Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENENTUAN ASAM AMINO DALAM SAMPEL

Disusun oleh
FATHIN SALSABILA ALFARISI
PKA18
18030194004

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul Percobaan
 Penentuan Jenis Asam Amino dalam Sampel
B. Hari / Tanggal Percobaan
 Rabu, 15 September 2021
C. Selesai Percobaan
 Rabu, 15 September 2021
D. Tujuan Percobaan
 Menentukan asam amino yang terdapat dalam sampel dengan
kromatografi kertas
E. Dasar Teori
1. Asam Amino
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus
fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya –NH2). Dalam
biokimia, seringkali pengertiannya dipersempit : keduanya terikat pada
atom karbon (C) yang sama dan disebut atom C alfa. Gugus karboksil
memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam
bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik, cenderung menjadi asam
pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam (Lehninger,
1982). Hal ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion.
Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari
karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu
sebagai penyusun protein termasuk enzim, kerangka dasar sejumlah
senyawa penting dalam metabolisme dan pengikat ion logam penting
yang diperlukan dalam dalam reaksi enzimatik (kofaktor). Hal itu dapat
dibuktikan apabila protein dihidrolisis maka akan menghasilkan asam
amino. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang
mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH),
atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residu) atau disebut juga
gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan
asam amino lainnya. struktur umum asam amino adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Struktur Umum Asam Amino
Dimana R adalah gugus fungsi yang menentukan jenis dari asam
amino. Semua asam amino yang ditemukan pada protein memiliki ciri
yang sama, yaitu adanya gugus karboksil dan amina yang diikat pada
atom karbon yang sama. Struktur asam amino secara umum adalah satu
atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus
karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari
residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan
satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan
penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan
langsung dengan gugus karboksil.Oleh karena gugus amina juga terikat
pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai
samping tersebut menjadi empat kelompok.Rantai samping dapat
membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika
polar, dan hidrofobik jika nonpolar. Jenis- jenis asam amino
diantaranya :
 Asam amino alifatik sederhana : Glisina (Gly, G); Valina (Val,
V); Isoleusina (Ile, I); Alanina (Ala, A); Leusina (Leu, L)
 Asam amino hidroksi-alifatik : Serina (Ser, S); Treonina (Thr,
T)
 Asam amino dikarboksilat (asam) : Asam aspartat (Asp, D);
Asam glutamat (Glu, E)
 Amida : Asparagina (Asn, N); Glutamina (Gln, Q)
 Asam amino basa : Lisina (Lys, K); Histidina (His, H); Arginina
(Arg, R)
 Asam amino dengan sulfur : Sisteina (Cys, C); Metionina (Met,
M)
 Prolin : Prolina (Pro, P)
 Asam amino aromatik : Fenilanilina (Phe, F); Triptofan (Trp,
W); Tirosina (Tyr, Y)
Fungsi asam amino antara lain penyusun protein, termasuk enzim,
kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolism.
2. Kromatografi Kertas dalam Analisis Campuran Asam Amino
Untuk mengetahui jenis-jenis dari asam amino yang terkandung dari
suatu bahan/sampel, biasanya digunakan metode kromatografi kertas.
Kromatogrfi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino
karena asam amino memiliki sifat yang larut dalam air dan tidak mudah
menguap sehingga dapat dipisahkan melaui perpindahan fasa gerak
(eluen) pada fasa diam (adsorben). Asam amino akan terbawa oleh fasa
gerak dan akan mengendap atau menempel pada fasa diam (adsorben)
setelah menempuh jarak tertentu.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni
selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring
dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah.Setiap asam
amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu.Setiap jenis
asam amino akan selalu menempuh jarak yang khas dari masing-
masing asam amino asalkan jenis kertas, eluen, dan pelarutnya sama.
Dari dasar inilah, dapat dibandingkan jarak tempuh eluen dari masing-
masing asam amino yang telah diketahui dengan jarak tempuh eluen
yang timbul pada sampel.
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang
sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Fasa diam berupa padatan/cair yang dilapiskan pada
padatan/gel. Pada pemisahan ini senyawa-senyawa yang akan
dipisahkan ditempatkan dalam sistem yang bergerak mengalir melalui
suatu sistem yang diam, dan selama pengaliran fasa gerak akan terjadi
pelarutan, adsorpsi, dan penguapan. Pada prinsipnya semua cara
pemisahan kromatografi mengalami proses yang sama yaitu adanya
distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak dengan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik komponen yang
akan dipisahkan. Perbedaaan sifat tersebut diantaranya karena
kelarutan yang berbeda terhadap suatu pelarut, sifat untuk bertaut
(adsorpsi) yang berbeda satu sama lain dengan suatu serbuk bahan
padat, sifat dapat menguap pada temperatur yang berbeda satu sama
lain (Gandjar & Rohman, 2007).
Pelarut akan naik berdasarkan proses kapilaritas dan akan membawa
senyawa-senyawa dalam campuran tersebut. Asam amino yang mudah
larut dalam pelarut tertentu, misalnya pelarut organik, akan terbawa
naik lebih jauh daripada yang sukar larut. Setelah pelarut mencapai
bagian atas atau garis akhir, kertas diangkat dari pelarut kemudian
dibiarkan kering dengan sendirinya diudara. Dengan proses ini, asam-
asam amino akan terpisah satu dengan yang lain, dan dengan
menyemprotkan pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi tersebut
akan tampak noda-noda biru yang membuktikan adanya asam amino
yang terpisah. Berikut adalah gambar ilustrasinya:

Gambar 2 Proses Elusi pada Kromatografi Kertas


Nilai Rf (Retordation Factor) berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk sampel dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa
standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut
dari titik asal. Untuk mencari nilai Rf dapat menggunakan rumus:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Ilustrasi penentuan nilai Rf disajikan pada gambar dibawah ini:
Gambar 3 Penentuan Nilai Rf
Nilai Rf dari 20 jenis asam amino disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Nilai Rf dari Asam Amino

No. Asam Amino Nilai Rf


1. Alanin 0,38
2. Arginin 0,20
3. Asparagin 0,50
4. Asam aspartat 0,24
5. Sistein 0,40
6. Glutamin 0,13
7. Asam Glutamat 0,30
8. Glisin 0,26
9. Histidine 0,11
10. Isoleusin 0,72
11. Leusin 0,73
12. Lisin 0,14
13. Metionin 0,55
14. Fenilalanin 0,68
15. Prolin 0,43
16. Serin 0,27
17. Treonin 0,35
18. Triptofan 0,66
19. Tirosin 0,45
20. Valin 0,61

F. Alat dan Bahan


Alat :
1. Plat KLT 1 buah
2. Pipa kapiler 4 buah
3. Gelas kimia 1 buah
4. Gelas ukur 1 buah
5. Oven 1 buah
6. Klip dan benang wol 4,1 buah
7. Chamber 1 buah
8. Cawan petri 1 buah
9. Penggaris 1 buah
10. Pensil 1 buah
11. Pipet tetes 10 buah
12. Botol semprot 1 buah
Bahan :
1. Asam asetat glacial 6 ml
2. N-butanol 25 ml
3. Aquades 25 ml
4. Larutan asam amino standar secukupnya
5. Larutan sampel secukupnya
6. Ninhidrin secukupnya
G. Alur Percobaan
Pembuatan Larutan Pengelusi (fase gerak)

25 ml n-butanol

1. Ditambahkan 6 ml asam asetat glasial sambil


dikocok
2. Ditambahkan 25 ml aquades sambil dikocok
3. Ditempatkan dalam chamber
Larutan pengelusi

Reaksi :
CH3CH2CH2CH2CH2OH (l) +CH3COOH (l) CH3COOCH2CH2CH2CH3 (aq) + H2O (l)

Menentukan Komponen Asam Amino

Plat KLT 4x5 cm

1. Digambarkan batas atas 0,5 cm; batas bawah 1 cm;


batas samping kiri dan kanan masing-masing 0,5
cm.
2. Diberi titik sampel dengan jarak antar sampel A, B,
C, dan D 1 cm dengan menggunakan pensil
3. Dioven pada suhu 105-110oC selama 1 menit.
4. Ditetesi 4 macam larutan (A, B, C, dan D)
berdampingan dengan pipa kapiler.
5. Besar noda maksimal diameter 0,4 cm.
6. Digantung dalam chamber untuk dijenuhkan dengan
uap eluen samai eluen mencapai batas atas.

Plat KLT yang telah dialiri eluen

7. Dikeluarkan
8. Dioven pada suhu 105-110oC selama 5 menit
9. Disemprot dengan inhidrin
10. Dioven kembali pada suhu 100-105oC selama 3
menit
11. Ditandai dengan pensil

Plat KLT dengan noda asam amino

12. Dicatat warnanya


13. Dihitung harga Rf pada tiap noda
14. Ditetapkan komponen asam amino dalam larutan
15. Dibandingkan harga Rf nya dengan Rf asam amino
standar
Komponen asam amino
Reaksi :
O
COOH
OH

+ H2N C H

OH R

O
O

N + RCHO + CO2 + 3H2O

H. Daftar Pustaka
Fatchiyah. (2011). Biologi Molekular Prinsip Dasar Analisis. Jakarta:
Erlangga.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Lehninger, Albert L. 1993. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Terjemahan.
Jakarta: Erlangga
Soebagio. (2003). Kimia Analitik II Common Textbook. Jakarta: UI Press.
Tim Biokimia. 2019. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya-FMIPA-Jurusan Kimia

Anda mungkin juga menyukai