BIOMOLEKUL
ISOLASI DNA
Disusun Oleh :
Nama : Tyara Salsabila A.P (171810301004)
Dzulkifli Florenda M (171810301021)
Anisatul Afifah S. (171810301051)
Shavira Nargis Rambe (171810301062)
Rifdiani Rahma Alifia (171810301070)
Kelompok : 2
Kelas :B
Asisten :
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Melatih kemampuan mahasiswa untuk mengisolasi DNA plasmid.
2. Memahami dan mengetahui berat molekul DNA plasmid
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat melatih kemampuan untuk mengisolasi DNA plasmid.
2. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui DNA plasmid.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Koloni tunggal
- diinokulasi
- diinkubasi 37oC
- disentrifugasi
-
pellet
Disuspensi :
Larutan I, II, III
- dihomogenkan
- diekstraksi
Lapisan atas
- dipekatkan
- dinkubasi
- disentrigugasi
pellet
- dilarutkan dalam ddH2O
- Analisis DNA
Hasil
3.2.2 Elektroforesis Gel Agarosa
-dilarutkan dalam 25 mL
buffer TAE
Sampel
Gel Agarosa
Hasil elektroforesis
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Isolasi DNA plasmid Pet-endo
Koloni tunggal transforman E. Coli diinokulasi ke dalam 5 mL media
LuriaBertani cair yang mengandung 2.5 L kanamisin dan diinkubasi pada shaker
incubator pada suhu 37°C dengan kecepatan 150 rpm selama 18 jam. Kemudian
inokulum disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu
4°C, pellet disuspensi dengan larutan I (Glukosa 50 mM, Tris-Cl 2.5 Mm Ph 8,
Na2EDTA 10 mM Ph 8) 100 L dan dihomogenkan lalu didiamkan 5 menit.
Ditambahkan 200 L larutan II (NaOH 0.2 N 20 L, SDS 1%, ddH2O steril ) dan
dihomogenkan dengan cara membolak balik tabung eppendorf, larutan diinkubasi
di es selama 15 menit, setelah 15 menit ditambahkan 150 L larutan III (kalium
asetat 5M, asam asetat glasial, ddH2O dingin), diinkubasi dalam es selama 10
menit. Campuran tersebut disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 12.000
rpm suhu 4°C, supernatan yang diperoleh dipindah secara perlahan dengan
menggunakan pipet ke dalam tabung eppendorf baru yang steril dan ditambahkan
campuran fenol : kloroform : isoamil alkohol (25:24:1) 1 kali volume total,
dikocok sampai terbentuk emulsi kemudian disentrifugasi lagi 12.000 rpm selama
2 menit. Dihasilkan 3 lapis, fasa paling bawah adalah fasa organikk, fasa tengah
adalah suatu emulsi putih dan fasa paling atas adalah fasa cair, fasa cair dipindah
dengan cara memipet secara hati-hati ke dalam tabung eppendorf baru yang steril,
fasa cair tersebut dipekatkan dengan penambahan etanol absolut dingin 2 kali
volume total, dan diinkubasi dalam es selama 1 jam. Campuran disentrifugasi lagi
12.000 rpm selama 5 menit, pellet dicucidenganetanoldingin 70%dan tabung
eppendorf dikeringkan dari etanol dengan cara membalikkan tabung dan
didiamkan 5 menit. Kemudian pellet dilarutkan dalam 20 L ddH2O.
3.3.2 Analisis DNA dengan elektroforesis gel agarosa
Gel agarosa 1,5% dibuat dengan melarutkan 0,375 g agarosa dalam 25 ml
buffer TAE (Tris Acetat EDTA)pH 8. Agarosa yang sudah larut didinginkan
sampai kira-kira temperatur 45°C, selanjutnya gel dituangkan pada cetakan dan
dibiarkan memadat. Sampel yang akan dielektrolisis dicampur dengan buffer yang
mengandung bromofenol biru (BPB) 0,25 (b/v) dan sukrosa 40 % (b/v).
Elektrolisis dilakukan dalam buffer TAE pada tegangan 75 volt. Elektrolisis
dihentikan ketika bromofenol biru telah bermigrasi kira-kira 2/3 dari panjang gel.
Gel agarosa kemudian direndam dalam larutan Etidium Bromida (EtBr) 250
µg/mL selama 30 menit, selanjutnya direndam dalam buffer TAE selama 5-10
menit. Hasil elektroforesis dapat diamati dengan sinar UV.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. DNA Plasmid
No Perlakuan Hasil
Larutan menjadi kental, keruh
1. Penambahan larutan I
dan berwarna putih
2. Didiamkan selama 5 menit Tidak terjadi perubahan
Membentuk larutan tidak
3. Penambahan larutan II
berwarna dan homogen
4. Inkubasi selama 15 menit Terdapat lendir pada larutan
Aroma larutan asam dan larutan
5. Penambahan larutan III
tak berwarna
Larutan membentuk 2 fase
dimana pada bagian atas dan
Inkubasi selama 10 menit dan
6. bawah berupa larutan tidak
disentrifugasi
berwarna dan bagian dinding
berupa lapisan tipis emulsi
Ditambah campuran
7. Membentuk emulsi
fenol;kloroform;isoamil alkohol
Supernatan bagian atas dan ditambah
7. Larutan homogen
etanol dingin
8. Diingkubasi selama 60 menit Terdapat pelet
Pelet larut membentuk larutan
9. Pelet diambil dan ditambah etanol
homogen
Larutan homogen dan terdapat
10. Disentrifugasi
sedikit pelet
11. Pelet diambil dan ditambah ddH2O Tidak terjadi perubahan
4.1.2. Hasil gambar elektroforesis
No. Sampel Gambar
1. DNA plasmid
4.2 Pembahasan
Percobaan yang telah dilakukan ada praktikum ini yaitu isolasi DNA
plasmid. Plasmid merupakan molekul DNA sirkuler yang berukuran relatif kecil
dan berada pada kromosom bagian luar dalam sel prokariot. Plasmid dalam
rekayasa genetika dapat digunakan sebagai vektor untuk mentransfer gen-gen
tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Gen ini nantinya yang akan
menghasilkan suatu produk komersial seperti insulin. Isolasi DNA plasmid dapat
dilakukan dengan sentrifugasi dan presipitasi. Proses ini dilakukan dengan cara
memecah dan mengekstraksi jaringan-jaringan hingga membentuk ekstrak sel
yang terdiri dari sel-sel jaringan, DNA, dan RNA. Ekstrak sel kemudian dilakukan
pemurnian (purifikasi) sehingga dihasilkan pellet sel yang mengandung plasmid.
Isolasi DNA bertujuan untuk memperoleh DNA yang murni terbebas dari bahan-
bahan lainnya seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Isolasi DNA memiliki
ketelitian yang cukup tinggi sehingga harus dilakukan secara hati-hati. DNA yang
akan diisolasi adalah DNA plasmid untuk kemudian dianalisis dengan
elektroforesis sel agarosa.
Isolasi DNA merupakan dapat digunakan untuk memperoleh gen dari
DNA dari bakteri E. Coli. Isolasi DNAdari bakteri E. coli pada praktikum kali ini
dilakukan dengan menggunakan cara alkalin lisis. Metode alkalin lisis merupakan
suatu metode yang digunakan untuk mengisolasi DNA plasmid yang ada dalam
sel bakteri E. coli. Isolasi tersebut dilakukan melalui proses lisis pada membran
sel dengan menggunakan Sodium Dedosil Sulfat pada suasana basa. Bakteri E.
coli dibiakkan dalam media LB yang sudah ditambahkan kanamisin, kemudian
diinkubasi selama ±16 jam pada 37oC dengan kecepatan 150 rpm, dimana tahap
ini sudah dilakukan oleh asisten sehingga praktikan melanjutkan tahap berikutnya.
Tahap isolasi plasmid berikutnya yaitu diambil 5 ml suspensi sel dan dilakukan
sentrifuse 10.000 rpm pada suhu 4oC selama 2 menit. Sentrifuse ini bertujuan
untuk memisahkan material selular (DNA) dengan cairan yang terdapat dalam sel
dan juga media LB sehingga semua material penyusun sel berada dalam pellet.
Hasil dari sentrifuse yaitu supernatan dan pellet.
Supernatan merupakan substansi hasil sentrifugasi yang memiliki berat
jenis yang lebih kecil. Pellet adalah adalah substansi hasil sentrifugasi yang
memiliki berat jenis yang lebih besar. Posisi supernatan berada pada lapisan atas
dengan warna yang lebih jernih dan pellet berada pada bagian bawah dengan
warna yang lebih keruh berupa endapan. Sel dari bakteri Escherichia coli akan
berada pada pellet sehingga supernatan harus dipisahkan dan dibuang melalui
proses sentrifugasi. Prinsip utama sentrifugasi adalah pemisahan substansi
berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal
sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi
yang lebih ringan akan terletak di atas. Hasil pelletnya diambil dan supernatannya
disimpan.
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pellet disuspensi dengan
menggunakan larutan I (campuran dari glukosa 50 mM, Tris-Cl 2.5 mM pH 8,
Na-EDTA 10 mM pH 8 sebanyak 100 mL) sebanyak 100 µL dan dihomogenkan
lalu didiamkan 5 menit. Penambahan ini berfungsi untuk melarutkan pellet.
Pendiaman ini dilakukan dengan tujuan agar reaksi berjalan dengan sempurna,
sehingga pellet benar-benar telah larut. Glukosa dapat berperan sebagai buffer
yang dapat mempertahankan pH. Larutan EDTA dapat menghambat DNAse.
Enzim DNAse merupakan enzim yang dapat mendenaturasi DNA. Larutan EDTA
dalam larutan buffer berperan sebagai agen pengkelat yang digunakan untuk
mengikat ion logam Ca2+ dan Mg2+. Logam ini merupakan kofaktor dari DNAse.
Kofaktor tersebut akan berikatan dengan EDTA membentuk kompleks. Kofaktor
yang berinteraksi dengan EDTA dalam buffer akan mengganggu kerja DNAase.
Keberadaan enzim DNAase sangat merugikan karena akan mengganggu proses
isolasi DNA. Hal tersebut akan memberikan kemungkinan yang sangat kecil
untuk terjadinya degradasi pada DNA yang akan diisolasi pada praktikum kali ini.
Tris-HCl berfungsi untuk menjaga pH larutan. Pellet dilarutkan atau
dihomogenkan dengan cara dikocok kemudian diketuk-ketuk selanjutnya
didiamkan agar reaksi atau proses isolasi dapat berlangsung dengan sempurna.
Pellet yang telah tersuspensi kemudian ditambahkan larutan II (NaOH 0,2
M, SDS 1%, ddH2O steril) sebanyak 200 µL dan dihomogenkan dengan cara
membolak-balik tabung Eppendorf. Penambahan ini dapat digunakan untuk
melisiskan dinding sel. SDS dapat merusak membran sel bakteri. Membran sel
yang akan dilisis yaitu pada bagian fosfolipid (lemak) dan protein. Komponen
penyusun sel akan keluar dari dalam sel ketika membran sel telah mengalami
kerusakan. Penambahan NaOH pada larutan II berfungsi untuk membuat sistem
dalam kondisi basa pada kisaran pH 12,0-12,5. Hal ini dikarenakan dengan
adanya perubahan pH akan menyebabkan proses denaturasi DNA plasmid dalam
sel bakteri E. coli. Ikatan hidrogen yang ada pada DNA plasmid akan terputus
dalam suasan pH tersebut. Hal tersebut akan membuat rantai double helix pada
DNA akan terbuka dan membentuk single helix. Campuran kemudian
dihomogenkan dan diinkubasi selama 15 menit. Inkubasi pada proses tersebut
berfungsi untuk melihat pertumbuhan atau perkembangbiakan pada
mikroorganisme.
DNA yang mengalami denaturasi harus direnaturasi karena DNA
merupakan produk yang akan diisolasi. Proses renaturasi DNA dilakukan dengan
penambahan larutan III yang terdiri atas kalium asetat, asam asetat glasial, dan
ddH2O dingin lalu diinkubasi dalam es selama 10 menit. Penambahan larutan III
untuk mempertahankan agar pH DNA plasmid tidak rusak. Kondisi larutan yang
awalnya basa kemudian berubah menjadi kondisi netral. Kalium asetat dapat
membantu terjadinya renaturasi plasmid dan mengendapnya single strand DNA
karena molekulnya yang besar dan tidak dapat larut dalam larutan dengan kadar
garam yang tinggi, kemudian diinkubasi selama 10 menit. Proses renaturasi pada
DNA berlangsung secara sempurna. Hal ini dikarenakan struktur DNA yang
merupakan DNA plasmid adalah sirkular. Proses pemisahan DNA dapat
dilakukan dengan cara sentrifuse. Proses sentrifugasi dilakukan kembali dengan
12.000 rpm setelah penambahan larutan III. Hasil yang diperoleh yaitu larutan
membentuk 2 fase dimana pada bagian atas (supernatan) dan bawah berupa
larutan tidak berwarna (pellet) dan bagian tengah berupa lapisan tipis emulsi.
Pemisahan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan berat molekul yang
signifikan diantara keduanya. DNA plasmid berada dalam supernatan dengan
berat molekul yang lebih kecil. Hasil pelletnya disimpan dan supernatannya
diambil. Supernatan yang diperoleh tidak berwarna. Hal tersebut menunjukkan
bahwa telah terjadi pengendapan secara sempurna sehingga tidak mencemari
supernatan. Perlakuan ini dilakukan pada suhu 4°C karena pada suhu ini proses
pemisahan atau proses reaksi berlangsung dengan sempurna.
Supernatan dipindahkan secara perlahan dengan menggunakan pipet
kedalam tabung Eppendorf baru yang steril dan ditambahkan campuran fenol :
kloroform : isoamil alkohol (25:24:1) sebanyak 1 kali volume total. Penambahan
ini bertujuan untuk menghilangkan protein dan pengotor-pengotor lain dalam
larutan. Pelarut organik akan mengikat, menarik, dan mempresipitasi protein
sehingga fase air yang terpisah akan mengandung DNA. Campuran kemudian
dikocok sampai terbentuk emulsi kemudian disentrifugasi lagi 12.000 rpm 2 menit
menghasilkan 2 lapis yang seharusnya 3 lapis. Lapisan fasa paling bawah adalah
fasa organik, fasa tengah adalah suatu emulsi putih dan fasa paling atas adalah
fasa cair. Bagian atas merupakan supernatan, kemudian dipindahkan dengan cara
mempipet secara hati-hati dalam tabung eppendorf baru yang steril, kemudian
dipekatkan dengan menambahkan etanol absolut dingin. Fungsi penambahan
etanol absolut yaitu untuk mengendapkan plasmid karena adanya perbedaan
polaritas. Penambahan etanol absolut harus dilakukan pada keadaan dingin
dengan tujuan agar banyak DNA plasmid yang mengendap. Prinsip pengendapan
dengan menggunakan etanol absolut dingin, yaitu pada saat penambahan garam
yaitu Na-asetat yang berfungsi sebagai penetral muatan pada gula fosfat DNA,
maka ion-ion seperti kation Na+ akan menyelimuti rantai DNA yang bermuatan
negatif. Gaya elektrostatik di dalam air antara ion positif (Na+) dan negatif (DNA)
masih lemah karena sebagian rantai DNA masih berikatan dengan air. Air
memiliki konstanta dielektrik yang tinggi, sehingga penambahan pelarut organik
seperti etanol dapat menurunkan konstanta dielektrik tersebut atau memperbanyak
ikatan DNA dengan Na+ sehingga membuat DNA lebih mudah terpresipitasi.
Langkah selanjutnya adalah diinkubasi selama 1 jam dan disentrifugasi
kembali menghasilkan pellet dalam jumlah yang sangat sedikit. Supernatan
dibuang dan dilakukan penambahan etanol 70% pada pellet. Fungsi penambahan
etanol adalah untuk menghilangkan pengotor (sisa-sisa larutan yang digunakan
untuk mengendapkan plasmid sebelumnya) sehingga diperoleh plasmid yang
murni. DNA dalam alkohol akan menggumpal sedangkan DNA dalam air akan
larut, tetapi protein tidak dapat larut dalam air. Proses terakhir yang disebut
dengan tahap presipitasi. Tahap presipitasi bertujuan untuk mengendapkan protein
histon, sehingga untai-untai DNA tidak lagi menggulung (coiling) dan berikatan
dengan protein histon, menyebabkan DNA menjadi terlihat. Hal tersebut dapat
terlihat dengan adanya benang-benang endapan DNA pada dasar tabung. Tabung
eppendorf dikeringkan dari etanol dengan cara membalikkan tabung dan
didiamkan selama 5 menit, kemudian pellet dilarutkan dalam 30 uL ddH2O.
Keberhasilan isolasi dapat diketahui dengan menggunakan elektroforesis gel
agarosa. Elektroforesis gel agarosa merupakan suatu teknik pemisahan
berdasarkan muatan dan ukuran molekul dengan menggunakan medan listrik
(Suryo, 2004). Proses elektroforesis dibantu dengan adanya kekuatan medan
listrik yang dialirkan pada suatu medium yang berisi sampel DNA. Aliran listrik
yang diberikan pada sel agarosa akan menyebabkan aliran elektron bergerak dari
sisi negatif menuju ke sisi positif. Kecepatan molekul yang bergerak pada medan
listrik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran molekul DNA, konsentrasi
gel, densitas muatan, pori-pori gel, dan tegangan listrik yang diberikan. Gel
agarosa digunakan karena memiliki keuntungan yaitu tekniknya relatif sederhana
dan penanganannya mudah. Gel agarosa mempunyai kemampuan untuk
memisahkan DNA dengan range ukuran 70 pb sampai 800.000 pb. Elektroforesis
dengan gel agarosa dijalankan secara horisontal inilah perbedaannya dengan
elektroforesis poliakrilamid yang dijalankan secara vertikal.
Gel agarosa 1,5% dibuat dengan melarutkan 0,375 g agarosa dalam 25 ml
buffer TAE (Tris Acetat EDTA) pH 8. Fungsi buffer bukan hanya untuk menjaga
pH agar tetap stabil, tetapi juga sebagai sumber ion untuk mendukung
konduktivitas. Gel agarosa dibuat untuk mempermudah molekul fragmen DNA
bergerak karena adanya perbedaan kekuatan ionik. Elektroforesis gel agarosa
berfungsi untuk analisis protein dan fragmen kecil asam nukleat dengan ukuran
sampai 350.000 Dalton (500 bp). Gel agarosa mempunyai pori yang kecil,
sehingga tidak cocok dengan molekul asam nukleat yang berukuran besar atau
molekul DNA utuh. Agarosa yang sudah larut didinginkan sampai kira-kira
temperatur 45°C, selanjutnya gel dituangkan pada cetakan dan dibiarkan
memadat. Tujuannya yaitu agar agarosa memadat dan dapat digunakan sebagai
media untuk melangsungkan elektroanalisis. Gel yang sudah terbentuk
dimasukkan ke alat elektroforesis kemudian ditambahkan running buffer. Running
buffer ditambahkan agar pergerseran gel semakin mudah saat dilakukan
elektroforesis. Sampel yang akan dielektrolisis dicampur dengan buffer yang
mengandung bromofenol biru (BPB) 0,25 (b/v) dan sukrosa 40 % (b/v).
Bromofenol biru ini dapat digunakan sebagai pewarna DNA sehingga dapat
digunakan untuk menentukan pergerakan DNA dalam agarosa. Elektrolisis
dilakukan dalam buffer TAE pada tegangan 75 volt. Pemberian voltase pada
proses elektroforesis mempengaruhi kecepatan dari pergerakan molekul DNA,
dimana semakin tinggi voltase yang diberikan maka semakin cepat dan mudah
molekul DNA beregarak. Molekul DNA terdapat gugus pospat yang bermuatan
negatif sehingga akan bergerak menuju area yang bermuatan positif. Ukuran DNA
yang kecil akan mudah bergerak sehingga migrasi lebih cepat dibandingkan
dengan DNA berukuran besar.
Proses running elektroforesis dihentikan ketika bromofenol biru bermigrasi
sampai ujung gel. Gel agrosa kemudian direndam dalam EtBr selama 3-5 menit.
EtBr disini berfungsi sebagai pewarna dimana zat ini nanti akan berinteraksi
dengan molekul DNA yang bersifat basa dan akan memunculkan warna orange
flouresance ketika disinari lampu UV. EtBr akan menginterkalasi diantara 2 untai-
untai DNA yang berpendar, sehingga muncul fragmen DNA yang memisah sesuai
ukurannya. Fragmen-fragmen DNA yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum isolasi DNA kromosom dan plasmid yaitu,
1. Isolasi DNA plasmid dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
reagen larutan. Larutan ini dapat digunakan untuk merusak (lisis) sel. DNA
yang telah diisolasi kemudian diuji dengan menggunakan teknik
elektroforesis dimana akan menghasilkan DNA plasmid yang memiliki 2
pita.
2. DNA plasmid memiliki bentuk yang berbeda dan berat molekul yang
berbeda cukup siginifikan. DNA palsmid memiliki struktur tersier yang
kaku. DNA ini dapat dipisahkan dari proses renaturasi dan sentrifugasi.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum isolasi DNA plasmid adalah praktikan harus lebih
disiplin selama melakukan percobaan di laboratorium. Praktikan harus mengusai
materi dan prosedur kerja dengan baik untuk mendapatkan hasil praktikum yang
sesuai dan baik serta dapat meminimalisir terjadinya keasalah. Praktikan harus
menggunakan lab safety use dan memperatikan SOP untuk menghindari
kesalahan dan kecelakaan kerja serta untuk mendapatkan data yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2004. Biology- 10th I'd.
USA: Pearson Eduaction Inc.
Cooper. 2000. The Tools of Biochemistry. USA: John Wiley and Sons.
Davis, L., M. Kuehl, & J. Battey. 1994. Basic methods: Molecular biology 2nd ed.
Norwola: Appleton & Lange.
Enny, Riadi W. 2003. Nilai Rujukan Sedimen Urin Secara Kuantitatif
Menggunakan Shih-Hyung Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Rsupncm. Jakarta: Universitas Indonesia.
Glick, B.R. and J.J. Pasternak. 2005. Molekuler Biotechnology, Principles and
applications of Recombinan DNA. Washinton D.C : ASM Press.
Goodenough.1988. Understanding DNA. Amsterdam: Academic Press.
Jack, R.C. 1995. Basic Biochemical Laboratory and Computing. New York:
Oxford University Press.
Jean, Francois Giot. 2010. Agarose Gel Electrophoresis – Aplications in Clinical
Chemistry. Journal of Medical Biochemistry 2010; 29 (1).
Kusuma, S.R.F. 2010. PCR. Makalah Fak. Farmasi. Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Lee, S.V., Bahaman, A.R. 2010. Modified gel preparation for distinct DNA
fragment analysis in agarose gel electrophoresis. Tropical Biomedicine
27(2): 351-354
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Pertama. Jakarta: Erlangga.
Mader, S. S. 1993. Biologi. Lowa : WM. C Brown Publisher.
Muladno. 2002. Teknik Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Rosalita, L. 2012. Pengaruh Penundaan Waktu Terhadap Hasil Urinalisis
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Sambrook J., E. F. Fritcs and Manicitis, T. 1989. Molecular Kloning
A Laboratory Manual. 2nd Edition. USA: Harbor Laboratory Press.
Standfield W.D., Jaime S.C., Raul J.C. 2006. Molecular and Cell Biology.
New York: Oxford University Press.
Sudiono H, dkk. 2006. Urinalisis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana.
Suharsono dan Widyastuti, U. 2006. Teknik Pengklonan Gen. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Suryo, 2004. Genetika Manusia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Surzycki, S.J. 2000. Basic Techniques in Molecular Biology. Springer-Verlag
Publisher ISBN 3-540-66678-8.
Yuwono, Triwibowo. 2008. Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga.