Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan tanaman rumput. Cara pengembangbiakan utama tanaman rumput
adalah dengan vegetatif, transisi, dan reproduktif. Fase vegetatif, batang sebagian besar
terdiri atas helaian daun. Leher helaian daun tetap terletak di dasar batang, tidak terjadi
pemanjangan selubung daun atau perkembangan kulmus, sebagai respon terhadap
temperatur dan panjang hari kritis, meristem apikal secara gradual berubah dari tunas
vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini disebut induksi pembungaan. Fase perubahan ini
disebut dengan fase transisi. Selama fase transisi helaian daun mulai memanjang.
Internodus kulmus juga mulai memanjang. Fase reproduktif (pembuangan) dimulai
dengan perubahan ujung batang dari kondisi vegetatif ke tunas bunga (Soetrisno et al.,
2008).
Pertumbuhan tanaman legum. Tanaman legum tumbuh dengan cara tipe semak, tipe
berkas, batang bersifat tegak atau decumbent, serambling, dan roset. Tipe semak yaitu
sebuah tangkai sentral dengan cabang-cabang samping muncul sepanjang batang utama
dengan cabang aksiler, Tipe berkas yaitu sebuah tangkai yang darinya muncul beberapa
batang dan tunas baru sehingga sulit mengidentifikasi batang utama. Batang bersifat tegak
atau decumben, merambat yaitu batang berkembang menjalar di atas permukaan tanah.
Serambling adalah banyak tanaman yang merambat tumbuh memanjat dan malingkari
obyek yang tinggi. Roset adalah bentuk vegetatif beberapa tanaman perennial
berkembang setelah berbunga (Soetrisno et al., 2008).
Rumput Gajah. Rumput Gajah merupakan jenis rumput yang sering dibudidayakan
sebagai pakan untuk ternak. Berat yang dimiliki oleh rumput gajah lebih rendah daripada
rumput raja. Intensitas pemotongan yang umum dilakukan untuk rumput gajah yaitu ruas
ketiga dari pangkal batang. Interval pemotongan pada umumnya 40 hari sekali pada
musim hujan dan 60 hari sekali pada musim kemarau (Rukmana, 2005).
B. RUMUSAN MASALAH
A. DEFENISI DEFOLIASI ?
B. DEFENISI MAKANAN TERNAK ?
C. KLASIFIKASI MAKANAN TERNAK ?
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MAKANAN
TERNAK ?
E. BAGAIMANA CARA PENGAWETAN BAHAN MAKANAN TERNAK ?
C. TUJUAN
A. UNTUK DAPAT MENGETAHUI DEFENISI DEFOLIASI
B. UNTUK DAPAT MENGETAHUI DEFENISI MAKANAN TERNAK
C. UNTUK DAPAT MENGETAHUI KLASIFIKASI MAKANAN TERNAK
D. UNTUK DAPAT MENGETAHUI FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSUMSI MAKANAN TERNAK

E. UNTUK DAPAT MENGETAHUI CARA PENGAWETAN BAHAN MAKANAN


TERNAK

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DEFOLIASI
Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas
permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri diwaktu
ternak itu digembalakan .Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang
ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri di
waktu ternak itu digembalakan.
Pada umumnya, semakin tua hijauan waktu dipotong, maka kadar serat kasar akan
meningkat dan kadar protein akan menurun karena makin meningkatnya senyawa-senyawa
bukan protein sebaliknya bertambahnya umur, produksi makin meningkat pada akhirnya
menyebabkan kandungan dan produksi protein semakin lambat suatu tanaman dipotong,
kandungan serat kasarnya semakin meningkat dan nilai gizinya semakin menurun.
Sebaliknya semakin panjang interval defoliasi, makin rendah kadar protein sedangkan kadar
seratnya semakin meningkat. Oleh karena itu, maka perlu diatur jarak antara pemotongan
pertama dan kedua dan selanjutnya, jarak defoliasi pada musim penghujan sebaiknya 40 hari
sekali dan musim kemarau 60 hari.
Frekuensi defoliasi perlu diatur oleh peternak, sebab setelah defoliasi, pertumbuhan
kembali tanaman memerlukan zat-zat yang kaya energi seperti gula dan pati. Pada interval
pemotongan yang panjang keadaan tidak mengkawatirkan tetapi pada interval pemotongan
pendek atau intensitas pemotongan yang tinggi maka karbohidrat dalam akar akan menurun
sehingga dapat mengganngu pertumbuhan kembali. Interval pemotongan yang pendek
menyebabkan tanaman memiliki kesempatan yang kecil untuk berfotosintesis. Cadangan
karbohidrat setelah defoliasi segera dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi. Zat
tersebut kemudian dipergunakan untuk pertumbuhan. Itulah sebabnya jarak antara
pemotongan (frekuensi defoliasi) yang pertama dan kedua perlu diatur baik-baik.
Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal yang sehat dan
kandungan gizi yang baik, defoliasi diharuskan dilakukan pada periode tertentu yakni pada
akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Di dalam praktek, biasanya defoliasi dilakukan 40
hari sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Kesemuanya hanya
bias dilakukan apabila pemeliharaan itu baik.
Perlu dijelaskan di sini bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan
kembali ialah adanya persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam
3

akar dan tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh proses
asimilasi. Segera setalah defoliasi karbohidrat ini dirombak oleh enzim tertentu menjadi
energi untuk pertumbuhan kembali.

Periode Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman hijauan bias dibedakan menjadi 3 periode, yaitu :
a. Periode perkecambahan atau awal pertumbuhan
Yaitu periode di mana tanaman mulai tumbuh. Jika defoliasi dilakukan pada periode
ini, maka hijauan tersebut nilai gizinya relative tinggi dan serat kasarnya pun masih rendah.
Untuk mempertahankan agar suplay hijauan tetap dalam keadaan muda, makam tanaman
harus sering dipotong. Tetapi defoliasi yang dilakukan pada periode ini kurang
menguntungkan, karena akan memperlemah pertumbuhan kembali, dengan demikian
tanaman tak ada kesempatan tumbuh kembali dengan baik, sehingga tanaman liar akan
tumbuh subur.
b.Periode vegetative
Periode vegetatif yaitu periode sesudah awal pertumbuhan sampai menjelang
berbunga. Jika defoliasi terhadap tanaman dilakukan pada periode ini sungguh sangat tepat
atau merupakan saat pemotongan yang optimal, sebab :

1.

kandungan nilai gizi tananam masih cukup tinggi, belum banyak yang hilang menjadi buah
(biji)

2.

kandungan serat kasarnya belum begitu tinggi.

3.

Kesempatan untuk tumbuh kembali masih baik.

4.

Rasanya masih enak (palatable)


c. Periode berbuah
Yakni periode di mana tanaman sudah mulai membentuk biji. Pada periode ini
kandungan serat kasar tanaman sangat tinggi. Hal ini kiranya bias dimaklumi karena semakin
tua tanaman akan semakin banyak serabut yang digenangi oleh lignin yang mengeraskannya,
sehingga kebanyakan dari sel-sel tanaman itu diselubungi oleh zat yang tak dapat dicerna dan
itulah sebabnya nilai gizi makanan akan menurun pula. Dengan sebagian besar zat-zat
makanan yang berguna bagi keperluan hewan sudah hilang untuk pembentukan biji. Maka
suatu hal yang kurang tepat apabila defoliasi itu dilakukan pada periode ini.

Tinggi rendahnya batang yang ditinggalkan


Pada saat tanaman rumput itu dipotong, bagian tanaman yang ditinggalkan tidak boleh
terlalu pendek atau terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan,
pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan makinlambat, karena persediaan energi
(karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada tunggul pun semakin sedikit. Sehingga
kesempatan berasimilasinya tanaman pun menjadi semakin berkurang. Demikian pula
sebaliknya jika pada saat defoliasi itu bagian tanaman yang ditinggalkan terlalu tinggi pun
tidak benar. Sebab hal ini akan memberikan kesempatan terhadap pertumbuhan tunas batang
saja, tetapi pertumbuhan anakan tak bias berkembang. Itulah sebabnya maka dianjurkan
kepada para peternak agar benar-benar memperhatikan hal ini. Sebagai pedoman untuk
rumput gajah, benggala 10 cm dari atas tanah, rumput setaria 5 cm.
Contoh penerapan defoliasi pada tanaman jagung.Ditingkat petani, budidaya tanaman
jagung sangat bervariasi. Pada saat tanaman jagung menjelang masa penuaan (senescence),
tanaman dibiarkan tua sampai menjelang panen, tetapi ada pula yang melakukan perompesan
(defoliasi) di bawah tongkol dan topping (memotong bagian tanaman jagung di atas tongkol,
berupa daun dan batang). Perlakuan defoliasi dan topping ini dapat mengurangi hasil panen
jika dilakukan secara sembarangan tanpa memperhatikan fase-fase pertumbuhan tanaman
secara tepat.
Perompesan daun di bawah tongkol dilakukan untuk mengefisienkan proses
fotosintesis yang terjadi pada daun tua yang menyebabkan terjadinya kelembaban, juga
dimaksudkan untuk menekan terjadinya persaingan internal dalam asimilasi, asimilasi yang
diproduksi oleh daun akan didistribusikan ke seluruh bagian tanaman yang membutuhkannya.
Keberadaan daun dapat membantu kelancaran asimilat, namun dapat pula menjadi pengguna
hasil asimilat.
Perompesan daun untuk keperluan pakan dapat dilakukan menjelang panen dengan
ciri-ciri seluruh biji sudah sempurna terbentuk, embrio sudah masak, dan pengisian bahan
kering dalam biji akan segera berhenti. Selain itu dapat pula dilakukan selama masa
vegetative tanaman dengan memperhatikan nilai LAB (Laju Asimilasi Bersih). Perlakuan ini
dapat menekan serangan penyakit daun seperti karat (Southern Rust) dan hawar
daun Helminthosporium yang sering menyerang tanaman jagung mulai dari daun paling
bawah. Sedangkan topping biasanya dilakukan menjelang jagung dipanen, sehingga lahan di
bawah jagung tua dapat segera ditanami dengan tanaman jagung lagi atau tanaman polongpolongan. Tujuannya adalah supaya sinar matahari dapat menyinari tanaman yang baru
5

ditanam sehingga tanaman dapat tumbuh baik tanpa kekurangan radiasi matahari. Dengan
demikian masa tanam untuk tanaman susulan dapat dipercepat. Selain itu, hasil brangkasan
daun ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Topping ini dapat mempercepat masa
panen 5-7 hari. Namun demikian, perompesan (defoliasi) dan topping yang tidak tepat waktu
dapat mengurangi hasil sekitar 15-20%.

B. PENGERTIAN MAKANAN TERNAK


Makanan ternak/pakan ternak adalah semua bahan yang diberikan kepada ternak
berupa campuran bahan organik dan anorganik untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan
zat makanan bagi fungsi dan produksi ternak yang dimanifestasikan dalam bentuk
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.
Salah satu tujuan industri peternakan adalah mengubah makanan menjadi produk
ternak yang dapat dimanfaatkan oleh mausia. Untuk dapat berproduksi, ternak harus
menerima cukup gizi untuk memelihara tubuhnya.
Ditinjau dari aspek ekonomis, pakan berperan sangat strategis pada usaha peternakan,
karena biaya pakan dapat mencapai 70% dari biaya produksi. Jika bahan makanan yang
murah biasanya adalah bahan yang tidak dikonsumsi oleh manusia dan mudah didapatkan di
daerah tersebut.

Zat makanan adalah zat gizi yang terkandung dalam bahan makanan yang dibutuhkan
ternak untuk dapat hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Zat-zat makanan tersebut
adalah: air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Jadi pakan merupakan salah
satu faktor yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Adapun faktor lainnya adalah
bibit ternak, kandang, penyakit ternak, limbah dan panen.

C. KLASIFIKASI MAKANAN TERNAK

Makanan ternak dikelompokan menjadi beberapa golongan yaitu berdasarkan asal,


berdasarkan bentuk, dan berdasarkan kandungan zat makanan.
Klasifikasi Berdasarkan Asal:
1.

Pakan nabati : pakan yang berasal dari tumbuhan/tanaman dengan kandungan


karbohidratnya tinggi dari pakan hewani, tapi kualitas proteinnya lebih rendah dari pakan
hewani dan juga mengandung asam amino yang lebih rendah dari pakan hewani.
contoh : jagung, bungkil kedele, dedak, rumput, bungkil, kelapa dll.

Pakan hewani : pakan yang berasal dari hewan dengan kandungan dan kualitas
proteinnya tinggi dari pakan nabati dan mengandung asam amino yang lebih tinggi dan
seimbang dibandingkan pakan nabati, kandungan lemak cukup tinggi, dan kandungan mineral
juga cukup tinggi.
contoh : tepung ikan, tepung bekicot, cacing tanah, tepung buku, tepung darah dll.
Klasifikasi Berdasarkan Bentuk:

1.

Bahan makanan bentuk asli


Diberikan pada ternak seperti bentuk asalnya dalam keadaan segar dan biasanya
dicincang/potong-potong lebih dahulu.
contoh: umbian, hijauan, empelur sagu, dll.

2.

Bahan makanan bentuk tepung dan remah (mash)


untuk bahan makanan ini hasil dari penggilingan atau olahan.
contoh : jagung halus, tepung Ikan, dedak halus, dll.

3.

Bahan makanan bentuk crumble dan pellet

Modifikasi dari bentuk tepung berbentuk slinder (pellet) dan bentuk cairan (crumble)
dilakukan pemadatan dan pencetakan pakan tepung menjadi butiran-butiran.
4.

Bahan makanan bentuk butiran


Bentuk asli atau pecahan kasar dari buah sercelia dan leguminansia.
contoh : jagung pecah, padi, juwawut, kacang hijau, dll.
Klasifikasi berdasarkan kandungan zat makanan:

1.

Hijauan kering
Hijauan kering adalah rumput dan daun-daunan leguminosa yang sengaja dikeringkan agar
dapat disimpan dalam waktu yang lama dan digunakan sebagai cadangan bahan pakan ternak
pada musim kekurangan pakan. Kelas hijauan kering dan jerami mengikut sertakan semua
hijauan dan jerami yang dipotong dan dirawat, dan produk lain dengan > 10 % atau > 18 %
BK serat kasar tinggi dan mengandung lebih dari 35 % dinding sel. Beberapa bahan pakan
yang termasuk hijauan kering dan jerami adalah jerami amoniasi, jerami kacang tanah, klobot
jagung, kacang hijau, daun lamtoro, glirisidia, ketela rambat,dan kulit nanas.

2.

Pastura dan Hijauan Segar


Pastura dan hijauan segar merupakan hijauan yang dipanen atau belum, dan diberikan ke
ternak dalam keadaan segar (bentuk daun-daunan), dan kadang masih bercampur dengan
ranting dan bunganya. Kandungan airnya >65% (70-80 %) dan sisanya adalah bahan kering
dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ternak. Gamal adalah tanaman yang
berasal dari Amerika Latin. Daun gamal dapat digunakan sebagai pakan ternak, tanaman
peneduh dan pembasmi alang-balang. menyatakan bahwa pohon gamal merupakan tumbuhtumbuhan yang berukuran sedang atau berbentuk pohon kecil, batangnya bercabang-cabang
dan tumbuh ranting serta daun. Tinggi pohon gamal dapat mencapai 25 m dan dapat
dikembangkan dengan stek atau biji. Ternak kambing dan domba umumnya menyukai gamal,
tetapi pada musim kemarau hampir semua ternak herbivora menyukainya. Beberapa spesies
gamal yang terkenal adalah Glirigedea maculata. Tetapi semua spesies memiliki bau yang
khas dan daun gamal memiliki rasa pahit bila dimakan, daun gamal tidak selalu diberikan
dalam bentuk segar tetapi juga dapat dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada
ternak. Pohon turi banyak ditemukan di pulau Jawa. Pohon ini ada dua macam yaitu yang
berbunga putih dan yang berbunga merah. Susunan zat-zat makanan daun turi yang berbunga
putih adalah 40,62 % protein, 5,66 % lemak, 33,38 % BETN, 10,67 % serat kasar dan 11,20
8

% abu. Tetapi, kedua macam daun turi tersebut memiliki bau khas yang sama yaitu khas daun
turi, keduanya juga memiliki bentuk daun yang hampir sama yaitu helaian serta agak kaku
dan memiliki ras pahit apabila dimakan. Daun turi juga digunakan oleh manusia sebagai salah
satu bahan pangan hijauan yang memiliki nilai gizi tinggi. Dan macam-macam hijauan segar
lainnya, yaitu daun jagung, pucuk tebu, nangka, daun singkong, ketela rambat, leguminosa,
eceng gondok, dll.
3.

Silase
Silase merupakan hijauan segar yang dipotong-potong dan disimpan dalam silo dengan
tujuan diberikan kepada ternak pada waktu sulit didapatkan atau pada musim paceklik. Kelas
ini menyebutkan silase hijauan (jagung, alfafa, rumput dan sebagainya). Tetapi tidak silase
ikan, biji-bijian dan umbi-umbian. Tujuan pembuatan silase antara lain sebagai bahan pakan
pada musim paceklik, untuk menampung dan memanfaatkan kelebihan produk hijauan dan
mendayagunakan sisa hasil pertanian dan hasil ikutan pertanian. Silase memiliki bentuk
kasar, warna hijau dan agak asam karena proses fermentatif. Silase hijauan pakan merupakan
bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami proses fermentasi di dalam silo
anaerob, dan mengandung bahan kering 30-35 %. Silase hijauan pakan memiliki warna hijau
tetapi seperti aslinya dan bentuk tidak berubah. Silase hijauan pakan memiliki bentuk kasar
dan berbau wangi asam. Hal ini disebabkan karena pengaruh bahan yang digunakan untuk
memfermentasi hijauan ini.

4.

Sumber Energi
Bahan makanan sumber energi pada umumnya merupakan bahan pakan yang mempunyai
kadar protein sekitar 12 % ( <18% ) dimana 75-80 % dapat dicerna. Penyusun utama bahan
makanan sumber energi adalah karbohidrat, yang masih utuh berupa biji biasanya bagian
merupakan pati yang daya cernanya sekitar 95 % serta mempunyai kadar serat kasar yang
bervariasi yang dapat mempengaruhi daya cerna. Termasuk kelompok ini adalah bahan-bahan
dengan serat kasar kurang dari 18 % atau dinding sel kurang dari 35 %.
Nasi aking merupakan bahan pakan sumber energi. Penyusun utamanya adalah karbohidrat.
Selain itu, nasi aking juga mengandung protein yang baik untuk tubuh ternak. Nasi aking
biasanya digunakan sebagai pakan ternak unggas terutama bebek atau itik. Berikut ini
contoh-contoh dari bahan pakan sumber energi, yaitu jagung, sagu, ampas sagu, dedak
jagung, ampas kecap, dedak padi, karak, gaplek, ubi jalar, dll.

5.

Sumber Protein
Bahan pakan sumber protein adalah bahan pakan yang kandungan protein nya >18% yang
terdiri dari dua sumber yaitu protein yang berasal dari sumber hewani dan yang berasal dari
sumber nabati. Sumber protein nabati terutama dari jenis kacang-kacangan dan dari jenis
leguminosa. Sumber protein hewani diantaranya adalah BR 1, BR 5 dan pellet. Ampas kecap
termasuk sumber protein nabati karena bahan bakunya adalah biji kedelai. Ampas kecap
mengandung protein 24,9 %, 24,3 % lemak, 0,39 % kalsium dan 0,33 fosfor. Ampas kecap
bisa diberikan secara langsung (tanpa diproses lagi) sebagai pakan ternak dengan jumlah 20
% dari ransum.
Makanan ini bentuknya seperti butiran. Bentuk makan ini pun memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya adalah merangsang selera makan, sebab ayam tertarik kepada
makanan yang berbentuk butiran. Sedangkan tiap pellet memiliki kandungan gizi yang sama.
Makanan pelet tak mudah melekat pada tempat makan dan paruh, sehingga tak ada makanan
yang tercecer. Selain itu, ayam juga tidak memilih-milih makanan. Kekurangannya yaitu
harganya relatif mahal. Kemungkinan terjadi kerusakan beberapa zat makanan tertentu
sewaktu terjadi proses pembuatan. Ayam juga akan lebih banyak minum. Contoh: tepung
ikan, tepung kepala udang, tepung kepala kepiting, tepung limbah, dll

6.

Sumber Mineral
Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan
kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat sedikit
tetapi sangat vital, teutama pada proses tumbuh dan bereproduksi penyusunnya yaitu kalsium
dan fosfor. Apabila ternak kekurangan bahan pakan yang mengandung mineral maka dapat
menyebabkan pertumbuhannya lambat. Salah satu sumber kalsium dan fosfor yang sering
digunakan di Indonesia pada tahun 1960-1970 adalah tepung kerang yang sampai saat ini
masih digunakan oleh penyusun ransum. Tepung kerang digunakan sebagai sumber kalsium
yang penting untuk unggas pedaging dan unggas yang sedang bertelur dengan kadar kalsium
yang cukup besar yaitu 38 % dan kandungan nutrien lainnya yaitu 1,2 % BETN, 46,7 % PK,
dan 86 % BK. Kulit kerang diperlukan lebih banyak dalam ransum untuk ayam petelur yang
bereproduksi tinggi sehingga dapat menahan telur dalam saluran telur dalam waktu yang
relatif singkat. Tepung kulit kerang memiliki warna hitam keabuan, berbau amis karena
termasuk dalam hewan laut dan memiliki rasa asin. Contoh: tepung tulang, tepung kerang,
kapur, garam dapur, zeolit, batu-batuan tertentu,dll.

10

7.

Sumber Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik, biasanya tidak disintesis oleh jaringan tubuh dan
diperlukan dalam jumlah sedikit. Vitamin ini digunakan sebagai koenzim atau regulator
metabolisme. Vitamin digolongkan menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan
vitamin yang larut dalam air. Vitamin A, D, E, K adalah vitamin yang larut dalam lemak.
Sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah tiamin, ribofialin, asam nukleat, folasin,
boitin dan asam pentotenat. Sedangkan vitamin C tidak dapat disintesis oleh tubuh jadi sangat
diperlukan dalam ransum. Vitachick merupakan preparat sintesis yang mengandung vitamin
C yang berbentuk serbuk atau tepung dan berwarna kuning keorangean. Vitachick terdapat
komposisi vitamin dan zat-zat tambahan lain yang diperlukan oleh ternak khususnya unggas.
Proses metabolisme vitachick dibutuhkan tetapi dalam ransum zat ini tidak digunakan pada
kebanyakan hewan ternak. Vitachick memiliki bau yang khas obat karena berasal dari bahanbahan kimia sehingga memiliki rasa pahit bila dimakan. Meskipun pahit, tetapi vitachick
dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan dari perkembangan ternak dan diberikan sesuai
dengan dosis. Contoh: minyak ikan, premix, dll.

8.

Zat additif
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan
kedalam ransum dalam jumlah sedikit, seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obatobatan lainnya. Meskipun bukan tergolong sebagai bahan pakan, namun bahan additif hampir
tidak terpisahkan dengan praktik peternakan modern karena sangat bermanfaat secara
ekonomi, untuk mendukung secara efisiensi penggunaan pakan.

11

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MAKANAN


TERNAK
Ada banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan ternak, faktor-faktor tersebut yaitu:
1.

Temperatur Lingkungan
Teori ini berlandasan bahwa ternak akan makan untuk mempertahankan panas dan akan
berhenti makan untuk mencegah hyperthermia. Panas yang diproduksi dari hasil pencernaan
dan

metabolisme

makanan

adalah

merupakan

signal

dalam

pengaturan

makan.

Thermoreceptor sensitif terhadap perubahan panas yang terjadi di anterior hipothalamus dan
juga di periperal kulit. Sebagai bukti, pada daerah panas ternak akan mengurangi makannya
untuk menurunkan produksi panasnya.
Makin tinggi temperatur semakin rendah kebutuhannya akan bahan pakan, karena terjadi
kelebihan panas, begitu pula sebaliknya bila tempat temperature rendah maka akan semakin
tinggi kebutuhan pakannya.
2.

Palatibilitas
Penginderaan penglihatan, penciuman, perabaan dan perasa memiliki peran yang penting
dalam menstimulasi selera makan manusia, dan mempengaruhi jumlah makanan yang
dicerna. Pada hewan penginderaan memiliki peran yang lebih kecil dari pada manusia.
Palatabilitas adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih dan dimakan.
Pengertian palatabilitas berbeda dengan konsumsi. Palatabilitas melibatkan indera
penciuman, perabaan dan perasa. Pada ternak peliharaan memperlihatkan prilaku mengendus
(sniffing) makanan.
Kebanyakan hewan memiliki preferensi menyukai makanan tertentu, terutama jika memiliki
kesematan memilih. Contohnya, anak babi muda lebih menyukai larutan gula dibandingkan
air, sementara unggas tidak bisa membedakan rasa manis, tapi tidak dapat mencerna larutan
garam dengan konsentrasi berlebih.

3.

Selera
Kalau selera ini sangat berpengaruh dari kondisi internal sendiri, apakah keadaan lapar atau
tidak, bila dalam keadaan lapar maka selera ternak akan naik dengan sendirinya, bahkan bila
keadaan ini sering terjadi ternak bisa mengkonsumsi lebih dari yang di butuhkan dan ini
berbahaya untuk ternak.
12

4.

Status fisiologis
Tingkat konsumsi ternak sangat di pengaruhi status fisiologi si ternak dari kelamin, umur,
dan kondisi kesehatan ternak.

5.

Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang paling berpengaruh dalam pakan adalah energy, makin tinggi
energy makin sedikit pakan yang di konsumsi ternak, sebaliknya, semakin rendah energy
semakin banyak yang dikonsumsi ternak.

6.

Bentuk pakan
Ternak lebih suka pakan yang dalam bentuk butiran dari pada hijauan yang di beri utuh,
karena ini berhubungan dengan kemampuan ternak mencerna.

7.

Bobot tubuh
Kemampuan pakan ternak sangat di pengaruhi oleh bobot tubuh si ternak, semakin besar
bobotnya semakin besar kemampuan mengkonsumsi pakan.

8.

Produksi
Kemampuan ternak dalam konsumsi pakan sangat bergntung dengan apa yang sedang di
produksinya, baik produksi berat badan ( PBB ) ,Susu, woll dan lain lain, hal ini akan
mempengaruhi berapa banyak ternak akan mengkonsumsi pakan.
E. CARA PENGAWETAN BAHAN MAKANAN TERNAK
Pengawetan bahan pakan ternak bisa dilakukan dengan banyak cara, berikut ini
penjelasan tentang pengawetan bahan pakan ternak, yaitu:

1.

Hay
Hay adalah hijau yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar diberikan kepada ternak.
Cara pembuatannya: Hijauan dipotong (copper) kemudian langsung dibawa kepenjemuran.
Hijauan tersebut disebarkan tipis dan setiap 2 jam terus dibolak balik, usahakan pada
penjemuran berlangsung dalam waktu singkat sehingga kadar air menjadi 15 20 % setelah
kering dikumpul, pres dan diikat untuk memudahkan tempat penyimpanan.
13

Hay yang baik : Warna hijau kekuningan, baunya harum, bentuk daun masih utuh, tidak
berjamur.
2.

Silage
Silage adalah hijauan yang disimpan dalam bentuk segar diawetkan dalam silo.
Cara pembuatannya :Hijauan yang dibuat silage dipotong pendek 6 cm agar
memudahkan pemadatan dalam penyimpanan, dilayukan sampai kadar air 6070 %,
kemudian bahan pengawetan 45 % ( dedak/tetas). Campuran tersebut diaduk sehingga rata
dimasuk kedalam silo sedikit demi sedikit secara bertahap sambil diinjakinjak sampai
melebihi permukaan silo ditutup rapat sehingga udara dan air tidak masuk ke dalam silo.
Silage yang baik : Rasa dan bau asam, Warna masih hijauan bukan coklat, Tidak berjemur,
tidak berlendir, tidak menggumpal.

3.

Amoniasi
Amoniasi adalah proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak dan
penambahan unsur dengan mengunakan gas (NH3) dari urea untuk meningkat kualitas dari
limbah jerami.
Cara membuat :Seluruh jerami dimasuk kedalam silo sedikit demi sedikit sambil dinjak
injak agar menjadi padat. Buatlah larutan dalam ember berisi 400 liter air dengan
memasukkan 60 kg urea diaduk sampai larut. Siramkan larutan urea tersebut kedalam silo
yang berisi jerami.Tutup permukaan silo dengan plastik diikat dengan rapi hingga benar
benar kedap udara. Setelah satu bulan silo dapat dibuka dan jerami sudah matang. Jerami
tersebut harus dianginkan selama 2 hari sebelum diberikan pada ternak.
Amoniasi baik : Bau urea (amoniak), struktur lembut, tidak jamur.

4.

Jerami fermentasi
Fermentasi yaitu perombahan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologi sehingga
bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi
lebih efesien. Untuk jerami 100 kg dibutuhkan starbio 6 kg dan urea 6 kg (0,6 %).
Cara pembuatan :Siapkan tempat yang teduh (terhindar dari panas matahari langsung dan
hujan).Taruh dan susun jerami dengan ketebalan 30 cm.Tebarkan starbio dan urea sesuai
dengan perbandingan secara merata.siram dengan air bersih (digembor) secara merata diatas
tebaran starbio dan urea (agar terjadi reaksi) usahakan kadar air 60 % apabila jerami masih
basah (baru disabit/dipotong) siram air tidak terlalu banyak apabila jerami sudah kering siram
14

air perlu sampai air membasahi lapisan jerami.Langkah 2,3,4 ulang saling sampai jerami
memenuhi tempat,minimal 1,5 meter tingginya.Setelah selesai menumpuk jerami tunggu
waktu selama 21 hari,hasil jerami dibongkar dan dianginkan (jemur) agar buanya hilang.hasil
jerami fermentasi saiap diberiakan pada ternak (sapi,kambing,kerbau) dan ternak lain yang
membutuhkan HPT atau untuk disiapkan untuk persediaan.untuk menghemat tempat
penyimpanan dan memudahkan distribusi jerami fermentasi dipres memakai mesin pres
jerami.
Fermentasi jerami yang baik :Mempunyai protein 12 % dan TDN 70 % bau harum.

15

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas
permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri diwaktu
ternak itu digembalakan .Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman
yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu
sendiri di waktu ternak itu digembalakan.
Makanan ternak/pakan ternak adalah semua bahan yang diberikan kepada ternak
berupa campuran bahan organik dan anorganik untuk menunjang dan memenuhi
kebutuhan zat makanan bagi fungsi dan produksi ternak yang dimanifestasikan dalam
bentuk pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.

B.

16

17

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, 1980, Ilmu Makanan Ternak Umum, Gramedia, Jakarta.
Soedomo Reksohadiprodjo, 1995, Pengantar Ilmu Peternakan Tropik, BPFE, Yogyakarta.
Edjeng Suprijatna, dkk, 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas, Penebar Swadaya, Depok.
Crampton and harris, 1969. Applied animal nutrition. Lea & fabiger, Philadelphia.
Website
http://indrajoniilmupeternakanuinsuskariau.blogspot.com
http://www.agromaret.com
http://info-peternakan.blogspot.com
http://saryanto-93.blogspot.com
http://www.saungdomba.com
http://yprawira.wordpress.com
http://khepshux.blogspot.com
http://perdanaangga.wordpress.com

18

Anda mungkin juga menyukai