LABORATORIUM : Biokimia
PRAKTIKUM : Biokimia
JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Asam Amino dalam
Sampel
Oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul : Penentuan Jenis Asam Amino dalam Sampel
B. Tanggal Percobaan : 15 September 2021
C. Selesai Percobaan : 15 September 2021
D. Tujuan Percobaan : Menentukan asam amino dalam sampel
dengan kromatografi plat KLT
E. Dasar Teori
1. Pengertian Asam Amino
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki
gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam
biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu
atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil
memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam
bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam
pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi
karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk
golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu
fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalin yang tak
berwarna, larut dalam air (kecuali sistin dan tirosin) mereka ada umumnya
larut dalam alkohol encer, tidak larut dalam alkohol absolut atau dalam eter
atau dalam pelarut-pelarut organic yang umum. Ada sejumlah asam amino
seperti: glisin, alanine, serin, mempunyai rasa yang manis. Glutamat
mempunyai rasa gurih, sedangkan asam-asam lainnya mempunyai rasa yang
pahit (Sastrohamidjojo, 2005). Asam amino membentuk garam internal
yang disebut ion zwiter.Proton yang lemah dari asam karboksilat mudah
diahlikan kepada gugus amino, yaitu basa lemah, sehingga terbentuk garam
internal (Willbraham, 2007).
Menurut Lenhninger ( 1982 ) asam-asam amino bisa dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
a. Asam amino essential adalah asam amino yang tidak bisa dibuat dalam
tubuh atau bisa dibuat tetapi jumlahnya tak mencukupi untuk keperluan
tubuh. Asam-asam itu jumlahnya ada 20 diantaranya Argine, Nistidine,
Isimecine, Lysine, Methionine, Valine, Phenylaline, Trytophan,
Threonine. Kesepuluh asam amino sangat penting bagi pembentukan
protein kebutuhan tubuh yang semua itu harus tersedia dalam ransom.
b. Asam amino non essential adalah asam amino yang bisa dibuat dalam
tubuh,dari amiden-amiden dengan asam-asam organik biasa. Termasuk
asam amino non essential ialah : Alamime, Serine, Syrocyne, Glysine,
Proline, Glycoloi, Norkucine, Tryrosin, Citruline, Asam Aspergin, dan
lain-lain.
Rumus umum asam amino dapat ditunjukkan sebagai berikut.
C
H2N H COOH
R
2. Klasifikasi Asam Amino
Berdasarkan struktur kimia, asam amino digolongkan menjadi :
i. Kelompok asam amino Monoamino-monokarboksilat : glisin, alanin,
serin, treonin, valin, leusin, dan isoleusin.
ii. Kelompok asam amino yang mengandung sulfur : metionin, sistin, dan
sistein.
iii. Kelompok asam amino monoamino-dikarboksilat : asam aspartat dan
asam glutamat.
iv. Kelompok asam amino dasar : lisin, arginin, hidroksiprolin, dan
histidin.
v. Kelompok asam amino aromatik : fenilalanin dan treonin.
vi. Kelompok asam amino heterosiklik : triptofan, prolin, dan
hidroksiprolin.
3. Analisis Asam Amino
Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode
gravimetri, kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis.
Salah satu metode yang banyak memperoleh pengembangan adalah metode
kromatografi. Ada beberapa macam kromatografi diantaranya kromatografi
kertas, kromatografi lapis tipis (KLT), dan kromatografi penukar ion
(Poedjaji , 1994).
4. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk pemisahan
tertentu. Cara ini dikenalkan oleh TSWETT, ia telah menggunakan untuk
pemisahan senyawa – senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi
diambillkan dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan
untuk senyawa- senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan
pemisahan – pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada
senyawa – senyawa yang tak berwarna (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit
– analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan gerak.
Fase diam dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil atau dalam
bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada
dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan
sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas.
Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang
digunakan selalu cair (Rohman, 2009).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah kromatografi yang
menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan
tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis
pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan
kromatografi. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa
secara cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang
dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat
dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan dapat
didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari
jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis
pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada
kromatografi lapis tipis tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang
diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada lempeng yang
sama di samping kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat
pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda (Dirjen
POM, 1979).
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat
penjerap) dan sistem larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena
keduanya bekerjasama untuk mencapai pemisahan. Selain itu hal yang juga
penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat
pengembangan, jarak pengembangan , atmosfer bejana dan lain- lain . Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan
angka Rf atau hRf.
Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Jarak garis depan dari titik awal
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat
ditentukan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h),
menghasilkan nilai berjangka 0 – 100. Jika keadaan luar misalnya sifat
penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak
menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukkan
angka Rf lebih rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti
dengan yang lebih sesuai. Jika angka hRf lebih tinggi dari hRf yang
dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih rendah maka
komponen polar pelarut harus dinaikkan (Stahl 1985).
F. Alat dan Bahan
1. Alat
Plat KLT 1 buah
Pipa Kapiler 4 buah
Gelas Kimia 1 buah
Gelas Ukur 1 buah
Oven 1 buah
Klip dan Benang Wol 1 buah
Chamber 1 buah
Cawan Petri 1 buah
2. Bahan
Asam Asetat Glacial 1,2 ml
N-butanol 5 ml
Aquades secukupnya
Larutan Asam Amino standar secukupnya
Larutan Sampel secukupnya
Larutan Ninhidrin secukupnya
G. Alur Percobaan
1. Pembuatan Larutan Pengelusi
- Dicampur
- Ditempatkan dalam chamber
Eluen pengelusi
2. Menentukan Komponen Asam Amino
Plat KLT 4 x 5 cm
- Noda pada pelat KLT ditandai dengan pensil dan ditutup dengan
selotip
- Dihitung harga Rf tiap-tiap noda
- Dicatat warna nodanya
- ditentukan jenis asam aminonya dalam sampel dengan
membandingkan harga Rf yg diperoleh dengan Rf asam amino
standar
Komponen asam amino
Reaksi :
H2N+ C COO- N
OH
O + R O O
O + CH3
O O
+
H3N HC C O-
OH
OH
O + IOH
O O
HO CH2 CHO
O O + +
+ CO2 (g) + 3H2O(aq)+ H+(aq)
H. Hasil Pengamatan
+ H2O (l)
Fasa gerak
Dugaan:
+
H3N HC C O-
O O +
CH3-CHO(aq) +CO2(g)
+3H2O(aq)+H+(aq)
OH
OH
O (aq) +
O
+
H3N HC C O-
IOH
(aq)
O O
O O
(aq) +
HO CH2 CHO
H2N+ C COO- N
OH
O + R O O
O + CH3
O O
+
H3N HC C O-
OH
OH
O + IOH
O O
HO CH2 CHO
O O + +
+ CO2 (g) + 3H2O(aq)+ H+(aq)
J. Kesimpulan
Sampel adalah asam amino glisin karena berdasarkan perhitungan, Rf sampel
adalah 0,26. Artinya dekat dengan nilai Rf Glisin berdasarkan teori. Dan nilai
Rf sampel B sama dengan nilai Rf sampel D sehingga dapat disimpulkan sampel
D adalah asam amino glisin.
K. Daftar Pustaka
Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
Lehninger, (1982). Dasar – dasar Biokimia Edisi 2. Jakarta: Erlangga.
Ditambah 6 ml asam
asetat glasial
Ditambah 25 ml
aquades
Dimasukkan ke dalam
Chamber danditunggu
hingga 1,5 jam
Disiapkan 4 macam
sampel
Diambil sampel untuk
diteteskan ke plat
KLT
Diteteskan sampel ke
plat KLT
menggunakan pipa
kapiler. Lalu
dikeringkan dengan
diangin-anginkan
sebelum tetesan
berikut. Besar
maksimal diameter
noda 0.4 cm.
Setelah semua sampel
diteteskan, platKLT
digantung dalam
chamber sampai eluen
mencapai batas atas.
Dimasukkan kembali
pada oven dengan
suhu 105-110 C
selama 5 menit.
Disemprot dengan
ninhidrin
N. Lampiran Perhitungan
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑜𝑡𝑜𝑙𝑎𝑛
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1 𝑐𝑚
Rf alanin (A) = 3,5 𝑐𝑚 = 0,29
0,9 𝑐𝑚
Rf Glisin (B) = = 0,26
3,5 𝑐𝑚
1,7 𝑐𝑚
Rf Tirosin (C) = = 0,48
3,5 𝑐𝑚
0,9 𝑐𝑚
Rf sampel (D) = = 0,26
3,5 𝑐𝑚