Anda di halaman 1dari 17

A.

JUDUL PERCOBAAN
Teknik Pemisahan

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari teknik pemisahan dan pemurnian dua Komponen
cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
2. Mahasiswa mempelajari teknik pemisahan dan pengidentifikasian suatu
campuran berdasarkan kecepatan merambat zat.

C. LANDASAN TEORI
Metode pemisahan merupakan apek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk
memperoleh materi murni dari suatu campuran, kita harus melakukan
pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan
campuran. Perusahaan air minum, memperoleh air jernih dari air sungai
melalui penyaringan pasir dan arang. Air murni untuk keperluan laboratorium
atau farmasi diperoleh melalui teknik pemisahan destilasi. Untuk memisahkan
minyak bumi menjadi komponen-komponennya seperti elpiji, bensin, minyak
tanah, dilakukan melalui teknik pemisahan destilasi bertingkat. Melalui teknik
pemisahan, ternyata memperoleh materi yang lebih penting dan lebih mahal
nilainya (Hendayana, 2006: 1).
Dalam suatu metode pemisahan, tujuan pemisahan adalah untuk
mendapatkan semua komponen yang terkandung dalam bahan yang
dipisahkan. Pemisahan yang demikian dikenal dengan pemisahan lengkap
(complete separation). Apabila tujuan pemisahan hanya mendapatkan salah
satu atau beberapa komponen saja yang ada didalam bahan awal maka yang
demikian ini di sebut dengan pemisahan sebagian (partial separation)
(Rubiyanto, 2017: 6).
Pemisahan boleh dijadikan dalam dua bentuk, yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Pemisahan kualitatif merupakan pemisahan atau penulenan beserta
dengan mengenal pasti komponen, manakala analisis kuantitatif melibatkan

1
penentuan kuantiti komponen tertentu. Dalam sesuatu analisis kimia, sama ada
kualitatif dan kuantitatif, pengukuran boleh dibuat secara langsung terhadap
sampel. Langkah pemisahan sering menjadi langkah yang paling sukar dalam
analisis berkenaan (Sanagi, 1998: 2-3).
Dalam praktikum kimia seringkali berbagai campuran zat harus
dipisahkan menjadi zat murni. Pemisahan campuran ini tentunya memiliki
tujuannya masing-masing sesuai dengan metode/ cara yang digunakan. Cara
pemisahan dapat berupa penyaringan, dekantasi, penguapan, kromatografi,
dan destilasi (Tim Dosen, 2020: 13).
Destilasi adalah pemisahan suatu campuran berdasarkan perbedaan titik
didih cairan pada tekanan tertentu yang melibatkan penguapan diferensial dari
suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material yang menguap
dengan cara pendinginan dan pengembungan. Beberapa teknik destiasi lebih
cocok untuk pekerjaan pekerjaan preparatif di laboratorium dan industri
(Soebagio, 2003: 24).
Prinsip destilasi adalah pemisahan komponen dari campuran cairan
melalui penyaringan yang tergantung kepada perbedaan titik didihnya dari
masing-masing komponen. Proses destilasi tergantung pula pada konsentrasi
komponen dua jenis tekanan uap dari campuran cairan. Proses destilasi
merupakan proses yang mirip dengan proses daur air di alam yang bertujuan
untuk membersihkan air dari kontaminan (Pratama, 2017: 36).
Proses yang terjadi pada destilasi adalah perubahan fasa uap atau gas
dengan pendidihan kemudian gas tersebut mengembun. Pada proses ini
melibatkan penguapan berkelanjutan suatu campuran cairan diikuti dengan
penampungan material yang menguap dengan cara pengembunan dan
pendinginan, uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat.
Secara umum, destilasi dapat diklasifikasikan menjadi destilasi sederhana,
destilasi fraksionasi, destilasi vacuum, dan destilasi uap. Destilasi sederhana
biasanya digunakan untuk memperoleh air murni dari air laut atau air kotor
(Tim Dosen, 2019: 13-14).

2
Aquades atau sering disebut aqua destilasi merupakan air murni yang
dihasilkan dari proses destilasi di mana di dalamnya hampir tidak
mengandung mineral. Destilasi sederhana adalah teknik pemisahan untuk
memisahkan dua atau lebih komponen zat cair yang memiliki perbedaan titik
didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer yang normal. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk
memisahkan campuran air dan alcohol (Wahyudi, dkk. 2017: 30).
Menurut Anwar dkk (1994: 67) faktor-faktor penting yang mempengaruhi
ketajaman pemisahan dalam proses destilasi adalah :
1. Perbedaan komposisi yang mungkin ada diantara cairan dan uap pada
keadaan kesetimbangan ( hubungan kesetimbangan uap dan cairan atau
volatilitas relatip).
2. Efektifitas kontak dari uap dan cairan yang biasa dinyatakan dalam plat
teoritis
3. Perbandingan kondensat yang kembali kea arah kolom fraksinasi atau
refluks ratio.
4. Kecepatan uap yg naik ke kolom/kecepatan aliran destilat.
Kromatografi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan
dan mengidentifikasi campuran yang didasarkan atas distribusi sampel
diantara dua fasa. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael
Tswet (1906) yang mampu memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna
lain dalam ekstrak tumbuhan. Olehnya di era ini, metode kromatografi dapat
digunakan untuk memisahkan zat wana dalam suatu campuran (Tim Dosen,
2019: 14).
Menurut Rubiyanto (2017: 2-3) untuk meng-generalisasi pengertian
kromatografi, sebuah komite khusus di badan internasional union of pure
and applied chemistry (IUPAC) di bentuk dan mengeluarkan defenisi
sebagai berikut yang intinya: …….suatu metode yang khususnya digunakan
dalam pemisahan komponen komponen dalam suatu sampel yang terdistribusi

3
dalam dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Kegunaan kromatografi dapat
diuraiakan dalam bidang sains yaitu:
1. Analisis-menguji suatu campuran, komponen-komponenya dan
hubungan antar komponen.
2. Identifikasi-menentukan jati diri campuran atau komponen-komponenya
menggunakan senyawa standar.
3. Pemurnian-memisahkan pengotor atau senyawa tertentu yang
dikehendaki untuk studi.
4. Kuantifikasi-menentukan jumlah/konsentrasi campuran atau komponen-
komponennya.
Menurut Rubiyanto (2017: 19) kromatografi kertas merupakan contoh
kromatografi partis dalam bentuk planar yang sudah sangat konvensional.
Teknik ini umumnya digunakan untuk menjelaskan teknik kromatografi
secara mudah, karena sistem kromatografinya yang sangat sederhana. Hanya
butuh sepotong kertas, tinta warna dan pelarut dalam suatu bejana saja. Pada
prinsipnya kromatografi kertas mendasarkan proses pemisahan senyawa-
senyawa menurut interaksi partisi atau distribusi senyawa pada fasa diam.
Karakter kromatografi kertas:
1. Fasa diam : cair yang didukung dengan padatan inert (misal selulosa)
2. Fasa gerak : cair (misal: air, alkohol, dan lain-lain)
Menurut Leba (2017: 43-44) pemisahan dengan metode kromatografi
kertas ini dilakukan dengan cara campuran atau sampel yang akan dipisahkan
diteteskan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong kertas saring untuk
membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam
bejana tertutup yang berisi fasea gerak atau pelarut. Ujung kertas saring yang
di tetesi sampel dibiarkan tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa
gerak (noda tidak boleh tercelup karena senyawa yang akan di pisah kan akan
terlarut dari kertas). Fasa gerak akan bergerak melalui serat dari kertas oleh
gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran. Bila permukaan
pelarut telah bergerak hingga jarak tertentu sesuai waktu yang di inginkan,
kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi

4
tanda. Setelah proses kromatografi berlangsung, dilakukan identifikasi
terhadap hasil kromatografi. Jika senyawa-senyawa berwarna maka akan
terlihat sebagai pita atau noda yang terpisah.jika senyawa tidak berwarna
harus dideteksi dengancara fisika dan kimia yaitu dengan menggunakan suatu
pereaksi yang dapat memberikan warna. Bila daerah dari noda yang terpisah
telah dideteksi, maka setiap senyawa dapat didentifikasi. Identifikasi yang
umumnya dilakukan adalah berdasarkan kedudukan nodaa terhadap
permukaan pelarut, yang di kenal dengan nilai Rf. Nilai Rf merupakan
parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada
kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan
reprodusibel. Harga Rf didefenisikan sebagai perbandingan antara jarak noda
dari titik awal dengan jarak yang di tempuh pelarut dari titik awal.

Menurut Rubiyanto (2017: 20-21) jenis interaksi yang ada dalam proses
kromatografi sangatlah bermacam-macam tergantung pada kombinasi fase
diam dan fase geraknya. Ada banyak interaksi yang mungkin terjadi antara
sampel dengan fasa-fasa yang ada akibat adanya beragam gaya yang mungkin
timbul dalam kromatografi. Teknik kromatografi adalah sebagai berikut:
1. Setetes cuplikan diletakkan pada daerah yang telah diberi tanda pada
pemukaan kertas.
2. Kertas yang telah ditotol dengan cuplikan diletakkan kedalam bejana
(chamber) yang telah diisi dengan sistem pelarut yang telah dipilih.
3. Pelarut akanbergerak melalui serat-serat oleh gaya kapiler dan
menggerakkan komponen-komponen dalam cuplikan dengan perbedaan
jarak tertentu menurut aliran pelarut. Perbedaan jarak ini di sebabkan
oleh perbedaan interaksi senyawa dengan fasa-fasa yang ada.
4. Senyawa yang berwarna akan terlihat sebagai noda-noda yang terpisah.
Jika senyawa tersebut tidak membentuk warna,maka untuk

5
mendeteksinya digunakan pereaksi kimia atau penyinatran denga lampu
UV pada panjang gelombang yang sesuai.
Hasil yang di peroleh berupa noda uang dapat dilihat pada permukaan kertas
baik secara langsung maupun dengan bantuan pereaksi kimia . Mekanisme
pemisahan yang terjadi dalam kromatografi kertas:
1. Peristiwa kapilaritas-pergerakan cairan diantara ruang dalam material
berpori oleh adanya gaya adesi, kohesi dan tegangan permukaan.
Dalam kromatografi kertas, cairan dapat naik keatas karena gaya
kapilaritas lebih besar dari pada gaya gravitasi yang menahannya.
2. Solubilitas adalah suatu derajat/ukuran dimana suatu zat (solut) dapat
terlarut dalam pelarut (solven). Solut dapat terlarut dalam solven
karena kesamaan sifat (Like dissolves like). Hal ini memungkinkan
solut akan dapat terpisah menggunakan kombinasi solven.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Labu destilasi (1 buah)
b. Pendingin Liebig (1 buah)
c. Termometer -10o – 100o (1 buah)
d. Sumbat gabus berlubang (1 buah)
e. Kaki tiga dan kasa asbes (1 buah)
f. Alat pembakar (1 buah)
g. Statif dan klem (2 buah)
h. Labu Erlenmeyer (1 buah)
i. Selang karet (2 buah)
j. Gelas kimia 500 mL (1 buah)
2. Bahan
a. Batu didih
b. Air kotor
c. Kertas kromatografi (1 buah)
d. Lidi (1 buah)

6
e. Tinta Parker Ungu (1 buah)
f. Tinta Parker Merah (1 buah)
g. Tinta Parker Biru (1 buah)

E. PROSEDUR KERJA
1. Destilasi
a. Pasang alat destilasi (minta petunjuk asisten sebelum memasang alat
destilasi)
b. Isi labu destilasi dengan air kotor dan masukkan beberapa butir batu
didih.
c. Jalankan air melalui alat pendingin (kondensor liebig)
d. Panaskan labu destilasi sampai air mendidih, amati kenaikan
temperatur pada termometer.
e. Bacalah titik didih destilat.
2. Kromatografi
a. Buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah kertas
kromatografi
b. Buatlah titik dengan tinta hijau ditengah garis tersebut. Buatlah titik
dengan titik dengan tinta lain disebelah kanan dan kiri titik hijau pada
jarak 2 cm. Biarkan titik titik itu menjadi kering.
c. Gulung kertas sehingga membentuk silinder.
d. Tempatkan kertas dalam gelas kimia yang berisi air setinggi 1 cm,
sehingga ujung kertas tercelup dalam air. ( jaga sehingga titik tidak
tercelup dalam air).
e. Biarkan air merambat ke bagian atas kertas. Zat warna dalam tinta
akan ikut merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung
atas kertas , keluarkan kertas dan beri tanda batas rambatan air.
f. Perhatikan noda noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas
kromatografi menjadi kering.
g. Ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna , dan garis pensil
pada ujung bawah kertas.

7
h. Hitung harga perbandingan kedua jarak (Rf)= jarak noda/jarak air.
i. Buat kromatografi dari titik tinta yang tidak kenal, misalnya campuran
dua macam tinta.
F. HASIL PENGAMATAN
a. Destilasi
No Yang Diamati Kesimpulan Sementara
.
1. Perbedaan destilat dengan Destilat tidak berwarna
cairan sebelum disuling
2. Titik didih destilat 104°C

b. Kromatografi
Merek tinta : Parker
Warna Tinta yang digunakan : Biru, Campuran, Merah
Warna Tinta Warna Noda Jarak noda/ jarak air
Biru Biru 1,5 / 9,7 = 0,46 cm
Merah 2,5 / 9,7 = 0,25 cm
Kuning 1 / 9,7 = 0,10 cm
Campuran Hitam 1,7 / 9,7 = 0,18 cm
Biru 4,1 / 9,7 = 0,42 cm
Merah 1,3 / 9,7 = 0,15 cm
Kuning 0,5 / 9,7 = 0,05 cm
Merah Ungu 1,5 / 9,7 = 0,15 cm
Biru 1,5 / 9,7 = 0,15 cm
Merah 5 / 9,7 = 0,51 cm
Kuning 0,1 / 9,7 = 0,01 cm

G. ANALISIS DATA
1. Tinta Biru
a. Biru

8
Dik: Jarak noda : 1,5 cm
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 1,5 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,46 cm
Jarak air 9,7 cm
b. Merah
Dik: Jarak noda : 2,5 cm
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 2,5 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,25 cm
Jarak air 9,7 cm
c. Kuning
Dik: Jarak noda : 1 cm
Jarak air : 7,0 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 1 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,10 cm
Jarak air 9,7 cm
2. Tinta Campuran
a. Hitam
Dik: Jarak noda : 1,7 cm
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 1,7 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,18 cm
Jarak air 9,7 cm
b. Biru
Dik: Jarak noda : 4,1 cm
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 4,1 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,42 cm
Jarak air 9,7 cm
c. Merah
Dik: Jarak noda : 1,3 cm

9
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 3,1 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,15 cm
Jarak air 7,0 cm
d. Kuning
Dik: Jarak noda : 0,5 cm
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 0, 5 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,05 cm
Jarak air 9,7 cm
3. Tinta Merah
a. Ungu
Dik: Jarak noda : 1,5 cm
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 1,5 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,15 cm
Jarak air 9,7 cm
b. Biru
Dik: Jarak noda : 1,5 cm
Jarak air : 9,7 cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 1, 5 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,15 cm
Jarak air 9,7 cm
c. Merah
Dik: Jarak noda : 5 cm
Jarak air : 9,7cm
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 5 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,51 cm
Jarak air 9,7 cm
d. Kuning
Dik: Jarak noda : 0,1 cm
Jarak air : 9,7 cm

10
Dit: Rf = ...?
Jarak noda 0,1 cm
Penyeleaian: Rf = = = 0,01 cm
Jarak air 9,7 cm

H. PEMBAHASAN
Praktikum ini berjudul teknik pemisahan. Dalam percobaan ini, kita
menggunakan dua teknik pemisahan yaitu destilasi dan kromatografi.
Percobaan pertama (destilasi) bertujuan untuk mempelajari teknik pemisahan
dan pemurnian dua komponen cairan berdasarkan perubahan titik didihnya,
sedangkan percobaan kedua (kromatografi) bertujuan untuk mempelajari
teknik pemisahan dan pengidentifikasian suatu campuran berdasarkan
kecepatan merambat zat.
1. Destilasi
Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan
pada tekanan tertentu. Pemisahan dengan destilasi melibatkan penguapan
diferensial dari suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan
material yang menguap dengan cara pendinginan dan pengembunan
(Soebagio, 2003: 24).
Prinsip dasar dari destilasi adalah pemisahan dua zat atau lebih yang
mempunyai perbedaan titik didih, sehingga zat yang memiliki titik didih
terendah akan menguap terlebih dahulu dan apabila didinginkan akan
mengembun dan menetes sebagai zat murni yang disebut destilat. Adapun
prinsip kerja destilasi adalah pemanasan, penguapan, pengembunan,
pendinginan dan pemurnian. Jika air terus menerus dipanaskan maka akan
terjadi proses penguapan. Uap ini jika bersentuhan dengan permukaan
yang dingin maka akan terjadi proses kondensasi pada permukaan air
tersebut (Pratama, 2017: 35).
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu melihat
suhu awal ruangan, dan memastikan alat destilasi sudah terpasang dengan
baik. Selanjutnya, air kotor dimasukkan dalam labu destilasi. Labu
destilasi berfungsi sebagai tempat atau wadah suatu campuran zat yang

11
akan didestilasi. Kemudian ditambahkan beberapa batu didih yang
berfungsi untuk mempercepat pemanasan, karena struktur batu didih yang
berpori maka batu didih dapat menangkap udara pada larutan, sehingga
menyebabkan larutan tidak menghasilkan letupan atau ledakan. Selain itu,
batu didih juga berfungsi untuk menetralkan panas agar panas pada labu
destilasi merata. Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan
mencapai titik didihnya karena jika batu didih dimasukkan pada larutan
yang sudah hampir mendidih maka akan berbentuk uap panas dalam
jumlah besar secara tiba-tiba yang bisa menyebabkan ledakan. Selanjutnya
pada labu destilasi ditambahkan termometer untuk mengukur suhu pada
saat turunnya destilat atau hasil destilasi. Kemudian mulut labu destilasi
diberi sumbat gabus dan ditutupi oleh aluminium foil, agar suhu didalam
labu destilasi tetap terjaga tanpa adanya pengaruh suhu dari luar.
Proses penguapan ini dilakukan dengan memanaskan air kotor dalam
labu destilasi menggunakan hot plate. Kemudian air dengan rendaman es
batu dialirkan melalui alat pendingin (kondensor liebig) yang mengalir
dari bawah ke atas, agar air tersebut dapat mengisi seluruh bagian pada
kondensor secara efektif sehingga akan dihasilkan proses destilasi yang
sempurna. Komponen zat yang memiliki titik didih yang lebih rendah akan
menguap dan uap tersebut akan melewati alat pendingin atau kondensor
liebig sehingga akan terkondensasi atau berubah dari wujud uap menjadi
wujud cair (mengembun), yang akan ditampung pada labu erlenmeyer. Zat
cairan yang dihasilkan  tersebut berwujud murni itulah yang disebut
destilat.
Dalam percobaan ini, terjadi perubahan warna pada cairan sebelum
disuling dan setelah disuling (destilat). Sebelum disuling, cairan berwarna
hitam dan setelah disuling, warnanya berubah menjadi bening. Perubahan
warna pada cairan terjadi setelah mencapai titik didih cairan 106 oC yang
dihitung saat destilat pertama kali keluar. Dengan demikian, proses
destilasi telah mencapai prinsip kerja secara menyeluruh.

12
2. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan dan mengidentifikasi campuran. Kromatografi didasarkan
atas distribusi sampel diantara dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan
padatan (kertas atau adsorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan
yang disebut eluen atau pelarut. Hasil pemisahan dengan metode
kromatografi dapat digunakan untuk keperluan identifikasi, penentuan
kadar, dan pemurnian suatu senyawa (Tim Dosen, 2019: 14).
Pada percobaan ini, kromatografi yang digunakan adalah kromatografi
kertas dengan jenis kertas adalah kertas saring. Menurut Rubiyanto (2017:
19) kromatografi kertas merupakan contoh kromatografi partisi dalam
bentuk planar yang sudah sangat konvensional. Teknik ini umumnya
digunakan untuk menjelaskan teknik kromatografi secara mudah, karena
sistem kromatografinya yang sangat sederhana. Hanya butuh sepotong
kertas, tinta warna dan pelarut dalam suatu bejana saja.
Adapun prinsip kerja pada percobaan ini yakni penotolan,
pengembangan, dan identifikasi atau penampakan noda. Sedangkan
prinsip dasar kromatografi kertas adalah pemisahan suatu campuran
berdasarkan kecepatan merambat zat (Tim Dosen, 2019: 14). Pelarut
berdifusi menaiki kertas, melarutkan berbagai molekul solute dan pelarut.
Jika sampel mengandung lebih dari dua warna, artinya terdapat lebih dari
satu macam molekul didalamnya. Ketidaksamaan kelarutan dalam pelarut
pada fasa diam akan menghasilkan perbedaan letak noda masing-masing
warna. Fase diam disini adalah air terikat pada kertas dan fase geraknya
adalah larutan.
Pada percobaan ini digunakan 3 tinta, yaitu ungu, merah, dan biru.
Langkah pertama, kita buat garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah
kertas kromatografi. Dalam pembuatan garis ini kita harus menggunakan
pensil karena pensil terbuat dari grafit yang tidak larut dalam pelarut,

13
sedangkan jika digunakan pulpen akan larut dalam pelarut sehingga dapat
mengganggu penampakan noda. Kemudian dilanjutkan dengan membuat
tiga titik pada garis. Titik tengah garis diberi tinta warna merah, sedangkan
titik kiri dan kanan masing-masing diberi tinta ungu dan biru. Ketika tinta
selesai ditotolkan, ditunggu sampai titik itu kering. Dalam menotolkan
tinta tidak boleh dilakukan secara sembarangan harus sesuai dengan
prosedur kerja agar diperoleh data yang tepat. Cara menotolkan tinta yang
benar yaitu memberikan titik tanpa melewati garis yang telah dibuat, untuk
mencegah terjadinya perambatan tinta sebelum tinta dicelupkan kedalam
air.
Setelah tinta kering, ujung kertas digulung dengan lidi sehingga
membentuk silinder kemudian dicelupkan ke dalam gelas kimia yang
berisi air dengan ketinggian 1 cm, usahakan ketiga titik tinta tidak
menyentuh air. Ketika air mengenai kertas kromatografi, maka air akan
merambat naik dan tinta akan ikut merambat naik juga bersama dengan
air. Pada percobaan ini, kami menggunakan penjepit kertas untuk menjepit
kromatografi pada lidi agar kertas tidak jatuh ke dalam gelas kimia. Akan
tetapi ini menjadi sebuah kesalahan kami sebagai praktikan karena bekerja
di luar prosedur. Penjepit kertas tidak disarankan untuk digunakan, sebab
penjepit kertas mengandung unsur besi (Fe) yang jika terkena air akan
menimbulkan warna lain sehingga mengganggu penampakan noda pada
tinta. Selanjutnya, Setelah rambatan mendekati ujung atas kertas, kertas
dikeluarkan dan diberi tanda batas rambatan air kemudian kertas
dikeringkan untuk mengamati noda-noda yang terbentuk.
Setelah proses tersebut, diukur harga perbandingan kedua jarak (Rf) =
Jarak noda/ jarak air. Rf sebagai parameter yang membandingkan jarak
yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut. Tinta
biru menghasilkan tiga warna noda yaitu, biru (Rf = 0,46 cm), merah (Rf =
0,25 cm), kuning (Rf = 0,10 cm), dan . Tinta campuran menghasilkan
empat warna noda, yaitu hitam (Rf = 0,18 cm), biru (Rf = 0,42 cm), merah
(Rf = 0,15 cm), dan kuning (Rf = 0,05 cm). Tinta merah juga

14
menghasilkan empat warna noda, yaitu ungu (Rf = 0,15 cm), biru (Rf =
0,15 cm), merah (Rf = 0,51 cm), dan kuning (Rf = 0,01 cm). Perbedaan
jarak disebabkan oleh perbedaan interaksi senyawa dengan fasa-fasa yang
ada. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tinta merah, biru, dan
campuran tersusun dari beberapa warna.

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Destilasi didasarkan pada pemisahan dan pemurnian dua komponen
cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya, dimana semakin tinggi
titik didih suatu larutan tinggi maka semakin tinggi pula suhu yang
dibutuhkan untuk memperoleh destilat. Begitupun sebaliknya, semakin
rendah titik didih suatu larutan maka semakin rendah pula suhu yang
dibutuhkan untuk memperoleh destilat. Adapun titik didih destilat yang
diperoleh dalam percobaan adalah 104oC.
b. Kromatografi didasarkan pada pemisahan dan pengidentifikasian suatu
campuran berdasarkan kecepatan merambat zat, dimana pelarut
mempunyai kecepatan merambat zat yang lebih cepat dibanding zat
terlarutnya. Semakin lama zat merambat maka semakin lama pula
pemisahan terjadi, semakin cepat merambat maka semakin cepat pula
pemisahan dilakukan. Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat
diketahui bahwa tinta campuran, merah, dan biru tersusun dari
beberapa warna dengan kecepatan rambat yang berbeda-beda.
Kecepatan rambat terbesar adalah warna merah dengan harga Rf
sebesar 0,51 cm dan kecepatan rambat terendah adalah warna kuning
dengan harga Rf sebesar 0,01 cm.
2. Saran
a. Untuk praktikan berikutnya, diharapkan agar lebih berhati-hati dalam
menggunakan alat-alat yang ada dalam laboratorium, serta lebih teliti
dalam mengidentifikasi warna pada kertas kromatografi.

15
b. Untuk laboran, diharapkan agar lebih memperhatikan kelengkapan dan
kelayakan alat dan bahan yang akan digunakan sehingga tidak
menghambat jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, Bambang Purwono, Harno Dwi Pranowo, Tutik Dwi


Wahyuningsih. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta :
Universitas Gadja Mada

Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Leba, Maria Aloisia Uron. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta :
Deepubli

Pratama, Adhie Wisnu, Juli Nurdiana, Ika Meicahayanti. 2017. Pengaruh


Perbedaan Jenis Plat Penyerap Kaca Dan Papan Mika Terhadap Kulitas
Dan Kuantitas Air Minum Pada Proses Destilasi Energi Tenaga Surya.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi IV. ISSN: 2598-7410

Rubiyanto, Dwiarso. 2017. Metode Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish

Sanagi, Mohd Marsin. 1998. Teknik Pemisahan Dalam Analisis Kimia. Malaysia:
Universiti Teknologi Malaysia

Soebagio, Endang Budiasih, M. Sodiq Ibnu, Rayuni Retno Widarti, Munzil. 2003.
Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang

16
Tim Dosen Kimia. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Untuk Jurusan Kimia.
Makassar: Universitas Negeri Makassar

Wahyudi, Tri Nugroho, Faris Faruqi Ilham, Irwan Kurniawan, Ari Susandy
Sanjaya. 2017. Rancangan Alat Distilasi Untuk Menghasilkan Kondensat
Dengan Metode Distilasi Satu Tingkat. Jurnal Chemurgy. Vol. 01 No. 2

17

Anda mungkin juga menyukai