Disusun Oleh:
Josh Agustino Samwel Sinaga (D1A022171)
Dosen Pengampu:
1. Dr. Ir. Rainiyati, M. Si
2. Dr. Lizawati, S.P., M.P
Asisten Dosen:
1. Jepune Simanullang
2. Robby Abija Siringoringo
Untuk memahami sifat-sifat asam amino, salah satu eksperimen yang dapat
dilakukan adalah praktikum pelarutan asam amino. Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari bagaimana asam amino dapat larut dalam berbagai jenis pelarut dan
bagaimana larutan asam amino tersebut dapat dipisahkan dan dianalisis.
Dalam praktikum ini, kita akan mengkaji pelarutan tiga jenis asam amino, yaitu
alanin, glisin, dan triptofan, dalam beberapa jenis zat pelarut yang berbeda, termasuk
NaOH (natrium hidroksida), air (aquades), kloroform, etanol, dan HCl (asam klorida).
Penelitian ini akan membantu kami memahami bagaimana sifat-sifat asam amino
memengaruhi kelarutan mereka dalam pelarut-pelarut yang berbeda.
• Untuk melihat daya larut berbagai asam amino dalam pelarut yang berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino adalah senyawa dengan satu atau lebih gugus karboksil (−COOH)
dan satu atau lebih gugus amino (−NH2) dalam molekulnya. Asam-asam amino
bergabung melalui ikatan peptida (ikatan antara gugus karboksil dari asam amino
dengan gugus amino dari asam amino disampingnya). Susunan antar asam amino dan
jenis asam amino yang menyusun protein, sangat spesifik dan khas bagi setiap jenis
protein.
1. Asam amino essential adalah asam amino yang tidak bisa dibuat dalam tubuh atau
bisa dibuat tetapi jumlahnya tak mencukupi untuk keperluan tubuh. Asam-asam itu
jumlahnya ada 20 diantaranya Argine, Nistidine, Isimecine, Lysine, Methionine,
Valine, Phenylaline, Trytophan, Threonine. Kesepuluh asam amino sangat penting bagi
pembentukan protein kebutuhan tubuh yang semua itu harus tersedia dalam ransom.
2. Asam amino non essential adalah asam amino yang bisa dibuat dalam tubuh,dari
amiden-amiden dengan asam-asam organik biasa. Termasuk asam amino non essential
ialah : Alamime, Serine, Syrocyne, Glysine, Proline, Glycoloi, Norkucine, Tryrosin,
Citruline, Asam Aspergin, dan lain-lain.
2.2 Pelarut
Pelarut adalah zat atau substansi yang digunakan untuk melarutkan zat lain,
sehingga membentuk larutan homogen. Pelarut bekerja dengan cara mengurangi gaya
tarik antar molekul-molekul zat yang akan dilarutkan, sehingga memungkinkan
molekul-molekul tersebut tersebar merata dalam pelarut dan membentuk larutan.
Pelarut dapat digolongkan menjadi dua jenis utama berdasarkan sifat polaritas
mereka: pelarut polar dan pelarut nonpolar. Perbedaan antara keduanya terletak pada
sejauh mana molekul pelarut memiliki muatan listrik yang tidak seimbang dan
kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen atau ikatan polar lainnya dengan
molekul lain.
Pelarut Polar:
• Pelarut polar adalah pelarut yang memiliki muatan listrik yang tidak seimbang
dalam molekulnya.
• Contoh pelarut polar meliputi air (H2O), aseton, etanol, metanol, dan asam
asetat.
• Pelarut polar biasanya digunakan untuk melarutkan senyawa polar atau ionik.
Pelarut Nonpolar:
• Pelarut nonpolar adalah pelarut yang tidak memiliki muatan listrik yang tidak
seimbang dalam molekulnya.
• Pelarut nonpolar cenderung tidak dapat membentuk ikatan hidrogen atau ikatan
polar dengan senyawa lain.
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organic nonpolar seperti eter, aseton, dan kloroform.Sifat asam amino ini berbeda
dengan asam karboksilat maupun asam amina. Asam karboksilat alifatik maupun
aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam
air,tetapi telarut dalam pelarut organic. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut
dalam iar, tetapi terlarut dalam pelarut organik.
Selain itu, sifat fisika asam amino mempunyai struktur yang bermuatan dan
mempunyai polaritas tinggi. Asam amino juga mempunyai sifat sebagai elektrolit.
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H,
sedangkan gugus amina akan menerima ion H, seperti reaksi berikut:
-COOH-COO + H
-NH+H+) NH
Oleh adanya kedua gugus tersebut, asam amino dalam larutan dapat
membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut juga
ion amfoter (zwitter ion). Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila
asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam
bentuk (1) karena konsentrasi ion OH yang tinggi mampu mengikat ion-ion H pada
gugus -NH3. Sebaliknya bila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka
konsentrasi ion H yang tinggi mampu berikatan dengan ion COO- sehingga terbentuk
gugus-COOH sehingga asam amino akan terdapat dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi,
1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20 september 2023 pada pukul 12:30
-14:30 WIB, yang dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Jambi .
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah Tabung Reaksi, Rak
Tabung Reaksi, Timbangan,Digital,Beaker Glass,Gelas ukur 10 ml, Suntikan,dan
Sarung Tangan.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, uji coba kelarutan pada asam amino yang diamati adalah
kelarutan bahan-bahan asam amino dengan pelarut yang berbeda. Asam amino yang
digunakan pada uji kelarutan ialah asam amino alanin, glissin, tryptophan. Pelarut yang
digunakan dengan sifatnya yang berbeda berdasarkan kepolaran dan tingkat pH nya.
Pelarut yang digunakan NaOH, Aquades, Cloroform, Etanol, dan HCL.
Biasanya, asam amino memiliki kelarutan dalam air, tetapi biasanya tidak dapat
larut dalam larutan organik yang bersifat nonpolar, seperti etanol dan kloroform.
Namun, berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, asam amino glisin, dan triptofan
ternyata dapat larut dengan baik dalam pelarut NaOH, HCL, dan Aquades. Larutannya
tetap bening tanpa adanya endapan.Sedangkan pada asam amino berupa alanin yang di
campurkan atau dihomogenkan degan Aquades tidak dapat terlarut dengan baik.
Pada bahan asam amino berupa Alanin, Larutan Etanol tidak dapat terlarut ,
sedangkan pada glisin dan Tripophan dapat terlarut dengan baik. Sementara pada
larutan Cloroform,bahan asam amino berupa Alanin, glisin dan tripophan tidak terlarut
dan terdapat endapan.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, terlihat bahwa tingkat kelarutan
asam amino dalam etanol bervariasi, dan ini terkait dengan karakteristik kimianya.
Etanol adalah jenis senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus hidroksil (OH),
sehingga bersifat polar. Bagian hidrokarbon dalam etanol bersifat hidrofobik, yang
artinya ia tidak suka berinteraksi dengan molekul-molekul polar. Kelarutan asam amino
juga dipengaruhi oleh panjang rantai hidrokarbon dalam molekulnya, dimana semakin
panjang rantai hidrokarbonnya, kelarutannya cenderung semakin rendah. Etanol
sendiri merupakan senyawa nonpolar.
Ketika asam amino alanin dicampurkan dengan etanol, terjadi endapan atau
ketidaklarutan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa alanin membutuhkan suhu yang
tinggi agar dapat bereaksi dengan etanol, dan hal yang sama berlaku untuk cloroform.
Namun, ketika asam amino glisin dan triptofan dilarutkan dalam etanol, keduanya larut
dengan baik tanpa terbentuknya endapan, dan larutan tetap bening.
Jadi, kelarutan asam amino dalam etanol dapat dijelaskan oleh interaksi antara sifat
kimia asam amino itu sendiri dan karakteristik polar dari etanol. Alanin cenderung
mengendap dalam etanol karena memerlukan suhu tinggi untuk berinteraksi,
sedangkan glisin dan triptofan larut dengan baik dalam etanol tanpa adanya endapan,
menjadikan larutan tetap jernih.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi karboksil dan
amina serta rantai samping yang spesifik untuk setiap jenis asam amino dalam biokimia
sering disebut gugus karboksil.Asam amino yang bersifat asam mengandung gugus
COOH yang dapat mengion menjadi COO- dan H+,sedangkan asam amino dengan
gugus R yang mengandung gugus amino (NH2) bersifat basa,asam amino bersifat
amfoter yaitu dapat bersifat sebagai asam dan basa ,berdasarkan titik isoelektif asam
amino dapat dikelompokkkan menjadi asam amino basa ,asam,dan netral.Asam Amino
Glisin,Alanin,Tryptophan dapat terlarut dengan baik dengan pelarut HCL,NaOH,dan
Aquades ,sedangkan pada larutan Clorofrom dan Etanol pada glisin tidak terlarut atau
terjadi endapan.
5.2 Saran
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/9923/bab1.pdf?sequence=2&isAl
lowed=y - :~:text=Asam%20amino%20bersifat%20amfoter%2C%20yaitu,asam%20(pH%3C5).