PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap pertumbuhan Impatiens
balsamina L?
2. Bagaimana pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan Impatins balsamina
L?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman pacar air atau Impatiens balsamina Linn adalah tanaman anggota Famili
Balsaminaceae. Tanaman pacar air adalah tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki
bunga yang berwarna putih, merah, ungu atau merah jambu. Tinggi tanaman ini bisa
mencapai satu meter dengan batangnya yang tebal dan daunnya yang bergerigi tepinya.
Tanaman ini memiliki tangkai pendek, daun tunggal, setaip daun berbentuk memanjang
lanset, ujung dan pangkal runcil, pertulangan menyirip dan warna hijau muda, tepi bergigi.
Bagian bawah membentuk roset akar. Luas daun ± 2-4 inci. Pangkal daun bergigi tajam dan
runcing (Dalimartha, 2003)
Bentuk buah elips. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji
berbentuk bulat kecil dan berwarna hitam. Tanaman pacar air merupakan tanaman berakar
serabut (Steenis, 2008; Dalimartha, 2003)
3
semula berada pada kondisi dorman (penjelasan mengenai dorman akan dibahas pada
poin berikutnya) akan mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan
embrio berkembang menjadi tumbuhan muda yang dikenal sebagai kecambah.
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan
hipogeal dan epigeal. Pada pacar air terjadi tipe perkecambahan epigeal, dimana
hipokotilnya tumbuh memanjang sehingga kotiledon dan pulmulanya terdorong keluar
permukaan tanah. Sedangkan pada hipogeal, kotiledon dan pulmulanya akan tetap
tinggal di dalam tanah.
Organ pertama yang muncul dari biji yang bergerminasi adalah radikula atau
akar embrionik.
2.1.1. Dormansi
Menurut Fitri Ikayanti, SP (2012) pada benih dikenal istilah dormansi yaitu
suatu keadaan benih mengalami masa tidur atau dorman dimana benih tidak akan
mengalami pertumbuhan atau perkecambahan walaupun ditanam dalam kondisi yang
optimum. Dormansi (dari kata latin yang berarti tidur) adalah kondisi laju metabolik
yang teramat rendah dan penundaan pertumbuhan serta perkembangan (Campbell &
Reece, 2008)
Secara umum menurut Aldrich (1984) dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe :
innate dormancy (dormansi primer), induced dormancy (dormansi sekunder), dan
enforced dormancy. Sedangkan menurut Sutopo (1985) dormansi dikelompokkan
menjadi 2 tipe : dormansi fisik dan dormansi fisiologis
2.1.2. Imbibisi
Dalam bahasa latin Imbibisi artinya minum, imbibisi berarti kemampuan
dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari luar sel, dalam hubungannya
dengan pengambilan zat oleh tumbuhan. Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat
penting karena menyebabkan peningkatan kandungan air benih yang diperlukan
untuk memicu perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah
(Asiedu et al., 2000). Jika proses ini terhambat maka per- kecambahan juga akan
terhambat.
Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya imbibisi antara lain
konsentrasi air, tekanan hidrostatik, daya intermolekular, luas permukaan biji yang
kontak dengan air, komposisi kimia, tingkat kemasakan, dan suhu.
4
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2015) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun
individu.Kartini Kartono mendefinisikanpengertian pertumbuhan dan perkembangan sebagai
perubahan secara fisiologis,sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsungsecara normal peredaran waktu tertentu.
d. Gas Etilen
Gas etilen atau hormon etilen merupakan hormon tumbuhan yang secara
umum berbeda dengan hormon lainnya seperti auksin, sitokinin dan giberelin.
Etilen dalam keadaan normal berbentuk gas. Etilen merupakan suatu senyawa
kimia yang dihasilkan oleh tanaman pada saat proses pemasakan dan dapat
menguap (Salisbury and Ross, 1995 dalam Ravis Asra, 2020). Gas etilen
memiliki fungsi antara lain: merangsang proses pematangan buah,
mempercepat penuaan serta mengubah warna khas pada sayuran-sayuran dan
beberapa buah contoh pada mentimun dan kol, bersama asam absisat
merangsang absisi atau pengguguran daun (Ravis Asra, 2020).
e. Asam Traumalin
6
Asam traumalin termasuk salah satu hormon yang berpengaruh terhadap
pembentukan cambium gabus ketika sebuah tumbuhan mengalami luka yang
disebabkan oleh gangguan fisik. Maka dari itu, asam traumalin ini termasuk
hormon hipotetik yaitu gabungan dari beberapa aktivitas hormon. Asam
traumalin berfungsi dalam memperbaiki jaringan yang terluka pada tumbuhan.
f. Asam Absisat
g. Kalin
Hormon kalin merupakan salah satu hormon yang letaknya ada di jaringan
meristem tumbuhan. Pada dasarnya, fungsi utama dari hormon ini adalah
untuk memacu pertumbuhan berbagai macam organ tumbuhan, mulai dari
akar, batang, daun, bunga hingga buah. Hormon kalin dibagi menjadi beberapa
jenis tergantung pada fungsi dan letaknya. Pertama, rizokalin merupakan jenis
hormon kalin yang fungsi utamanya adalah sebagai perangsang dan
pembentuk bagian akar dari sebuah tumbuhan. Jenis akar yang bisa dirangsang
dan dibentuk oleh hormon ini mulai dari akar primer hingga akar sekunder.
Berikutnya, kaulokalin merupakan jenis hormon yang berfungsi untuk
merangsang pembentukan batang pada sebuah tumbuhan. Hormon kaulokalin
ini pertumbuhan batang tanaman akan semakin baik. Batang yang bertumbuh
dengan baik akan bisa menopang tanaman tersebut secara keseluruhan.
Filokalin merupakan jenis hormon yang berfungsi sebagai perangsang
pembentukan dan pertumbuhan daun. Jenis hormon kalin yang satu ini juga
berperan penting pada perkembangan sebuah tanaman. Hal tersebut terjadi
sebab daun merupakan tempat tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Serta
7
Antokalin merupakan jenis hormon yang berfungsi sebagai perangsang
terjadinya proses pembuahan dalam sebuah tumbuhan. Hal tersebut
disebabkan karena antokalin adalah asam yang akan merangsang bunga pada
tumbuhan untuk berkembang hingga siap ke tahap pembuahan.
2.3 Etiolasi
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, etiolasi adalah pertumbuhan tumbuhan yang
sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil
dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya
matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu
banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini hormon auksin bekerja dengan baik
karena tumbuhan tidak terkena cahaya.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
BAB IV
F = Tingkat pertumbuhan
S = Panjang batang hari pertama
S’= Panjang batang hari terakhir
𝛥T = Jarak antara kedua hari
10
Tabel 4.1. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Air Terhadap Rata – Rata Panjang Batang
Pacar Air (Impatiens balsamina L.)
Keterangan :
Gelas 2, 4, 6 merupakan kontrol yang tidak diberi air sama sekali. Gelas 1,3, 5
diberikan perlakuan berupa penyiraman dua hari sekali. Gelas 1 dan gelas 2
diletakkan pada tempat dengan intensitas cahaya tinggi. Gelas 3 dan gelas 4
diletakkan pada tempat dengan cahaya redup. Gelas 5 dan gelas 6 diletakkan
pada tempat gelap.
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa tanaman pacar air yang
memperoleh intensitas cahaya matahari lebih tinggi (Gelas 1 dan Gelas 2) memiliki tingkat
pertumbuhan batang yang lebih lambat dibandingkan dengan yang tumbuh di tempat gelap
dan tempat dengan cahaya redup. Karena berdasarkan perhitungannya nilai F gelas 3, 4, 5
dan gelas 6 lebih besar >5% dibandingkan gelas 1 dan gelas 2 yang diletakkan pada tempat
dengan intensitas cahaya matahari tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa semakin tinggi
intensitas cahaya matahari akan semakin memperlambat pertumbuhan tanaman pacar air
(Impatiens balsamina L.)
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas juga dapat diketahui bahwa tanaman pacar air yang
memperoleh perlakuan penyiraman dua hari sekali memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman pacar air yang tidak diberi perlakuan serupa (Gelas 2, 4,
11
6). Karena berdasarkan perhitungannya, nilai F gelas 1, 3, dan 5 lebih besar >5%
dibandingkan nilai F gelas 2, 4, 6. Sehingga dapat dilihat bahwa pemberian air memberi
pengaruh membantu pertumbuhan tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.).
Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa seluruh biji mendapat perlakuan berupa
perendaman dalam air selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk menonaktifkan masa
dormasi (tidur) biji sehingga bias mulai berkecambah. Air dalam proses ini berperan dalam
imbibisi yang kemudian mengaktifkan hormon giberlin yang kemudian memengaruhi protein
– protein amilase supaya mulai mengubah cadangan makanan pada endosperma menjadi
energi.
Pada kecambah yang diletakkan pada tempat gelap mengalami proses etiolasi. Hormon
auksin yang berperan dalam pemanjangan batang dan akar akan terhambat kerjanya apabila
terkena sinar matahari karena auksin pada tanaman yang terkena cahaya matahari akan
mengalami kerukasan dan penghambatan kerja akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi
lebih lambat. Sebaliknya, tanaman yang tida terkena cahaya matahari, auksinnya tidak akan
terhambat kerjanya maupun rusak sehingga pertumbuhan menjadi lebih cepat. Hal ini
membuktikan adanya faktor internal dan eksternal yang saling berkatian memengaruhi
pertumbuhan tanaman pacar air. Karena tidak adanya sinar matahari maka tumbuhan tidak
dapat melakukan fotosintesis. Hal ini membuat seluruh energi tanaman difokuskan untuk
pertumbuhan. Inilah yang menyebabkan pertumbuhan sampel pada tempat gelap lebih cepat
dibanding yang diletakkan pada tempat dengan intensitas cahaya tinggi. Akan tetapi, sampel
yang diletakkan di tempat gelap tadi batangnya menjadi kurang kokoh serta menguning
akibat tingginya kadar etioplas dan rendahnya klorofil. Ketidaktersediaanya cahaya matahari
membuat tanaman pada tempat gelap menjadi tidak dapat berfotosintesis sehingga nutrisi
yang didapat oleh tanaman pada tempat gelap ini kurang dan tumbuhannya pun menjadi
kurang kokoh.
12
BAB V
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut :
1) Pertumbuhan tanaman pacar air dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang
saling berkaitan
2) Pertumbuhan tanaman pacar air dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari.
Cahaya matahari dalam hal ini berperan untuk membantu fotosintesis sehingga
tanaman memiliki energi untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Selain itu, adanya
cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menghambat kerja salah satu
hormon pertumbuhan pada tanaman pacar air yaitu hormon auksin, sehingga
tanaman pacar air yang terpapar cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan
lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman pacar air yang
tumbuh pada tempat gelap
3) Pertumbuhan pacar air juga dipengaruhi oleh ketersediaan air. Air disini membantu
proses perkecambahan tanaman dan menjadi salah satu bahan untuk pembuatan
makanan oleh tumbuhan. Sehinga ketidaktersediaan air akan menghambat
pertumbuhan pacar air.
5.2 Saran
Makalah ini memang diakui memiliki banyak kekurangan terkait dengan pembahasan
yang kurang mendalam dalam beberapa unit analisis. Kekurangan penelitian ini dapat
menjadi gagasan untuk penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
akan memberikan saran terkait analisis yang dihasilkan. Berikut ini beberapa saran yang
diberikan peneliti terkait dengan penelitian dalam makalah ini.
Disarankan untuk kebutuhan penelitian selanjutnya mungkin dapat meneliti lebih jauh
tentang pengaruh faktor internal dan ekternal terhadap pertumbuhan tanaman pacar air
dan bagaimana faktor internal dan ekternal tersebut bias sangat berkaitan. Hal ini
dilakukan untuk dapat melengkapi informasi yang ada terkait pertumbuhan pacar air
sehingga bisa menjadi contoh untuk penelitian-penelitan maupun percobaan berikutnya.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Asra, Revis. 2020. Hormon Tumbuhan. Jakarta: Uki Press
Campbel, Neil A. 2008. Biology 8th edition. Jakarta: Erlangga
Hartiwi, Yudhani W. 2017. “Pertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Kacang Hijau
(Vigna radiata L.) pada Kadar Air yang Berbeda dalam AGROTROP: Journal
on Agriculture Science (halaman 117 – 129). Denpasar: Fakultas Pertanian
Universitas Udayana.
Wiraatmaja, I Wayan. 2017. Zat Pengatur Tumbuh Giberelin dan Sitokinin. Denpasar:
Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Rajab, Muhammad A. 2016. “ Pengaruh Pertumbuhan Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dengan Perlakuan dan Pemberian Media Air yang Berbeda” dalam
PERBAL: Jurnal Pertanian Berkelanjutan volume 4. Palopo : Universitas
Pertanian Cokroaminoto.
Widyawati, Nugraheni. 2009. “Permeabelitas dan Perkecambahan Benih Aren” dalam
J. Agronomi Indonesia volume 37 (halaman 152 – 158). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
15