Anda di halaman 1dari 11

A.

JUDUL
Sublimasi Naftalen Kotor dan Kromatografi
B. TUJUAN
1. Melakukan pemisahan campuran atau pemurnian naftalen kotor dengan baik.
2. Melakukan pemisahan campuran menggunakan metode kromatografi kertas.
C. DASAR TEORI
Pemisahan merupakan suatu proses untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih
sederhana. Dengan kata lain proses pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu
campuran. Untuk memisahkan zat zat murni tersebut dari campurannya dapat dilakukan dengan
beberapa cara tergantung pada wujud zat yang akan dipisahkan dari campuran tersebut
(Premono,2009 :68)
Beberapa wujud zat yang pada umumnya adalah zat padat, zat cair, dan gas.
Sifat gas, cairan, dan padatan yang paling jelas dapat dilihat dari perilakunya dipindahkan dari
satu wadah ke wadah yang lain. Wujud gas akan mengembang untuk memenuhi seluruh
wadahyang ditempati, sehingga volume dan bentuk gas berubah-ubah. Hal ini karena adanya gaya
tarik-menarik antar molekul begitu lemah, sehingga molekul-molekul bergerak dengan cepat dan
mengembang mengisi seluruh wadah (Sunarya,2009 :78)
Sifat cairan, volumenya konstan tapi bentuknya mengikuti wadahnya. Hal ini disebabkan
gaya tarik antar molekul yang bekerja pada cairan jauh lebih besar daripada bentuk gas, dan ini
menyebabkan molekul saling berdekatan (Rio,2015 :112)
Sifat zat padat, volume dan bentuknya konstan, hal ini disebabkan gaya tarik antar
molekul sangat besar, akibatnya molekul-molekul sangat dekat dan tidak dapat bergerak seperti
layaknya gas dan cairan. Gas dan cairan adalah fluida yang mampu mengalir dan dapat dipompa
dari satu tempat ke tempat lain. Sebaliknya padatan bukanlah fluida, sehingga mampu
mempertahankan bentuk dan volumenya (Rio,2015 :114)
Pada praktikum pemisahan akan dijumpai penguapan-penguapan dalam cairan atau
padatan. Sebagaiman hal gas, molekul secara konstan mengalami tabrakan, sehingga dapat dibuat
sebaran kecepatan molekul, yaitu sebaran energy kinetiknya. Bahkan pada suhu kamar ada
beberapa persen molekul yang bergerak dengan energy kinetik yang cukup tinggi, jika sebagian
dari molekul yang bergerak cepat ini dapat mengalahkan gaya tarikan dalam cairan atau padatan,
mereka dapat melepaskan diri keluar dari permukaan menjadi wujud gas. Dikatakan bahwa zat ini
menguap. Bila suatu padatan langsung berubah ke bentuk gas, tanpa melalui proses pelelehan
seperti naftalena (kapur barus), karbondioksida padat dinamakan Sublimasi (Prabawa,1997 :56).
Pada umumnya zat membeku atau mengendap jika terjadi reaksi, mereka akan
membentuk kristal yang membentuk simetris. Keteraturan permukaan kristal menggambarkan
pola penusunan atom, molekul, atau ion yang sangat teratur didalamnya. Susunan ini
memungkinkan dapat teranalisisnya struktur padatan secara rinci sehingga kita memperoleh
pengetahuan yang banyak mengenai bentuk molekul dan ukuran atom serta ion. Instrukmen yang
digunakan untuk menganalisis bentuk dan ukuran molekul, atom atau ion dalam kristal adalah
sinar X atau difraksi sinar X (Prabawa,1997 :61).
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode,
yaitu:
1. Filtrasi atau Penyaringan
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan zat padat dari zat cairnya. Proses
pemisahan dengan metode filtrasi atau penyaringan menggunakan alat yang memiliki pori
(penyaring). Konsep dasar yang mendasari cara atau metode ini yaitu karena adanya perbedaan
ukuran partikel yang disaring dan besar pori-pori yang digunakan untuk menyaring. Penyaring
akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori-pori penyaring.
Dan partikel yang lebih kecil akan lolos dari saringan.
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau
berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrate, sedangkan sisa yang
tertinggal dipenyaringan disebut residu (ampas). Filtrasi dimanfaatkan untuk membersikan air
dari sampah pada pengolahan air. Menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan
pengotor, dll.Penyaringan di labortorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring yang
terbuat dari bahan kaca (penyaring Buchner) yang dilengkapi dengan alat penghisap (Purba,2006
:70).
2. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan zat padat tanpa melalui wujud
cair terlebih dahulu. Sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. Bahan-bahan yang
menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kapur barus (Purba,2006
:71).
3. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan zat padat yang yang terlarut dalam suatu
larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan pada suatu pelarut dan perbedaan titik beku.
Kristalisasi ada dua cara, yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan. Contoh
metode kristalisasi yang digunakan adalah pada pembuatan gula putih dari tebu (Purba,2006 :73)
4. Distilasi
Distilasi adalah metode atau cara pemisahan untuk mendapat suatu bahan berwujud cair
yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Inilah
yang digunakan sebagai dasar pemisahan. Prosesnya yaitu bahan campuran dipanaskan pada suhu
diantara titik didih bahan yang diinginkan.pelarut bahan yang diinginkan ini kemudian akan
menguap. Uap dilewatkan pada kondensor dan uap mencair yang ditampung dalam wadah. Hasil
dari proses destilasi ini disebut distilat, sedang sisanya disebut dengan residu (ampas). Contoh
destilasi adalah pada proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan
memurnikan air minum (Purba,2006 :74).

5. Penguapan
Penguapan merupakan metode atau cara pemisahan zat padat atau zat cair dari zat cair.
Caranya yaitu dengan pemanasan campuran yang diuapkan. Lama kelamaan air akan menguap
dan zat padat akan tertinggal. Karena air memiliki titik didih yang rendah daripada zat padat
tersebut (Purba,2006 :76).
6. Dekantasi
Dekantasi adalah suatu cara pemisahan antara larutan dan padatan yang paling sederhana,
yaitu dengan menuangkan cairan secara perlahan-lahan sehingga endapan akan tertinggal
dibagian dasar gelas kimia. Contoh dekantasi adalah antara air dan pasir.Air dapat dipisahkan dari
pasir yang mengendap.Dekantasi juga bisa digunakan untuk memisahkan dua cairan yang tidak
tercampur seperti air dan minyak(Purba,2006 :76)

Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi


diferensial komponen sampel di antara dua fasa, yaitu fasa diam (stationary fhase) dan fase gerak
(mobil fhase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan
(kertas atau suatu absorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan atau gas yang biasa
disebut sebagai eluen atau pelarut. Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi
diferensial komponen-komponen dalam sampel (Kartini,2001 :14).
Proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan sebagai berikut: (a)
kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan, (b) kecenderungan
molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan padatan halus (adsorpsi =
penyerapan), (c) kecenderungan molekul komponen untuk bereaksi secara kimia (penukar ion)
dan (d) kecenderungan molekul-molekul terekslusi pada pori-pori fasa diam (Rusmana,2009).
Pada prinsipnya, teknik untuk memisahkan suatu persenyawaan dengan struktur sama
atau berbeda sedikit, dengan cara adsorpsi secara selektif pada adsorben yang berbeda. Dikenal
dua fasa pada kromatografi yaitu fasa mobil atau fasa gerak yang membawa sampel dan fasa
stasioner atau fasa diam yang menahan sampel. Fasa gerak dapat berupa cairan atau gas,
sedangkan fasa diam dapat berupa padatan atau cairan. Jika fasa mobilnya berupa cairan, maka
disebut kromatografi cairan dan jika asa mobilnya berupa gas, maka disebut kromatografi gas.
(Rusmana,2009).
Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut didalamnya, teradsorbsi,
atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-
zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
(analisis kuantitatif), penetapan kadar (analisis kuantitatif) dan pemurnian suatu senyawa
(Rusmana,2009).
Salah satu keuntungan dari kromatografi kertas adalah kemudahan dan kesederhanaannya
pada pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran kertas saring yang berlaku sebagai
medium pemisahan dan juga sebagai penyangga. Keuntungan lain yaitu keterulangan Rf
merupakan parameter yang berharga dalam memaparkan senyawa tumbuhan baru. Salah satu
contohnya untuk memisahkan senyawa antosianin yang tidak mempunyai ciri fisik lain yang
jelas, Rf adalah sarana yang penting dalam memaparkan dan membedakan pigmen yang satu
dengan yang lain (sukardjo,2002 :97).
Kromatografi kertas semula hanya dianggap sebagai suatu bentuk sederhana dari partisi
cair-cair. Serat-serat selulosa hidrofilik dari kertas dapat mengikat air setelah berada di udara
yang lembab, kertas penyaring yang nampak kering sebenarnya dapat mengandung persentase air
yang besar (sukardjo,2002 :100).
Kromatografi pada kertas biasanya melibatkan kromatografi pembagian atau penyerapan.
Pada kromatografi pembagian, senyawa terbagi dalam pelarut alkohol yang sebagian besar tidak
becampur dengan air, misalnya n-butanol. Campuran pelarut klasik yaitu n-butanol dan asam
asetat serta air dengan perbandingan 4 : 1: 5[sukardjo,2002 :102).
Pengidentifikasian noda-noda sering dikarakteristiskan berdasarkan nilai Rf nya. Nilai Rf
adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh
garis depan pelarut selama waktu yang sama. Nila Rf yang identik suatu senyawa yang diketahui
dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa system pelarut yang berbeda
memberikan bukti yang kuat bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah identil, terutama
jika senyawa tersebut dijalankan secara berdampingan di seluruh pita kertas yang sama.Bilangan
Rf adalah jarak yang ditempuh kromatografi nisbi terhadap garis depan. Bilangan Rf diperoleh
dengan mengukur jarak antara titik awal dan pusat bercak yang dihasilkan senyawa dan jarak ini
kemudian dibagi dengan jarak antara titik awal dan garis depan (yaitu jarak yang ditempuh cairan
pengembang).

D. METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan tempat
Waktu : Selasa, 6 November 2018
Tempat : 13.40-15.20 WIB
Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
2. Alat dan bahan
a. Mortar i. es batu
b. Alu k. kertas kromatografi
c. Gelas beaker l. spidol
d. Kaki tiga m. aquades
e. spritus
f. gelas arloji
g. naftalen (kapur barus)
h. tanah
3. Langkah kerja
a. Sublimasi

Menyiapkan alat dan bahan

Menghaluskan naftalen dengan menggunakan alu dan mortar.

Mencampurkan naftalen dengan tanah dengan diatas gelas beaker ditarih gelas arloji
yang diatasnya diberi es hingga campuran naftalen terpisah dari pengotornya
ditandai dengan air yang jernih
Setelah air jernih angkat gelas arloji dan mengamatinya

Mencatat hasil praktikum pada lembar kerja

b. Kromatografi

Membuat titik dengan jarak 3 cm dari bagian ujung kertas menggunakan spidol
bewarna biru

Memasukkan aquades kedalam gelas beaker sebanyak 50 ml

Memasukkan kertas ke dalam aquades,namun posisi titik tidak tercelup dan kertas
tidak tercelup sempurna

E. DATA HASIL
a. sublimasi
Sebelum sublimasi Sesudah sublimasi

Warna kristal Bentuk kristal Warna kristal Bentuk kristal

Orange bercampur serbuk bening Padat seperti


abu-abu dan neftalen berjarum
dicampur dengan
pasir
b. kromatografi
no waktu Hasil keterangan

1 13 menit Spidol warna biru setelah dicelupkan aquades menghasilkan warna biru
dan ungu

F. ANALISIS
Kromatografi
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis dengan pengembang.

Rf = jarak (cm) dari garis awal kepusat zona


Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut

Rf = 3
5

G. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul “Sublimasi Naftalen Kotor dan Kromatografi’’ ini
bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan pemisahan campuran atau pemurnian
naftalen kotor dengan baik dan melakukan pemisahan campuran menggunakan metode
kromatografi kertas. Alat yang digunakan adalah alu dan mortar yang digunakan untuk
menumbuk naftalen, kelas beaker sebagai penangas dan wadah aquades saat
kromatografi, gelas arloji sebagai penutupsaat proses sublimasi (pemanasan) naftalen
berlangsung,serta kaki tiga dan lampu spritus sebagai alat pelengkap proses pemanasan.
Pada kegiatan kromatografi yang digunakan adalah kertas kromatografisebagai media
dan spidolwarna biru.
Pada kegiatan ini dilakukan dua kegiatan,yaitu pemisahan campurandengan
metode sublimasi dan kromatografi. Berikut hasil praktikum dan penjelasannya:
1. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan zat pedat
tanpamelalui wujud cair terlebih dahulu. Sehingga kororan yang tidak
menyublim akan tertinggal.
Percobaan ini merupakan proses pemisahan zat dari campuran 1 gram kapur
barus (naftalena) yang dikotori dengan pasir. Alat yang digunakan adalah
pengaduk, kasa, kaki tiga, kaca arloji, pembakar dari spirtus, cawan
penguapan, dan korek api. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah 1 gram
kapur barus, sedikit pasir, dan air. Sebelum direaksikan, kapur barus berwarna
putih dan dalam bentuk serbuk, pasir berwarna abu-abu, dan air jernih tidak
berwarna. 1 gram kapur barus dipanaskan dalam cawan penguapan dan cawan
ditutup dengan kaca arloji yang diatasnya diberi es batu . Ketika kapur barus
dipanaskan, terlihat adanya titik-titik embun yang terlihat dari luar kaca arloji.
Setelah pembakar dari spirtus dimatikan, air panas diatas kaca arloji dibuang
dan kaca arloji dibalik. Disana terlihat banyak kristal yang terbentuk dan
menempel pada bagian bawah kaca arloji. Kristal yang dibentuk berupa kristal
yang terlihat sepert ijarum , tekstur nya sangat lembut. Dan pada cawan
penguapan terlihat endapan pasir dan kapur barus yang tidak dapat
menyublim. Warna pasir menjadi hitan dan kapur barus masih tetap berwarna
putih. Dapat dilihat bahwa terjadi perubahan wujud dari zat padat menjadi gas
(sublimasi). Dan ketika uap/gas kapur barus menabrak kaca arloji yang dingin
maka gas menempel pada kaca arloji sehinggga membentuk kristal dan hal ini
disebut kristalisasi. Reaksi dalam percobaan ini bisa dituliskan sebagai berikut
SiO2(s) + C10H16O(s) →

Proses ini menunjukkan adanya penyubiman kapur barus. Ketika kapur


barus menyublim, gas yang menyublim menabrak kaca arloji dan tidak bisa
keluar dari cawan. Uap panas yang menabrak kaca arloji cenderung
menempel di bagian bawah kaca arloji karena suhu pada permukaan luar kaca
arloji lebih rendah daripada suhu di bagian dalam kaca arloji. Sehingga
banyak uap yang menempel di bagian bawah kaca arloji. Uap inilah yang
terbentuk menjadi kristal (dari perubahan wujud zat gas menjadi zat padat).
Setelah pembakar dimatikan, air diatas kaca arloji dibuang dan ketika kaca
arloji dibalik terlihat kumpulan kristal yang terbentuk. Pada cawan, terlihat
adanya kapur barus dan pasir. Kapur barus yang seharusnya menyublim saat
dipanaskan tidak bisa menyublim karena kapur barus tertutupi oleh pasir
(kapur barus hanya menyublim sebagian)
Hal Ini sesuai dengan teori bahwa sublimasi pemisahan campuran
berdasarkan perubahan wujud padat menjadi gas dan sebaliknya tanpa melalui
fase cair. Sublimasi dilakukan dengan cara dipanaskan sehingga komponen
yang menyublim akan menguap. Ini dibuktikan dengan percobaan sublimasi.
Ketika kapur barus dipanaskan maka kapur barus menguap dan tanahnya
tidak. Uap kapur barus akan segera mengkristal ketika menemui daerah yang
cukup dingin. Dengan demikian dapat diperoleh kapur barus murni.

2. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen yang
berada pada larutan atau prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
diferensial dinamis dalam system yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satunya
bergerak secara berkesinambungan dalam arah tetentu dan didalamya zat – zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas yang disebabkan dengan adanya perbedaan dalam
adsorben, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Sehingga masing - masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode.
Pada percobaan ini menggunakan spidol dengan tinta bewarna biru dengan
menggunakan pelarut berupa campuran akuades (H2O) . Setelah mengikuti prosedur
percobaan yang ada, diperoleh perbedaan jarak antara noda yang ada dalam pelarut
antara lain warba biru sebesar 5 cm sedangkan jarak dengan warna noda ungu sebesar
3 cm. Harga Rf untuk tinta biru dengan warna noda yaitu ungu sebesar 0,6 .
Percobaan kromatografi selalu berkaitan dengan harga Rf. Besarnya jarak yang
ditempuh noda tergantung pada beberapa hal antara lain kelarutan antara noda dan
pelarutnya, jika noda dan pelarutnya bekerja dengan prinsip
likedissolves like (saling melarut karena memiliki sifat yang sama) maka noda
tersebut akan lebih mudah bergerak. Selain itu kemampuan pelarut untuk bergerak
merambat pada kertas saring atau sifat kapilaritas tinggi maka harga Rfnya akan lebih
rendah. Pada praktikum ini jarak noda tidak terlalu tinggi dikerenakan ukuran kertas
saring yang kurang memadai sehingga warna noda yang dihasilkan pun tidak dapat
diperoleh secara maksimal.

H. KESIMPULAN
1. Pemisahan campuran atau pemurnian naftalen kotor dapat dilakukan dengan cara
Sublimasi. Sublimasi adalah perubahan dari wujud padat ke gas.
2. Pemisahan campuran menggunakan metode kromatografi kertasterdapat teknik
pemisahan dengan menggunakan media kertas saring. Kertas saring diberi noda
(tinta) dan dilarutkan pada larutan yang ada (aquades).
I. DAFTAR PUSTAKA

Kartini.2002.Kimia 1.Jakarta: PT Bumi Aksara


Purba,Michel.2006.Ipa Kimia. Jakarta : Erlangga
Prabawa,1997. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga
Premono.2009.Kimia SMA/MA.Jakarta : PT Pustaka Insan Madani
Sukardjo.2002.Kimia.Jakarta : Rineka Cipta
Sunarya,Yayan..2009.kimia Dasar.jakarta : Setia Purna Inves
Rio Adie.2015.Kimia Dasar.Bogor : Sekata Media
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM IPA 1

Sublimasi Naftalen Kotor


dan Kromatografi

DISUSUN OLEH :
Indah Ayu Kusuma Ningrum
17312241008
Kelompok 3
Pendidikan IPA A 2017

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018

Anda mungkin juga menyukai