Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PEMISAHAN DAN TEKNIK ANALISIS PROTEIN

KARAKTERISASI ASAM AMINO

Kelompok 1 :
1. AURELIA FIONA (210343606454)
2. GURITNA PUSPITASARI (210343606472)
3. SITI KHAIRUNISA (210343606446)
4. RIZTIA PUTRI OKTAFIA (210343606462)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Muh Ade Artasasta, S.Si
Indra Kurniawan Saputra S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN SAINS TERAPAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam amino adalah komponen utama penyusun protein. Nama asam amino
menunjukkan bahwa senyawa ini mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus
karboksil (COOH) yang bersifat asam dan gugus amino (-NH2) yang bersifat basa.
Secara umum asam amino dibagi ke dalam dua kelompok yaitu asam amino
esensial dan non esensial. Asam amino memainkan peran utama dalam mengatur
berbagai proses yang berkaitan dengan ekspresi gen, termasuk modulasi fungsi
protein yang meremediasi terjemahan messenger RNA [1]. Jika asam amino
kurang, maka sintesis protein tidak terjadi. Akibatnya penyakit kekurangan
protein dapat terjadi. Penting untuk mengambil diet seimbang yang mengandung
semua asam amino esensial.
Terdapat 20 macam asam amino pembentuk protein yang memiliki struktur
yang sama (kecuali prolin). Perbedaan asam amino satu dengan asam amino yang
lain terletak pada rantai sampingnya atau gugus R yang bervariasi dalam struktur
dan ukuranya [2].
Identifikasi asam amino diperlukan agar dapat mengetahui struktur, sifat serta
fungsi yang nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal. Identifikasi asam amino
dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif dengan Uji Ninhidrin dan Uji
Folin-Ciocalteu. Pentingnya mengetahui cara mengidentifikasi asam amino baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dalam suatu bahan agar kandungan
didalamnya dapat dimanfaatkan dengan optimal.

1.2 Tujuan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi asam amino secara kualitatif dan kuantitatif dengan Uji
Ninhidrin dan Uji Folin-Ciocalteu 
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat mahasiwa setelah melaksanakan praktikum adalah
mengetahui kandungan asam amino dalam suatu sampel melalui Uji Ninhidrin
dan Uji Folin-Ciocalteu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Amino

Asam amino adalah bagian yang terpenting dalam pembentukan protein.


Protein yang memiliki susunan kompleks dan sudah disederhanakan dipecah
menjadi 2 kelompok yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial.
Asam amino esensial merupakan asam-asam amino yang tidak dapat
diproduksi dalam tubuh sehingga harus ditambahkan atau diasup dari luar
tubuh dalam bentuk makanan dan minuman, sedangkan asam amino non
esensial merupakan asam-asam amino yang dapat diproduksi dalam tubuh
sehingga tidak perlu asupan dari luar tubuh. Asam amino biasanya berbentuk
serbuk dan mudah larut di dalam air tapi tidak dapat larut dalam pelarut
organik non polar [3].
Suatu asam amino- α terdiri dari gugus amino, gugus karboksil, atom H
dan gugus R tertentu yang semuanya terikat pada atom karbon α. Atom karbon
ini disebut α karena bersebelahan dengan gugus karboksil (asam). Gugus R
menyatakan rantai samping [4]. Asam amino bersifat amfoterik yang
cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan
asam [5]. Ada lebih dari 300 jenis asam amino yang dapat ditemukan di alam,
tetapi hanya 20 jenis asam amino yang menyusun protein, 19 diantaranya
merupakan amina primer dan 1 amina sekunder (prolin). Selain itu, 19 asam
amino memiliki C kiral dan 1 akiral (glisin).

G
Gambar 2.1 Struktur Asam Amino

Rantai samping atau gugus R inilah yang bervariasi dalam struktur,


ukuran, dan muatan listriknya. Variasi sifat gugus R menentukan kelarutan asam
amino dalam air. Asam amino pada umumnya larut dalam air dan tidak larut
dalam pelarut organik non polar, yaitu eter, aseton, dan kloroform. Asam amino
biasanya diklasifikasikan berdasarkan rantai samping tersebut menjadi empat
kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa
lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika non polar [2].

2.2 Uji Ninhidrin 


Ninhidrin merupakan
G reagen dari triketon siklik yang ketika bereaksi
dengan asam amino akan menghasilkan warna biru-ungu. Kompleks warna biru
ungu tersebut disebut dengan diketohidirn yang lebih dikenal dengan Ryhemann
purple. Dalam uji ninhidrin terjadi degradasi asam amino melalui reaksi
deaminasi, dekarboksilasi, dan oksidasi sisa rantai alkana menjadi aldehid [2].

Gambar 2.2 Struktur Ninhidrin

Prinsip dari uji ini adalah interaksi antara ninhidrin dengan asam amino
bebas. Asam amino bebas memiliki gugus -NH2 yang tidak digunakan untuk
membentuk ikatan peptida dengan asam amino lain. Adanya asam amino bebas
pada uji ninhidrin ditunjukkan dengan pembentukan warna biru sampel. Ketika
ninhidrin bereaksi dengan asam amino bebas akan menghasilkan CO 2, NH3, dan
aldehid. Produk yang dihasilkan ninhidrin yaitu berupa molekul hidrindantin yang
akan bereaksi dengan amonia (NH3) membentuk pigmen berwarna biru atau ungu,
yang juga disebut ungu Ruhemann aldehid [2].
Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, maka warna
yang timbul semakin pekat. Kompleks berwarna biru-ungu tersebut menyerap
pada panjang gelombang 570 nm sehingga secara kuantitatif metode ninhidrin ini
juga dapat digunakan untuk menentukan kadar asam amino bebas secara
spektrofotometri [6].

2.3 Uji Folin-Ciocalteu


Pereaksi Folin-Ciocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik yang
dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam heteropoli fosfotungstat. Pereaksi ini
terbuat dari air, natrium tungstat, natrium molibdat, asam natrium tungstat,
natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium sulfat fosfat, asam klorida,
litium sulfat, dan bromin [7].
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik
hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi fenol (garam alkali), mereduksi asam
heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya
terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin Ciocalteu dan produknya tidak
stabil pada kondisi basa. Selama reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil
bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-
fosfomolibdat berwarna biru. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat
setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk. Artinya semakin besar
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan
mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat
[8]

Gambar 2.3 Reduksi reagen Folin-Ciocalteu yang disebabkan oleh


oksidasi fenol dalam suatu sampel
Senyawa fenol dalam larutan akan bereaksi dengan reagen folin-ciocalteu
menghasilkan kuinon (turunan senyawa aromatic) serta kompleks Molybdenum-
blue yang menyebabkan larutan yang mengandung asam amino berubah warna
menjadi biru [9].
BAB III

METODE 

3.1 Alat dan bahan 

3.1.1 Alat 

Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, kertas label, lampu spiritus, korek api  dan tisu.

3.1.2 Bahan 

Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah larutan glisin 1%,
larutan albumin telur, larutan gula, larutan tirosin 1%, pereaksi ninhidrin 0,1%,
larutan Na2CO3 2%, larutan NaOH 0,1 N, pereaksi Folin-Ciocalteu 1% dan
akuades.

3.2 Prosedur Kerja 

3.2.1 Uji Ninhidrin 


Pada praktikum uji ninhidrin pertama-tama disiapkan 3 buah tabung reaksi
yang diberi label sesuai sampel yang digunakan yaitu pada tabung reaksi pertama
diisi 3 mL larutan glisin sebagai pengontrol positif, tabung reaksi kedua diisi 3
mL larutan albumin telur dan tabung reaksi ketiga diisi 3 mL larutan gula sebagai
pengontrol negatif. Kemudian ditambahkan 5 tetes pereaksi ninhidrin 0,1% lalu
dihomogenkan dan didiamkan beberapa saat. Perlakuan tambahan khusus untuk
tabung reaksi kedua dengan sampel albumin telur, setelah ditambahkan 5 tetes
pereaksi ninhidrin 0,1% dilakukan pemanasan kurang lebih 2 menit hingga warna
larutan berubah. 

3.2.2 Uji Folin-Ciocalteu


Pada praktikum uji Folin-Ciocalteu pertama-tama disiapkan 3 tabung
reaksi yang diberi label sesuai dengan sampel yang digunakan yaitu pada tabung
reaksi pertama diisi 3ml larutan tirosin sebagai pengontrol positif, tabung reaksi
kedua diisi 3 mL larutan albumin telur dan tabung reaksi ketiga diisi 3 mL larutan
gula sebagai pengontrol negatif. Kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan Na2CO3
2% pada masing-masing tabung reaksi lalu dihomogenkan dan didiamkan
beberapa saat. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL larutan NaOH 0,1 N pada
masing-masing tabung reaksi lalu di homogenkan dan didiamkan beberapa saat.
Lalu ditambahkan 5 tetes pereaksi Folin-Ciocalteu 1% dan dihomogenkan dan
didiamkan beberapa saat. Perlakuan tambahan khusus untuk tabung reaksi kedua
dengan sampel albumin telur, setelah ditambahkan 5 tetes pereaksi Folin-
Ciocalteu 1% dilakukan pemanasan kurang lebih 2 menit hingga warna larutan
berubah. 

3.3 Bagan Kerja 

3.3.1 Uji Ninhidrin 


Sampel

 Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang sudah diber label sesuai sampel yang
digunakan yaitu pada tabung reaksi 1 diisi 3 mL larutan glisin sebagai
pengontrol positif, tabung reaksi kedua diisi 3 mL larutan albumin telur
dan tabung reaksi ketiga diisi larutan gula sebagai pengontrol negatif
 Ditambahkan 5 tetes pereaksi ninhidrin 0,1% lalu dihomogenkan.
 Didiamkan beberapa saat 

Hasil
3.3.2 Uji Folin-Ciocalteu

Sampel

 Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang sudah diberi label sesuai sampel
yang digunakan yaitu pada tabung reaksi 1 diisi 3 mL larutan tirosin
sebagai pengontrol positif, tabung reaksi kedua diisi 3 mL larutan albumin
telur dan tabung reaksi ketiga diisi larutan gula sebagai pengontrol negatif
 Ditambahkan 2,5 mL larutan Na2CO3 2% pada masing-masing tabung
reaksi lalu dihomogenkan dan didiamkan beberapa saat
 Ditambahkan 0,5 mL larutan NaOH 0,1 N pada masing-masing tabung
reaksi lalu di homogenkan dan didiamkan beberapa saat.
 Ditambahkan 5 tetes pereaksi Folin-Ciocalteu 1% dan dihomogenkan dan
didiamkan beberapa saat

Hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data pengamatan

Berdasarkan praktikum karakterisasi protein yang telah dilaksanakan,


didapatkan data kedua uji ninhidrin dan folin ciocalteu sebegai berikut:

4.1.1 Uji Ninhidrin

Perlakuan Perubahan Warna yang Dihasilkan pada Tabung

I (Glisin) II (Albumin Telur) III (Gula)

Sebelum Sebelum Tidak ada


penambahan, warna penambahan, perubahan warna
larutan glisin tidak pereaksi warna
Uji Ninhidrin berwarna. Setelah larutan albumin
penambahan putih keruh.
pereaksi ninhidrin Setelah
terjadi perubahan penambahan
warna menjadi biru pereaksi ninhidrin
pekat terjadi perubahan
warna menjadi
putih kekuningan,
namun setelah
dilakukan
pemanasan
warnanya berubah
menjadi biru pekat

4.1.2 Uji Folin-Ciocalteu

Perlakuan Perubahan Warna yang Dihasilkan pada Tabung

I (Tirosin) II (Albumin Telur) III (Gula)

Sebelum Sebelum Sebelum


penambahan, warna penambahan, penambahan,
larutan tirosin putih larutan berwarna larutan tidak
keruh. Setelah putih keruh. berwarna. Setelah
dilakukan Setelah dilakukan dilakukan
Uji Folin- penambahan penambahan penembahan
Ciocalteu pereaksi folin- pereaksi folin- pereaksi folin-
ciocalteu terjadi ciocalteu terjadi ciocalteu terjadi
perubahan warna perubahan warna perubahan warna
menjadi biru pekat menjadi biru menjadi biru
dan terdapat endapan bening, namun bening
putih pada bagian sesudah dipanaskan
dasar tabung reaksi warna menjadi biru
pekat dan terdapat
endapan putih pada
bagian dasar tabung
reaksi

4.2 Analisis Data


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan analisis data
dari Uji Ninhidrin dan Uji Folin-Ciocalteu sebagai berikut:
1.2.1 Uji Ninhidrin
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pengujian ninhidrin pada
tabung reaksi pertama berisi larutan glisin sebagai pengontrol positif yang
awalnya tidak berwarna, setelah dilakukan penambahan pereaksi ninhidrin, warna
larutan menjadi biru pekat. Perubahan ini menunjukkan adanya asam amino di
dalam larutan glisin yang bereaksi dengan ninhidrin membentuk kompleks
diketohidrin. Pada tabung reaksi kedua berisi albumin telur yang awalnya
berwarna putih keruh. Setelah penambahan ninhidrin, warna berubah menjadi
putih kekuningan karena albumin telur mulai bereaksi dengan ninhidrin. Setelah
dipanaskan selama 2 menit, larutan menjadi biru pekat karena albumin yang
mengandung asam amino bebas telah bereaksi sepenuhnya dengan ninhydrin
sehingga membentuk kompleks diketohidrin berwarna biru pekat. Sedangkan
pada tabung reaksi ketiga tidak terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan gula
tidak mengandung asam amino.

4.2.2 Uji Folin-Ciocalteu


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada uji Folin Ciocalteu
tabung pertama berisi larutan tirosin sebagai pengontrol positif yang awalnya
berwarna putih keruh. Setelah penambahan Na2CO3, warna larutan masih tetap
putih keruh. Selanjutnya ditambahkan NaOH 0,1N dan warna larutan tetap putih
keruh. Setelah ditambahkan folin-ciocalteu, warna larutan menjadi biru pekat dan
terdapat endapan putih di bawah yang menandakan fenol bereaksi dengan folin-
ciocalteu, pada tabung reaksi kedua yang berisi albumin telur awalnya berwarna
putih keruh. Setelah penambahan Na2CO3, terdapat sedikit endapan berwarna
putih kekuningan. Selanjutnya ditambahkan NaOH 0,1N dan tidak terjadi
perubahan.
Setelah ditambahkan folin-ciocalteu, warna larutan berubah menjadi biru
bening dan tetap terdapat endapan. Setelah dilakukan proses pemanasan,
warnanya menjadi biru pekat dan endapan sedikit berkurang. Sedangkan pada
tabung reaksi ketiga berisi larutan gula yang tidak berwarna. Setelah penambahan
Na2CO3 tetap tidak ada perubahan warna. Selanjutnya ditambahkan NaOH 0,1N
dan tetap tidak ada perubahan warna. Setelah ditambahkan folin-ciocalteu, warna
larutan berubah menjadi biru bening.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Uji Ninhidrin
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan uji ninhidrin terdapat
beberapa asam amino yang terdeteksi mengandung asam amino yaitu pada tabung
reaksi pertama dan kedua. Pada tabung reaksi pertama terjadi perubahan warna
menjadi biru pekat, hal ini dapat terjadi karena terjadi reaksi ninhidrin dengan
asam amino bebas pada glisin yang menghasilkan kompleks diketohidrin.
Sedangkan pada tabung reaksi kedua sebelum dilakukan pemanasan larutan
berwarna putih kekuningan karena protein yang terkandung dalam albumin telur
belum terdenaturasi sehingga tidak dapat bereaksi dengan larutan ninhidrin.
Fungsi dilakukannya pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi dengan
cara mendenaturasi protein dalam albumin telur sehingga dapat lebih cepat
bereaksi dengan ninhidrin membentuk kompleks diketohidrin yang ditunjukkan
dengan perubahan warna menjadi biru pekat. Hasil pengujian pada tabung reaksi
ketiga tidak terjadi perubahan warna karena gula tidak mengandung asam amino
bebas yang dapat bereaksi dengan ninhidrin untuk membentuk kompleks
diketohidrin. Dalam uji ini, ninhidrin bertindak sebagai oksidator, ninhidrin akan
bereaksi dengan gugus amino (-NH2) sehingga menyebabkan deaminasi pada α
asam amino bebas, yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid. Produk yang
dihasilkan ninhidrin yaitu berupa molekul hidrindantin yang akan bereaksi dengan
ammonia (NH3) membentuk pigmen berwarna biru atau ungu, yang juga disebut
ungu Ruhemann aldehid [2].
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa sampel yang menunjukan hasil
positif pada uji ninhidrin adalah sampel larutan glisin pada tabung reaksi pertama
yang memberikan warna biru pekat dan sampel larutan albumin telur pada sampel
kedua yang memberikan warna biru pekat. Sedangkan, sampel larutan gula pada
tabung reaksi 3 menunjukan hasil negatif pada uji ninhidrin karena tidak terjadi
perubahan warna. Hal ini menunjukan larutan gula tidak mengandung asam amino

4.3.2 Uji Folin-Ciocalteu


Berdasarkan praktikum uji folin ciocalteu yang telah dilakukan,
didapatkan hasil pada tabung reaksi pertama terjadi perubahan warna menjadi biru
pekat serta terdapat endapan putih dibagian dasar tabung reaksi. Endapan yang
terbentuk merupakan residu dari sampel larutan tirosin.
Pada tabung reaksi kedua terjadi perubahan warna dari putih keruh
menjadi biru bening karena gugus fenol sudah bereaksi dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu, akan tetapi setelah dilakukan pemanasan terjadi reaksi yang lebih cepat
antara gugus fenol pada albumin telur dengan Folin-Ciocalteu sehingga warna
berubah menjadi biru pekat. Perubahan warna terjadi karena terbentuknya
kompleks berwarna biru dari fosfomolik dan fosfotungstrat yang tereduksi oleh
senyawa fenolik dalam suasana basa [8]. Dilakukan penambahan Na 2CO3 yang
bertujuan sebagai pembentukan suasana basa sehingga reaksi reduksi folin-
ciocalteu oleh gugus karboksil dari senyawa fenolik dapat terjadi.
Sesuai prinsip dari metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik
hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi fenol (garam alkali), mereduksi asam
heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W) [8]. Fenolat
hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin Ciocalteu dan produknya
tidak stabil pada kondisi basa. Selama reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil
bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-
fosfomolibdat berwarna biru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tabung reaksi
pertama dan kedua mengandung fenol.
Pada tabung reaksi ketiga terjadi perubahan warna menjadi biru bening
setelah penambahan folin ciocalteu. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan
adanya gugus fenol pada gula yang tidak murni. Penambahan Na2CO3 dan NaOH
pada pengujian ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan karena fungsi
Na2CO3 dan NaOH adalah untuk pengaturan pH larutan sebelum diberi folin-
ciocalteu, bukan untuk menguji keberadaan asam amino di dalam larutan.

Gambar 4.3.2 Reaksi Pembentukan Kompleks Molybdenum Tungsten


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Percobaan ini dapat membuktikan bahwa asam amino dalam suatu sampel
dapat diuji secara kualitatif dengan 2 cara, yaitu dengan uji ninhidrin dan uji folin-
ciocalteu. Hasil dari uji ninhidrin pada tabung reaksi pertama dengan sampel
glisin dan tabung reaksi kedua dengan sampel albumin telur menunjukkan
perubahan warna menjadi biru pekat, hal ini menandakan bahwa keduanya
mengandung asam amino bebas yang membentuk kompleks diketohidrin yang
ditandai dengan warna biru keunguan, sedangkan pada tabung reaksi ketiga tidak
karena tidak mengalami perubahan warna.
Pada percobaan Folin-Ciocalteu didapat bahwa tabung reaksi pertama
dengan sampel tirosin dan tabung kedua dengan sampel albumin telur
menunjukan perubahan warna menjadi biru pekat hal menandakan bahwa
keduanya mengandung asam amino bebas. Namun albumin telur mengandung
jumlah asam amini lebih rendah daripada trosin, sedangkan pada tabung reaksi
ketiga terjadi perubahan warna menjadi biru bening. Hal ini dapat terjadi karena
kemungkinan gula masih mengandung fenol akibat tebu yang digunakan sebagai
bahan bakunya masih kurang steril. Pemanasan yang dilakukan pada larutan
albumin telur berfungsi untuk mempercepat proses reaksi, sampel dapat
dipanaskan sesaat setelah dihomogenkan dengan ninhidrin atau folin-ciocalteu. 

5.2 Saran
Pada praktikum karakterisasi asam amino ini sebaiknya disediakan sampel
dan bahan-bahan uji lainnya serta peralatan seperti korek yang cukup digunakan
untuk sejumlah kelompok yang ada. Hal ini berguna untuk mengefisienkan waktu
sebaik mungkin. Serta ketenangan dan ketelitian juga saat diperlukan pada
praktikum ini khususnya kepada praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Soult, A. S. (2001). Spectroscopic studies of group IV metal/silica xerogels


and zeolites. The Florida State University.https://doi.org/10.1021/ja010607v
[2] Simamora, A. (2015). Asam amino, Peptida, dan Protein. Buku Ajar Blok 3
Biologi Sel, 1, 43.
[3] Sitompul S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil
kedelai. Buletin Teknik Pertanian 9(1): 33-37.
[4] NURMA, O. (2021). MODUL BIOKIMIA MATERI METABOLISME
PROTEIN, ASAM AMINO DAN GENETIK PENDIDIKAN BIOLOGI
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
[5] Nurhikma, N., Nurhayati, T., & Purwaningsih, S. (2017). Amino acid, fatty
acid, and mineral content of marine worm from south east sulawesi. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20(1), 36-44.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v20i1.16396
[6] Prastika, H. H., Ratnayani, K., Puspawati, N. M., & Laksmiwati, A. A. I. A.
M. (2019). Penggunaan enzim pepsin untuk produksi hidrolisat protein
kacang gude (Cajanus cajan (L.) Millsp.) yang aktif antioksidan. Cakra
Kimia, 7(2), 180-188. https://doi.org/10.24843/CK.2019.v07.i02
[7] Folin, Octo, Ciocalteu, Vintila, 1944, On Tyrosine and Tryptophane
Determinations in Proteins, Jour.Bio.Chem., 73 : 627-650, 1927, in. Todd-
Sanford, 10, 412
[8] Singleton, V. L., & Rossi, J. A. (1965). Colorimetry of total phenolics with
phosphomolybdic-phosphotungstic acid reagents. American journal of
Enology and Viticulture, 16(3), 144-158.
[9] Pallawagau, M., Yanti, N. A., Jahiding, M., Kadidae, L. O., Asis, W. A., &
Hamid, F. H. (2019). Penentuan Kandungan Fenolik Total Liquid Volatile
Matter dari Pirolisis Kulit Buah Kakao dan Uji Aktivitas Antifungi terhadap
Fusarium oxysporum. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, 15(1), 165-179.
LAMPIRAN

Nama Sampel yang di Uji

Tirosin 1% Albumin Telur


Natrium Karbonat

Pereaksi Folin-Ciocalteu NaOH 0,1 N

Anda mungkin juga menyukai