Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“KROMATOGRAFI”

Disusun Oleh:
Nama : Awal Josua Aritonang
NIM : 205040201111095
Kelas :H
Asisten : Alzena Aufannisa Syahda

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang memiliki peran penting
bagi makhluk hidup lainnya. Hampir semua tumbuhan memiliki daun yang
tentunya saja banyak terdapat pigmen warna yang mendukung proses pembuatan
makanannya sendiri (fotosintesis). Pigmen warna yang terdapat pada tumbuhan
sangat beragam sebeb tidak hanya terdapat pada daun juga terdapat pada bunga.
Oleh sebab itu sangat sulit bagi kita untuk mengetahui pigmen warna apa yang
terkandung pada tumbuhan, sehingga dalam penentuan pigmen ini dapat
menggunakan teknik kromatografi. kromatografi adalah sebuah teknik atau
kegiatan pemisahan suatu molekul berdasarkan pola gerak dan fase diam. Adapaun
macam -macam kromatografi yang dapat dilakukan untuk mengetahui pigmen
warna pada tumbuhan antara lain adalah kromatografi lapis tipis, kromatografi
kolom dan yang terakhir teknik kromatografi kertas.
Kromatografi kertas adalah sebuah teknik pemisahan pigmen warna yang
didukung dengan zat-zat kimia cair yang lain sehingga dianggap dengan metode
yang paling sederhana. Sebagai mahasiswa pertanian, sangat perlu untuk
mengetahui bagaimana cara menentukan pigme warna pada setiap tumbuhan. Oleh
sebab itu untuk mengetahui berbagai proses-proses yang terjadi sewaktu pemisahan
pigmen warna pada daun perlu dilakukan prkatikum ini.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kromatografi
2. Untuk mengetahui macam-macam kromatografi
3. Untuk mengetahui prinsip kerja kromatografi
4. Untuk mengetahui pigmen warna pada tumbuhan
5. Untuk mengetahui defenisi Rf
1.3. Manfaat
Dengan adanya praktikum ini, praktikan menjadi paham dan mengerti
tentang defenisi dari kromatografi dan Rf. Selain itu mahasiswa juga dapat
mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas, macam-macam kromatografi
dan juga mengetahui berbagai pigmen warna pada setiap tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kromatografi (2 indonesia+ 2 Inggris dan terjemahan)

Menurut Fitriana (2018), kromatografi merupakan sebuah teknik dalam


melakukan pemisahan campuran molekul pada suatu senyawa berdasarkan pola-
pola pergerakan anatara gerak dan diam.
Kromatografi merupakan teknik pemsiahan campuran yang dilakukan
berdasarkan perbedaan kecepatan distribusi dari komponen-komponen
penyusunnya dalam fase gerak berupa gas atau cairan dan fase diam berupa cairan
atau padatan (Rizalina et al., 2018). Kromatografi gas dapat digunakan untuk
mengidentifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap, dan juga
dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam campuran.
Analisis kuantitatif dengan gas chromatography menggunakan metode standar
internal. Metode ini digunakan karena terdapat ketidakpastian yang disebabkan
injeksi sampel dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan untuk sampel
yang tidak sesuai atau tidak mungkin diinjeksi langsung pada gas chromatography.
Chromatography is a term from a separation technique when a mobile phase
carrying a chemical mixture makes it move with an absorbent stationary phase
selectively (Al-Rubaye et al., 2017). Dalam bahasa Indonesia kromatografi
merupakan sebuah istilah dimana terjadi teknik pemisahan ketika fase gerak yang
membawa campuran molekul dan senyawa kimia yang membuatnya bergerak
dengan fase diam sebagai penyerap secara selektif.
Chromatography is useful technique to separate various components from
any given sample. Chromatographic process follows the basic separation principle,
which separates individual ingredients from the mixture, according to their
chemical or physical properties (Shintani, 2016). Dalam bahasa Indonesia,
kromatografi adalah teknik yang berguna untuk memisahkan berbagai komponen
dari yang diberikan sampel. Proses kromatografi mengikuti pemisahan dasar
prinsip, yang memisahkan bahan individu dari campuran, menurut sifat kimia atau
fisiknya.
2.2. Macam-macam Kromatografi

Menurut Ardianingsih (2010) terdapat jenis-jenis atau klasifikasi


kromatografi. Berdasarkan kriterianya terdapat 3 fase dimana fase gerak jenis
kromatografinya adalah kromatografi cair, gas, pasrtisi dan adsorbs. Untuk fase
diam jenisnya adalah kromatografi kolom, lapis tipis dan kertas. Serta yang terkahir
adalah secara mekanisme jenisnya adalah kromatografi pertukaran ion.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rubiyanto (2017) yang mengatakan
bahwa kromatografi terbagi menjadi tiga yaitu kromatografi kertas, kromatografi
kolom, dan kromatografi lapis tipis. Adapun penjelasan dari tiap kromatografi
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kromatografi kertas

Sumber : PPPPTKP (2018)

Kromatografi kertas adalah satu satu contoh dari kromatografi


partisi yang dimana dalam proses metode pemisahan komponen pigmen
zatnya itu sederhana (Rosalina, 2018). Metode pemisahan sendiri yang
melalui dua fase yaitu fase diam dan fase gerak yang dimana hasil kerja dari
kedua fase ini berupa rambatan warna yang dapat terlihat pada kertas
kromatografi. Menurut Mariatun (2018) mengatakan bahwa kromatografi
kertas ini sering digunakan untuk memisahkan tinta, pewarna dan senyawa
tumbuhan seperti klorofil serta zat lainnya.
2. Kromatografi kolom

Sumber : Wati (2014)


Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan yang berkaitan
dengan perbedaan antara gaya-gaya yang di miliki oleh setiap antar molekul
dalam sampel fase gerak dan diam. Kromatografi kolom ini merupakan
salah satu kromatografi adsorbs. Karakter kromatografi kolom dalam fase
diam berupa padat contohnya adalah silika gel, alumina, dan karbon aktif.
Sedangkan dalam fase gerak berupa cair contohnya adalah aseton, etanol,
dan lain-lain). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Wati (2014) yang
mengatakan bahwa kromatografi kolom mengakibatkan komonen dalam
sampel mengalami pemisahan dengan melalui kolom. Dalam proses ini
berarti fase gerak membawa atau mengatur pergerakan sampel hingga
sampai pada kolom bertemu dengan fase diam di dalam kolom kromatografi
tersebut dengan tujuan yaitu memisahkan komponen-komponen yang
terdapat di dalam sampel yang berada di kromatografi kolom..

3. Kromatografi lapis tipis

Sumber : PPPPTKP (2018)


Kromatografi lapis tipis adalah teknik pemisahan berupa senyawa
multi komponen atau zat terlarut oleh sebuah proses migrasi diferensial
dinamis dengan menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak
(Oktaviantari (2019). Sedangkan menurut Nurdiani (2018), kromatografi
lapis tipis ini digunakan berdasarkan adanya perbedaaan daya serap dan
daya partisi serta kelarutan yang terjadi dari konponen-konponen kimia
yang nantinya akan mengalami pergerakan dengan mengikuti arah
kepolaran eluen.

4. Kromatografi Gas

Sumber : PPPPTKP (2018)


Kromatografi gas merupakan sebuah teknik pemisahan sebuah
campuran menajdi komponen-komponen berdasarkan interaksi fase gerak
dan diam. Menurut Sholihah (2018) mengatakan bahwa kromatografi gas
dapat digunakan untuk mengidentifikasi semua jenis senyawa organik yang
mudah menguap sehingga fase geraknya adalah berupa gas dan fase
diamnya berupa zat padat atau cair.

2.3. Prinsip Kerja Kromatografi Kertas

Menurut Rubiyanto (2017) mengatakan bahwa senywa yang sudah terlarut


dalam fase gerak akan melewati fase diam berupa cairan ataupun pelarut yang
terletak pada suatu padatan. Gerakan atau aliran senyawa dapat terjadi karena efek
kapilaritas padatan pendukungnya dan menyebabkan sepanjang itu juga interaksi
dapat terjadi. Untuk kecepatan suatu komponen dalam melakukan pergerakan
sangat bergantung pada larutan dalam fase diam. Senyawa yang lenih larut akan
bergerak lebih lambat jika dibandingkan dengan senyawa yang kurang larut. Pada
kertas yang sudah ditetesi larutan akan dimasukkan kedalam bejana kromatografi
sehingga pelarut akan bergerak melalui serat-serat kertas yang di dukung oleh gaya
kapiler dan pergerakan komponen-komponen sesuai dengan perbedaan jarak
tertentu menurut jarak pelarutnya. Akibat dari perbedaan interaksi senyawa yang
ada juga mempengaruhi perbedaan jarak tersebut. Senyawa yang memiliki warna
akan tampak seperti noda-noda yang sudah terpisah. Jika warna belum jelas
kelihatannya, maka untuk mengetahuinya dapat menggunakan sebuah larutan
pereaksi kimia atau juga dapat menggunakan penyinaran. Kromatografi kertas
dilakukan dengan berbagai jenis pemisahan yang dikenal sebagai analisa kapiler.
Metode pemisahan yang terjadi pada kromatografi ini yaitu terjadinya pemisahan
substansi menjadi sebuah komponen-komponen yang bergantung pada fase diam
dan geraknya yang memiliki laju kecepatan berbeda-beda (Suryadama, 2014).

2.4. Pigmen Warna Pada Tumbuhan

Menurut Efendi et al., (2016) semua tumbuhan mengandung pigmen warna


yang khas sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan mendukung
proses terjadinya kelangsungan hidup tumbuhan tersebut misalnya untuk
fotosintesis. Variasi pigmen warna pada tumbuhan sangat beragam diantaranya
adalah penghasil waran merah, kuning, biru, ungu, hijau, cokelat dan hitam.
Macam-macam pigmen dan warna apa yang dihasilkan diantaranya adalah pigmen
karotenoid dan antosianin adalah penghasil warna merah dan banyak dijumpai pada
akar, batang, bunga, buah dan jarang sekali terdapat pada daun. Antosianin berguna
untuk memberikan warna oranye, kuning hingga hitam pada tumbuhan tingkat
tinggi (Priska, 2018). Pigmen karotenoid,curcumin, dan berberin adalah pigmen
penghasil warna kuning. Karotenoid dibagi menjadi dua jenis, yaitu karoten dan
xantofil. Karoten merupakan pigmen yang menghasilkan warna orange, sedangkan
xantofil merupakan pigmen yang menghasilkan warna kuning (Agustini, 2017).
Pigmen indigotina merupakan pigmen penghasil warna biru yang banyak dijumpai
pada buah dan bunga. Pigmen klorofil adalah pigmen penghasil warna hijau yang
digunakan sebagai bahan dalam proses pembuatan makanan sendiri oleh tumbuhan
(fotosintesis). Menurut Sumenda et al., (2011), Pigmen fotosintesis tanaman yang
terdapat pada tilakoid adalah klorofil a, klorofil b, anthosianin dan karotenoid.
Klorofil a dan b termasuk jenis pigmen warna yang berwarna hijau, sedangkan
karotenoid merupakan pigmen yang berwarna kuning sampai jingga. Pigmen tanin
merupakan pigmen penghasil warna cokelat hingga kehitam-hitaman pada
tumbuhan.
Pigmen fotosintesis terdiri dari klorofil a, klorofil b, karotenoid dan beberapa
pigmen lainnya. Aktivitas pigmen fotosintesis tanaman dipengaruhi oleh medan
magnet (MF), hal ini disebabkan medan magnet adalah sumber energy dari
lingkungan. Kesehatan tanaman dapat dideteksi melalui kandungan klorofil yang
terkandung didalamnya. Pigmen-pigmen didalam tumbuhan memiliki peran
masing-masing. Klorofil a berperan dalam konversi cahaya menjadi energi kimia,
sedangkan karotenoid berperan dalam melindungi tanaman sebagai antioksidan.

2.5. Definisi Rf

Rf (Retention/retardation factor) meruapakan sebuah ukuran atau nilai yang


dipakai dimana penggunaannya berdasarkan posisi noda setiap zat terlarut pada plat
kromatografi lapis tipis. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh zat
terlarut terhadap jarak yang dipisahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang
sama. Nilai Rf memiliki rentang nilai dari 0.0 hingga 1.0, n. Nilai rf tidak selalu
sama, hal ini dikarenakan karena berbagai faktor seperti kelembaban, ketebalan
plat, jarak eluasi dan suhu lingkungannya (Srivastava, 2011). Menurut Wulandari
(2013), dimensi dan jenis ruang, sifat dan ukuran lempeng, arah aliran fase gerak,
volume dan komposisi fase gerak, kondisi kesetimbangan, kelembaban, dan metode
persiapan sampel KLT merupakan faktor yang menyebebakan nilai Rf yang
bervariasi. Berikut ini adalah rumus untuk menentukan nilai rf :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑜𝑡𝑒𝑙𝑖𝑖𝑡𝑖


Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Sumber : PPPPTKP (2018)


BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat Fungsi
Bejana Kromatografi Sebagai tempat untuk larutan dan
kertas pada proses kromatografi.
Mortal dan pistil Utnuk menghaluskan bayam.
Pipet tetes Untuk memindahkan cairan dari wadah
sat uke wada yang lain.
Beaker glass Tempat mereaksikan bahan.
Gelas ukur Untuk mengukur voume larutan.
Cuvvet dan kertas saring whatsman Untuk mengukur konsentrasi larutan.
Lembar kertas saring Sebagai indikator fase diam.
Pial film Sebagi tempat menghomogenkan
bayam dengan aceton.
Penggaris dan pensil Untuk menentukan garis batas tetes
pada kertas saring.

3.1.2 Bahan
Alat Fungsi
Bayam merah Sebagai spesimen dalam praktikum
Bayam hijau Sebagai spesimen dalam praktikum
Aseton Untuk meluruhkan pigmen
Larutan buffer Sebagai indikator fase gerak yang
memisahkan daun bayam sesuai
dengan monponen penyusunnya.
3.2 Cara Kerja Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang bayam hijau dan merah sebanyak 3 gram

Menghaluskan bayam hijau dan bayam merah

Memasukkan pasta bayam hijau dan merah ke dalam pial filmnya masing-masing

Menambahkan aceton sebanyak 10 ml

Memberikan batas tetes pada kertas saring dengan menggunakan pensil dan
penggaris

Meneteskan larutan bayam hiijau dam bayam merah pada kertas saring masing-
masing 1 tetes

Memasukkan kertas saring kedalam bejana kromatografi yang sudah diisi dengan
larutan buffer

Amati dan catat hasil pengamatan


3.3. Analisa Perlakuan
Langkah pertama sebbelum melakukan praktikum ini adalah praktikan
harus menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum. Kemudian
lakukan penimbangan bayam hijau seberat 3 gram dan bayam merah seberat 3
gram. Lalu haluskan bayam hijau tersebut dan masukkan pasta hasil halusan tadi ke
dalam pial film, kemudian tambahkan aceton sebanyak 10 ml ke dalam pial film
tersebut. Lakukan juga Langkah yang sama pada bayam merah yaitu haluskan
terlebih dahulu bayam merah dan memasukkan pasta bayam merah kedalam pial
film serta tambahkan kembali aceton sebanyak 10 ml kedalm pial film tersebut.
Langkah selanjutnya ialah memberikan batas tetes [ada kertas saring dengan
menggunakan penggaris dan pensil. Lalu teteskan larutan bayam hijau pada kertas
saring masing-masing 1 tetes. Lakukan juga pada larutan bayam merah dengan
meneteskannya pada kertas saring masing-masing 1 tetes. Setelah itu, masukkan
kertas saring tersebut ke dalam bejana kromatografi yang susah diisi dengan larutan
buffer. Langkah terakhir ialah mengamati dan mencatat hasil pengamatan saat
praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


Jarak yang
digerakkan
Daun Klorofil A Klorofil B
pelarut dari
titik asal
U1 U2 U1 U2
Bayam
3,4 3,2 2,0 2,9 10 cm
Hijau
Bayam
1,8 3,6 2,6 2,4 10 cm
Merah

4.2 Hasil Perhitungan

Nilai Rf
Daun Klorofil A Klorofil B
U1 U2 ∑ U1 U2 ∑
Bayam 0,34 cm 0,32 cm 0,33 cm 0,2 cm 0,29 cm 0,245 cm
Hijau
Bayam 0,18 cm 0,36 cm 0,27 cm 0,26 cm 0,24 cm 0,25 cm
Merah

4.3 Pembahasan Umum

4.3.1 Perbandingan nilai Rf bayam merah dan bayam hijau


Berdasarkan data hasil perhitungan daris etiap ulangan di klorofil A dan
klorofil B diperoleh perbandingan nilai rf antara kedua bayam tersebut yang
memiliki perbedaan. Pada perhitungan ini menggunakan jarak pelarut yang
digerakkan dari titik asal bernilai 10 cm. Pada U1 klorofil A yang terdapat pada
daun bayam hijau didapat bahwa jarak yang didapat dari hasil perhitungan zat yang
diteliti adalah sebesar 3,4 cm dan pada U2 klorofil A sebesar 3,2 cm. Berdasarkan
data dari ulangan tersebut didapatkan bahwa nilai Rf dari kedua ulangan ini sebesar
0,33 cm. sedangkan pada U1 klorofil B sebesar 2,0 cm dan U2 sebesar 2,9 cm
diperoleh nilai Rf sebesar 0,24 cm.
Pada bayam merah juga memiliki dua klorofil dimana pada U1 klorofil A
bernilai sebesar 1,8 cm dan U2 sebesar 3,6 cm. Dari nilai kedua ulangan tersebut di
peroleh nilai Rf sebesar 0,27 cm. Sedangkan pada klorofil B dengan U1 bernilai
sebesar 2,6cm dan U2 bernilai sebesar 2,4 cm memiliki nilai Rf sebesar 0,25 cm.
Maka dari itu, jika dilihat berdasarkan data hasil perhitungan, perbandingan
nilai Rf pada kedua bayam tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Dapat
dilihat bahwa pada klorofil A, bayam hijau memiliki nilai Rf sebesar 0,33 cm yang
lebih besar dibandingkan dengan bayam merah di klorofil A dengan nilai Rf sebesar
0,27 cm. Sedangkan pada klorofil B, bayam merah memiliki nilai sebesar 0,25
sehingga nilai Rf lebih besar dibanding bayam hijau dengan nilai Rf sebesar 0,24
cm.

4.3.1 Hubungan Antara nilai Rf dengan Identifikasi Pigmen

Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang sudah dilakukan terhadap


spesimen ini dapat diketahui bahwa nilai Rf memiliki hubungan dalam
pengidentifikasian pigmen. Hal ini terjadi dikarenakan spesimen dapat
diidentifikasi pigmen warnanya dengan berdasarkan nilai Rfnya. Nilai Rf
merupakan jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal kemudian dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Sedangkan pigmen pada
tumbuhan merupakan zat yang mengubah warna cahaya tampak akibat proses
absorpsi selektif terhadap panjang gelombang pada kisaran tertentu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Federika Kondororik (2016) yang mengatakan bahwa dengan
melakukan analisa Rf dapat memperkuat bukti identifikasi komposisi pigmen
berdasarkan warna. Hal ini berarti nilai Rf memiliki hubungan dengan identifikasi
dikarenakan dapat berguna sebagai bukti yang memperkuat.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kromatografi merupakan teknik pemisahan suatu molekul berdasarkan pola
gerak antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa
molekul) yang berada pada suatu larutan.Komotografi terdiri dari beberapa macam
teknik yaitu teknik kromatografi kolom, teknik kromatografi lapis tipis, teknik
kromatografi kertas. Rf didefenisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh
oleh senyawadengan jarak yang dipergerakkan oleh permukaan pelarut.
Berdasarkan hasil perhitungan dari dua spesimen yaitu spesimen bayam
hijau dan bayam merah, diperoleh nilai Rf yang berbeda. Kedua spesimen tersebut
dilakukan dua kali ulangan dengan dua jenis pigmen warna yaitu klorofil A dan B.
Pada klorofil A, bayam hijau memiliki nilai Rf yang lebih besar dibandingkan
bayam merah yaitu 0,33 cm (bayam hijau) dan 0,27 cm (bayam merah). Sedangkan
pada klorofil B, bayam merah memiliki nilai Rf yang lebih tinggi daripada bayam
hijau meskipun hanya selisih 0,1 cm. Yaitu, bayam merah 0,25 cm sedangkan
bayam hijau 0,24 cm.

5.2. Saran
Diharapkan pada pertemuan selanjutnya asisten praktikum dan praktikan
dapat bekerja sama dengan lebih baik lagi. Pada pertemuan selanjutnya juga
diharapkan agar asisten praktikum dapat menjelaskan materi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. W. (2017). Kemampuan Pigmen Karoten Dan Xantofil Mikroalga


Porphyridium Crunetum Sebagai Antioksidan Pada Domba. Informatika
Pertanian, 26(1), 1-12.

Ardianingsih, R. (2010). Penggunaan High Performance Liquid chromatography


(HPLC) dalam proses analisa deteksi ion. Berita Dirgantara, 10(4).

Destiana Eka Oktaviantari, N. F. (2019). Identifikasi Hidrokuinon Dalam Sabun


Pemutih Pembersihwajahpada Tiga Klinik Kecantikan Di Bandar
Lampung Dengan Metodekromatografi Lapis Tipis Dan
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Analis Farmasi, 4(2), 91-97.

Federika Kondororik, M. M. (2016). Identifikasi Komposisi Pigmen, Isolasi, dan


Aktivitas Antioksidan β Karoten pada Rumput Laut Merah Gracilaria
gigas Hasil Budidaya . Program Studi Magister Biologi, Universitas
Kristen Satya Wacana .

Fitriana, N. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning Pada Mata


Kuliah Pemisahan Kimia Materi Kromatografi Untuk Meningkatkan
Kualitas Belajar. Erudio Journal of Educational Innovation, 4(1), 46-54.

Lipsy. (2010). Thin Layer Chromatography Characterization Of The Active


Ingredients In Excedrin And Anacin. Usa: Department Of Chemistry
And Chemical Biology, Stevens Institute Of Technology.

Mariatun. (2018). Identifikasi Pewarna Rhodamin B Pada Cendol Yang Beredar Di


Pasar Kediri Lombok Barat Dengan Metode Kromatografi Kertas (Kk)
Pada Tahun 2012. Jurnal Penelitian Dan Kajian Ilmiah Kesehatan
Politeknik Medica Farma Husada Mataram, 1(1).

Nurdiani, D. (2018). Melaksanakan Analisis secara Kromatografi Konvensional


mengikuti Prosedur. Jakarta.
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pertanian. (2018). Melaksanakan Analisis Secara Kromatografi
Konvensional Mengikuti Prosedur. Analisis Kimia.

Priska, M. (2018). Review: Antosianin Dan Pemanfaatannya. Cakra Kimia


(Indonesian E-Journal Of Applied Chemistry), 6(2).

Rahman, A. (2019). Kromatografi. Laboratorium Kimia Farmasi.

Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., Nurcahyo, B., & Supartono, S. (2018).
Optimasi Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas
Chromatography. Indonesian Journal of Chemical Science, 7(3), 254-
261.

Rubiyanto, D. (2017). Metode Kromatografi: Prinsip Dasar, Praktikum dan


Pendekatan Pembelajaran Kromatografi. Yogyakarta : Deepublish.

Shintani, H. (2016). Separation Techniques. Journal Of Chromatography, 7(6).

Sholihah, A. (2018, May 21). Analisi Kromatografi Gas. Artikel Ilmiah.

Sumenda, L., H. L. Rampe, F. R. Mantiri. 2011. Analisis Kandungan Klorofil Daun


Mangga (Mangifera indica L.) pingkat Perkembangan Daun yang
Berbeda. Bioslogos, 1(1) : 20-24

Vina Rosalina, T. E. (2018, April 12). Pengembangan Animasi Berbasis Simulasi


Molekul Pada Metode Kromatografi. Fkip Universitas Lampung.
Brojonegoro, Lampung, Bandar Lampung.

Wulandari, L. 2013. Development and Method Validation Densitometry Thin


Layer Chromatography for Thesimultaneous Determination of
Theophylline and Ephedrinehydrochloride in Tablet Dosage Form. JKTI,
5(1): 15-21.
LAMPIRAN
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Daun Bayam Hijau
a. Klorofil A
Jarak yang ditempuh dari zat yang diteliti 3,4
Rf U1 = = = 0,34
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Jarak yang ditempuh dari zat yang diteliti 3,2


Rf U2 = = = 0,32
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Rf U1+Rf U2 0,34+0,32
Rf rata-rata Klorofil A = = = 0,33
2 2

b. Klorofil B
Jarak yang ditempuh dari zat yang diteliti 2,0
Rf U1 = = = 0,2
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Jarak yang ditempuh dari zat yang ditelit 2,9


Rf U2 = = = 0,29
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Rf U1+Rf U2 0,2+0,29
Rf rata-rata Klorofil B = = = 0,245
2 2

2. Daun Bayam Merah


a. Klorofil A
Jarak yang ditempuh dari zat yang ditelit 1,8
Rf U1 = = = 0,18
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Jarak yang ditempuh dari zat yang ditelit 3,6


Rf U2 = = = 0,36
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Rf U1+Rf U2 0,18+0,36
Rf rata-rata Klorofil A = = = 0,27
2 2

b. Klorofil B
Jarak yang ditempuh dari zat yang ditelit 2,6
Rf U1 = = = 0,26
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Jarak yang ditempuh dari zat yang ditelit 2,4


Rf U2 = = = 0,24
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 10

Rf U1+Rf U2 0,26+0,24
Rf rata-rata Klorofil B = = = 0,25
2 2

Anda mungkin juga menyukai