Anda di halaman 1dari 18

APORAN PRAKTIKUM ANALISIS PROKSIMAT

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari
bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Mulyono (2000),
menyatakan bahwa Analisis proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang
dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang
jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan
pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain
itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum
dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransum
tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat
makanan yang diperlukan.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul
Analisis proksimat adalah untuk mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang
akan diuji. Dan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam
menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat
mengetahui beragamnya kandungan dari setiap bahan pakan yang di analisis. Serta
bervariasinya persentase dari setiap kandungan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Adila, (2007) m e n y a t a k a n

bahwa

analisis

proksimat

a n a l i s i s terhadap suatu bahan yang menyangkut air, protein, lemak, abu dan serat.

adalah

Amrullah (2004), Analisa proksimat merupakan uji analisa suatu bahan pakan yang
telah lama ada dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrien dan nilai energi dari bahan
atau campuran pakan yang berasal dari bagian komponen bahan pakan tersebut (NRC,
1994). Analisa proksimat dibagi ke dalam enam fraksi zat makanan yaitu kadar air, abu,
protein kasar, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Anonymous, (2002) menyatakan bahwa analisis proksimat merupakan
analisis yang diambil dari bahan pakan yang menguap serta bahan yang
tinggal adalah bahan kering yang dapat dihitung pada penentuan kadar air.
Barry, (2004) yang menyatakan bahwa indikator dari daya cerna dan
bulkiness suatu bahan pakan merupakan inti utama dari serat kasar.
Buckle (2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak
adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase
cair.
Chandra (2001) Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan
hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak
monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki
kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa.
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih
terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.
Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan
dengan tanur disebut dengan abu(ash).
Haryanto, (2002) yang menyatakan bahwa Kadar air merupakan banyaknya air yang
terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan
karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air adalah perbedaan antara berat
bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara
terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya.
Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang.
Herman, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan kemudahan bagi
makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Jossemariee (2010), Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas


pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di
dalamnya.
Karmia (2004) Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak
menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari
komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya
sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian
analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk
digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400600 derajat Celcius.
Khairul (2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak
kasar adalah ekstraksi dari klorofil, xanthofil, dan karoten.
M. Syarif, (2000) penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui
kadar abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya
hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang, sisanya disebut abu.
Mulyono, (2000) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui
kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan
secara kimiawi dengan metode mendell.
Poetra, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang
tidak larut dalam H 2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang bertururturutdimasak selama 30 menit.
Poetra, (2007) juga m e n y a t a k a n b a h w a K a n d u n g a n s e r a t k a s a r y a n g
t i n g g i dalam makanan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut,
karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk dicerna.
Susi (2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat
makanan dikurangi persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Kadar
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Sutardi, (2009) yang menyatakan bahwa protein merupakan komponen penting y a n g
terdapat

dalam

makanan,

dari

hasil

penelitian

bahwa

p r o t e i n s a n g a t berkualitas tinggi.
Winarno, (2004) yang menyatakan bahwa Kandungan air dalam bahan makanan ikut
menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari
suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau

alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan
mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan
dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Dari dua pernyataan yang disampaikan bahwa KA sangat mempengaruhi
kualitas pakan.
.Yunus (2008) yang mengatakan bahwa kandungan yang ada pada lemak
kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat
yangterdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.

METODOLOGI PENGAMATAN
Waktu dan Tempat
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tahun 2013 tentang Analisis
Proksimat dilaksanakan pada hari Senin, 29 April sampai Sabtu 04 Mei 2013, pada pukul
14.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Fakultas
Peternakan Universitas Jambi.

Materi
Adapun materi yang di praktikumkan adalah Analisis proksimat. Alat yang digunakan
pada praktikum ini antara lain cawan porselem, eksikator, oven 105 0c, penjepit, neraca
analitik, tanur, pembakar bunzen, soxhlet, kertas saring bebas lemak, sarung tangan karet,
kapas bebas lemak, batu didih, pinset, corong, gelas piala, corong buchner, pompa vacuum,
pemanas listrik, kertas saring, labu dekstruksi, labu destilasi, destilator, labu Erlenmeyer,
biuret, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan pada praktikum analisis proksimat ini adalah bungkil kedelai,
klobot, tepung ikan, tepung kerabang telur, tepung kulit kerang, tepung kulit nenas,, tepung
kulit apel, ampas tahu, tepung legum stylo, tepung bagasse, dedak padi, katalis campuran,
indikator campuran ( Methyl red 0,1 % dan Bromcresol green 0,2 % dalam alkohol), pelarut
(kloroform), H2O4 pekat, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, NaOH 40%, NaOH 0,3 N , dan Aseton.
Metoda

Adapun metoda dalam praktikum Analisis Proksimat yaitu Penentuan Kadar Air,
adapun cara kerjanya adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan di dalam
oven selama 1 jam dengan temperatur 105 oC. kemudian didinginkan di dalam eksikator
sekitar 10-20 menit dan ditimbang ( C ). Sampel dihitung sebanyak 0,5-1 gram ( D ) dan
dimasukkan ke dalam cawan porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan
dalam open 105oC selama 112-16 jam. Cawan dan sampel ( E ) dikeluarkan dari oven dan
didinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat tetap.
Penentuan Kadar Abu, adapun cara kerjanya antara lain : cawan porselen yang telah
dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven sekitar 1 jam pada temperatur 105 o C. kemudian
didinginkan dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang dengan teliti ( F ). Sampel
ditimbang dengan teliti sebanyak 3 gram untuk sampel hijauan atau 5 gram untuk kosentrat
( G ) dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan
porselen hingga berasap. Bakar cawan porselen berisi sampel dan tanur bersuhu 600 oC.
biarkan sampel terbakar selama 3-4 jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih
semua. Setelah sampel bewarna putih semua, kemudian dinginkan dalam tanur pada suhu
120oC sebelum dipindahkan ke dalam eksikator. Setelah dingin timbang dengan teliti ( H ).
Penentuan Protein Kasar, adapun cara kerjanya antara lain : timbang sampel dengan
teliti sejumlah 0,3 gram ( I ) dan masukkan kedalam tabung destruksi. Tambahkan kira-kira
0,2 gram katalis campuran dan 5 ml H2SO4 pekat. Panaskan campuran tersebut dalam lemari
asam. Perhatikan proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi dihentikan
bila larutan sudah menjadi hijau terang atau jernih, lalu dinginkan dalam lemari asam.
Larutan dimasukkan ke dalam labu destilasi dan diencerkan dengan 60 ml aquades.
Masukkan beberapa buah batu didih. Tambahkan pelan-pelan melalui dinding labu 20 ml
NaOH 40 % dan segera hubungkan dengan destilator. Suling ( NH 3 dan air ) ditangkap oleh
labu erlenmeyer yang berisi 25 ml H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran ( methyl red
0,1 % dan bromcresol green 0,2 % dalam alkohol ). Penyulingan dilakukan hingga nitrogen
dari cairan tersebut tertangkap oleh H 2SO4 yang ada di dalam erlenmeyer ( 2/3 dari cairan
yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi letupan-letupan kecil atau erlenmeyer
mencapai volume 75 ml ). Labu erlenmeyer berisi sulingan diambil dan dititer kembali
dengan NaOH 0,3 N ( J ). Perubahan biru ke hijau menandakan titik akhir titrasi. Bandingkan
dengan titer blanko ( K ).
Di dalam praktikum analisis proksimat ini adapun cara kerja dari Penentuan Lemak
Kasar antara lain : timbang sampel dengan teliti sebanyak 1 gram 9 L ) dan bungkus dengan
kertas saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105cC selama 5 jam, dinginkan dalam

eksikator dan timbang ( M ). Sampel dimasukkan kedalam tabung ekstraksi soxhlet. Alat
soxhlet diisi dengan pelarut lewat kondensor dengan corong. Alat pendingin dialirkan dan
panas dihidupkan. Ekstraksi berlangsung selama 16 jam sempai pelarut pada alat soxhlet
terlihat jernih. Sampel dikeluarkan dari alat soxhlet dan keringkan ke dalam oven 105oC
selama 5 jam, kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang ( N ).
Adapun cara kerja dari Penentuan Serat Kasar antara lain : keringkan kertas saring
whatman No. 41 di dalam oven 105OC selama 1 jam dan timbang (O). timbang dengan teliti 1
gram ( P ) sampel masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50 ml H 2SO4 0,3 N dan
didihkan selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya
didalam corong buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vokum. Kertas saring
bersama residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml H2O
panas dan aseton. Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen bersih dan
kering dengan menggunakan oven. Cawan berisi sampel yang dikeringkan ke dalam oven
105oC sampai didapat berat yang konstan, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang ( Q ).
Pijarkan sampel dalam cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama isinya
dimasukkan ke dalam tanur 600oC selama 3-4 jam. Setelah isi cawan berubah menjadi abu
yang bewarna putih, diangkat, didinginkan dan ditimbag ( R ).
Penentuan Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

dengan cara

mengurangkan kandungan zat makanan dalam bahan pakan ( % abu, protein kasar, lemak
kasar, dan serat kasar) dari % BK bahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari
bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas
pakan atau bahan pangan terutama. Ditambahkan oleh pendapat Jossemariee (2010), Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama
pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Tujuan untuk
mengetahui komponen.
Menurut Karmia (2004) Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil
analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal
ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain

yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud.
Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup
memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Menurut Amrullah (2004), Analisa proksimat merupakan uji analisa suatu bahan
pakan yang telah lama ada dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrien dan nilai energi
dari bahan atau campuran pakan yang berasal dari bagian komponen bahan pakan tersebut
(NRC, 1994). Analisa proksimat dibagi ke dalam enam fraksi zat makanan yaitu kadar
air, abu, protein kasar, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Anonymous,
(2002) menyatakan bahwa analisis proksimat merupakan analisis yang diambil
dari bahan pakan yang menguap serta bahan yang tinggal adalah bahan kering
yang dapat dihitung pada penentuan kadar air. Menurut Adila, (2007) m e n y a t a k a n
bahwa

analisis

proksimat

adalah

analisis

terhadap suatu bahan yang

menyangkut air, protein, lemak, abu dan serat.

Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan


pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan
Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865,
dengan menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Metode ini didasarkan pada
komposisi susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Selanjutnya, metode ini terus
dipakai dan dikenal dengan nama analisis proksimat. Analisis Proksimat merupakan suatu
metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan
pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain
dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang
dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang
mendekati angka fraksi yang sesungguhnya.

Analisis proksimat menganalisis beberapa

komponen seperti zat makanan air (Bahan Kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak,
dan serat kasar. Di bawah ini adalah skema analisis wendee.

1. Kadar Air
Semua bahan pakan mengandung air, bahkan yang paling kering sekalipun. Untuk itu
sebelum dianalisis di hitung dulu kadar airnya. Defano (2000) menyatakan ditiap bahan
pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah
yang kecil.
Hasil Pengamatan
Kelompok

Bahan

KA

BK

Pakan
Bungkil

(gr)
29,57

(gr)
1

(gr)
30,45

(%)
12 %

(%)
88 %

II
III
IV

Kedelai
Klobot
Tepung Ikan
Tepung

27,46
39,50
25,17

1
1
1

28,43
40,19
26,17

3%
31 %
5%

97 %
69 %
95 %

Kerabang
V

Telur
Tepung Kulit

22,54

23,64

3%

97 %

VI

Kerang
Tepung Kulit

37,31

38,13

18 %

82 %

VII

Nanas
Tepung Kulit

22,79

23,55

24 %

76 %

VIII
IX

Apel
Ampas Tahu
Tepung

24,31
28,86

1
1

25,23
29,82

9%
4%

91 %
96 %

Legum Stylo
Tepung

22,60

23,47

13 %

87 %

Bagasse

XI

Dedak Padi

22,24

23,15

9%

91 %

Tabel.1. Kadar Air


Perhitungan kadar air :
Kadar Air (X,%) = (C +D) E x 100 %
D
Dari data bahwa sampel yang telah dilakukan dalam penganalisisan sebagian besar kadar
air yang didapat dibawah 15 % kecuali pada Tepung Ikan, tepung kulit nanas, dan tepung
kulit apel. Bahan pakan yang memiliki kadar air dibawah 15% peluang untuk terjadinya
kerusakan sangat kecil. Sedangkan pada bahan pakan yang mengandung kadar air yang lebig
dari 15 % peluang kerusakannya relative besar.

Kadar air ini didapat setelah bahan pakan

dikeringkan pada oven 1050c 12-16 jam. Hasil diatas sangat sesuai dengan pernyataan dari
Haryanto, (2002) yang menyatakan bahwa Kadar air merupakan banyaknya air yang
terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan
karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air adalah perbedaan antara berat
bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara
terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya.
Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Pernyataan Haryanto dikuatkan oleh
Winarno, (2004) yang menyatakan bahwa Kandungan air dalam bahan makanan ikut
menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari
suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau
alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan
mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan
dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Dari dua pernyataan yang disampaikan bahwa KA sangat mempengaruhi
kualitas pakan.
2. Kadar Abu
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 4-5 jam sehingga
seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah
menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-

mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral
dalam bahan.
Hasil Pengamatan
Kelompok

Bahan

Kadar

Pakan
Bungkil

(gr)
29,57

(gr)
1,01

(gr)
38,00

Abu (%)
8,72%

II
III
IV

Kedelai
Klobot
Tepung Ikan
Tepung

27,64
22,23
28,85

1,01
1,01
1,01

33,09
32,89
37,65

5,70%
10,9%
9,09%

Kerabang
V

Telur
Tepung

25,15

1,01

35,28

10,38%

VI

Kulit Kerang
Tepung

37,30

1,01

42,52

5,59%

VII

Kulit Nanas
Tepung

22,77

33,16

10,39%

VIII
IX

Kulit Apel
Ampas Tahu
Tepung

39,49
27,45

1,01
1,01

43,92
36,28

4,82%
9,10%

Legum Stylo
Tepung

24,31

1,01

34,17

9,86%

XI

Bagasse
Dedak Padi

18,07

1,01

30,18

12,29%

Tabel 2. Kadar Abu


Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah Dedak
Padi.
Perhitungan kadar abu :
Kadar Abu (%) = H - F x100%
G
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di
dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash). Menurut M. Syarif, (2000)
penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara
umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya
ditimbang, sisanya disebut abu.
3. Protein Kasar

Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini
didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen
yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein.
Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan
protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1).
Perhitungan protein kasar :
Protein kasar (%) = (K - J)x Norm NaOH x 0,014 x 6,25 x 100%
I
Hasil Pengamatan
Kelompok

Bahan

Protein Kasar

Pakan
Bungkil

(gr)
0,3

(gr)
21,5

(gr)
21,8

(%)
3%

II
III

Kedelai
Klobot
Tepung

0,3
0,3

21,7
15,3

21,8
21,8

1%
57%

IV

Ikan
Tepung

0,3

20,9

21,8

8%

0,3

20,1

21,8

15%

Kerabang
V

Telur
Tepung
Kulit

VI

Kerang
Tepung

0,3

21,8

21,8

13%

VII

Kulit Nanas
Tepung

0,3

21,5

21,8

3%

VIII

Kulit Apel
Ampas

0,3

20,3

21,8

11%

IX

Tahu
Tepung

0,3

20,7

21,8

10%

0,3

20,89

21,8

7,875%

0,3

18,4

21,8

30%

Legum
X

Stylo
Tepung

XI

Bagasse
Dedak Padi

Tabel 3. Protein Kasar


Penentuan Protein kasar ini dilakukan dengan tiga tahap pengerjaan yaitu (1)
Destruksi, (2) Destilasi, dan (3) Titrasi. Dari ketiga tahap pengerjaan tersebut didapatkan
hasil yang seperti tersebut diatas bahwa kandungan kadar protein kasar yang bisa dikatakan

berkualitas tinggi pada beberapa bahan pakan yaitu pada bahan dedak padi, tepung ikan, dan
tepung kulit kerang. Kualitas tinggi protein ini sangat berguna dan sangat baik untuk ternak.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sutardi, (2009) yang menyatakan bahwa protein
merupakan komponen penting y a n g

terdapat

dalam

makanan,

dari

h a s i l p e n e l i t i a n b a h w a p r o t e i n s a n g a t berkualitas tinggi.
4. Lemak Kasar
Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether)
selama 16 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan
adalah kloroform, eter, dan benzen. Akan tetapi yang digunakan pada praktikum ini adalah
pelarut klorofofrm. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah
pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam
oven suhu 105C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar
dari 105C, sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam
wadah ditentukan beratnya.
Perhitungan lemak kasar :
Lemak kasar % = M N x 100
L
Kelompok

Bahan

Lemak Kasar

Pakan
Bungkil

(gr)
1

(gr)
1,99

(gr)
1,37

(%)
62%

II
III
IV

Kedelai
Klobot
Tepung Ikan
Tepung

1
1
1

2,12
2,01
2,17

1,33
1,26
1,40

79%
76%
77%

Kerabang
V

Telur
Tepung

2,15

1,38

77%

VI

Kulit Kerang
Tepung

1,98

1,25

73%

VII

Kulit Nanas
Tepung

2,00

1,24

76%

VIII
IX

Kulit Apel
Ampas Tahu
Tepung

1
1

2,06
2,09

1,23
1,32

68%
77%

Legum Stylo
Tepung

2,02

1,28

34%

XI

Bagasse
Dedak Padi

2,03

1,26

77%

Tabel 4. Lemak Kasar

Buckle (2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak
adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase
cair. Khairul (2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak
kasar adalah ekstraksi dari klorofil, xanthofil, dan karoten. Kadar Lemak kasar yang didapat
dari tabel diatas merupakan hasil dari pengamatan terhadap bahan pakan diatas. Walaupun
lemak yang diperoleh bukan lemak murni karena campuran beberapa zat-zat diantaranya
klorofil,santofil, dan karoten. Lemak kasar ini ditentukan menggunakan alat soxhlet. Lemak
kasar ini juga adalah zat yang tidak dapat larut dalam air akan tetapi dapat larut pada pelarut
lemak seperti eter, kloroform, dan benzene. Pembahasan dan hasil diatas sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Yunus (2008) yang mengatakan bahwa kandungan yang
ada pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari
beberapa zat yangterdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.
Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung kedele. Ini dikarenakan
tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.
5. Serat Kasar
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan
asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan
nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan
prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa
merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik.
Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk
mencerna selulosa dan hemiselulosa. Chandra (2001).
Perhitungan serat kasar :
Serat kasar = Q R- O x 100%
P
Hasil Pengamatan
Kelompok

Bahan

Serat Kasar

Pakan
Bungkil

(gr)
0,96

(gr)
1

(gr)
19,38

(gr)
17,69

(%)
73 %

Kedelai

II
III
IV

Klobot
Tepung Ikan
Tepung

0,99
1,01
1,05

1
1
1

16,1436
25,87
16,4

14,86
24,67
15,05

29,36 %
19 %
29,5 %

Kerabang
V

Telur
Tepung Kulit

1,00

16,56

15,27

29 %

VI

Kerang
Tepung Kulit

0,99

28,88

23,45

43 %

VII

Nanas
Tepung Kulit

0,99

16,57

15,47

11 %

VIII
IX

Apel
Ampas Tahu
Tepung

1,08
1,08

1
1

17,76
15,07

12,27
13,67

34 %
32 %

Legum Stylo
Tepung

0,98

15,03

13,53

53 %

XI

Bagasse
Dedak Padi

1,00

16,071

14,89

18 %

Tabel 5. Serat Kasar


Kadar serat kasar dari tabel diatas menunjukkan bahwa serat kasarnya rendah .
Sehingga serat kasar yang didapatkan dari analisis ini dapat dikatakan pakan diatas dapat
mempermudah bagi ternak mencernanya. Sehingga tidak menghambat kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan ternak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Barry, (2004) yang menyatakan
bahwa indikator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan merupakan inti
utama dari serat kasar. Dan Herman, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar
merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan
oleh tubuh. Poetra, (2007) juga m e n y a t a k a n b a h w a K a n d u n g a n s e r a t k a s a r
y a n g t i n g g i dalam makanan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan
tersebut, karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk dicerna. Poetra, (2005)
menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam
H 2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit.
Mulyono, (2000) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar
serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara
kimiawi dengan metode mendell.
6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen
lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan
kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Susi (2001)

menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi
persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100% (%air + %abu + %serat kasar + %protein kasar + %lemak kasar).
Hasil Pengamatan
Kelompok

Bahan

%BK

%Abu

%PK

%LK

%SK

BK (%)

Pakan
Bungkil

88%

8,72%

3%

62%

73 %

2,66 %

II

Kedelai
Klobot

97%

5,70%

1%

79%

29,36 %

60,635

III

Tepung

69%

10,9%

57%

76%

19 %

%
57,64%

IV

Ikan
Tepung

95%

9,09%

8%

77%

29,5 %

42,86%

97%

10,38%

15%

77%

29 %

53,15%

Kerabang
V

Telur
Tepung
Kulit

VI

Kerang
Tepung

82%

5,59%

13%

73%

43 %

45,32%

VII

Kulit Nanas
Tepung

76%

10,39%

3%

76%

11 %

2,15%

VIII

Kulit Apel
Ampas

91%

4,82%

11%

68%

34 %

42,50%

IX

Tahu
Tepung

96%

9,10%

10%

77%

32 %

61,20%

Legum
X

Stylo
Tepung

87%

9,86%

7,875

34%

53 %

15,92%

XI

Bagasse
Dedak Padi

91%

12,29%

%
30%

77%

18 %

53,06%

Tabel 6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)


Penentuan kadar BETN ini memiliki kentungan atau kelebihan dan kerugiannya.
Keuntungan dari penentuan BETN yaitu tidak perlu lagi melakukan analisis dan bahkan
proses penetuannya mudah. Sedangkan kerugian dari penentuan BETN yaitu apabila salah

satu dari nilai yang didapat minus maka hasil yang akan ditentukan gagal. Dan Fatalnya lagi
harus melakukan pengulangan pada tahap penganalisisan tersebut.

PENUTUP
Kesimpulan
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari
bahan pakan atau pangan. Penentuan Kadar Air Menguapkan air yang terdapat dalam bahan
dengan oven dengan suhu 100-105C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang
terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Penentuan
kadar abu Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 4-5 jam
sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan
berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari
mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total
mineral dalam bahan. Penentuan kadar protein Penetapan nilai protein kasar dilakukan
secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang
terdapat dalam bahan. Kadar lemak Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan
dengan pelarut lemak (ether) selama 16 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa
pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang
terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian
dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105C.
Saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan
disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan menggunakan peralatan
laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah. 2004. Analisa Bahan Pakan. Universitas Hasanudin. Makassar
Anonymous. 2002. Wikipedia/Analisis-Proksimat/.html
Barry. 2004. Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Buckle. 2005. Analisis kandungan pakan. Institut Pertanian Bogor


Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Herman. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt111062.pdf
Karra , 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta
Khairul.2009 . Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Mulyono.2000. Metode Analisis Proksimat. Jakarta : Erlangga.
Susi . 2001. Analisis dengan Bahan Kimia . Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai