Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH JENIS AIR DAN INTENSITAS CAHAYA PADA

PERKECAMBAHAN BIJI KACANG MERAH

DISUSUN OLEH:

ANGELA VANIA

ELVAN SELVANO

JESSYLIN LETICIA

LEMUEL LO

MICHELLE NORBERTA

VERENT NOVIANTI LIUNARDY

SEKOLAH MENENGAH ATAS IMMANUEL PROGRAM BILINGUAL

PONTIANAK

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan adalah makhluk hidup yang mempunyai ciri sebagaimana makhluk

hidup lainnya. Salah satu ciri tumbuhan adalah mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan pada tanaman dapat dilihat dari makin besarnya suatu

tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel yang bertambah banyak dan bersifat tidak

dapat balik (irreversible). Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan.

Perkembangan adalah peristiwa biologis menuju kedewasaan yang tidak dapat dinyatakan

dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat

kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan

secara simultan. Perbedaannya terletak pada faktor kuantitatif karena mudah diamati,

yaitu perubahan jumlah dan ukuran. Sebaliknya, perkembangan dapat dinyatakan secara

kualitatif karena perubahannya yang bersifat fungsional.

Tumbuhan yang masih kecil dan masih hidup dari persediaan makanan yang

terdapat di dalam biji, dinamakan kecambah (plantula). Awal perkecambahan dimulai

dengan berakhirnya masa dormansi. Masa dormansi adalah berhentinya pertumbuhan

pada tumbuhan dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Berakhirnya masa

dormansi ditandai dengan masuknya air ke dalam biji suatu tumbuhan, yang disebut

dengan proses imbibisi. Imbibisi ini terjadi karena penyerapan air akibat potensial air

yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji yang di

dalamnya terdapat embrio mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya serta

memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan

pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada


endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang

sedang tumbuh.

Pertumbuhan pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) terjadi melalui

tiga tahap yaitu perkecambahan, pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.

Perkecambahan sebuah biji menandakan permulaan kehidupan yang ditandai dengan

keluarnya bakal akar atau radikal dari kulit biji. Pertumbuhan primer merupakan

pertumbuhan yang bergantung pada letak meristem. Sedangkan pertumbuhan sekunder,

pertumbuhan ini akan menyebabkan membesarnya ukuran dan diameter tumbuhan karena

aktivitas kambium. Tanaman kacang merah dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan

waktu lama sehingga disebut tanaman berumur genjah. Selain itu, penanaman biji kacang

merah tidak rumit dan tidak memerlukan banyak biaya.

Pertumbuhan pada tanaman tidak terlepas oleh adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari tubuh tumbuhan itu sendiri seperti faktor genetik dan

hormon. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh

tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan. Faktor eksternal yang mempengaruhi

pertumbuhan meliputi cahaya dan air. Cahaya merupakan petunjuk utama yang memberi

tahu benih bahwa ia telah menembus tanah sedangkan air berguna untuk mengakhiri

masa dormansi dari sebuah biji.

Tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dalam pertumbuhannya tidak

membutuhkan waktu lama sehingga disebut tanaman berumur genjah. Selain itu,

penanaman biji kacang merah tidak rumit dan tidak memerlukan banyak biaya. Atas

dasar ini, penulis ingin melakukan pengamatan terhadap biji kacang merah dengan

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkecambahannya.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana tipe perkecambahan biji kacang merah?

2. Bagaimana pengaruh jenis air dan intensitas cahaya terhadap perkecambahan biji

kacang merah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, antara lain:

1. Mengkaji tipe perkecambahan biji kacang merah.

2. Mengkaji pengaruh jenis air dan intensitas cahaya terhadap perkecambahan biji

kacang merah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan memberikan dan menambah informasi bagi sekolah,

khususnya siswa/i SMAK IBC di bidang IPA.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin

meneliti biji kacang merah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Merah

Kacang merah akan berbunga pada panjang hari 9-18 jam dan untuk tipe berhari

pendek memerlukan panjang hari terendah antara 11-12,3 jam untuk inisiasi bunga.

Temperatur optimum antara 16 °C hingga 27 °C. Curah hujan normal tahunan adalah

900-1500 mm tetapi dapat toleran dengan sedikitnya 500-600 mm dalam satu musim

penanaman. Kacang ini tumbuh di dataran rendah tropis dan area subtropis tetapi dapat

tumbuh hingga ketinggian 2000-2500 m. Kacang merah menyukai lahan beraerasi dan

berdrainase baik dengan pH 6,0-6,8. Beberapa kultivar tahan terhadap lahan asam dengan

pH serendah-rendahnya 4,4.

Berikut ini merupakan taksonomi dari kacang merah.

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub family : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.

Gambar 2.1 Tanaman Kacang Merah


2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume

serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula.

Sedangkan perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan yang

tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh

(metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.

Pada proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot tubuh

peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan

bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur. Perkembangan pada tumbuhan

diawali sejak terjadi fertilisasi. Calon tumbuhan akan berubah bentuk dari sebuah telur

yang dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang pohon. Proses

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan aktivitas sintetis bahan

mentah (bahan baku) berupa molekul sederhana dan molekul kompleks. Tahapan yang

dilalui selama melangsungkan proses tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap pembelahan sel, yaitu sel induk membelah menjadi beberapa sel anak.

b. Tahap pembentangan, yaitu pembesaran atau peningkatan volume sel anak. Pada sel

tumbuhan, peningkatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyerapan air kedalam

vakuola.

c. Tahap pematangan, yaitu perkembangan sel anak yang telah mencapai ukuran

tertentu menjadi bentuk khusus (terspesialisasi) melalui proses diferensiasi. Pada

akhirnya terbentuk jaringan, organ, dan individu.

2.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Awal

Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung

potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang baru, misalnya

embrio, cadangan makanan, dan calon daun.


Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas radikula yang akan

tumbuh menjadi akar dan planula yang akan tumbuh menjadi kecambah. Cadangan

makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya terkandung pati,

protein, dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, yang

disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung kotiledon untuk mencegah

kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau jamur ke dalam biji. Testa memiliki

sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Di dekat mikropil terdapat hilum yang

menggabungkan kulit kotiledon.

Biji memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Pada saat biji terbentuk, air

di dalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air,

biji tidak dapat melangsungkan proses metabolism sehingga menjadi tidak aktif

(dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi tidak nyaman, seperti

suasana ekstrem, sangat dingin atau kering, karena struktur biji yang kuat akan

melindungi embrio agar tetap bertahan hidup.

2.2.2 Perkembangan Embrio

Embrio berkembang di dalam biji. Setelah fertilisasi, zigot mengalami

rangkaian pembelahan sel. Salah satu dari dua sel yang berasal dari mitosis zigot

akan berkembang menjadi embrio asli, sedangkan sel yang lain menjadi bahan awal

dari jaringan suspensor.

Embrio di dalam bakal biji (ovulum) berkembang menjadi massa bulat yang

mengandung ratusan sel. Massa sel tersebut berkembang menjadi jaringan primer

dan akhirnya membentuk seluruh jaringan utama tumbuhan dewasa, termasuk

kotiledon. Kotiledon berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan

perkecambahan (germinasi).
Pada kutub embrio ditemukan dua massa sel yang belum terdiferensiasi, yaitu

meristem apikal ujung (terminal) dan meristem apikal akar. Sel-sel tersebut berada

dalam kondisi dorman ketika biji pada masa dorminasi. Setelah biji berkecambah,

kedua massa sel tersebut berkembang menjadi daerah pertumbuhan batang dan

akar. Perkembangan embrio terhenti setelah mencapai tahapan tertentu, yaitu saat

bakal biji telah menjadi biji matang. Biji tersebut tetap, yaitu sesuai untuk

perkecambahan. Di dalam biji yang matang, endosperma akan telah terdiferensiasi

menjadi lapisan terluar sel (aleuron) dan massa sel terdalam bertepung. Sel-sel

aleuron menyintesis enzim amilase. Enzim tersebut dapat mengubah cadangan zat

pati di dalam endosperma menjadi gula yang dapat digunakan oleh embrio.

2.2.3 Perkecambahan

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-

komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi

tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di

dalam biji, misalnya radikula dan plumula.

Perkembangan biji berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut

meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormon dan enzim,

hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormon ke

daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi (fotosintetis).

Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air

yang masuk kedalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada

akhirnya menyebabkan pecahnya testa.

Awal perkembangan didahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan

karbohidrase) dan hormon pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim

protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam
amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membrane sel dan

sitoplasma. Timbunan pati diuraikan menjadi maltose kemudian menjadi glukosa.

Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat

dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan

asam amino akan berdifusi ke embrio.

Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energi melalui

pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal dari

timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari,

plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai

melakukan fotosintesis.

Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal

perkecambahan hypogeal dan epigeal.

1. Hipogeal

Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang

meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah.

Kotiledon relative tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri

dan jagung.

2. Epigeal

Pada epigeal hipokotil tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan

plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya

terjadi pada kacang merah dan jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh

para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam.


2.3 Pengaruh Cahaya pada Pertumbuhan Tumbuhan

Cahaya bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang nantinya

digunakan untuk proses fotosintesis. Cahaya juga berperan dalam proses pembentukan

klorofil. Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses

pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin kebagian yang

tidak terkena cahaya. Sehingga, proses perkecambahan yang diletakan di tempat yang

gelap akan menyebabkan terjadinya etiolasi.

2.4 Pengaruh Air pada Pertumbuhan Tumbuhan

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit

pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah

air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan

air turut dipengaruhi oleh suhu. Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum

terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan

kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen. Benih mempunyai kemampuan kecambah

pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat

aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau

bakteri.

2.5 Kandungan Air Cucian Beras

Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari. Sayangnya

sebagian besar nutrisi pada kulit ari telah hilang selama proses penggilingan dan

penyosohan beras. Sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50%

mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak esensial

hilang dalam proses membuat beras lebih “indah” untuk dimakan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat: SMA Kristen Immanuel, Jalan Sutoyo Komplek Sutoyo Indah

Waktu: 31 Juli 2018 – 20 Agustus 2018

3.2 Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat

 Cutter  Jarum

 Gunting  Penggaris

b. Bahan

 Biji kacang merah  Botol plastik 5 buah

 Air mineral  Kapas

 Air beras

3.3 Prosedur Penelitian

1. Alat dan bahan praktikum disiapkan.

2. Kacang merah direndam selama satu malam.

3. Botol plastik dipotong dan bagian bawah dipakai sebagai wadah untuk

perkecambahan.

4. Bagian bawah botol plastik dilubangi supaya air tidak tergenang di dalam wadah.

5. Kapas dibelah-belah dan disusun di permukaan wadah dengan setiap wadah memiliki

jumlah kapas yang sama.

6. 3 biji kacang merah disusun di atas tumpukan kapas dalam setiap wadah.
7. Satu wadah tanaman diletakkan di tempat yang bercahaya. Satu wadah lainnya di

tempat remang (yaitu di atas loker siswa yang ada di depan kelas XIIC IBC).

8. Kedua wadah tanaman tersebut akan disirami 5 ml air mineral setiap harinya.

9. Tiga wadah tanaman sisanya akan diletakkan di tempat gelap.

10. Satu wadah tanaman akan disirami 5 ml air mineral setiap hari, satu wadah tanaman

lainnya akan disirami dengan 5 ml air beras setiap harinya, dan satu wadah tanaman

terakhir tidak akan disirami apapun.

11. Kemudian, kacang merah diamati perkembangannya. Tinggi masing-masing

tumbuhan diukur dan dicatat pertumbuhannya.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Pengaruh Air Terhadap Perkecambahan

1. Variabel bebas: jenis air yang dipakai (air mineral dan air cucian beras), ada

tidaknya air.

2. Variabel terikat: pertumbuhan tinggi pada tanaman kacang merah.

3. Variabel kontrol:

a. Kontrol positif: tanaman yang disirami air mineral.

b. Kontrol negatif: tanaman yang tidak disirami apapun.

4. Variabel tetap: wadah dari botol bekas dengan ukuran yang sama, kapas

sebagai media, jumlah kapas, jenis tanaman yaitu tanaman kacang merah,

jumlah biji kacang merah, dan intensitas cahaya.

3.4.2 Variabel Pengaruh Intensitas Terhadap Perkecambahan

1. Variabel bebas: intensitas cahaya.

2. Variabel terikat: pertumbuhan tinggi pada tanaman kacang merah.


3. Variabel kontrol:

a. Kontrol positif: tanaman yang diletakkan di tempat terang.

b. Kontrol negatif: tanaman yang diletakkan di tempat gelap.

4. Variabel tetap: wadah dari botol bekas dengan ukuran yang sama, kapas

sebagai media, jumlah kapas, jenis tanaman yaitu tanaman kacang merah, dan

jumlah biji kacang merah.

3.5 Hipotesis

Perkecambahan tanaman kacang merah menggunakan tipe perkecambahan epigeal.

Tanaman kacang merah yang ditempati di tempat gelap akan lebih cepat bertumbuh dan

tanaman kacang merah yang disirami air beras setiap harinya akan tumbuh paling tinggi

di antara tanaman kacang merah lainnya.


BAB 1V

PEMBAHASAN

4.1 Tipe Perkecambahan Biji Kacang Merah

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, dari hal yang paling jelas dilihat

secara kasat mata adalah terobservasinya kotiledon serta plumula atau epikotil tunbuh

memanjang ke atas permukaan tanah sehingga tampak kulit tumbuhan kacang merah

yang masih menempel ketika perkecambahan sebelum terbentukya daun. Tipe

perkecambahan yang dimiliki tanaman kacang merah dapat diidentifikasi sebagai tipe

perkecambahan epigeal.

4.2 Pengaruh Jenis Air dan Intensitas Cahaya Terhadap Perkecambahan Biji Kacang

Merah

Jenis air serta intensitas cahaya yang diberikan kepada tanaman kacang merah

memiliki dampak terhadap perkecambahan tanaman.

4.2.1 Pengaruh Jenis Air Terhadap Perkecambahan Biji Kacang Merah

Tanaman pada percobaan ini diletakkan di tempat gelap yaitu di dalam loker

siswa dan disirami air setiap hari. Berikut adalah tabel tinggi tanaman kacang

merah berdasarkan jenis air yang diberikan.

Rata-rata tinggi Rata-rata tinggi


Rata-rata tinggi
tanaman yang tanaman yang
Hari ke- tanaman yang tidak
disirami 5 ml air disirami 5 ml air
disirami air
mineral (cm) beras (cm)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 1 0 0
9 4 1 0
10 6 1 0
11 10 2 0
12 13 2 0
13 13 3 0
14 15 5 0
15 16 8 0
16 20 9 0
17 24 11 0
18 27 13 0
19 27 13 0
20 27 13 0

Tabel 4.1 Rata-rata tinggi tanaman kacang merah berdasarkan pengaruh jenis
air

Pada hari ke-1 sampai hari ke-7, tanaman yang disirami air mineral tidak

menampakkan adanya pertumbuhan tinggi. Pada hari ke-8, tanaman mulai

bertumbuh 1 cm. Pada hari ke-9, tinggi tumbuhan bertambah 3 cm menjadi 4 cm.

Hari ke-10, tanaman sudah bertumbuh mencapai 6 cm. Rata-rata tinggi tanaman

bertambah 4 cm pada hari ke-11. Hari ke-12 rata-rata tinggi tumbuhan mencapai 13

cm dan tetap sama pada hari ke-13. Hari ke-14 tinggi tumbuhan bertambah 2 cm

menjadi 15 cm. Hari ke-15 tinggi tumbuhan bertambah 1 cm. Pada hari ke-16,

tinggi sudah mencapai 20 cm. Hari ke-17, tinggi tumbuhan bertambah 4 cm

mencapai 24 cm. Hari ke-18, tinggi tumbuhan mencapai 27 cm dan tetap sama

sampai hari ke-20.

Pada hari ke-1 sampai hari ke-8, tanaman yang disirami air beras belum

bertumbuh. Pada hari ke-9, sudah mulai bertumbuh 1 cm dan tetap sama pada hari

ke-10. Pada hari ke-11 tanaman bertambah 1 cm dan tetap sama pada hari ke-12.

Pada hari ke-13, tanaman bertambah 1 cm. Hari ke-14, tanaman mencapai 5 cm.

Hari ke-15 dan hari ke-16, bertambah 1 cm tiap harinya. Hari ke-17, tanaman sudah

mencapai 11 cm. Hari ke-18 sampai 20, tinggi tanaman mencapai 13 cm.
Berdasarkan tabel 4.1, tanaman yang tidak disirami air tidak bertumbuh

karena biji tidak dapat berkembang menjadi kecambah tanpa adanya air yang

mengimbisisi dan mengaktifkan enzim yang terkandung di dalam biji tumbuhan.

Cepat lambatnya pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh gen yang dimiliki biji

kacang merah itu sendiri. Untuk percobaan pemberian air yang berbeda dapat

dipengaruhi oleh jenis air yang diberikan dengan jumlah air yang sama.

Berdasarkan kandungan yang ada di dalam kedua jenis air tersebut, air mineral dan

air cucian beras, tanaman yang disirami air cucian beras seharusnya tumbuh palig

cepat karena kandungan nutrisi di dalamnya yang jauh lebih banyak dari air mineral

tentu dapat membantu mempercepat pertumbuhan tanaman.

Namun hal tersebut berbeda dari ekspektasi peneliti. Tanaman yang disirami

air mineral setiap harinya tumbuh lebih pesat bahkan mencapai rata-rata tinggi yang

14 cm lebih tinggi dari tanaman yang disiram dengan air beras. Peneliti

memprediksi hal tersebut adalah karena air beras yang dipakai adalah air beras yang

diganti seminggu sekali sehingga mikroba dalam air beras telah berkembang dan

mengambil kandungan nutrisi air beras.

4.2.2 Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Perkecambahan Biji Kacang

Merah

Tanaman pada percobaan ini diletakkan di tiga tempat berbeda yaitu di dalam

loker siswa, di atas loker siswa dengan sedikit intensitas cahaya dan di tempat

terang yaitu di green corner sekolah Immanuel Bilingual Class lantai 2, dan

disirami 5 ml air setiap hari. Berikut adalah tabel tinggi tanaman kacang merah

berdasarkan intensitas cahaya yang diberikan.

Hari ke- Rata-rata tinggi Rata-rata tinggi Rata-rata tinggi


tanaman di tempat tanaman di tempat tanaman di tempat
gelap (cm) remang (cm) terang (cm)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 1 4
4 0 3 6
5 0 5 8
6 0 10 11
7 0 10 12
8 1 14 12
9 4 17 15
10 6 - -
11 10 - -
12 13 - -
13 13 - -
14 15 - -
15 16 - -
16 20 - -
17 24 - -
18 27 - -
19 27 - -
20 27 - -

Tabel 4.2 Rata-rata tinggi tanaman kacang merah berdasarkan

pengaruh intensitas cahaya

Pada hari ke-1 sampai hari ke-7, tanaman yang disirami air mineral tidak

menampakkan adanya pertumbuhan tinggi. Pada hari ke-8, tanaman mulai

bertumbuh 1 cm. Pada hari ke-9, tinggi tumbuhan bertambah 3 cm menjadi 4 cm.

Hari ke-10, tanaman sudah bertumbuh mencapai 6 cm. Rata-rata tinggi tanaman

bertambah 4 cm pada hari ke-11. Hari ke-12 rata-rata tinggi tumbuhan mencapai 13

cm dan tetap sama pada hari ke-13. Hari ke-14 tinggi tumbuhan bertambah 2 cm

menjadi 15 cm. Hari ke-15 tinggi tumbuhan bertambah 1 cm. Pada hari ke-16,

tinggi sudah mencapai 20 cm. Hari ke-17, tinggi tumbuhan bertambah 4 cm

mencapai 24 cm. Hari ke-18, tinggi tumbuhan mencapai 27 cm dan tetap sama

sampai hari ke-20.

Sedangkan pada tanaman yang ditempati di tempat remang dan terang

dilakukan 2 kali percobaan namun tidak sampai 20 hari karena faktor hari H yang
sudah ditentukan oleh guru mata pelajaran. Jadi, penelitian kami terhadap kedua

kelompok tanaman tersebut hanya dilakukan selama 9 hari. Percobaan dilakukan

dua kali karena percobaan pertama kali telah gagal disebabkan adanya jamur di biji

ataupun kecambah yang sudah disirami air selama beberapa hari dan akhirnya tdak

dapat terus melanjutkan pertumbuhannya.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan kedua kalinya, tanaman yang

diletakkan di tempat remang telah tumbuh pada hari ke-3 sebanyak 1 cm. Pada hari

ke-4 dan hari ke-5 tanaman rata-rata tinggi tanaman bertambah 2 cm menjadi 3 cm

dan 5 cm. Rata-rata tinggi tanaman melonjak pesat mencapai 10 cm pada hari ke-6

namun tidak bertumbuh pada hari ke-7. Rata-rata tinggi tanaman akhirya mencapai

14 cm dan 17 cm pada hari ke-8 dan ke-9.

Sedangkan tanaman yang diletakkan di tempat terang tidak bertumbuh selama

dua hari pertama, namun langusng mencapai 4 cm pada hari ke-3. Pada hari ke-4

dan ke-5, tanaman bertumbuh 2 cm menjadi 6 cm dan 8 cm. Pada hari ke-6

tanaman mencapai 11 cm dan bertambah 1 cm keesokan harinya menjadi 12 cm.

Rata-rata tinggi tanaman tetap 12 cm pada hari kedelapan. Pada hari terakhir

tanaman mencapai 15 cm.

Pertumbuhan tiga kelompok tanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor:

1. Setiap biji memiliki gen yang berbeda.

2. Cuaca dan kelembapan yang berbeda pada hari mulai menanam tanaman

yang diletakkan di tempat terang, remang, dan gelap.

3. Hormon auksin pada tumbuhan yang bekerja paling efektif

memanjangkan tanaman pada saat tidak ada cahaya. Oleh karena itu,

tanaman yang tumbuh di tempat remang lebih cepat dari tumbuhan yang

tumbuh di tempat terang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan selama 20 hari yang bertempat di

SMA Kristen Immanuel Bilingual Class, peneliti menyimpulkan bahwa:

1. Tipe perkecambahan biji kacang merah adalah tipe perkecambahan epigeal.

2. Tumbuhan kacang merah yang tumbuh di tempat gelap tumbuh lebih cepat

daripada tumbuhan di tempat remang dan terang.

3. Tumbuhan kacang merah yang disirami air mineral tumbuh lebih cepat

dibandingkan tumbuhan yang disiram dengan air beras dan yang tidak disirami

air.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan peneliti:

1. Perlu mengganti air beras setiap harinya.

2. Perlu mencari cara agar dapat mencegah biji tidak berjamur selama

perkecambahan dan pertumbuhan sehingga waktu mulai menanam semua

kelompok tanaman percobaan tidak berbeda satu dengan yang lainnya dan

tidak diperlukan lagi percobaan kedua.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai