Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

LABORATORIUM : Biokimia
PRAKTIKUM : Biokimia
JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Asam Amino dalam
Sampel

Oleh :

Nama : Umi Nadziroh NIM :18030194037 Kls :PKA 2018

Program/Jurusan : S1 Pendidikan Kimia / Kimia

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul : Penentuan Jenis Asam Amino dalam Sampel
B. Tanggal Percobaan : 15 September 2021
C. Selesai Percobaan : 15 September 2021
D. Tujuan Percobaan : Menentukan asam amino dalam sampel
dengan kromatografi plat KLT
E. Dasar Teori
1. Pengertian Asam Amino
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki
gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam
biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu
atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil
memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam
bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam
pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi
karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk
golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu
fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalin yang tak
berwarna, larut dalam air (kecuali sistin dan tirosin) mereka ada umumnya
larut dalam alkohol encer, tidak larut dalam alkohol absolut atau dalam eter
atau dalam pelarut-pelarut organic yang umum. Ada sejumlah asam amino
seperti: glisin, alanine, serin, mempunyai rasa yang manis. Glutamat
mempunyai rasa gurih, sedangkan asam-asam lainnya mempunyai rasa yang
pahit (Sastrohamidjojo, 2005). Asam amino membentuk garam internal
yang disebut ion zwiter.Proton yang lemah dari asam karboksilat mudah
diahlikan kepada gugus amino, yaitu basa lemah, sehingga terbentuk garam
internal (Willbraham, 2007).
Menurut Lenhninger ( 1982 ) asam-asam amino bisa dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
a. Asam amino essential adalah asam amino yang tidak bisa dibuat dalam
tubuh atau bisa dibuat tetapi jumlahnya tak mencukupi untuk keperluan
tubuh. Asam-asam itu jumlahnya ada 20 diantaranya Argine, Nistidine,
Isimecine, Lysine, Methionine, Valine, Phenylaline, Trytophan,
Threonine. Kesepuluh asam amino sangat penting bagi pembentukan
protein kebutuhan tubuh yang semua itu harus tersedia dalam ransom.
b. Asam amino non essential adalah asam amino yang bisa dibuat dalam
tubuh,dari amiden-amiden dengan asam-asam organik biasa. Termasuk
asam amino non essential ialah : Alamime, Serine, Syrocyne, Glysine,
Proline, Glycoloi, Norkucine, Tryrosin, Citruline, Asam Aspergin, dan
lain-lain.
Rumus umum asam amino dapat ditunjukkan sebagai berikut.
C

H2N H COOH

R
2. Klasifikasi Asam Amino
Berdasarkan struktur kimia, asam amino digolongkan menjadi :
i. Kelompok asam amino Monoamino-monokarboksilat : glisin, alanin,
serin, treonin, valin, leusin, dan isoleusin.
ii. Kelompok asam amino yang mengandung sulfur : metionin, sistin, dan
sistein.
iii. Kelompok asam amino monoamino-dikarboksilat : asam aspartat dan
asam glutamat.
iv. Kelompok asam amino dasar : lisin, arginin, hidroksiprolin, dan
histidin.
v. Kelompok asam amino aromatik : fenilalanin dan treonin.
vi. Kelompok asam amino heterosiklik : triptofan, prolin, dan
hidroksiprolin.
3. Analisis Asam Amino
Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode
gravimetri, kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis.
Salah satu metode yang banyak memperoleh pengembangan adalah metode
kromatografi. Ada beberapa macam kromatografi diantaranya kromatografi
kertas, kromatografi lapis tipis (KLT), dan kromatografi penukar ion
(Poedjaji , 1994).
4. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk pemisahan
tertentu. Cara ini dikenalkan oleh TSWETT, ia telah menggunakan untuk
pemisahan senyawa – senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi
diambillkan dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan
untuk senyawa- senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan
pemisahan – pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada
senyawa – senyawa yang tak berwarna (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit
– analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan gerak.
Fase diam dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil atau dalam
bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada
dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan
sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas.
Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang
digunakan selalu cair (Rohman, 2009).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah kromatografi yang
menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan
tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis
pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan
kromatografi. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa
secara cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang
dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat
dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan dapat
didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari
jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis
pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada
kromatografi lapis tipis tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang
diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada lempeng yang
sama di samping kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat
pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda (Dirjen
POM, 1979).
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat
penjerap) dan sistem larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena
keduanya bekerjasama untuk mencapai pemisahan. Selain itu hal yang juga
penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat
pengembangan, jarak pengembangan , atmosfer bejana dan lain- lain . Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan
angka Rf atau hRf.
Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Jarak garis depan dari titik awal
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat
ditentukan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h),
menghasilkan nilai berjangka 0 – 100. Jika keadaan luar misalnya sifat
penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak
menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukkan
angka Rf lebih rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti
dengan yang lebih sesuai. Jika angka hRf lebih tinggi dari hRf yang
dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih rendah maka
komponen polar pelarut harus dinaikkan (Stahl 1985).
F. Alat dan Bahan
1. Alat
 Plat KLT 1 buah
 Pipa Kapiler 4 buah
 Gelas Kimia 1 buah
 Gelas Ukur 1 buah
 Oven 1 buah
 Klip dan Benang Wol 1 buah
 Chamber 1 buah
 Cawan Petri 1 buah
2. Bahan
 Asam Asetat Glacial 1,2 ml
 N-butanol 5 ml
 Aquades secukupnya
 Larutan Asam Amino standar secukupnya
 Larutan Sampel secukupnya
 Larutan Ninhidrin secukupnya
G. Alur Percobaan
1. Pembuatan Larutan Pengelusi

25 mL n-butanol 6 mL asam asetat 25 mL n-aquades


glasial

- Dicampur
- Ditempatkan dalam chamber

Eluen pengelusi
2. Menentukan Komponen Asam Amino

Plat KLT 4 x 5 cm

- Digambar batas atas 0,5 cm diberi batas bawah 1 cm batas


samping kiri dan kanan masing-masing 0,5 cm serta titik sampel
dengan jarak antar sampel A,B,C,D 1 cm menggunakan pensil.
- Dioven selama 1 menit pada suhu 105 0C-110 0C
- Ditotolkan 4 macam larutan A, B, C, S dan sampel dengan
menggunakan pipa kapiler dengan jarak 1 cm
- Tiap tetesan harus dikeringkan dahulu sebelum tetesan
berikutnya
- Besar diameter noda tetesn tidak lebih dari 0,4 cm
- Digantungan Plat KLT dalam chamber untu dijenuhkan dengan
uap eluen
- Dikeluarkan saat eluen sudah sampai pada batas atas
Plat KLT setelah di elusi

- Dikeluarkan Plat KLT


- Dioven pada suhu 105-110 0C
- Disemprot dengan ninhidrin
- Dikeringkan kembali selama 1 menit

Noda-noda asam amino yang berwarna akan kelihatan

- Noda pada pelat KLT ditandai dengan pensil dan ditutup dengan
selotip
- Dihitung harga Rf tiap-tiap noda
- Dicatat warna nodanya
- ditentukan jenis asam aminonya dalam sampel dengan
membandingkan harga Rf yg diperoleh dengan Rf asam amino
standar
Komponen asam amino
Reaksi :

 Reaksi ninhidrin dengan asam amino


O
O O
H
OH

H2N+ C COO- N
OH

O + R  O O

 Reaksi ninhidrin dengan alanine


O
O
OH
+
H3N HC C O-
OH

O + CH3 
O O

O O + CH3CHO(aq) + CO2 (g) + 3H2O (aq) + H+ (aq)

 Reaksi ninhidrin dengan tirosin


O

+
H3N HC C O-

OH

OH

O + IOH 
O O

HO CH2 CHO
O O + +
+ CO2 (g) + 3H2O(aq)+ H+(aq)
H. Hasil Pengamatan

No. Hasil Pengamatan


Alur Percobaan Dugaan Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah

1. Pembuatan Larutan Pengemulsi - n-butanol - n-butanol + Dari percobaan


(fasa gerak) larutan tidak CH3COOH ini terdapat
(aq)
25 mL n-butanol berwarna glasial larutan asam asetat glasial reaksi
- CH3COOH tidak berwarna esterifikasi.
-Ditambahkan 6 mL asam glacial larutan Produk dari
asetat glasial + 25 mL tidak berwarna (aq) reaksi
n-butanol
aquades - Aquades larutan esterifikasi
tidak berwarna adalah butil
- Dicampur sambil
asetat
dikocok
(aq)
suatu ester
- Diletakkan dalam chamber

+ H2O (l)
Fasa gerak
Dugaan:

- n butanol = semi polar


- CH3COOH glacial= non
polar
- Aquades = polar
- Eluene = semi polar
- urutan kepolaran :
aquades> n-butanol> asam
asetat glasial
2. Menentukan Komponen Asam - larutan A - ditetesi larutan Berdasarkan Teori ( Sampel adalah
Amino (alanin) : A,B,C,D : noda Hert,2004) asam amino
Plat KLT 4x10 cm larutan tidak belum terlihat hlisin karena
Rf alanin = 0,38
- Digambarkan batas atas 0,5 berwarna - digantung berdasarkan
- larutan B ( dalam chamber Rf glisin = 0,26 perhitungan,
cm dan batas bawah 1 cm
batas samping kiri kanan glisin ) : : eluen naik ke Rf tirosin =0,45 Rf sampel
masing-masing 0,5 cm larutan tidak batas atas adalah 0,26.
.
- Diberi titik sampel A,B,C,D 1 berwarna - dioven : plat Artinya dekar
cm dengan menggunakan - larutan C ( KLT kering dengan nilai Rf
pensil tirosin) : - ditembatkan Glisin
Reaksi ninhidrin dengan asam
- Dioven pada suhu 105-110 larutan tidak dengan berdasarkan
amino:
℃ selama 1 menit berwarna ninhidrin teori. Dan nilai
O
- Ditetesi 4 macam larutan (A, - larutan D kemudian di Rf sampel B
OH
B, C, D) berdampingan (sampel ) : oven : muncul sama dengan
dengan pipa kapiler OH
larutan tidak noda berwarna nilai Rf sampel
- Dikeringkan dengan cara O +
berwarna - noda A: merah D sehingga
diangin-anginkan sebelum
- larutan - noda B : kuning Ninhidrin dapat
tetesan berikut diletakkan
ninhidrin : - noda C : merah disimpulkan
diatasnya
keunguan sampel D
larutan tidak - noda D : kuning H adalah asam
- Besar noda maksimal 0,4
cm berwarna - Rf alanin (A) = H2N+ C COO- amino glisin
- Digantung dalam chamber 1 𝑐𝑚
= 0,29
untuk dijenuhkan dengan 3,5 𝑐𝑚 R

uap eluen sampai eluen - Rf glisin (B) = Asam amino


mencapai batas atas 0,9 𝑐𝑚
= 0,26 
3,5 𝑐𝑚
Plat KLT yang telah dialiri eluen
- Rf tirosin (C) =
- Dikeluarkan dari chamber 1,7 𝑐𝑚 O O
= 0,48
- Dioven kembali pada suhu 3,5 𝑐𝑚
N
105-110 ℃ selama 1 menit - Rf sampel (D) =
- Ditandai dengan pensil 0,9 𝑐𝑚 O O
= 0,26
3,5 𝑐𝑚
Plat KLT dengan noda asam Reaksi ninhidrin dengan
amino
alanin :
- Dicatat warnanya
O
- Dihitung harga Rf pada tiap
noda OH

- Ditetapkan komponen asam


OH
amino dalam larutan
- Dibandingkan harga Rf O +
percobaan dengan Rf asam
amino standar
O

+
H3N HC C O-

Komponen Asam Amino


CH3 
O O

O O +

CH3-CHO(aq) +CO2(g)
+3H2O(aq)+H+(aq)

Reaksi ninhidrin dengan


tirosin
O

OH

OH

O (aq) +
O

+
H3N HC C O-

IOH
(aq)
O O

O O

(aq) +
HO CH2 CHO

+ CO2 (g) + 3H2O(aq)+ H+(aq)


I. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar asam amino
dalam sampel menggunakan metode kromatpgrafi lapis tipis (KLT).
Kromatografi merupakan cara pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan distribusi dari koponen-komponen dalam campuran diantara dua
fase. Fase tersebut adalah fase diam dan fase gerak. Prinsip dari pemisahan
kromatografi ini adalah dengan perbedaan sistem partisi, dimana fase diamnya
berupa pelat kromatografi berbahan silika dan fase geraknya berupa cairan
pelarut (eluen). Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam percobaan
ini yakni tahap pembuatan larutan pengelusi dan tahap menentukan asam amino
dalam sampel.
a. Pembuatan Larutan Pengelusi
Pada pembuatan larutan pengelusi ini bertujuan untuk membuat eluen
atau larutan pengemulsi sebagai fase gerak. Pembuatan larutan ini yaitu 25
mL larutan n-butanol tidak berwarna ditambahkan dengan 6 mL larutan
asam asetat glasial tidak berwarna sambil dikocok. Kemudian ditambahkan
dengan 25 mL aquades tidak berwarna sambil dikocok kembali. Hasil dari
penambahan larutan n-butanol, asam asetat glasial dan aquades
mendapatkan larutan yang tidak berwarna. dengan reaksi sebagai berikut.
CH3CH2CH2CH2OH (l) + CH3COOH (l)  CH3COOCH2CH2CH2CH3 (aq)
+ H2O (l)
Fungsi penambahan aquades yaitu bertujuan untuk meningkatkan
kelarutan asam amino supaya dapat diserap oleh kertas kromatografi karena
asam amino bersifat tidak larut dalam pelarut organik. Kemudian fungsi
pengocokan adalah bertujuan untuk menghomogenkan larutan karena pada
awalnya campuran tersebut tidak dapat menjadi larutan homogen
dikarenakan terdapat gugus alkil (R) pada n-butanol dan asam amino yang
bersifat hidrofob serta mempermudah terjadinya proses distribusi antara air
dan n-butanol. Setelah homogen maka dihasilkan larutan pengelusi atau
eluen. Eluen yang dihasilkan berupa larutan tidak berwarna dan mempunyai
bau yang menyengat dimana menandakan bahwa adanya reaksi esterifikasi
yang menghasilkan ester berupa butil asetat.
n-butanol bersifat polar, asam asetat glasialbersifat non polar dan
aquades bersifat polar sehingga aquades > n-butanol > asam asetat glasial
dan didapatkan aeluen yang bersifat semi polar. Perbedaan kepolaran inilah
yang digunakan sebagai dasar pemisahan asam amino karena setiap asam
amino memiliki kemampuan larut pada pelarut dengan kepolaran yang
berbeda-beda.
b. Penentuan Komponen Asam Amino
Pada percobaan ini adalah penentuan komponen asam amino dengan
menggunakan plat KLT berukuran 4x5 cm. Plat KLT diberikan jarak dan
tanda tempat menotolkan asam amino terlebih dahulu menggunakan pensil.
Jarak dari bawah 1 cm, jarak dari atas 0,5 cm dan jarak dari samping kanan
kiri 0,5 cm. Pemberian jarak yang berbeda antara atas dan bawah bertujuan
untuk agar eluen tidak langsung diserap oleh asam amino sehingga noda
yang dihasilkan dapat terlihat. Kemudian diberikan titik sampel dengan
jarak antar sampel A, B, C, dan D 1 cm menggunakan pensil. Pemberian
titik menggunakan pensil bukan bolpoin Karena jika menggunakan bolpoin
ditakutkan tinta dari bolpoin ikut berpendar. Kemudian plat KLT dioven
selama 1 menit pada suhu 1050C – 1100C untuk mengaktifkan daya serap
plat KLT terhadap eluen dan suhu yang digunakan agar menyesuaikan
bahan yang digunakan pada plat dimana daya serap aktif pada suhu tersebut.
Kemudian ditetesi 4 macam larutan dimana larutan A yaitu larutan alanin
yang tidak berwarna, larutan B yaitu larutan glisin tidak berwarna, larutan
C yaitu larutan tirosin tidak berwarna dan larutan D yaitu larutan sampel
yang tidak berwarna. Pada saat penotolan plat KLT harus dilakukan dengan
hati-hati agar plat KLT tidak rusak karena jika plat KLT rusak maka akan
mempengaruhi kevalidan hasil dari pemisahan komponen. Besar penotolan
masing-masing diharapkan 0,4 cm dan tidak melebihi. Kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan agar asam amino dpaat diserap
baik oleh silica gel dan setiap titik ditotolkan asam amino sebanyak tiga kali
agar noda dapat terlihat dengan baik. Setelah proses penotolan selesai, plat
KLT diletakkan dalam wadah chamber dengan cara digantung untuk
dijenuhkan dengan uap eluen sampai eluen mencapai batas atas plat KLT.
Diusahakan ketika meletakkan plat KLT pada chamber posisinya tegak
lurus agar noda yang terbentuk hasilkan tidak miring sehingga
mempengaruhi perhitungan nilai Rf. Kemudian chamber ditutup dengan
rapat agar terjadi pemisahan yang sempurna.
Plat KLT yang telah dialiri oleh eluen dikeluarkan dari wadah
chamber kemudian dioven selama 5 menit pada suhu 1050C – 1100C untuk
mengaktifkan daya serap plat KLT terhadap eluen dan suhu yang digunakan
agar menyesuaikan bahan yang digunakan pada plat dimana daya serap aktif
pada suhu tersebut. Plat KLT kemudian disemprot dengan larutan ninhidrin
tidak berwarna. Tujuan penyemprotan ini adalah untuk mengetahui
distribusi asam amino tidak berwarna. Dengan adanya penyemprotan
dengan ninhidrin tersebut noda-noda hasil akan terlihat karena reaksi asam
amino dengan ninhidrin menghasilkan kompleks berwarna biru namun akan
berwarna coklat kekuningan setelah dikeringkan. Warna noda yang
terbentuk adalah sebagai berikut.
1. Noda A : merah
2. Noda B : kuning
3. Noda C : merah kekuningan
4. Noda D : kuning
Kemudian bercak noda ditandai dengan pensil lalu dihitung nilai Rf
nya. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Rf sebegai berikut.
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑜𝑡𝑜𝑙𝑎𝑛
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas diperoleh data nilai Rf


pada setiap titik yaitu:
1 𝑐𝑚
 Rf alanin (A) = 3,5 𝑐𝑚 = 0,29
0,9 𝑐𝑚
 Rf Glisin (B) = = 0,26
3,5 𝑐𝑚
1,7 𝑐𝑚
 Rf Tirosin (C) = = 0,48
3,5 𝑐𝑚
0,9 𝑐𝑚
 Rf sampel (D) = = 0,26
3,5 𝑐𝑚

Berdasarkan teori (Hart, 2004) Rf alanine adalah 0,38, Rf glisin


adalah 0,26 dan Rf tirosin adalah 0,45. dari perhitungan Rf diatas dapat
diketahui bahwa nilai Rf sampel sama dengan nilai Rf standar B yaitu glisin.
Sampel adalah asam amino glisin karena berdasarkan perhitungan Rf
sampel adalah 0,26 artinya dekat dengan nilai Rf glisin berdasarkan teori
serta nilai Rf sampel B sama dengan nimai Rf sampel D sehingga dapat
dipastikan bahwa sampel D adalah asam amino glisin.
Reaksi yang terbentuk pada percobaan adalah sebagai berikut.
 Reaksi ninhidrin dengan asam amino
O
O O
H
OH

H2N+ C COO- N
OH

O + R  O O

 Reaksi ninhidrin dengan alanine


O
O
OH
+
H3N HC C O-
OH

O + CH3 
O O

O O + CH3CHO(aq) + CO2 (g) + 3H2O (aq) + H+ (aq)


 Reaksi ninhidrin dengan tirosin
O

+
H3N HC C O-

OH

OH

O + IOH 
O O

HO CH2 CHO
O O + +
+ CO2 (g) + 3H2O(aq)+ H+(aq)

J. Kesimpulan
Sampel adalah asam amino glisin karena berdasarkan perhitungan, Rf sampel
adalah 0,26. Artinya dekat dengan nilai Rf Glisin berdasarkan teori. Dan nilai
Rf sampel B sama dengan nilai Rf sampel D sehingga dapat disimpulkan sampel
D adalah asam amino glisin.
K. Daftar Pustaka
Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
Lehninger, (1982). Dasar – dasar Biokimia Edisi 2. Jakarta: Erlangga.

Poedjiadi, A., & Supriyanti, T. (2006). Dasar-dasar Biokimia Edisi Kedua .


Jakarta: UI Press.

Rohman. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu. Yogyakarta


Sastrohamidjojo Hardjono. (1985 ). Kromatografi, Edisi kedua. Yogyakarta:
Liberty.
Stahl Egon. (1985), Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB,
Bandung
Wilbraham, Antony,C., Matta, Michael, S. 2007, Pengantar Kimia Organik
dan Hayati. Bandung: Penerbit ITB.
L. Jawaban Pertanyaan
1. Apakah keuntungan dan kerugian dalam metode pemisahan dengan
kromatografi kertas ?
Jawab:
a. Keuntungan Kromatograsi Kertas
1) Tidak diperlukan peralatan yang teliti dan mahal
2) Dapat diperoleh hasil yang baik walaupun dengan peralatan dan
materi yang sederhana
3) Senyawa yang terpisah dapat dideteksi pada kertas dan diidentifikasi
b. Kerugian Kromatografi Kertas
1) Banyaknya permasalahan menyangkut cara pemasukan fasa gerak,
perambatan fasa gerak, dan penggumpalan
2) Membutuhkan waktu lama
3) Keterbatasan parameter senyawa yang diuji
2. Apakah metode kromatografi kertas dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif ?
Jawab:
Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif
maupun kuntitatif. Pada analisis kualitatif metode ini dilakukan dengan
membandingkan harga Rf sampel dengan larutan standar. Sedangkan untuk
analisis kuantitatif yaitu dengan membandingkan luas noda yang dihasilkan
sampel dengan luas noda larutan standar, kemudian dibuat kurva kalibrasi
antara luas beberapa noda larutan dengan konsentrasinya sehingga dari
kurva kalibrasi konsentrasi sampel dapat ditentukan. luas noda dapat diukur
dengan alat planimeter.
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai Rf ?
Jawab:
1. Pelarut
Disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-
perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat
menyebabkan perubahan perubahan harga Rf
2. Suhu
Perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan
aliran
3. Ukuran dari bejana
Volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi
mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen
pelarut dari kertas
4. Kertas
Pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas
mempengaruhi kecepatan aliran.ia akan juga mempengaruhi pada
kesetimbangan partisi
4. Sifat dari campuran , berbagai senyawa mengalami partisi dan antara
volume volume yang sama dari fase tetap dan bergerak. Mereka hampir
selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap yang
lainnya hingga harga Rfnya
M. Lampiran Foto
Pembuatan Eluen

Menyiapkan alat dan


bahan untuk membuat
eluen
25 ml larutan n-butanol

Ditambah 6 ml asam
asetat glasial

Ditambah 25 ml
aquades

Dimasukkan ke dalam
Chamber danditunggu
hingga 1,5 jam

Penentuan jenis asam amino dalam sampel


Pembuatan plat KLT
(digambar batas atas
0.5 cm, batas bawah
1 cm, batas samping
kanan-kiri 0.5 cm
dan diberi 4 titik
sampel dengan jarak
1 cm).
Dimasukkan ke oven
dengan suhu 105-
110 C selama 1
menit.

Dikeluarkan dari oven

Disiapkan 4 macam
sampel
Diambil sampel untuk
diteteskan ke plat
KLT

Diteteskan sampel ke
plat KLT
menggunakan pipa
kapiler. Lalu
dikeringkan dengan
diangin-anginkan
sebelum tetesan
berikut. Besar
maksimal diameter
noda 0.4 cm.
Setelah semua sampel
diteteskan, platKLT
digantung dalam
chamber sampai eluen
mencapai batas atas.

Dimasukkan kembali
pada oven dengan
suhu 105-110 C
selama 5 menit.
Disemprot dengan
ninhidrin

Dioven kembali pada


suhu 105-110 C
selama 3 menit

Dikeluarkan dari oven


dan ditandai noda
dengan pensil.

Plat KLT dengan noda


asam amino. Dicatat
warnanya dan dihitung
nilai Rf setiap noda.

N. Lampiran Perhitungan
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑜𝑡𝑜𝑙𝑎𝑛
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1 𝑐𝑚
 Rf alanin (A) = 3,5 𝑐𝑚 = 0,29
0,9 𝑐𝑚
 Rf Glisin (B) = = 0,26
3,5 𝑐𝑚
1,7 𝑐𝑚
 Rf Tirosin (C) = = 0,48
3,5 𝑐𝑚
0,9 𝑐𝑚
 Rf sampel (D) = = 0,26
3,5 𝑐𝑚

O. Lampiran Tulis Tangan


Type your text

Anda mungkin juga menyukai