Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman pacar air (Impatiens balsamina L) merupakan tanaman yang berasal dari
Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman pacar air sangat mudah ditemukan dan banyak
dibudidayakan di Bali, khususnya Desa Blahkiuh. Hal ini dikarenakan bunga pacar air
memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Blahkiuh. Mulai dari
sebagai tanaman hias hingga sarana persembahyang menjadikan kebutuhan akan bunga ini
juga cukup besar. Namun kebutuhan akan bunga pacar air ini dapat terpenuhi dengan ada
banyaknya petani yang membudidayakan tanaman ini serta daur hidup dan pertumbuhan
tanaman pacar air ini yang cepat semakin menunjang kebutuhan masyarakat terhadap
tanaman satu ini.
Namun pada bulan-bulan tertentu, banyak petani pacar air yang memilih untuk
beralih ke tanaman lain untuk ditanam. Hal ini karena di bulan-bulan tertentu, tanaman pacar
air mudah busuk, kering, atau bahkan tidak tumbuh sama sekali yang kemudian menimbulkan
kerugian pada para petani. Pada bulan-bulan tersebut masih memungkinkan para petani untuk
menanam pacar air, akan tetapi dibutuhkan biaya ekstra untuk perawatan dan membeli
pupuk-pupuk tertentu untuk menunjang pertumbuhannya. Padahal pada hari-hari biasanya,
tumbuhan pacar air termasuk tumbuhan yang mudah dan terjangkau dalam hal perawatannya.
Pertumbuhan pacar air yang berbeda pada bulan-bulan tertentu ini disebabkan oleh
kondisi cuaca, serta faktor-faktor lainnya. Pada bulan-bulan tertentu, kondisi cuaca di daerah
Blahkiuh sangat cerah, jarang hujan, udara kering dan intensitas cahaya mataharinya tinggi.
Sedangkan di bulan-bulan lainnya, curah hujan sangat tinggi, intensitas cahaya matahari
rendah, dan suhu yang dingin. Hal inilah yang melatar belakangi penelitian tentang
pertumbuhan pacar air ini, untuk mengetahui pengaruh cahaya dan ketersediaan air terhadap
pertumbuhan tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) serta untuk mengetahui faktor-
faktor lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman.
Alasan dipilihnya tanaman pacar air sebagai objek penelitian ini karena tanaman
pacar air sangat mudah ditemukan di Bali khususnya Blahkiuh. Selain itu pertumbuhan dan
daur hidup tanaman ini yang cepat memudahkannya menjadi objek penelitian.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap pertumbuhan Impatiens
balsamina L?
2. Bagaimana pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan Impatins balsamina
L?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh intensitas
cahaya matahari dan ketersediaan air terhadap pertumbuhan Impatiens balsamina L serta apa
saja faktor-faktor eksternal yang memengaruhi pertumbuan Impatiens balsamina L.

1.4. Manfaat Penlitian


Penelitian ini memiliki manfaat agar siswa mengetahui apa saja yang memengaruhi
pertumbuhan tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari – hari.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L.)

Tanaman pacar air atau Impatiens balsamina Linn adalah tanaman anggota Famili
Balsaminaceae. Tanaman pacar air adalah tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki
bunga yang berwarna putih, merah, ungu atau merah jambu. Tinggi tanaman ini bisa
mencapai satu meter dengan batangnya yang tebal dan daunnya yang bergerigi tepinya.

Gambar 2.1 Tanaman Pacar Air

Tanaman ini memiliki tangkai pendek, daun tunggal, setaip daun berbentuk memanjang
lanset, ujung dan pangkal runcil, pertulangan menyirip dan warna hijau muda, tepi bergigi.
Bagian bawah membentuk roset akar. Luas daun ± 2-4 inci. Pangkal daun bergigi tajam dan
runcing (Dalimartha, 2003)
Bentuk buah elips. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji
berbentuk bulat kecil dan berwarna hitam. Tanaman pacar air merupakan tanaman berakar
serabut (Steenis, 2008; Dalimartha, 2003)

2.2.1 Germinasi (Perkecambahan) Tanaman Pacar Air


Germinasi atau perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu
tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang

3
semula berada pada kondisi dorman (penjelasan mengenai dorman akan dibahas pada
poin berikutnya) akan mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan
embrio berkembang menjadi tumbuhan muda yang dikenal sebagai kecambah.
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan
hipogeal dan epigeal. Pada pacar air terjadi tipe perkecambahan epigeal, dimana
hipokotilnya tumbuh memanjang sehingga kotiledon dan pulmulanya terdorong keluar
permukaan tanah. Sedangkan pada hipogeal, kotiledon dan pulmulanya akan tetap
tinggal di dalam tanah.
Organ pertama yang muncul dari biji yang bergerminasi adalah radikula atau
akar embrionik.

2.1.1. Dormansi
Menurut Fitri Ikayanti, SP (2012) pada benih dikenal istilah dormansi yaitu
suatu keadaan benih mengalami masa tidur atau dorman dimana benih tidak akan
mengalami pertumbuhan atau perkecambahan walaupun ditanam dalam kondisi yang
optimum. Dormansi (dari kata latin yang berarti tidur) adalah kondisi laju metabolik
yang teramat rendah dan penundaan pertumbuhan serta perkembangan (Campbell &
Reece, 2008)
Secara umum menurut Aldrich (1984) dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe :
innate dormancy (dormansi primer), induced dormancy (dormansi sekunder), dan
enforced dormancy. Sedangkan menurut Sutopo (1985) dormansi dikelompokkan
menjadi 2 tipe : dormansi fisik dan dormansi fisiologis

2.1.2. Imbibisi
Dalam bahasa latin Imbibisi artinya minum, imbibisi berarti kemampuan
dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari luar sel, dalam hubungannya
dengan pengambilan zat oleh tumbuhan. Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat
penting karena menyebabkan peningkatan kandungan air benih yang diperlukan
untuk memicu perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah
(Asiedu et al., 2000). Jika proses ini terhambat maka per- kecambahan juga akan
terhambat.
Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya imbibisi antara lain
konsentrasi air, tekanan hidrostatik, daya intermolekular, luas permukaan biji yang
kontak dengan air, komposisi kimia, tingkat kemasakan, dan suhu.
4
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2015) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun
individu.Kartini Kartono mendefinisikanpengertian pertumbuhan dan perkembangan sebagai
perubahan secara fisiologis,sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsungsecara normal peredaran waktu tertentu.

2.2.1 Hormon Pertumbuhan Tanaman


Hormon pada tumbuhan,atau dikenal juga dengan fitohormon adalah
sekumpulan senyawa organik bukan hara(nutrient),baik yang terbentuk secara alami
maupun dibuat manusia,yang dalam kadar sangat kecil(dibawah satu mikromol
perliter)dapat mendorong,menghambat atau
mengubah,petumbuhan,perkembangan,dan pergerakan (taksis)tumbuhan. Berikut ini
terdapat beberapa jenis-jenis hormon pada tumbuhan,
a. Auksin
Auksin merupakan hormon yang dapat memacu pemanjangan sel yang
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Konsentrasi auksin
lebih banyak terdapat pada daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi tanaman
(batang) yang tidak terkena cahaya akan mengalami pertumbuhan yang lebih
cepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya
auksin ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem
tunas apikal, dan daun-daun muda. Fungsi auksin pada umumnya yaitu :
merangsang pertumbuhan akar dan mempertahankan sifat geotropisme dari
batang, merangsang pertumbuhan akar lateral dari serabut akar sehingga
meningkatkan penyerapan air dan mineral, merangsang pembelahan sel
kambium vaskuler, berpengaruh pada pemanjangan, pembelahan, dan
diferensiasi sel.
b. Giberelin
Fungsi penting giberelin yang lain adalah dalam hal mematahkan
dormansi/mempercepat perkecambahan, dengan cara GA yang dihasilkan di
embrio masuk ke lapisan aleuron dan disana menghasilkan enzim amylase.
Enzim ini kemudian masuk ke endosperm, disana merubah pati menjadi gula
dan energi. Selain itu hormone giberelin juga berfungsi untuk mobilisas
5
makanan selama perkecambahan, merangsang buah tanpa biji (parthenocarpy)
dan pembungaan.
c. Sitokinin

Para ahli fisiologi memberikan nama sitokinin sebagai wujud


penggambaran akan fungsinya dalam hal memacu pembelahan sel
(sitokinesis). Sitokinin merupakan senyawa yang memiliki struktrur seperti
adenin yang mampu memacu terjadinya pembelahan sel. Selain ditemukan
pada jamur (fungi), bakteri, RNA organisme prokariotik dan eukariotik,
sitokinin dapat pula ditemukan pada spesies tanaman tingkat tinggi. Sitokinin
dapat ditemui pada beberapa spesies tanaman tingkat tinggi sebagaimana pula
pada jamur (fungi), bakteri, RNA prokariotik dan eukariotik. Bakteri dan
jamur patogen mengandung sitokinin yang berpengaruh dalam proses
penyebaran penyakit. Namun sitokinin disini tidak berperan sebagai patogen,
justru sitokinin berperan positif dalam hubungan mutualistik dengan
tumbuhan. Contohnya dalam pembentukan mikoriza dan bintil-bintil akar
(Revis Asra, 2020).

Hormon sitokinin memiliki fungsi yaitu : memberi efek anti penuaan,


memacu pembesaran sel pada kotiledon, memacu perkembangan kloroplas
dan sintesis klorofil, mengendalikan pembentukan dan perkembangan tumor
pada batang, bersama giberelin memecah masa dormansi pada biji.

d. Gas Etilen

Gas etilen atau hormon etilen merupakan hormon tumbuhan yang secara
umum berbeda dengan hormon lainnya seperti auksin, sitokinin dan giberelin.
Etilen dalam keadaan normal berbentuk gas. Etilen merupakan suatu senyawa
kimia yang dihasilkan oleh tanaman pada saat proses pemasakan dan dapat
menguap (Salisbury and Ross, 1995 dalam Ravis Asra, 2020). Gas etilen
memiliki fungsi antara lain: merangsang proses pematangan buah,
mempercepat penuaan serta mengubah warna khas pada sayuran-sayuran dan
beberapa buah contoh pada mentimun dan kol, bersama asam absisat
merangsang absisi atau pengguguran daun (Ravis Asra, 2020).

e. Asam Traumalin

6
Asam traumalin termasuk salah satu hormon yang berpengaruh terhadap
pembentukan cambium gabus ketika sebuah tumbuhan mengalami luka yang
disebabkan oleh gangguan fisik. Maka dari itu, asam traumalin ini termasuk
hormon hipotetik yaitu gabungan dari beberapa aktivitas hormon. Asam
traumalin berfungsi dalam memperbaiki jaringan yang terluka pada tumbuhan.

f. Asam Absisat

Menurut Campbell et al (2008) dalam siklus hidupnya, tumbuhan selalu


memiliki masa dimana pertumbuhannya diperlambat dan mengambil masa
istirahat (dormansi) guna meperoleh keuntungan. Berbeda dengan golongan
hormon tumbuhan lainnya, asam absisat merupakan hormon yang kerjanya
menghambat pertumbuhan dan bersifat antagonis dengan golongan hormon
lainnya (seperti auksin dan giberelin). Fungsi asam absisat antara lain:
berfungsi dalam mempertahankan dormansi biji, merangsang proses absisi
(pengguguran daun), regulasi stomata, memengaruhi pertumbuhan dan
perkembanga embrio, dan menghambat pembelahan sel pada kambium
pembuluh.

g. Kalin
Hormon kalin merupakan salah satu hormon yang letaknya ada di jaringan
meristem tumbuhan. Pada dasarnya, fungsi utama dari hormon ini adalah
untuk memacu pertumbuhan berbagai macam organ tumbuhan, mulai dari
akar, batang, daun, bunga hingga buah. Hormon kalin dibagi menjadi beberapa
jenis tergantung pada fungsi dan letaknya. Pertama, rizokalin merupakan jenis
hormon kalin yang fungsi utamanya adalah sebagai perangsang dan
pembentuk bagian akar dari sebuah tumbuhan. Jenis akar yang bisa dirangsang
dan dibentuk oleh hormon ini mulai dari akar primer hingga akar sekunder.
Berikutnya, kaulokalin merupakan jenis hormon yang berfungsi untuk
merangsang pembentukan batang pada sebuah tumbuhan. Hormon kaulokalin
ini pertumbuhan batang tanaman akan semakin baik. Batang yang bertumbuh
dengan baik akan bisa menopang tanaman tersebut secara keseluruhan.
Filokalin merupakan jenis hormon yang berfungsi sebagai perangsang
pembentukan dan pertumbuhan daun. Jenis hormon kalin yang satu ini juga
berperan penting pada perkembangan sebuah tanaman. Hal tersebut terjadi
sebab daun merupakan tempat tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Serta

7
Antokalin merupakan jenis hormon yang berfungsi sebagai perangsang
terjadinya proses pembuahan dalam sebuah tumbuhan. Hal tersebut
disebabkan karena antokalin adalah asam yang akan merangsang bunga pada
tumbuhan untuk berkembang hingga siap ke tahap pembuahan.
2.3 Etiolasi
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, etiolasi adalah pertumbuhan tumbuhan yang
sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil
dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya
matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu
banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini hormon auksin bekerja dengan baik
karena tumbuhan tidak terkena cahaya.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : biji tumbuhan pacar air
(Impatiens balsamina L.), gelas plastik, kapas, spidol, air, dan mistar.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di rumah salah satu siswa anggota kelompok penulis yang
terletak di Banjar Ulapan II, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal. Penelitian dilaksanakan
selama sepuluh hari mulai dari tanggal 29 Juli 2021 sampai dengan 8 Agustus 2021 dengan
timeline kegiatan dirincikan dalam tabel 3.2.1 pada lampiran.

3.3 Cara Kerja dan Langkah – Langkah


Rendam biji tumbuhan pacar air selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk menonaktifkan
masa dormansi biji sehingga bisa mulai bergerminasi. Kemudian siapkan enam buah gelas
plastik, beri tanda di masing masing gelas dengan nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6. Masukan kapas ke
dasar gelas. Kapas ini nantinya akan berfungsi sebagai media tumbuh dari biji pacar air.
Setelah itu, basahi kapas pada gelas nomer 1, 3, 5 dan biarkan kapas pada gelas 2, 4, 6 tetap
kering. Letakan gelas 1 dan 2 di halaman dengan intensitas cahaya tinggi, kemudian letakkan
gelas nomer 3 dan 4 di tempat dengan cahaya yang redup. Terakhir, letakkan gelas 5 dan 6 di
tempat yang gelap. Setelah semua persiapan selesai, selanjutnya dilakukan pengamatan,
pengukuran, dan dokumentasi pertumbuhan biji pacar air (Impatiens balsamina L.). Lakukan
penyiraman kepada gelas 1, 3, dan 5 dua hari sekali.

3.4 Parameter yang Diamati


Parameter yang diamati adalah panjang batang (mm) pengukuran dilakukan dari leher
akar sampai titik tumbuh, setiap satu hari sekali selama sepuluh hari.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Hipotesis


- Hipotesis 0:tidak ada pengaruh intensitas cahaya matahari memperlambat
pertumbuhan dan pengaruh air membantu pertumbuhan kecambah Impatiens
balsamina L.
- Hipotesis 1: ada pengaruh intensitas cahaya matahari memperlambat pertumbuhan
dan pengaruh air membantu pertumbuhan kecambah Impatiens balsamina L.
Hipotesis ini diuji dengan cara meletakkan dua buah gelas berisi biji pacar air yang telah
disiapkan sebelumnya di tiga tempat dengan intensitas cahaya berbeda. Hal ini digunakan
untuk menguji pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan tanaman pacar air. Dari dua
sampel yang diletakkan pada tiap lokasi, salah satu berperan sebagai kontrol dan salah
satunya diberi perlakuan berupa penyiraman dengan air dua hari sekali untuk mengetahui
pengaruh air terhadap pertumbuhan.
Hipotesis 0 akan dinilai benar apabila tingkat pertumbuhan semua gelas sama.
Sedangkan hipotesis 1 akan dinilai benar apabila tingkat pertumbuhan sampel yang diberi
perlakuan air>5% dari tingkat pertumbuhan kontrol dan sampel yang diletakkan di tempat
dengan intensitas cahaya lebih tinggi <5% dari tingkat pertumbuhan tanaman pacar air di
tempat gelap.
Adapun penghitungan tingkat pertumbuhan dilakukan dengan

F = Tingkat pertumbuhan
S = Panjang batang hari pertama
S’= Panjang batang hari terakhir
𝛥T = Jarak antara kedua hari

4.2 Hasil Penelitian


Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan pacar air (Impatiens
balsamina L.) diperoleh hasil bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin
memperlambat pertumbuhan tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) dan pemberian air
membantu pertumbuhan pacar air dapat dilihat pada tabel 4.1:

10
Tabel 4.1. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Air Terhadap Rata – Rata Panjang Batang
Pacar Air (Impatiens balsamina L.)

Hari Rata - Rata Panjang Batang (dalam milimeter)


No.
Ke Gelas 1 Gelas 2 Gelas 3 Gelas 4 Gelas 5 Gelas 6
1 0 0 0 0 0 0 0
2 1 0 0 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0 0 0
4 3 5 0 10 0 10 0
5 4 10 0 15 0 15 0
6 5 10 1 20 0 30 0
7 6 20 1 35 1 50 0
8 7 20 2 50 1 70 2
9 8 20 2 60 2 100 3
10 9 20 3 60 2 110 5
11 10 30 5 70 3 130 7
Tingkat
3 0,5 7 0,3 13 0,7
Pertumbuhan (F)

Keterangan :
Gelas 2, 4, 6 merupakan kontrol yang tidak diberi air sama sekali. Gelas 1,3, 5
diberikan perlakuan berupa penyiraman dua hari sekali. Gelas 1 dan gelas 2
diletakkan pada tempat dengan intensitas cahaya tinggi. Gelas 3 dan gelas 4
diletakkan pada tempat dengan cahaya redup. Gelas 5 dan gelas 6 diletakkan
pada tempat gelap.

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa tanaman pacar air yang
memperoleh intensitas cahaya matahari lebih tinggi (Gelas 1 dan Gelas 2) memiliki tingkat
pertumbuhan batang yang lebih lambat dibandingkan dengan yang tumbuh di tempat gelap
dan tempat dengan cahaya redup. Karena berdasarkan perhitungannya nilai F gelas 3, 4, 5
dan gelas 6 lebih besar >5% dibandingkan gelas 1 dan gelas 2 yang diletakkan pada tempat
dengan intensitas cahaya matahari tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa semakin tinggi
intensitas cahaya matahari akan semakin memperlambat pertumbuhan tanaman pacar air
(Impatiens balsamina L.)
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas juga dapat diketahui bahwa tanaman pacar air yang
memperoleh perlakuan penyiraman dua hari sekali memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman pacar air yang tidak diberi perlakuan serupa (Gelas 2, 4,

11
6). Karena berdasarkan perhitungannya, nilai F gelas 1, 3, dan 5 lebih besar >5%
dibandingkan nilai F gelas 2, 4, 6. Sehingga dapat dilihat bahwa pemberian air memberi
pengaruh membantu pertumbuhan tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.).
Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa seluruh biji mendapat perlakuan berupa
perendaman dalam air selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk menonaktifkan masa
dormasi (tidur) biji sehingga bias mulai berkecambah. Air dalam proses ini berperan dalam
imbibisi yang kemudian mengaktifkan hormon giberlin yang kemudian memengaruhi protein
– protein amilase supaya mulai mengubah cadangan makanan pada endosperma menjadi
energi.
Pada kecambah yang diletakkan pada tempat gelap mengalami proses etiolasi. Hormon
auksin yang berperan dalam pemanjangan batang dan akar akan terhambat kerjanya apabila
terkena sinar matahari karena auksin pada tanaman yang terkena cahaya matahari akan
mengalami kerukasan dan penghambatan kerja akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi
lebih lambat. Sebaliknya, tanaman yang tida terkena cahaya matahari, auksinnya tidak akan
terhambat kerjanya maupun rusak sehingga pertumbuhan menjadi lebih cepat. Hal ini
membuktikan adanya faktor internal dan eksternal yang saling berkatian memengaruhi
pertumbuhan tanaman pacar air. Karena tidak adanya sinar matahari maka tumbuhan tidak
dapat melakukan fotosintesis. Hal ini membuat seluruh energi tanaman difokuskan untuk
pertumbuhan. Inilah yang menyebabkan pertumbuhan sampel pada tempat gelap lebih cepat
dibanding yang diletakkan pada tempat dengan intensitas cahaya tinggi. Akan tetapi, sampel
yang diletakkan di tempat gelap tadi batangnya menjadi kurang kokoh serta menguning
akibat tingginya kadar etioplas dan rendahnya klorofil. Ketidaktersediaanya cahaya matahari
membuat tanaman pada tempat gelap menjadi tidak dapat berfotosintesis sehingga nutrisi
yang didapat oleh tanaman pada tempat gelap ini kurang dan tumbuhannya pun menjadi
kurang kokoh.

12
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut :
1) Pertumbuhan tanaman pacar air dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang
saling berkaitan
2) Pertumbuhan tanaman pacar air dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari.
Cahaya matahari dalam hal ini berperan untuk membantu fotosintesis sehingga
tanaman memiliki energi untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Selain itu, adanya
cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menghambat kerja salah satu
hormon pertumbuhan pada tanaman pacar air yaitu hormon auksin, sehingga
tanaman pacar air yang terpapar cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan
lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman pacar air yang
tumbuh pada tempat gelap
3) Pertumbuhan pacar air juga dipengaruhi oleh ketersediaan air. Air disini membantu
proses perkecambahan tanaman dan menjadi salah satu bahan untuk pembuatan
makanan oleh tumbuhan. Sehinga ketidaktersediaan air akan menghambat
pertumbuhan pacar air.
5.2 Saran
Makalah ini memang diakui memiliki banyak kekurangan terkait dengan pembahasan
yang kurang mendalam dalam beberapa unit analisis. Kekurangan penelitian ini dapat
menjadi gagasan untuk penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
akan memberikan saran terkait analisis yang dihasilkan. Berikut ini beberapa saran yang
diberikan peneliti terkait dengan penelitian dalam makalah ini.
Disarankan untuk kebutuhan penelitian selanjutnya mungkin dapat meneliti lebih jauh
tentang pengaruh faktor internal dan ekternal terhadap pertumbuhan tanaman pacar air
dan bagaimana faktor internal dan ekternal tersebut bias sangat berkaitan. Hal ini
dilakukan untuk dapat melengkapi informasi yang ada terkait pertumbuhan pacar air
sehingga bisa menjadi contoh untuk penelitian-penelitan maupun percobaan berikutnya.

13
14
DAFTAR PUSTAKA
Asra, Revis. 2020. Hormon Tumbuhan. Jakarta: Uki Press
Campbel, Neil A. 2008. Biology 8th edition. Jakarta: Erlangga
Hartiwi, Yudhani W. 2017. “Pertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Kacang Hijau
(Vigna radiata L.) pada Kadar Air yang Berbeda dalam AGROTROP: Journal
on Agriculture Science (halaman 117 – 129). Denpasar: Fakultas Pertanian
Universitas Udayana.
Wiraatmaja, I Wayan. 2017. Zat Pengatur Tumbuh Giberelin dan Sitokinin. Denpasar:
Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Rajab, Muhammad A. 2016. “ Pengaruh Pertumbuhan Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dengan Perlakuan dan Pemberian Media Air yang Berbeda” dalam
PERBAL: Jurnal Pertanian Berkelanjutan volume 4. Palopo : Universitas
Pertanian Cokroaminoto.
Widyawati, Nugraheni. 2009. “Permeabelitas dan Perkecambahan Benih Aren” dalam
J. Agronomi Indonesia volume 37 (halaman 152 – 158). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

15

Anda mungkin juga menyukai