Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel padatan
2. Mempelajari teknik analisa thin layer chromatography (TLC)
Pendahuluan
Bayam merupakan sayuran yang mudah ditemukan di Indonesia. Sayuran ini memiliki
banyak manfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C,
protein, sumber kalisum, dan zat besi, selain itukadar karetonoid pada bayam tergolong
tinggi. Karotenoid merupakan pigmen yang berwarna kuning, oranye atau merah, sehingga
dapat diidentifikasi melalui warnanya. Karetonoid memiliki dua fungsi yaitu sebagai pigmen
yang membantu dalam fotosintesis (klorofil) yaitu sebagai penyerap energi cahaya matahari
dan sebagai pewarna. Klorofil merupakan elemen yang penting untuk menentukan kandungan
gizi pada bayam. Sayuran bayam ini memiliki ciri-ciri berdaun tunggal, ujungnya meruncing,
lunak, dan lebar, dan berwarna kemerah-merahan.Keunggulan dari bayam merah ini
merupakan sayuran dengan kandungan Vitamin A (betakaroten), vitamin C, dan asam amino
sedangkan kandungan mineral yang terdapat dalam bayam merah yaitu zat besi dan kalsium
(Herdiana et al, 2016).
Pigmen merupakan zat warna alami yang dapat dihasilkan oleh mahluk hidup. Zat
warna alami umumnya kurang stabil dan mudah mengalami perubahan fisik maupun
kimiawi. Stabilitas warna dari zat pewarna dapat dipengaruhi oleh cahaya, pH, oksidator,
reduktor dan surfaktan. Karotenoid merupakan salah satu jenis pigmen berwarna kuning,
orange atau orange kemerahan yang banyak ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang atau
kerangka luar hewan air. Karotenoid juga dapat ditemukan pada kelompok bakteri, jamur,
ganggang dan tanaman hijau. Karotenoid berperan untuk menyerap energi cahaya yang akan
digunakan dalam proses fotosintesis & melindungi klorofil dari fotodamage (Desiana, 2000).
Karotenoid merupakan pigmen alami yang dapat larut dalam lemak. Karotenoid
termasuk dalam golongan terpenoid. Karotenoid merupakan sejenis lipid, sehingga pigmen
ini bersifat liposoluble (larut dalam lemak) dan dapat larut dalam pelarut non polar.
Karotenoid secara struktural merupakan poliena yang memiliki rantai terkonjugasi linier dari
atom karbon yang berhubungan dengan ikatan rangkap dua dan tunggal. Karotenoid tersusun
atas 8 unit isoprena yang terhubung satu sama lain dengan membentuk geometris, jika
diputus pada bagian tengahnya. Karotenoid dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu :
1. Karotenoid yang mengandung molekul oksigen, seperti lutein, zeaxanthin, yang
dikenal dengan xanthophill
2. Karotenoid yang tidak mengandug molekul oksigen, seperti α karoten, β karoten,
likopen (karoten). Karoten hanya mengandung karbon dan hidrogen.
(Armstrong dan Hearst, 1996).
(Khopkar, 1990).
Faktor yang mempengaruhi nilai Rf diantaranya adalah struktur kimia dari sampel
yang akan dipisahkan. Struktur kimia dari sampel sangat mempengaruhi aktivitas dari
absorben, aktivitas absorben bergantung pada luas, besar atau kecilnya struktur. Faktor kedua
yaitu absorben yang berbeda maka nilai Rf nya juga akan berbeda. Faktor ketiga yaitu tingkat
kemurnian dari pelarut yang digunakan. Pelarut yang akan digunakan harus sangat murni,
karena apabila pelarut tidak murni maka proses pemisahan menjadi tidak sempurna. Faktor
keempat yaitu keadaan fisik dari permukaan absorben (plat). Faktor kelima yaitu suhu,
banyaknya cuplikan dan tingkat kejenuhan uap dari pelarut (Sudjadi, 1986).
Kromatografi lapis tipis proses berlangsungnya dipengaruhi oleh fasa diam yang
diaplikasikan. Fasa diam akan mempengaruhi interaksi antara yang dianalisa dengan dua fasa
kromatografi lapis tipis yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam pada kromatografi lapis
tipis bisa menggunakan jenis padatan yang biasa digunakan pada kromatografi kolom. Jenis
adsorben antara lain silika gel, alumina, selulosa dan lainnya. Plat pada kromatografi lapis
tipis sebelum digunakan pada pemisahan senyawa yang netral harus diaktivasi dengan cara
pemanasan atau memanaskan dalam oven yang memiliki suhu 1000̊ C dengan waktu beberapa
menit. Aktivasi tersebut berfungsi agar air atau kelembaban dapat hilang. Pemisahan pada
senyawa yang memiliki sifat basa, pelarut pada kromatografi harus ditambahkan terlebih
dahulu dengan larutan ammonium hidroksida atau dietil amina. Pemisahan yang bersifat
asam maka pelarut harus ditambah dengan asam asetat atau asam cuka (Gitter, 1991).
penyulingan sehingga tidak mengandung mineral. Akuades berfase cair, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Bahan ini tergolong bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan
penyimpanan khusus. Akuades tidak menyebabkan korosi pada mata, kulit, dan tidak
berbahaya apabila terhirup maupun tertelan. Tindakan pertolongan pertama yang perlu
dilakukan apabila terjadi tumpahan kecil maupun besar yaitu, dengan mengepel tumpahan
dengan lap kering yang mudah menyerap (Sciencelab, 2019).
2. Aseton (CH3COCH3)
Aseton merupakan bahan kimia yang berbentuk cair, berbau menyengat dan tidak
berwarna. Senyawa ini memiliki berat molekul 58,08 g/mol, titik didih 56,53 °C dan titik
lebur sebesar -94,9 °C . Aseton dapat larut dalam air dingin, air panas dan kloroform. Bahan
ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan yang ditandai dengan sulitnya untuk
bernafas. Pertolongan yang harus dilakukan ketika terhirup yaitu membawa korban ke tempat
yang terdapat udara segar (Sciencelab, 2019).
3. Heksana (C6H14)
Heksana merupakan senyawa kimia yang berwujud cair dan tidak berwarna. Senyawa ini
memiliki berat molekul 86,18 g/mol dengan titik didih 69 oC, titik lebur -95oC dan sukar larut
dalam air. Senyawa ini termasuk dalam bahan berbahaya jika kontak kulit, mata, terhirup,
maupun tertelan. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan yaitu segera cuci dengan air
mengalir kurang lebih 15 menit dan jika trehirup segera bawa ke tempat terbuka
(Sciencelab, 2019).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja yang digunakan adalah menggunakan teknik analisa kromatografi lapis
tipis yaitu teknik pemisahan dengan menggunakan adsorben (fase stasioner) berupa lapisan
tipis seragam dan menggunakan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak Metode pemisahan
ini didasarkan pada perbedaan kepolaran anatra sampel dengan pelarut yang digunakan.
Alat
Mortar, pestle, batang pengaduk, tabung reaksi, chamber TLC, gelas ukur 5 mL,
penggaris, pipa kapiler dan lampu UV.
Bahan
Aseton, pelarut aseton:heksana (2:3), daun bayam dan lempeng silika.
Prosedur Kerja
Sampel (daun, buah atau umbi) sebanyak 5 gram dipotong kecil-kecil. Sampel digerus
menggunakan mortar dan pestle dengan ditambahkan aseton 5 mL. Larutan ekstrak
didekantasi sambil diperas padatan yang tersisa menggunakan spatula (pada dinding mortar)
hingga ekstrak aseton maksimum yang diperoleh atau digunakan bantuan kertas saring untuk
memeras pasta. Ekstrak dimasukan dalam tabung reaksi (sampel 1). Chamber TLC disiapkan
dan ditempatkan pelarut aseton:heksana (3:7) kira-kira setinggi 0,5 cm. Lempeng silika
ukuran tertentu yang sebelumnya sudah ditotolkan sedikit sampel ekstrak:sampel 1 (± 1 cm
dari batas bawah kertas) ditempatkan pada TLC chamber. Chamber ditutup dan ditunggu
pergerakan pelarut hingga sampai batas atas (±0,5 cm dari atas kertas). Lempeng diambil
dengan menggunakan pinset dan dikeringkan. Pemisahan pigmen yang terjadi diamati
menggunakan sinar UV. Jarak yang ditempuh senyawa dan pelarut diukur. Faktor retensi (Rf)
dihitung untuk masing-masing komponen.
Nama Praktikan
Tita Dian Nofita (171810301054)