kromatografi penukar ion adalah berdasarkan pada interaksi muatan positif
dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam
kolom kromatografi. Pada kromatografi penukar ion, pemisahan terjadi
dikarenakan adanya gaya kapiler dan perbedaan interaksi antara setiap
komponen penyusun dengan fasa gerak dan fasa diamnya.
Fasa diam pada kromatografi penukar ion disebut resin. Resin penukar
ion merupakan suatu jembatan polimer yang memiliki gugus fungsi ionik.
Apabila gugus fungsi ionik adalah gugus sulfonat maka termasuk resin
penukar kation, sedangkan apabila gugus fungsi ionik adalah amonium maka
merupakan resin penukar anion. Gugus fungsi ionik berikatan secara kovalen
pada jaringan polimer dan terasosiasi dengan suatu ion berlawanan. Ion
berlawanan ini akan menetralkan muatan dari gugus resin tetapi dapat
dipertukarkan dengan ion-ion dari larutan yang terdapat pada lingkungan
ion. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang
berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi,
stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan
resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang
tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counter ion)
(Underwood, 2006).
Resin yang digunakan dalam percobaan adalah polistiren divinil benzena
(PS-DVB) yang difungsionalisasi dengan ion sulfonat. Pada percobaan,
dilakukan aktivasi resin dengan menggunakan HCl 6 M ±25 mL. Aktivasi
dilakukan dengan tujuan meregenerasi untuk menghilangkan ion-ion lain
dan juga menghilangkan sisa K+ yang masih tertinggal pada resin. Selain itu,
tujuan dari regenerasi adalah agar yang terikat dengan resin adalah H+, bukan
ion lainnya. Pada saat regenerasi digunakan larutan HCl pekat agar ion H+
tersedia dalam jumlah banyak dan dapat menggantikan ion kalium dalam
resin. Ion K+ berukuran lebih besar daripada ion H+ sehingga untuk
mendorong ion-ion K+ dalam kolom dibutuhkan ion H+ dalam jumlah yang
banyak oleh karena itulah digunakan larutan HCl pekat. Apabila digunakan
larutan HCl encer, maka sebelum ion H+ dapat mendorong ion K + , ion H+
sudah terlebih dahulu keluar dari kolom. Kemudian kolom dibilas dengan
cara dialirkan menggunakan aqua DM 25-30 ml yang bertujuan untuk
mengghilangkan ion ion lain yang ada pada resin dan menyiapkan hingga pH
netral, menghindari adanya leaks atau retakan.
Setelah itu dimasukkan 10 ml larutan KCl 0,1 M ke dalam kolom dan
akan terjadi pertukaran ion. Reaksi yang terjadi adalah reaksi pertukaran
kation, ion H+ pada resin PS-DVBS dipertukarkan dengan ion kalium (K+)
dari sampel. Reaksi yang terjadi pada proses pertukaran ion adalah sebagai
berikut :
2𝑅-𝐻 + + 2𝐾 + (𝑎𝑞) + 𝑆𝑂4 2− (𝑎𝑞) ↔ 2𝑅-𝐾 + + 2𝐻 + (𝑎𝑞) + 𝑆𝑂4 2− (𝑎𝑞)
Setelah ion H+ dalam resin dan ion K+ berhasil dilakukan pertukaran, ion
H+ selanjutnya ditampung eluatnya didalam labu erlenmeyer. Pertukaran
kation terjadi berdasarkan prinsip stoikiometri sehingga mol ion H+ dalam
eluat sama dengan mol K+ yang dipertukarkan.
Ada beberapa resin penukar ion yang dapat digunakan pada kromatografi
pertukaran ion, seperti resin yang terbentuk dari asam akrilat dan asam
metakrilat. Polimer asam akrilat akan diikatkan secara silang oleh asam
metakrilat yang bertindak sebagai pengikat silang (cross linking). Jika ingin
menjadikan resin penukar kation, maka resin dapat difungsionalisasikan oleh
gugus ion seperti gugus sulfonat. Sedangkan jika ingin membuatnya menjadi
resin penukar anion, maka dapat melakukan fungsionalisasi dengan gugus
amina kuartener. Selain itu, dapat juga digunakan resin anorganik, seperti
silikat (SiO4), aluminosilikat, zeolite, montmorillonites, zirconium, Tin –
phosphate.
Syarat agar resin dapat dikatakan yang baik atau layak untuk digunakan
pada kromatografi penukar ion yaitu memiliki kelarutan yang rendah,
kapasitas yang tinggi, dan kestabilan fisik yang tinggi. Penyebab resin harus
memiliki kelarutan yang rendah adalah karena ion-ion yang akan
dipertukarkan berada dalam fasa aqueous, oleh karena itu resin tidak boleh
larut di dalam air karena jika resin larut dalam air maka resin tidak berfungsi
dengan baik. Selain itu, pengaruh tekanan tinggi yang digunakan untuk
memompakan fasa gerak dapat membuat resin bisa menjadi faktor penting
yang harus diperhatikan, maka dari itu resin harus memiliki kestabilan fisik
yang tinggi. Untuk mendapatkan resin yang baik untuk digunakan, resin
harus memiliki kapasitas tinggi agar dihasilkan kapasitas pertukaran ion
yang tinggi.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kapasitas resin
untuk titrasi pertama sebesar 0,033418 mmol gram-1 dan kapasitas resin
untuk titrasi kedua sebesar 0,0341 mmol gram-1. Kemudian, diperoleh juga
jumlah ion Kalium (K+) dalam percobaan sebesar 10,161459 × 1020 partikel
dan secara teoritis sebesar 6,02 × 1020 partikel, serta galat dari jumlah ion
kalium (K+) sebesar 68,795%.