Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA

ENTALPI ADSORPSI

Nama : Anisatul Afifah S.


Nim : 1718103010
Kelompok :5
Asisten : Landep Ayuningtias

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi
internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja pada sebuah materi. Entalpi berhubungan dengan adsorbsi, yang
mana adsorbsi sendiri memiliki arti yaitu peristiwa penyerapan pada permukaan
suatu adsorben, misal zat padat akan menarik molekul molekul nya gas atau zat
cair pada permukaannya. Adsorpsi ini dapat menyebabkan zat terserap (adsorbsat)
pada permukaan zat lain, yang mana zat yang permukaannya dapat menyerap zat
lain ini disebut dengan adsorben (Bird, 1993)
Adsorpsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas permukaan absorban,
konsentrasi larutan, waktu jenis zat yang diserap. Percobaan ini akan mempelajari
tentang adsorpsi dengan bahan yaitu karbon aktif. Oksalat merupakan larutan yang
diuji sebagai absorbatnya. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menghitung berapa
banyak konsentrasi asam asetat yang teradsorpsi oleh karbon aktif. Percobaan ini
dilakukan dengan menghitung selisih volume larutan NaOH awal (titrasi) dan
volume larutan NaOH (titrasi) sesudah didiamkan dengan dicampurkan karbon
aktif selama 20 menit (Tim Penyusun, 2018).
Entalpi adsorpsi sangat berguna dalam banyak hal dalam kehidupan, misalnya
pada suatu proses dapat ditambahkan sabun untuk menstabilkan emulsi air dengan
minyak. Kestabilan akan meningkat karena molekul sabun akan teradsorpsi pada
permukaan antara kedua cairan. Alternatif pengganti untuk proses koagulasi-
flokulasi adalah proses adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif. Proses
adsorpsi oleh karbon aktif terbukti memberikan hasil yang baik dalam menyisihkan
kandungan !arna maupun organik. Karbon aktif juga sangat bagus untuk menyerap
bau dan zat-zat pengotor lainnya, karena karbon aktif inimemiliki pori-pori
permukaan yang besar (Bird, 1993).
Percobaan ini akan menentukan besarnya entalpi adsorbsi karbon aktif
terhadap larutan asam asetat. Metode yang digunakan untuk menentukan harga
entalpi adsorbsi pada percobaan ini yaitu titrasi asam basa yang membandingkan
sampel yang telah diadsorbsi dan belum diadsorpsi disertai dengan variasi suhu.
Data yang didapatkan dari percobaan ini akan diolah sehingga dapat ditentukan
harga entalpi adsorpi asam asetat oleh karbon aktif. Penentuan entalpi adsorpsi yang
dilakukan akan memberikan gambaran mengenai sifat karbon aktif Berdasarkan
penjelasan di atas maka perlu untuk dipelajari cara menentukan nilai entalpi adsorbs
dan karbon efektif tersebut melalui percobaan yang akan dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada percobaan entalpi adsorpsi yaitu:
1. Bagaimana cara mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat sifat adsorpsi
suatu bahan adsorben dan menentukan entalpi adsorbsi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan entalpi adsorbsi ini adalah mempelajari secara
kuantitatif sifat sifat adsorpsi suatu bahan adsorben dan menentukan entalpi
adsorbsi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan senyawa yang tidak bersifat korosif, iritasi, permeator
atupun sensitif untuk mata, kulit atau menelan. Akuades juga tidak berbahaya jika
terhirup. Akuades tidak memiliki efek karsinogenik dan mutagenik. Bahan ini tidak
mudah terbakar ataupun meledak. Akuades merupakan senyawa netral yang
memiliki pH 7, tidak berbau dan tidak berwarna serta tidak berasa. Air mempunyai
titik didih 100oC dan merupakan senyawa yang stabil (ScienceLab, 2018).
2.1.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat (CH3COOH) ini memiliki sifat fisik dan kimia antara lain
berupa cairan dengan bau dan rasa yang pedas seperti cuka dan bahan ini tidak
berwarna. Asam asetat ini memiliki berat molekul 60,05 g/mol dengan titik didih
118,1°C dan titik leleh 16,6°C. Bahan ini mudah larut dalam air, baik air dingin
maupun air panas, bahan ini juga larut dalam dietil eter, aseton. Asam asetat ini
larut dengan gliserol, alkohol, benzena, karbon tetraklorida, serta bahan ini tidak
larut dalam karbon disulfida. Bahan ini sangat berbahaya dalam kasus kontak kulit
(iritan), kontak mata (iritan), menelan dan inhalasi. Kontak kulit dapat menhasilkan
luka bakar. Pencegahan terhadap bahaya dilakukan dengan menjauhkan bahan ini
dari panas, disimpan dalam tempat sejuk yang memiliki ventilasi yang baik.
Pembuangan bahan ini dapat dilakukan di wastafel (ScienceLab, 2018).
2.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH ini memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa padatan yang
tidak berbau dan tidak berasa dengan berat molekul 40 g/mol dan berwarna putih.
Bahan ini memiliki titik didih 1388°C dan titik leleh 323°C. Bahan ini mudah larut
dalam air dingin. Bahan ini sangat berbahaya jika terjadi kontak denagan kulit
(korosif, iritan, permeator), kontak mata (iritan, korosif), menelan dan inhalasi.
NaOH apbilaterkena mata akan mengakibatkan kerusakan kornea atau kebutaan.
Bahan ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan disimpan ditempat yang
sejuk dan berventilasi baik. NaOH berupa padatan maka harus dibuang ditempat
sampah yang memang digunakan untuk membuang sampah padatan bahan kimia,
sedangkan apabila bahan ini berupa cairan, maka dapat dibuang di wastafel
(ScienceLab, 2018).
2.1.4 Norit
Karbon aktif memiliki sifat fisik dan kimia antara lain penampilannya hitam
pelet, tidak berbau dengan titik didih 8721°F, berupa padatan atau gas yang tidak
mudah terbakar. Karbonaktif, jika terjadi kontak dengan dapat menyebabkan iritasi
ringan, sedangkan jika tertelan dan konsumsi karbon aktif yang berlebihan dapat
menyebabkan mual atau tidak nyaman. Penangananapabilaterjadi kontak dengan
mata, maka segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit, jika terjadi
kontak dengan kulit, maka cuci bagian yang terkena dengan sabun dan air. Bahaya
lain yaitu tertelan, bilas mulut dengan air dan minum banyak (ScienceLab, 2018).
2.1.5 Indikator PP
Indikator pp atau Phenolphtalein memiliki sifat fisik dan kimia antara lain
berupa cairan yang tidak berbau dan tidak berasa serta tidak berwarna dengan
memiliki titik didih terendah yang diketahui 78,5°C dan titik leleh -114,1°C. Bahan
ini mudah larut dalam air, baik air dingin maupun air panas. Bahan ini juga larut
dalam metanol, dietil eter, serta larut dalam aseton. Bahan ini bersifat iritan.
Indikator pp apabila terkena kulit segera untuk mencuci bagian yang terkena dengan
air dan sabun, jika terkena mata, segera bilas mata dengan air. Bahan ini apabila
tertelan ,bilas mulut dengan air dan minum banyak cairan. Bahan ini tidak korosif
untuk kulit, mata, dan paru-paru. Tindakan pencegahan yang dilakukan agar tidak
terjadi bahaya yaitu, bahan ini harus disimpan dalam wadah tertutup dan dijauhkan
dari sumber api (ScienceLab, 2018).
2.1.6 Asam Oksalat (H2C2O4)
Asam oksalat (H2C2O4) ini memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa
berwujud padat, tidak berbau, tidak berwarna, dan bersifat iritan. Asam oksalat ini
memiliki berat molekul 90,04 g/mol dengan titik leleh 189,5°C Bahan ini mudah
larut dalam air dingin dan dietil eter. Pencegahan terhadap bahaya dilakukan
dengan menjauhkan bahan ini dari panas, disimpan dalam tempat sejuk yang
memiliki ventilasi yang baik. Pembuangan bahan ini dapat dilakukan di wastafel
(ScienceLab, 2018).
2.2 Dasar Teori
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah
suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu
padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan
padatan tersebut. Adsorpsi berbeda, karena fluida terserap oleh fluida lainnya
dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi secara umum adalah proses
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan
zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi
dengan penyerapnya dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap padasuatu
permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain disebut adsorben (Bird, 1993).
Adsorpsi atau penyerapan adalah peristiwa penyerapan pada permukaan
suatu adsorben.Adsorbat merupakan adanya zat terserap pada suatu permukaanzat
lain pada proses adsorpsi, sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap zat
lain disebut adsorben. Adsorpsi dan adsorpsi memiliki arti yang sama yaitu
penyerapannamun keduanya memiliki penyerapan dalam arti yang berbeda. sebab
pada proses absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat penyerap. Ilmu
kimia, absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan, larutan,atau masuknya
cairan ke dalam padatan. Ilmu fisika, absorpsi adalah perubahan energi radiasi
elektromagnetik, bunyi, berkas partikel,dan lain-lain ke dalam bentuk energi lain
jika dilewatkan pada suatu medium. Foton yang diserap akan terjadi suatu peralihan
menjadi tereksitasi. Adsorpsi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
macam adsorpsi, zat yang diadopsi, konsentrasi, luas permukaan, temperatur,
dan tekanan. (Daintith, 1994).
Gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat akan menyebabkan
adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat. Molekul-molekul yang ada pada
permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam karena tidak
ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Gaya tarik ini menyebabkan zat padat dan
zat cair mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi.Absorpsi zat
yang diserap masuk ke dalam adsorben, sedangkan pada adsorpsi, zat yang diserap
hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1989).
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan dengan dua
cara.Menempelnya molekul dan atom pada permukaan ini dengan cara fisisorpsi
(kependekan dari adsorpsi fisika)dan interaksi Van der Waals antar adsorbat dan
substrat. Interaksi Van der Waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah dan energi
yang dilepaskan jika partikel terfisiorpsi mempunyai orde besaran yang sama
dengan entalpi kondensasi. Kuantitas energi sekecil ini dapat diadsorpsi sebagai
vibrasi kisi dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang melambung
pada permukaan seperti batuan itu akan kehilangan energinya perlahan-lahan dan
akhirnya teradsorpsi pada permukaan itu, dalam proses yang disebut akomodasi.
Entalpi fisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperatur sampel dengan
kapasitas kalor yang diketahui,dan nilai khasnya berada di sekitar 20 kJ mol-1.
Perubahan entalpi yang kecil ini tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan ikatan,
sehingga molekul yang terfisisorpsi tetap mempertahankan identitasnya, walaupun
molekul itu dapat terdistorsi dengan adanya penukaran (Atkins, 1997).
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, sebab pada proses absorpsi zat yang
terserapmenembus ke dalam zat penyerap sedangkan adsorpsi hanya pada
permukaannya saja.Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat
lain (cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Adsorben yang paling banyak
dipakai untuk menyerap zat-zat dalamlarutan adalah arang. Zat ini banyak dipakai
di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat
selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangatmirip dengan penyerapan
gas oleh zat padat. Ketika pelarut yang mengandung zat terlarut tersebut kontak
dengan adsorben, terjadi perpindahan massa zat terlarut dari pelarut ke permukaan
adsorben, sehingga konsentrasi zat terlarut di dalam cairan dan di dalam
padatanakan berubah terhadap !aktu dan posisinya dalam kolom adsorpsi (Atkins,
1997).
Jenis-jenis adsorpsi ada dua macam, yaitu :
1. Adsorpsi fisik atau Van der Waals
- Panas adsorpsi rendah (~10.000 kal/mol)
- Kesetimbangan adsorpsi reversibel dan cepat
Misalnya : adsorpsi gas pada charcoal
2. Adsorpsi kimia atau adsorpsi aktivasi
- Panas adsorpsi tinggi (20.000 – 100.000 kal/mol)
- Adsorpsi disini terjadi dengan pembentukan senyawa kimia, hingga ikatannya
lebih kuat
Misalnya : adsorpsi CO pada W, adsorpsi O2 pada Ag, Au, Pt, C, adsorpsi H2 pada
Ni
Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat
atom-molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Atas dasar
fenomena kejadiannya,adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam. Jenis pertama
disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia chemical bondingantara molekul
zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat
eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Adsorpsi fisika (physical
adsorption), terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya Vander Waals dan yang
ketiga disebut ion electron change (pertukaran ion), terjadi karena gaya
elektrostatis. Permukaan antara dua fasa yang bersih (seperti antara gas–cairan dan
cairan–cairan) ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga inilah yang
akan teradsorpsi pada permukan dan komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat
permukaan. Aplikasi yaitu penambahan sabun untuk menstabilkan emulsi air–
minyak. Kestabilan akan meningkat karena dalam kasus ini molekul sabun akan
teradsorpsi pada permukaan antara kedua cairan dan menurunkan tegangan
permukaan. Komponen ketiga yang ditambahkan pada kasus diatas adalah molekul
yang teradsorpsi pada permukaan, sehingga dinamakan sebagai surface active atau
surfaktan (Bird, 1993).
Bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air , natrium hidroksida
dan asam sulfat . Adsorpsi merupakan suatu peristiwa yang memerlukan proses,
dimana proses sadsorpsi sendiri memiliki tempat tertentu atau bisa juga disebut
dengan tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsian adsorpsi dikenal juga
kolom adsorpsi dimana kolom adsorpsi itu sendiri adalah suatu kolom atau tabung
tempat terjadinya proses pengabsorbsi dari zat yang dilewatkan di tabung tersebut.
Adsorpsi ini dilakukan dengan melewati zat yang terkontaminasi oleh komponen
lain dan zat tersebut dilewatkan ke tabung atau tempat adsorbsi, ini dimakna
terdapat fase cair dari komponen tersebut (Daintith, 1994).
Permukaan suatu zat padat menurut Langmuinir terdapat ruang elementer
yang masing-masing dapat mengadsorpsi satu molekul gas. Langmuinir
menganggap bahwa semua ruang elementer identik dalam afinitasnya untuk
molekul gas. Molekul gas pada satu ruang tidak mempengaruhi sifat dari ruang
yang ada di dekatnya. FraksI F permukaan yang ditempati oleh molekul gas adalah
teta, laju penguapan dari permukaan adalah rθ, dengan r adalah sebagai laju
penguapan dari permukaan yang tertutup sempurna pada suhu tertentu. Laju
penguapan gas yang teradsorpsi sama dengan laju kondensasi pada saat
kesetimbangan (Alberty, 1992).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat
- Enlenmeyer 50 mL
- Buret 50 mL
- Corong gelas
- Kertas saring
- Statif
- Beaker glass 150 mL
- Gelas ukur 10 mL, 5 mL
- Pipet mohr 10 mL
- Pipet tetes
- Ball pipet
- Botol semprot
- Labu ukur 50 mL
3.2 Bahan
- NaOH 0.5 M
- Asam asetat 1M
- Karbon aktif
- Indikator pp
- Asam Oksalat
- Akuades
3.3 Diagram Alir
3.3.1 Standarisasi NaOH

Asam oksalat 10 mL

- dimasukkan ke dalam erlenmeyer


- dititrasi dengan NaOH
- dicatat volume NaOH yang dibutuhkan
- dilakukan duplo
Hasil

3.3.2 Penentuan Entalpi adsorbsi

Asam asetat

- dibuat sebanyak 50 mL dengan konsentrasi 1,0


N, 0,5 N, 0,1 N

- diambil masing-masing 10 mL, ditambah


indikator pp, dan dititrasi dengan 0.5 M NaOH
yang telah distandarisas

- diambil masing-masing sebanyak 10 mL dan

- dimasukkan ke dalam enlenmeyer kemudian

masing masing ditambahkan 0.5 gram kabon aktif

- dikocok dan ditutup dengan kertas saring ,lalu

diamkan selama 15 menit (pada suhu 35 oC )

- diambil filtratnya masing masing 10 mL dan

diberi 2 tetes Indikatordititrasi dengan NaOH

- diulangi dengan suhu 40 dan 45oC

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH

No M C2H2O4 V C2H2O4 M NaOH V NaOH ̅


X M NaOH

1. 1N 10 mL 0,30 M 3,1 ml
0,30 N
2. 1N 10 mL 0,30 M 3,1 ml

4.1.2 Konsentrasi Mula-Mula Asam Asetat


N V M M
No V NaOH
CH3COOH CH3COOH NaOH CH3COOH
1. 0.1 N 10 mL 0,30 M 2,3 mL 0,39 M
2. 0.5 N 10 mL 0,30 M 10,2 mL 1,28 M
3. 1N 10 mL 0,30 M 21 mL 1,91 M

4.1.3 Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi pada suhu 35o C

N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH M CH3COOH


0.1 N 10 mL 0,3 M 1,6 mL 0,04M
0.5 N 10 mL 0,3 M 9,5 mL 0,28 M
1N 10 mL 0,3 M 19,7 mL 0,59 M

4.1.4 Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi pada suhu 40o C


M
N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH
CH3COOH
0.1 N 10 mL 0,3 M 2,0 mL 0,06 M
0.5 N 10 mL 0,3 M 9,0 mL 0,27 M
1N 10 mL 0,3 M 20 mL 0,60 M
4.1.5 Konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi pada suhu 45o C
N CH3COOH V CH3COOH M NaOH V NaOH M CH3COOH
0.1 N 10 mL 0,30 M 1,5 mL 0,04 M
0.5 N 10 mL 0,30 M 8,5 mL 0,25 M
1N 10 mL 0,30 M 19,8 mL 0,59 M

4.1.6 Data Hasil Perhitungan


Suhu 35℃
Konsentrasi Berat Molekul
Log (X/m) Log C k
NaOH NaOH
0.1 M -1,77 -1,31
0,5 M 40 g/mol -1,77 -0,54 5,37
1M -1,51 -0,22

Suhu 40℃
Konsentrasi Berat Molekul
Log (X/m) Log C k
NaOH NaOH
0,1 M -2,14 -1,22
0,5 M 40 g/mol -1,54 -0,56 2,30
1M -1,61 -0,22

Suhu 45oC
Konsentrasi Berat Molekul
Log (X/m) Log C k
NaOH NaOH
0,1 M -1,71 -1,31
0,5 M 40 g/mol -1,38 -0,59 7,87
1M -1,54 -0,22
4.1.7 Nilai Entalpi Adsorpsi (∆Hadsorpsi)
∆H
-1
T (K) 1/T (K ) k ln k
(adsorpsi)

308 0,00324 5,37 1,68

313 0,00319 2,30 0,83 31,593 kJ/mol K

318 0,00314 7,87 2,06

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan percobaan entalpi adsorpsi yang dilakukan
untuk mempelajari sifat-sifat kuantitatif dan menentukan entalpi adsorpsi. Adsorpsi
sendiri memiliki arti yaitu peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorben.
Percobaaan kali ini menggunakan asam asetat sebagai bahan yang diadsorpsi,
NaOH 0,05 M sebagai bahan yang digunakan untuk standarisasi asam asetat, serta
digunakan karbon aktif yang berfungsi sebagai adsorben.
Percobaan pertama yang dilakukan dalam praktikum entalpi adsorpsi ini yaitu
standarisasi NaOH menggunakan asam oksalat. Tujuan dilakukan standarisasi
NaOH yaitu untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari NaOH. Standarisasi ini
dilakukan secara duplo. Hasil standarisasi NaOH didpatkan nilai seperti pada tabel
hasil 4.1.1, yaitu volume NaOH pertama sebesar 3,1 mL dan volume kedua yaitu
3,1 mL. Nilai konsentrasi NaOH yang didapat yaitu 0,3 M.
Perlakuan kedua yang dilakukan adalah membuat asam asetat dengan
beberapa konsentrasi. Konsentrasi yang dibuat antara lain 0,1 M, 0,5 M, 1,0 M.
Asam asetat ini dibuat dengan cara pengenceran. Pengenceran asam asetat
dilakukan pada labu ukur 50 mL menjadi konsentrasi 0,1 M dan 0.5 M. Asam asetat
untuk masing-masing konsentrasi diambil 10 ml untuk dilakukan titrasi dengan
menggunakan NaOH. Titrasi dengan NaOH sebelum dilakukan, asam asetat yang
akan dititrasi ditetesi dengan indikator pp. Penambahan indikator pp ini untuk
menunjukkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan warna.
Indikator pp ini dipilih karena indikator pp memiliki trayek pH pada rentang antara
8,3 sampai 10,0. Titrasi dengan NaOH ini bertujuan untuk menstandarisasi asam
asetat yang telah dibuat. Titik akhir titrasi pada percobaan ini ditunjukkan dengan
berubahnya warna yaitu menjadi merah muda. Penambahan NaOH untuk masing-
masing konsentrasi pada asam asetat antara lain 3,3 mL pada 0,1 M; 10,2 mL pada
0,5 M; dan 21 mL pada 1,0 M. Persamaan reaksi yang berlangsung yaitu :
CH3COOH(aq)+ NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)………….(4.1)
Hasil diatas, setelah dilakukan perhitungan menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi dari asam asetat, maka semakin banyak asam asetat yang teradsorpsi.
Perlakuan kedua yang dilakukan yaitu diambil 15 mL asam asetat untuk
masing-masing konsentrasi yang telah dibuat yaitu 0,1 N, 0,5 N, dan 1,0 N,
kemudian ditambahkan dengan karbon aktif. Karbon aktif disini berguna sebagai
adsorben. Asam asetat yang diberi dengan karbon aktif dimasukkan ke dalam water
bath bergantian masing-masing pada suhu 35oC, 40 oC dan 45 oC selama 15 menit.
Perlakuan tersebut bertujuan untuk membandingkan jumlah asam asetat yang
teradsorpsi tiap suhu. Filtrat dari campuran asam asetat dengan karbon aktif ini
diambil 10 ml ditambahkan indikator pp sebelumnya dan dititrasi dengan NaOH.
Titrasi ini bertujuan untuk menstandarisasi larutan asam asetat yang dicampur
dengan karbon aktif (adsorben).Titik akhir titrasi menunjukkan perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah muda. Penambahan NaOH untuk masing-
masing konsentrasi pada asam asetat yang telah diberi karbon aktif ini pada suhu
35oC antara lain 1,6 mL; 9,5 mL;dan 19,7 mL. Penambahan NaOH pada masing
masing konsentrasn asam asetat yang telah diberi karbo aktif pada suhu 40oC adalah
2 mL; 9 mL; dan 20 mL. Penambahan NaOH untuk masing-masing konsentrasi
pada asam asetat yang telah diberi karbon aktif ini pada suhu 45oC antara lain 1,5
mL; 8,9mL;dan 19,8 mL. Reaksi yang berlangsung seperti pada persamaan reaksi
4.1.
Hasil perhitungan data yang diperoleh dari hasil percobaan didapatkan
konsentrasi asam asetat yang terdapat pada suhu 35oC setelah diadsorpsi yaitu
0,048M; 0,285M;dan 0,591M. Data konsentrasi ini dapat digunakan untuk
menentukan banyaknya asam asetat yang teradsorpsi. Hasil perhitungan
menujukkan banyaknya asam asetat yang teradsorpsi untuk masing-masing
konsentrasi antara lain 8,4×10-3 g; 8,4×10-3 g;dan 15,6×10-3 g. Data ini dapat
disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin banyak
pula asam asetat yang teradsorpsi.
Suhu kedua yang digunakan yaitu 40oC. Suhu 40oC ini berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan yaitu semakin besar konsentrasi asam asetat yang
digunakan dalam titrasi maka semakin banyak asam yang teradsorpsi, sebaliknya
semakin kecil konsentrasi asam asetat yang digunakan maka asam yang teradsorpsi
semakin sedikit.

Grafik log c Vs log x/m pada suhu


35C
-1,45 y = 0,1946x - 1,549
-1,5 -1 -0,5 -1,5 0 R² = 0,5278
-1,55 grafik log c Vs log
-1,6 x/m pada suhu 35 C
log C

-1,65
-1,7 Linear (grafik log c
-1,75 Vs log x/m pada
-1,8 suhu 35 C)
-1,85
log X/m

Grafik 4.1 Hubungan log C Vs log X/m pada suhu 35 oC


Hasil perhitungan dari suhu 40oC didapatkan konsentrasi asam asetat yaitu
0,06; 0,27; 0,60 M Hasil perhitungan menunjukkan banyaknya asam asetat yang
teradsorpsi untuk masing masing konsentrasi antara lain 36×10-3; 14,44×10-3 ;12
×10-3 g. Menurut literatur bahwa semakin besar konsentrasi asam asetat maka
semakin banyak pula asam asetat yang teradsorpsi. Hasil dari percobaan pada suhu
40oC mengalami penyimpangan. Konsentrasi 0,06 dan 0,27 zat yang diadsorpsi
semakin besar, tetapi pada konsentrasi 0,60 M malah menurun zat yang diardsorpsi.
Hal tersebut dikarenakan adanya kurang ketelitian pada saat melakukan titrasi baik
sebelum adsorpsi maupun setelah adsorpsi.
Grafik log c Vs log x/m pada suhu
40C
0 y = 0,5816x - 1,3756
-1,5 -1 -0,5 0 R² = 0,8125
-0,5

-1 grafik log c Vs log


log C

x/m
-1,5
Linear (grafik log c Vs
-2 log x/m)

-2,5
log X/m

Grafik 4.2 Hubungan log C Vs log X/m pada suhu 40 oC


Hasil perhitungan dari suhu 45oC didapatkan konsentrasi asam asetat yaitu
0,045; 0,255; 0,594 M Hasil perhitungan menunjukkan banyaknya asam asetat yang
teradsorpsi untuk masing masing konsentrasi antara lain 9,6×10-3; 20,4×10-
3
;14,4×10-3 g. Menurut literatur bahwa semakin besar konsentrasi asam asetat maka
semakin banyak pula asam asetat yang teradsorpsi. Hasil dari percobaan pada suhu
40oC mengalami penyimpangan. Konsentrasi 0,045 dan 0,255 zat yang diadsorpsi
semakin besar, tetapi pada konsentrasi 0,594 M malah menurun zat yang
diardsorpsi. Hal tersebut dikarenakan adanya kurang ketelitian pada saat melakukan
titrasi baik sebelum adsorpsi maupun setelah adsorpsi. Kemungkinan lainnya yaitu
kesalahan dalam menambahkan volume asam oksalat yang akan diardsopsi,
sehingga zat yang diardsopsi lebih sedikit. Menurut literatur variasi suhu pada
percobaan ini juga mempengaruhi asam asetat yang teradsorpsi, semakin tinggi
suhu maka semakin banyak pula asam asetat yang teradsorpsi. Data dan
perhitungan dari hasil percobaan yang dilakukan pada variasi suhu 35oC, 40 oC, dan
45 oC tidak sesuai literatur karna semakin naik suhunya massa zat yang diardsopsi
tidak sesuai tren dikarenakan massa zat yang teradsorpsi kadang naik kadang turun.
Hal tersebut dikarenakan adanya kurang ketelitian pada saat melakukan titrasi baik
sebelum adsorpsi maupun setelah adsorpsi. Kemungkinan lainnya yaitu kesalahan
dalam menambahkan volume asam oksalat yang akan diardsopsi, sehingga zat yang
diardsopsi lebih sedikit.
Grafik log c vs log x/m pada suhu
45 y = 0,1973x - 1,4039
R² = 0,4392
0
-1,5 -1 -0,5 0
-0,5 grafik log c vs log
x/m pada suhu 45
log C

-1
Linear (grafik log c vs
-1,5 log x/m pada suhu
45)
-2
log X/m

Grafik 4.3 Hubungan log C Vs log X/m pada suhu 45 oC


Penentuan entalpi adsorpsi dapat dilakukan dengan menenntukan grafik
hubungan antara lon k dan 1/T untuk memperoleh slope yang akan digunakan untuk
menghitung nilai entalpi. Nilai entalpi adsorpsi yang dihasilkan dari data dan
perhitungan hasil percobaan sebesar 31,593 kJ/mol K. Nilai entalpi tersebut
menyatakan bahwa reaksi yng terjadi yait endoterm. Reaksi dikatakann endoterm
apabila memerlukan enegi, sehingga perubahan entalpi bertambah dan perubahan
entalpi bertanda positif.

Grafik ln K vs 1/T
2,5 y = -3800x + 13,645
2 R² = 0,091

1,5
Grafik 1/T vs ln K
ln K

1
0,5 Linear (Grafik 1/T
vs ln K)
0
0,0031 0,00315 0,0032 0,00325
1/T

Grafik 4.4 Hubungan ln k Vs 1/T


BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu pada entalpi adsorpsi semakin besar
konsentrasi semakin besar pula zat yang diardospsi, akan tetapi pada hasil
percobaan terjadi penyimpangan dari literaratur. Pengaruh variasi suhu pada
percobaan yang dilakukan tidak menunjukkan tren karena semakin tinggi suhu zat
yang diarsopsi tidak pasti naik turunnya. Nilai entalpi adsorpsi yang diperoleh yaitu
31,593 kJ/mol K.
5.2 Saran
Saran pada praktikum selanjutnya yaitu saat melakukan titrasi, harus
dilakukan secara hati-hati dan benar agar hasil yang didapat maksimal. Ukuran atau
volume larutan yang akan digunakan untuk titrasi harus diperhatikan, jangan
sampai kurang atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Alberty, Robert. 1992. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Dainith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta : Erlangga.
ScienceLab.2018. MSDS Asam Asetat [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922769 [17September 2018].
ScienceLab.2018. MSDS Asam Asetat [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925462 [17September 2018].
ScienceLab.2018. MSDS Indikator Phenolphtalein [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926477 [17 September 2018].
ScienceLab. 2018. MSDS Karbon Aktif [serial online]
http://www.esciencelabs.com/files/andrea.rex/Activated_Carbon.pdf [17
September 2018].
ScienceLab. 2018. MSDS NaOH [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924997 [17 September 2018].
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : Bina Aksara.
Tim Kimia Fisika. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jember : Universitas
Jember.
LEMBAR PERHITUNGAN

StandarisasiLarutanNaOH
• Perc 1
M H2C2O4 . V H2C2O4 = MNaOH . V NaOH
0,1 M . 10 mL = M NaOH . 3,1 mL
M NaOH = 0,3 M
• Perc 2
M H2C2O4 . V H2C2O4 = M NaOH .VNaOH
0,1 M . 10 mL = M NaOH . 3,1 mL
M NaOH = 0,3 M
̅ = 0,3 M
X
KonsentrasiMula-MulaAsamAsetat (sebelum di adsorpsi)
• Perc 1 (0,1 M)
M CH3COOH. V CH3COOH = M NaOH .VNaOH
M CH3COOH. 10 ml =0,3 M . 2,3 ml
M CH3COOH = 0,069 M
• Perc 2 (0,5 M)
M CH3COOH. V CH3COOH = M NaOH .VNaOH
M CH3COOH. 10 ml =0,3 M. 10,2 ml
M CH3COOH = 0,306 M
• Perc 3 (1,0 M)
M CH3COOH. V CH3COOH = M NaOH .VNaOH
M CH3COOH. 10 ml = 0,3 M. 21 ml
M CH3COOH = 0,63 M
Konsentrasiasam asetatsetelahadsorpsipadasuhu35℃
• Perc.1 :
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 Mx 1,6 mL
M CH3COOH= 0,048 M
• Perc. 2
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 Mx 9,5 mL
M CH3COOH= 0,285 M
• Perc. 3
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 M x 19,7 mL
M CH3COOH = 0,591 M
Nilai log C padasuhu35℃
• CH3COOH (0,1N)
log C = log 0,048
= -1,319
• CH3COOH (0,5N)
log C = log 0,285
= -0,545
• CH3COOH (1,0 N)
log C = log 0,591
= -0,228
Massa zat yang diadsorpsi
X = (a − b) × [NaOH] × BMNaOH
Ket : a = volume NaOHsebelumadsorpsi
b = volume NaOH setelahadsorpsi
1. Massa zat yang diadsorpsipadasuhu35℃
• Perc 1 (0,1M)
X = (2,3 − 1,6) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X = 8,4 × 10−3 g
• Perc 2 (0,5M)
X = (10,2 − 9,5) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X= 8,4 × 10−3 𝑔
• Perc 3 (1,0 M)
X = (21 − 19,7) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X = 15,6 × 10−3 g
Nilai log X/m pada suhu350C
• X1= 8,4 × 10−3 g m=0,5
𝑥
log𝑚 = -1,77

X2= 8,4 × 10−3 𝑔 m=0,5


𝑥
log𝑚 = -1,77

• X3= 15,6 × 10−3 g m=0,5


𝑥
log = -1,51
𝑚

Grafik log C (x) vs log X/m (y) padasuhu𝟑𝟓℃


x Log C -1,319 -0,545 -0,228
y Log x/m -1,77 -1,77 -1,51
𝑦2 + 𝑦1 −1,77 + (−1,77)
𝑚= = = 1,90
𝑥2 + 𝑥1 (−0,545) + −1,319
y = mx + c
-1,77 = 1,90 (-1,319) + c
-1,77 = -2,50 + c
c = 0,73

y = 1,90 x + 0,73
m = n = 1,90
c = log k = 0,73
k = 5,37
ln k = 1,680827
Grafik log c Vs log x/m pada suhu
40C
0 y = 0,5816x - 1,3756
-1,5 -1 -0,5 0 R² = 0,8125
-0,5

-1 grafik log c Vs log


log C

x/m
-1,5
Linear (grafik log c Vs
-2 log x/m)

-2,5
log X/m

Konsentrasiasamasetatdalamlarutanpadasuhu40℃
• Perc.1 :
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 Mx 2 mL
M CH3COOH= 0,06 M
• Perc.2 :
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 Mx 9 mL
M CH3COOH = 0,27 M
• Perc.3 :
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 M x 20 mL
M CH3COOH = 0,60 M
Nilai log C padasuhu40℃
• CH3COOH (0,1 N)
log C = log 0,06
= -1,221
• CH3COOH (0,5N)
log C = log 0,27
= -0,568
• CH3COOH (1 N)
log C = log 0,60
= -0,221
Massa zat yang diadsorpsi
X = (a − b) × [NaOH] × BMNaOH
Ket : a = volume NaOHsebelumadsorpsi
b = volume NaOH setelahadsorpsi
2. Massa zat yang diadsorpsipadasuhu40℃
• Perc 1 (0,1 M)
X = (2,3 − 2) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X = 3,6 × 10−3 g
• Perc 2 (0,5 M)
X = (10,2 − 9,0) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X=14,4 × 10−3 𝑔
• Perc 3 (1 M)
X = (21,0 − 20,0) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X = 12 × 10−3 g
Nilai log X/m padasuhu 400C
• X1= 3,6 × 10−3 g m=0,5
𝑥
log𝑚 = -2,14

X2= 14,4 × 10−3 𝑔 m=0,5


𝑥
log = -1,54
𝑚

• X3= 12 × 10−3 g m=0,5


𝑥
log𝑚 = -1,61

Grafik log C (x) vs log X/m (y) pada suhu 𝟒𝟎℃


x Log C -1,221 -0,568 -0,221
y Log x/m -2,14 -1,54 -1,61
𝑦2 + 𝑦1 −1,54 + (−2,14)
𝑚= = = 2,05
𝑥2 + 𝑥1 −0,568 + (−1,221)
y = mx + c
-2,14= 2,05 (-1,221) + c
-2,14= -2,503 + c
c = 0,363

y = 2,05x + 0,363
m = n = 2,05
c = log k = 0,363
k = 2,306

Grafik log c Vs log x/m pada suhu


40C
0 y = 0,5816x - 1,3756
-1,5 -1 -0,5 0 R² = 0,8125
-0,5

-1 grafik log c Vs log


log C

x/m
-1,5
Linear (grafik log c Vs
-2 log x/m)

-2,5
log X/m

Konsentrasiasam asetatsetelahadsorpsipadasuhu45℃
• Perc.1 :
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 Mx 1,5 mL
M CH3COOH= 0,045 M
• Perc. 2
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 Mx 8,5 mL
M CH3COOH= 0,255 M
• Perc. 3
M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 mL = 0,3 M x 19,8 mL
M CH3COOH = 0,594M
Nilai log C padasuhu45℃
• CH3COOH (0,1N)
log C = log 0,045
= -1,318
• CH3COOH (0,5N)
log C = log 0,255
= -0,593
• CH3COOH (1,0 N)
log C = log 0,594
= -0,226
Massa zat yang diadsorpsi
X = (a − b) × [NaOH] × BMNaOH
Ket : a = volume NaOHsebelumadsorpsi
b = volume NaOH setelahadsorpsi
3. Massa zat yang diadsorpsipadasuhu45℃
• Perc 1 (0,1M)
X = (2,3 − 1,5) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X = 9,6 × 10−3 g
• Perc 2 (0,5M)
X = (10,2 − 8,5) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X= 20,4 × 10−3 𝑔
• Perc 3 (1,0 M)
X = (21 − 19,8) × 10−3 L × [0,3]M × 40g/mol
X = 14,4 × 10−3 g
Nilai log X/m padasuhu450C
• X1= 9.6 × 10−3 g m=0,5
𝑥
log𝑚 = -1,71

X2= 20,4 × 10−3 𝑔 m=0,5


𝑥
log𝑚 = -1,38
• X3= 14,4 × 10−3 g m=0,5
𝑥
log𝑚 = -1,54

Grafik log C (x) vs log X/m (y) padasuhu 𝟒𝟓℃


x Log C -1,318 -0,593 -0,226
y Log x/m -1,71 -1,38 -1,54
𝑦2 + 𝑦1 −1,38 + (−1,71)
𝑚= = = 0,618
𝑥2 + 𝑥1 −0,593 + (−1,318)
y = mx + c
-1,71 = 0,618(-1,318) + c
-1,71 = -0,814 + c
c = -0,896

y = 0,618x – 0,896
m = n = 0,618
c = log k = 0,896
k = 7,870

Grafik log c vs log x/m pada suhu


45 y = 0,1973x - 1,4039
R² = 0,4392
0
-1,5 -1 -0,5 0
-0,5 grafik log c vs log
x/m pada suhu 45
log C

-1
Linear (grafik log c vs
-1,5 log x/m pada suhu
45)
-2
log X/m
Nilai Entalpi Adsorpsi (∆Hadsorpsi)
∆H
-1
T (K) 1/T (K ) k ln k
(adsorpsi)

308 0,00324 5,37 1,68

313 0,00319 2,30 0,83 31,593 kJ/mol K

318 0,00314 7,87 2,06

Grafik ln K vs 1/T
2,5
y = -3800x + 13,645
2 R² = 0,091

1,5
Grafik 1/T vs ln K
ln K

1
Linear (Grafik 1/T vs ln
0,5 K)

0
0,0031 0,00315 0,0032 0,00325
1/T

Nilai ∆H
Y = mx + c dari persamaan ln k = -∆H/R . (1/T)
Y = -3800x – 13,645
∆H (entalpi adsorpsi) = m x R
= 3800 x 8,314 J/mol K
= 31.593,2 J/mol K
= 31,593 kJ/mol K
LAMPIRAN GAMBAR

1) Larutan Asam asetat 0,5N; 1,0N; 0,1N 2) Larutan Asam asetat ditambah
karbon aktif

3) Titrasi pada standarisasi NaOH 4) Titrasi asam asetat dengan


NaOH setelah pengenceran

5) Titrasi filtrat pada suhu 35˚C 6) Titrasi filtrat pada suhu


40˚C

7) Titrasi filtrat pada suhu 45˚C 8) Asam asetat ditambah


karbon aktif

Anda mungkin juga menyukai