Kelompok 1 :
1. AURELIA FIONA (210343606454)
2. GURITNA PUSPITASARI (210343606472)
3. SITI KHAIRUNISA (210343606446)
4. RIZTIA PUTRI OKTAFIA (210343606462)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Muh Ade Artasasta, S.Si
Indra Kurniawan Saputra S.Si, M.Si
PENDAHULUAN
Asam amino adalah komponen utama penyusun protein. Nama asam amino
menunjukkan bahwa senyawa ini mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus
karboksil (COOH) yang bersifat asam dan gugus amino (-NH2) yang bersifat basa.
Secara umum asam amino dibagi ke dalam dua kelompok yaitu asam amino
esensial dan non esensial. Asam amino memainkan peran utama dalam mengatur
berbagai proses yang berkaitan dengan ekspresi gen, termasuk modulasi fungsi
protein yang meremediasi terjemahan messenger RNA [1]. Jika asam amino
kurang, maka sintesis protein tidak terjadi. Akibatnya penyakit kekurangan
protein dapat terjadi. Penting untuk mengambil diet seimbang yang mengandung
semua asam amino esensial.
Terdapat 20 macam asam amino pembentuk protein yang memiliki struktur
yang sama (kecuali prolin). Perbedaan asam amino satu dengan asam amino yang
lain terletak pada rantai sampingnya atau gugus R yang bervariasi dalam struktur
dan ukuranya [2].
Identifikasi asam amino diperlukan agar dapat mengetahui struktur, sifat serta
fungsi yang nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal. Identifikasi asam amino
dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif dengan Uji Ninhidrin dan Uji
Folin-Ciocalteu. Pentingnya mengetahui cara mengidentifikasi asam amino baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dalam suatu bahan agar kandungan
didalamnya dapat dimanfaatkan dengan optimal.
1.2 Tujuan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi asam amino secara kualitatif dan kuantitatif dengan Uji
Ninhidrin dan Uji Folin-Ciocalteu
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat mahasiwa setelah melaksanakan praktikum adalah
mengetahui kandungan asam amino dalam suatu sampel melalui Uji Ninhidrin
dan Uji Folin-Ciocalteu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
G
Gambar 2.1 Struktur Asam Amino
Prinsip dari uji ini adalah interaksi antara ninhidrin dengan asam amino
bebas. Asam amino bebas memiliki gugus -NH2 yang tidak digunakan untuk
membentuk ikatan peptida dengan asam amino lain. Adanya asam amino bebas
pada uji ninhidrin ditunjukkan dengan pembentukan warna biru sampel. Ketika
ninhidrin bereaksi dengan asam amino bebas akan menghasilkan CO 2, NH3, dan
aldehid. Produk yang dihasilkan ninhidrin yaitu berupa molekul hidrindantin yang
akan bereaksi dengan amonia (NH3) membentuk pigmen berwarna biru atau ungu,
yang juga disebut ungu Ruhemann aldehid [2].
Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, maka warna
yang timbul semakin pekat. Kompleks berwarna biru-ungu tersebut menyerap
pada panjang gelombang 570 nm sehingga secara kuantitatif metode ninhidrin ini
juga dapat digunakan untuk menentukan kadar asam amino bebas secara
spektrofotometri [6].
METODE
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, kertas label, lampu spiritus, korek api dan tisu.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah larutan glisin 1%,
larutan albumin telur, larutan gula, larutan tirosin 1%, pereaksi ninhidrin 0,1%,
larutan Na2CO3 2%, larutan NaOH 0,1 N, pereaksi Folin-Ciocalteu 1% dan
akuades.
Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang sudah diber label sesuai sampel yang
digunakan yaitu pada tabung reaksi 1 diisi 3 mL larutan glisin sebagai
pengontrol positif, tabung reaksi kedua diisi 3 mL larutan albumin telur
dan tabung reaksi ketiga diisi larutan gula sebagai pengontrol negatif
Ditambahkan 5 tetes pereaksi ninhidrin 0,1% lalu dihomogenkan.
Didiamkan beberapa saat
Hasil
3.3.2 Uji Folin-Ciocalteu
Sampel
Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang sudah diberi label sesuai sampel
yang digunakan yaitu pada tabung reaksi 1 diisi 3 mL larutan tirosin
sebagai pengontrol positif, tabung reaksi kedua diisi 3 mL larutan albumin
telur dan tabung reaksi ketiga diisi larutan gula sebagai pengontrol negatif
Ditambahkan 2,5 mL larutan Na2CO3 2% pada masing-masing tabung
reaksi lalu dihomogenkan dan didiamkan beberapa saat
Ditambahkan 0,5 mL larutan NaOH 0,1 N pada masing-masing tabung
reaksi lalu di homogenkan dan didiamkan beberapa saat.
Ditambahkan 5 tetes pereaksi Folin-Ciocalteu 1% dan dihomogenkan dan
didiamkan beberapa saat
Hasil
BAB IV
5.1 Kesimpulan
Percobaan ini dapat membuktikan bahwa asam amino dalam suatu sampel
dapat diuji secara kualitatif dengan 2 cara, yaitu dengan uji ninhidrin dan uji folin-
ciocalteu. Hasil dari uji ninhidrin pada tabung reaksi pertama dengan sampel
glisin dan tabung reaksi kedua dengan sampel albumin telur menunjukkan
perubahan warna menjadi biru pekat, hal ini menandakan bahwa keduanya
mengandung asam amino bebas yang membentuk kompleks diketohidrin yang
ditandai dengan warna biru keunguan, sedangkan pada tabung reaksi ketiga tidak
karena tidak mengalami perubahan warna.
Pada percobaan Folin-Ciocalteu didapat bahwa tabung reaksi pertama
dengan sampel tirosin dan tabung kedua dengan sampel albumin telur
menunjukan perubahan warna menjadi biru pekat hal menandakan bahwa
keduanya mengandung asam amino bebas. Namun albumin telur mengandung
jumlah asam amini lebih rendah daripada trosin, sedangkan pada tabung reaksi
ketiga terjadi perubahan warna menjadi biru bening. Hal ini dapat terjadi karena
kemungkinan gula masih mengandung fenol akibat tebu yang digunakan sebagai
bahan bakunya masih kurang steril. Pemanasan yang dilakukan pada larutan
albumin telur berfungsi untuk mempercepat proses reaksi, sampel dapat
dipanaskan sesaat setelah dihomogenkan dengan ninhidrin atau folin-ciocalteu.
5.2 Saran
Pada praktikum karakterisasi asam amino ini sebaiknya disediakan sampel
dan bahan-bahan uji lainnya serta peralatan seperti korek yang cukup digunakan
untuk sejumlah kelompok yang ada. Hal ini berguna untuk mengefisienkan waktu
sebaik mungkin. Serta ketenangan dan ketelitian juga saat diperlukan pada
praktikum ini khususnya kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA