Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET

Disusun oleh
FATHIN SALSABILA ALFARISI
PKA18
18030194004

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul Percobaan
 Penentuan Kadar Protein dengan Metode Biuret
B. Hari / Tanggal Percobaan
 Rabu, 15 September 2021
C. Selesai Percobaan
 Rabu, 15 September 2021
D. Tujuan Percobaan
 Menentukan kadar protein yang ada pada sampel menggunakan cara
biuret.
E. Dasar Teori
1. Ikan Lele
Ikan lele merupakan jenis ikan air tawar seperti danau, telaga,
waduk, rawa dan kolam. Ikan ini bersifat noktural (aktif pada malam
hari) dan termasuk ikan pemakan daging (karnivora). Ikan lele mudah
untuk dibudidayakan karena ikan lele relatif tahan terhadap bahan-
bahan organik oleh karena itu ikan lele dapat bertahan hidup
dicomberan yang airnya kotor. Selain itu ikan lele memiliki insang
tambahan yang berfungsi untuk mengambil oksigen pernapasannya
dari udara diluar air sehingga mampu bertahan hidup di air yang
mengandung sedikit oksigen (Suyanto, 2001).
Klasifikasi ikan lele menurut Mahyudin (2008) adalah sebagai
berikut:
Fillum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Telesteoi
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
Kandungan gizi ikan lele dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Kandungan Gizi Ikan Lele Per 100 gram

No Zat Gizi Jumlah


1. Energi (kal) 113
2. Protein (g) 17
3. Lemak (g) 4.5
4. Kalsium (mg) 20
5. Fosfor (mg) 200
6. Besi (mg) 1.6
7. Vitamin A (mg) 150
8. Vitamin B (mg) 0.05
9. Air (mg) 76
Sumber: DKBM (2010)
2. Protein
Protein umum dijumpai pada hewan maupun produk tumbuhan.
Protein merupakan polimer kurang lebih 20 jenis asam amino yang
berbeda yang disambungkan dengan ikatan peptida. Asam amino
dengan ikatan peptida ini akan membentuk struktur primer protein.
Asam amino terbagi menjadi dua kelompok, yaitu asam amino non-
esensial dan asam amino esensial. Sebanyak 12 jenis asam amino
esensial diproduksi oleh tubuh, sedangkan 8 asam amino merupakan
jenis asam amino esensial yang harus didapatkan melalui makanan.
Asam amino non-esensial yang diproduksi tubuh antara lain tirosin,
sistein, serin, prolin, glisin, asam glutamat, dan asparagin. Asam amino
esensial yang tidak diproduksi oleh tubuh antara lain tritofan, treonin,
metionin, lisin, leusin, isoleusin, fenilalanin, dan valin.
Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk
jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak
mudah rusak. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila
keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan
lemak. Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh
(secara langsung maupun tidak langsung). Dengan cara mengatur zat-
zat pengatur proses dalam tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan
cairan dalam jarngan dan pembuluh darah, yaitu dengan cara
menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik tersebut dapat
menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat
amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat
mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Protein dapat mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan
pemanasan. Pada umumnya protein akan terdenaturasi karena
adanya kondisi ekstrim.
2) Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan
oleh adanya perlakuan pengasaman.
3) Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim-
enzim proteolitik.
4) Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan
menimbulkan terbentuknya warna cokelat.
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara
kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kualitatif dapat
dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi
Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan analisis
protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisi kuantitatif
protein dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol,
metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode
spektrofotometri UV.
3. Metode Spektrofotometri Visible (Biuret)
Spektorofotometri merupakan teknik analisis yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah (konsentrasi) zat dalam suatu bahan berdasarkan
spektroskopi khusus untuk panjang gelombang UV Visible dan Infra
Red. Pengertian spektroskopi sendiri adalah istilah atau nama yang
digunakan untuk ilmu (secara teori) yang mempelajari tentang
hubungan antara radiasi/ sinar/ energy (yang memiliki fungsi panjang
gelombang yang biasa disebut dengan frekuensi) dengan benda.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang berupa larutan
berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu alat
spektrofotometri dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur spectrum
panjang gelombang pada daerah tertentu.
Metode Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk
menentukan kadar protein dalam suatu larutan. Prinsip kerja penentuan
kadar protein dengan metode biuret adalah menganalisis adanya ikatan
peptida dengan cara menambahkan reagen biuret kedalam sample yang
kemudian di ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.
Dalam larutan basa, Cu2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida
suatu protein sehingga menghasilkan warna ungu dengan absorbansi
maksimal pada 540 nm. Absorbansi ini berbanding lurus dengan
konsentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh
protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama per
satuan berat. Hal-hal yang dapat mengganggu reaksi ini adalah adanya
urea (mengandung gugus CO-NH-) dan gula pereduksi yang bereaksi
dengan Cu2+.
F. Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi 10 buah
2. Spektrofotometri UV-VIS 1 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Mortal alu 1 buah
5. Gelas ukur 10 ml 3 buah
6. Pipet volume 10 ml 1 buah
7. Pro pipet 10 buah
8. Waterbath 1 buah
9. Neraca analitik 1 buah
10. Sentrifuge 1 buah
11. Gelas kimia 250 ml 1 buah
12. Labu ukur 10 ml 1 buah
13. Spatula 1 buah
14. Kaca arloji 1 buah
Bahan :
1. Larutan standar protein (albumin) secukupnya
2. Reagen biuret secukupnya
3. Aquades secukupnya
4. Sampel protein ikan lele secukupnya
G. Alur Percobaan
Persiapan Sampel

1 gram sampel

1. Dihaluskan dengan mortal dan alu


2. Ditambahkan 10 ml aquades
3. dihomogenkan

Larutan sampel

4. Disentrifuge 3500 rpm  10 menit


5. Didekantasi

Endapan Filtrat
Pembuatan Standar

1 ml larutan sampel
protein kadar 1 mg

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret
3. Dihomogenkan
4. Diinkubasi pada 37oC selama 10 menit

Larutan berwarna ungu

5. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm
Nilai absorbansi

1 ml larutan sampel
protein kadar 2 mg

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret
3. Dihomogenkan
4. Diinkubasi pada 37oC selama 10 menit
Larutan berwarna ungu

5. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm
Nilai absorbansi
1 ml larutan sampel
protein kadar 3 mg

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret
3. Dihomogenkan
4. Diinkubasi pada 37oC selama 10 menit
Larutan berwarna ungu

5. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm
Nilai absorbansi

1 ml larutan sampel
protein kadar 4 mg

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret
3. Dihomogenkan
4. Diinkubasi pada 37oC selama 10 menit

Larutan berwarna ungu

5. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm
Nilai absorbansi

1 ml larutan sampel
protein kadar 5 mg

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret
3. Dihomogenkan
4. Diinkubasi pada 37oC selama 10 menit
Larutan berwarna ungu

5. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm
Nilai absorbansi
Reaksi :
CuSO4. 5H2O (aq) + 2 NaOH (aq) Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4 (aq) . 5H2O (l)

O O O

H H H
- HOC C HN C C NH C C NH3
+ Cu2+ (aq)
R R R

(aq)

O O O

H H H
HOC C N C C N C C NH3

R R R

Cu2+

O O O

H H H (aq)
HOC C N C C N C C NH3

R R R

Senyawa kompleks peptida berwarna ungu

Cu(OH)2 (aq) Cu2+ (aq) + 2OH- (aq)

Penetapan Absorbansi Larutan Blanko

1 ml aquades

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret
3. Dihomogenkan
4. Diinkubasi pada 37oC selama 10 menit

Larutan berwarna ungu

5. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm
Nilai absorbansi
Penentapan Absorbansi Larutan Sampel

1 ml larutan sampel

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 5 ml reagen biuret
3. Dihomogenkan
4. Diinkubasi pada 37oC selama 10 menit

Larutan berwarna ungu

5. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 540 nm
Nilai absorbansi

H. Daftar Pustaka
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1989. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Jakarta: Penerbit Bharta.
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Liberty.
Tim Biokimia. 2019. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya-FMIPA-Jurusan Kimia
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Penerbit Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai