Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

PELARUTAN ASAM AMINO

Disusun Oleh:
Josh Agustino Samwel Sinaga (D1A022171)

Dosen Pengampu:
1. Dr. Ir. Rainiyati, M. Si
2. Dr. Lizawati, S.P., M.P

Asisten Dosen:
1. Jepune Simanullang
2. Robby Abija Siringoringo

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam amino adalah molekul organik yang mengandung gugus amina (-NH2)
dan gugus asam karboksilat (-COOH). Mereka adalah komponen utama dalam struktur
protein, yang merupakan molekul biologis yang sangat penting dalam kehidupan.
Protein digunakan dalam berbagai fungsi biologis, seperti pembentukan struktur sel,
transportasi zat, katalisis reaksi kimia, dan banyak lagi. Asam amino juga memiliki
peran penting dalam sintesis protein, asam nukleat, dan berbagai proses biokimia
lainnya.

Untuk memahami sifat-sifat asam amino, salah satu eksperimen yang dapat
dilakukan adalah praktikum pelarutan asam amino. Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari bagaimana asam amino dapat larut dalam berbagai jenis pelarut dan
bagaimana larutan asam amino tersebut dapat dipisahkan dan dianalisis.

Dalam praktikum ini, kita akan mengkaji pelarutan tiga jenis asam amino, yaitu
alanin, glisin, dan triptofan, dalam beberapa jenis zat pelarut yang berbeda, termasuk
NaOH (natrium hidroksida), air (aquades), kloroform, etanol, dan HCl (asam klorida).
Penelitian ini akan membantu kami memahami bagaimana sifat-sifat asam amino
memengaruhi kelarutan mereka dalam pelarut-pelarut yang berbeda.

1.2 Tujuan Praktikum

• Untuk melihat daya larut berbagai asam amino dalam pelarut yang berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Amino

Asam amino adalah senyawa dengan satu atau lebih gugus karboksil (−COOH)
dan satu atau lebih gugus amino (−NH2) dalam molekulnya. Asam-asam amino
bergabung melalui ikatan peptida (ikatan antara gugus karboksil dari asam amino
dengan gugus amino dari asam amino disampingnya). Susunan antar asam amino dan
jenis asam amino yang menyusun protein, sangat spesifik dan khas bagi setiap jenis
protein.

Menurut Lenhninger ( 1982 ), asam-asam amino bisa dibedakan menjadi dua


macam yaitu :

1. Asam amino essential adalah asam amino yang tidak bisa dibuat dalam tubuh atau
bisa dibuat tetapi jumlahnya tak mencukupi untuk keperluan tubuh. Asam-asam itu
jumlahnya ada 20 diantaranya Argine, Nistidine, Isimecine, Lysine, Methionine,
Valine, Phenylaline, Trytophan, Threonine. Kesepuluh asam amino sangat penting bagi
pembentukan protein kebutuhan tubuh yang semua itu harus tersedia dalam ransom.

2. Asam amino non essential adalah asam amino yang bisa dibuat dalam tubuh,dari
amiden-amiden dengan asam-asam organik biasa. Termasuk asam amino non essential
ialah : Alamime, Serine, Syrocyne, Glysine, Proline, Glycoloi, Norkucine, Tryrosin,
Citruline, Asam Aspergin, dan lain-lain.
2.2 Pelarut

Pelarut adalah zat atau substansi yang digunakan untuk melarutkan zat lain,
sehingga membentuk larutan homogen. Pelarut bekerja dengan cara mengurangi gaya
tarik antar molekul-molekul zat yang akan dilarutkan, sehingga memungkinkan
molekul-molekul tersebut tersebar merata dalam pelarut dan membentuk larutan.

Pelarut dapat digolongkan menjadi dua jenis utama berdasarkan sifat polaritas
mereka: pelarut polar dan pelarut nonpolar. Perbedaan antara keduanya terletak pada
sejauh mana molekul pelarut memiliki muatan listrik yang tidak seimbang dan
kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen atau ikatan polar lainnya dengan
molekul lain.

Pelarut Polar:

• Pelarut polar adalah pelarut yang memiliki muatan listrik yang tidak seimbang
dalam molekulnya.

• Pelarut polar mampu membentuk ikatan hidrogen dan interaksi elektrostatik


dengan senyawa lain yang bersifat polar.

• Contoh pelarut polar meliputi air (H2O), aseton, etanol, metanol, dan asam
asetat.

• Pelarut polar biasanya digunakan untuk melarutkan senyawa polar atau ionik.

Pelarut Nonpolar:

• Pelarut nonpolar adalah pelarut yang tidak memiliki muatan listrik yang tidak
seimbang dalam molekulnya.

• Pelarut nonpolar cenderung tidak dapat membentuk ikatan hidrogen atau ikatan
polar dengan senyawa lain.

• Contoh pelarut nonpolar meliputi heksana, pentana, toluena, dan kloroform.


• Pelarut nonpolar biasanya digunakan untuk melarutkan senyawa nonpolar atau
senyawa dengan ikatan kovalen yang bersifat nonpolar.

2.3 Sifat-sifat Asam Amino

Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organic nonpolar seperti eter, aseton, dan kloroform.Sifat asam amino ini berbeda
dengan asam karboksilat maupun asam amina. Asam karboksilat alifatik maupun
aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam
air,tetapi telarut dalam pelarut organic. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut
dalam iar, tetapi terlarut dalam pelarut organik.

Selain itu, sifat fisika asam amino mempunyai struktur yang bermuatan dan
mempunyai polaritas tinggi. Asam amino juga mempunyai sifat sebagai elektrolit.
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H,
sedangkan gugus amina akan menerima ion H, seperti reaksi berikut:

-COOH-COO + H

-NH+H+) NH

Oleh adanya kedua gugus tersebut, asam amino dalam larutan dapat
membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut juga
ion amfoter (zwitter ion). Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila
asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam
bentuk (1) karena konsentrasi ion OH yang tinggi mampu mengikat ion-ion H pada
gugus -NH3. Sebaliknya bila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka
konsentrasi ion H yang tinggi mampu berikatan dengan ion COO- sehingga terbentuk
gugus-COOH sehingga asam amino akan terdapat dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi,
1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20 september 2023 pada pukul 12:30
-14:30 WIB, yang dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Jambi .

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah Tabung Reaksi, Rak
Tabung Reaksi, Timbangan,Digital,Beaker Glass,Gelas ukur 10 ml, Suntikan,dan
Sarung Tangan.

Adapun bahan yang digunakan asam amino (1 gr Alanin, 1 gr Glisin, dan 1 gr


Tryptophan),sedangkan untuk pelarutnya (5ml NaOH, 5 ml Aquades, 5 ml Cloroform,
5 ml Etanol, 5 ml Aquades dan 5 ml HCL).

3.3 Cara Kerja

1. Ambil alat dan bahan.

2. Timbang asam amino,glisin,alanin,tryptophan sebanyak 0,1 gram

3. Ukur pelarut NaOH,HCL,Aquades,Clorofom,Etanol sebanyak 100 ml

4. Masukkan asam amino ketabung reaksi

5. Masukkan pelarut dalam tabung reaksi

6. Goncang selama 60 detik dan diamkan beberapa saat

8. Amati hasil larutan,larut atau tidak dan catat hasilnya


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Asam Amino NaOH AQUADES CLOROFORM ETANOL HCL

Alanin Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Larut


Glycine Larut Larut Tidak Larut Larut Larut
Tryptophan Larut Larut Tidak Larut Larut Larut

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini, uji coba kelarutan pada asam amino yang diamati adalah
kelarutan bahan-bahan asam amino dengan pelarut yang berbeda. Asam amino yang
digunakan pada uji kelarutan ialah asam amino alanin, glissin, tryptophan. Pelarut yang
digunakan dengan sifatnya yang berbeda berdasarkan kepolaran dan tingkat pH nya.
Pelarut yang digunakan NaOH, Aquades, Cloroform, Etanol, dan HCL.

Dalam hal polaritas pelarut yang digunakan, terdapat perbedaan karakteristik


polaritasnya. Air (Aquades) termasuk dalam pelarut yang memiliki sifat polar,
sementara etanol lebih kurang polar. Dalam hal tingkat pH, larutan yang digunakan
juga menunjukkan variasi. Larutan HCL memiliki pH yang cenderung rendah,
sementara NaOH memiliki pH yang tinggi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa glisin, alanin, dan triptofan, yaitu jenis
asam amino, berhasil larut dalam pelarut HCL, NaOH, dan Aquades, terkecuali pada
senyawa Alanin yang dicampurkan dengan Aquades tidak dapat terlarut. Selama
pengamatan, terlihat bahwa larutan yang dihasilkan dari ketiga asam amino ini tetap
transparan, mengindikasikan bahwa glisin, alanin, dan triptofan memiliki kelarutan
yang baik dalam HCL, NaOH, dan Aquades.

Biasanya, asam amino memiliki kelarutan dalam air, tetapi biasanya tidak dapat
larut dalam larutan organik yang bersifat nonpolar, seperti etanol dan kloroform.
Namun, berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, asam amino glisin, dan triptofan
ternyata dapat larut dengan baik dalam pelarut NaOH, HCL, dan Aquades. Larutannya
tetap bening tanpa adanya endapan.Sedangkan pada asam amino berupa alanin yang di
campurkan atau dihomogenkan degan Aquades tidak dapat terlarut dengan baik.

Pada bahan asam amino berupa Alanin, Larutan Etanol tidak dapat terlarut ,
sedangkan pada glisin dan Tripophan dapat terlarut dengan baik. Sementara pada
larutan Cloroform,bahan asam amino berupa Alanin, glisin dan tripophan tidak terlarut
dan terdapat endapan.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, terlihat bahwa tingkat kelarutan
asam amino dalam etanol bervariasi, dan ini terkait dengan karakteristik kimianya.
Etanol adalah jenis senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus hidroksil (OH),
sehingga bersifat polar. Bagian hidrokarbon dalam etanol bersifat hidrofobik, yang
artinya ia tidak suka berinteraksi dengan molekul-molekul polar. Kelarutan asam amino
juga dipengaruhi oleh panjang rantai hidrokarbon dalam molekulnya, dimana semakin
panjang rantai hidrokarbonnya, kelarutannya cenderung semakin rendah. Etanol
sendiri merupakan senyawa nonpolar.
Ketika asam amino alanin dicampurkan dengan etanol, terjadi endapan atau
ketidaklarutan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa alanin membutuhkan suhu yang
tinggi agar dapat bereaksi dengan etanol, dan hal yang sama berlaku untuk cloroform.
Namun, ketika asam amino glisin dan triptofan dilarutkan dalam etanol, keduanya larut
dengan baik tanpa terbentuknya endapan, dan larutan tetap bening.

Jadi, kelarutan asam amino dalam etanol dapat dijelaskan oleh interaksi antara sifat
kimia asam amino itu sendiri dan karakteristik polar dari etanol. Alanin cenderung
mengendap dalam etanol karena memerlukan suhu tinggi untuk berinteraksi,
sedangkan glisin dan triptofan larut dengan baik dalam etanol tanpa adanya endapan,
menjadikan larutan tetap jernih.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi karboksil dan
amina serta rantai samping yang spesifik untuk setiap jenis asam amino dalam biokimia
sering disebut gugus karboksil.Asam amino yang bersifat asam mengandung gugus
COOH yang dapat mengion menjadi COO- dan H+,sedangkan asam amino dengan
gugus R yang mengandung gugus amino (NH2) bersifat basa,asam amino bersifat
amfoter yaitu dapat bersifat sebagai asam dan basa ,berdasarkan titik isoelektif asam
amino dapat dikelompokkkan menjadi asam amino basa ,asam,dan netral.Asam Amino
Glisin,Alanin,Tryptophan dapat terlarut dengan baik dengan pelarut HCL,NaOH,dan
Aquades ,sedangkan pada larutan Clorofrom dan Etanol pada glisin tidak terlarut atau
terjadi endapan.

5.2 Saran

Setiap praktikan diharapkan dapat menyimak penjelasan materi dari Dosen


maupun Asisten Dosen sebelum kegiatan dilakukan. Selain itu, praktikan juga
diharuskan untuk menjaga kebersihan dan keamanan laboratorium selama kegiatan
berlangsung. Dan setiap Praktikan juga disarankan untuk mempelajari materi sebelum
kegiatan praktikum dilaksanakan, guna meminimalisir terjadinya kekurangpahaman
selama pelaksanaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/9923/bab1.pdf?sequence=2&isAl
lowed=y - :~:text=Asam%20amino%20bersifat%20amfoter%2C%20yaitu,asam%20(pH%3C5).

Lehninger, 1982, “Dasar – dasar Biokimia”, Edisi 2, Jakarta : Erlangga

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press: Jakarta


LAMPIRAN

Glycine+Etanol Glycine+HCL Glycine+NaOH Glycine+Cloroform

Glycine+Aquades Proses pencampuran Alanin dengan pelarut yang berbeda

Tryptophan + NaOH, Aquades, Cloroform, Etanol dan HCL

Anda mungkin juga menyukai