Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI KANDUNGAN ASAM AMINO PADA SAMPEL DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK KROMATOGRAFI KERTAS

Ni Nyoman Trisna Yanti

Program Studi Analis Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha

E-mail : trisnayanti243@gmail.com

ABSTRAK

Praktikum identifikasi kandungan asam amino pada sampel dengan


menggunakan teknik kromatografi kertas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perbandingan koefisien distribusi (Rf) dari berbagai asam amino terutama alanin,
glisin, leusin, dan triptofan serta menentukan kandungan asam amino pada sampel
melalui kromatografi kertas dengan teknik ascending. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan prinsip kerja kromatografi kertas. Hasil percobaan
menunjukkan harga Rf dengan eluen n-butanol, aquadest dan asam asetat glasial
adalah sebagai berikut; Rf sampel alanin 0.43, Rf sampel glisin 0.33, Rf sampel
leusin 0.91 dan Rf sampel triptofan 0.80. Untuk harga Rf dengan eluen fenol dan
aquadest adalah sebagai berikut; Rf sampel alanin 0.93, Rf sampel glisin 0.90, Rf
sampel leusin 0.94 dan Rf sampel triptofan 0.66.
Kata kunci : asam amino, eluen, kromatografi kertas, Rf
ABSTRACT
Practicum identification of amino acid content in the sample using paper
chromatography techniques was carried out in order to determine the ratio of the
distribution coefficient (Rf) of various amino acids, especially alanine, glycine,
leucine, and tryptophan and determine the amino acid content in the sample via
paper chromatography with ascending techniques. The method used is a qualitative
method with the working principle of paper chromatography. The results showed that
the Rf price with n-butanol, aquadest and glacial acetic acid eluents were as follows:
the alanine sample Rf was 0.43, glycine sample Rf was 0.33, 0.91 leucine Rf sample
and 0.80 tryptophan sample. The price of Rf with phenol and aquadest eluent was as
follows: the Rf of the alanine sample was 0.93, the Rf of the glycine sample was 0.90,
the Rf of the leucine sample was 0.94, and the Rf of the tryptophan sample was 0.66.

Keywords: amino acids, eluents, paper chromatography, Rf


I. PENDAHULUAN molekul-molekul komponen untuk
Asam amino adalah senyawa melarut dalam cairan; (b)
yang mempunyai rumus umum kecenderungan molekul-molekul
+
H3NCH – (R) COO-, bersifat ion dan komponen untuk melekat pada
hidrofil. Asam-asam amino saling permukaan padatan halus; (c)
berbeda gugus R-nya. Ada sekitar 20 kecenderungan molekul-molekul
macam asam amino penting yang komponen untuk bereaksi secara kimia
merupakan pembentuk protein dan (penukar ion); (d) kecenderungan
disebut asam amino hidrolisat, seperti molekul-molekul terelusi pada pori-
Alanin (Ala), Arginin (Arg), Sistein pori fasa diam. Pemisahan terjadi
(Sis), Glutamin (Gln), Asam glutamat berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat
(Glu), Glisin (Gly), Histidin (His), yang menyusun suatu sampel. Hasil
Isoleusin (Leu), Lisin (Lys), Metionin pemisahan dapat digunakan untuk
(Met), Fenilalanin (Phe), Prolin (Pro), keperluan identifikasi untuk analisis
Serin (Ser), Treonin (Thr), Triptofan kualitatif, penetapan kadar untuk
(Trp) Tirosin (Tyr), dan Valin (Val). analisis kuantitatif, pemurnian suatu
Cara analisis asam amino yang masih senyawa (Soebagio, dkk, dalam
lazim digunakan sampai saat ini adalah Tika,2010).
kromatografi dengan berbagai macam Kromatografi kertas
teknik seperti kromatografi kertas, dapat digunakan untuk
lapis tipis, dan kolom. mengidentifikasi asam amino yang
Kromatografi adalah salah satu terdapat dalam suatu sampel. Hal ini
metode pemisahan kimia yang pertama kali dilakukan oleh seorang
didasarkan pada adanya perbedaan kimiawan Inggris Richard Laurence
partisi zat pada fase diam (stationary Millington Synge (1914-1994).
phase) dan fase gerak (mobile phase). Senyawa kompleks yang tersusun atas
Fase gerak membawa zat terlarut asam amino dapat disederhanakan
lainnya yang terelusi lebih awal atau dengan menggunakan metode
lebih akhir. Fase diam dapat bertindak kromatografi kertas. Saat campuran
sebagai penyerap, seperti alumina dan asam amino menaiki lembaran kertas
silika gel atau dapat bertindak secara vertical karena ada fenomena
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi kapiler, partisi asam amino antara fasa
partisi antara fase diam dan fase gerak. mobil dan fase diam (air) yang
Dalam proses ini suatu lapisan cairan teradsorbsi pada seulosa berlangsung
pada penyangga yang inert berfungsi berulang-ulang. Ketika pelarut
sebagai fase diam. mencapai ujung atas kertas proses
Dalam kromatografi selalu dihentikan. Setiap asam amino
terdapat salah satu kecenderungan bergerak dari titik awal sepanjang
sebagai berikut; (a) kecenderungan jarak tertentu. Dari nilai Rf, masing-
masing asam amino dapat 250 mL (1 buah) dan statif dan klem (1
diidentifikasi. buah).
Setiap komponen memiliki Bahan
harga Rf tertentu. Besaran Rf Bahan-bahan yang digunakan
merupakan derajat retensi suatu dalam praktikum ini adalah kertas
komponen dalam fasa diam. Karena kromatografi, larutan n-butanol (100
itu, Rf juga disebut dengan faktor mL), asam asetat glacial (24 mL),
retensi. Harga Rf dapat dihitung larutan sampel alanin, glisin, leusin,
dengan jarak yang ditempuh oleh triptofan (masing-masing 2 mL),
komponen dibagi dengan jarak tempuh larutan Ninhidrin, aquadest (200 mL),
eluen (Tika,2010). dan fenol 2,5 % (20 mL).
jarak yang ditempuh komponen dari garis dasar
Rf
Jarak yang ditempuh eluen dari garis dasar
Prosedur kerja
a. Pembuatan Larutan Eluen
II. METODE Campuran n-Butanol
Metode yang digunakan adalah Sebanyak 100 mL larutan n-
dengan melakukan percobaan butanol ditambahkan 100 mL aquadest
kualitatif di laboratorium. Percobaan dan 24 mL asam asetat glacial. Ketiga
identifikasi kandungan asam amino larutan tersebut ditempatkan ke dalam
pada sampel dengan menggunakan corong pisah dan dikocok. Kedua
teknik kromatografi kertas ini lapisan yang terbentuk kemudian
dilakukan di Laboratorium Analis dipisahkan.
Kimia Program Studi Analis Kimia,
Universitas Pendidikan Ganesha b. Penyiapan Kertas Kromatografi
Singaraja pada tanggal 21 September Kertas kromatografi disiapkan
2018. dengan ukuran yang disesuaikan
dengan wadah kromatografi. Pada
Alat bagian dari tepi bawah kertas ditandai
Alat-alat yang digunakan sekitar 1,5 cm dengan menggunakan
dalam praktikum ini adalah pipa pensil.
kapiler (4 buah), ruang kromatografi (1
buah), gelas kimia 250 mL (1 buah), c. Proses Kromatografi dengan
gelas kimia 100 mL (1 buah), batang Menggunakan Eluen Fenol
pengaduk (2 buah), spatula (1 buah), Kertas kromatografi dengan
penggaris (1 buah), gunting (1 buah), ukuran 8,5 x 10 cm ditotolkan dengan
pinset (1 buah), pensil (1 buah), pipet larutan sampel yaitu larutan alanin,
tetes (2 buah), alat pengering (1 buah), glisin, leusin, triptofan dengan
money detector (1 buah), corong pisah menggunakan pipet kapiler. Jarak
totolan antara satu dengan yang lain
adalah 1,5 cm. Perlu diperhatikan tiap Kertas kromatografi disiapkan
tetesan harus dikeringkan terlebih dengan ukuran 8,5 x 10 cm dan
dahulu dengan diangin-anginkan ditandai dengan pensil 1,5 cm dari tepi
sebelum tetesan berikutnya ditotolkan. bawah. Kemudian dengan pipa kapiler
Besar noda hendaknya jangan melebihi ditotolkan larutan sampel (larutan
0,4 cm. Kertas dijaga bersih dan alanin, glisin, leusin, triptofan) dengan
sedapatnya tidak tersentuh jari. jarak 1,5 cm. larutan ujung terletak 2
Selanjutnya, kertas digantungkan cm dari pinggir kertas. Setiap totolan
dalam ruang kromatografi yang sudah sampel satu dengan yang lain
berisi eluen (fenol: aquadest) yang diberikan jarak yang cukup.
sudah dijenuhkan selama beberapa jam Sedangkan besar noda tidak melebihi
agar elusi dapat berjalan. Setelah diameter 0,4 cm. Kemudian kertas
larutan elusi berjalan kurang lebih 10 bersih dan sedapat mungkin jangan
cm dari batas sampel, elusi dihentikan disentuh oleh jari, maka digunakan
dan kertas kromatografi dikeluarkan pinset. Setelah ruang kromatografi
dari ruang kromatografi. Kemudian telah jenuh oleh uap eluen maka kertas
batas larutan ditandai dengan pensil tersebut digantungkan dalam ruang
dan kertas kromatografi dikeringkan kromatografi dan dicelupkan tepi
menggunakan alat pengering. Setelah bawah kertas kromatografi dalam
itu, kertas yang telah dikeringkan eluen. Elusi sampel kira-kira eluen
disemprot dengan larutan ninhidrin menempuh jarak 10 cm. setelah itu
yang selanjutnya dikeringkan kembali elusi dihentikan dan ditandai jarak
dengan alat pengering. Kemudian noda yang terbentuk setelah elusi oleh
dilihat noda-noda yang terbentuk eluen dengan pensil. Kertas
menggunakan alat money detector dan kromatografi selanjutnya dikeringkan
diukur jarak eluen dengan jarak warna menggunakan alat penggaris. Lalu
yang dibentuk. Sehingga diperoleh kertas disemprotkan dengan larurtan
nilai Rf. ninhidrin dan dikeringkan kembali
d. Proses Kromatografi dengan menggunakan alat pengering selama 5
Menggunakan Eluen Campuran n- menit. Noda-noda asam amino akan
Butanol, Aquadest dan Asam Asetat terlihat. Selanjutnya dapat dihitung
Glasial harga Rf nya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan
 Eluen ( Fenol 20 mL : Aquadest 8 mL)
Jarak tempuh ( cm)
No Sampel Nilai Rf Warna noda
Eluen Noda
1 Larutan Triptofan 8,3 5,5 0,66 Violet
2 Larutan Leusin 8,3 7,8 0,94 Violet
3 Larutan Alanin 8,3 7,7 0,93 Violet
4 Larutan Glisin 8,3 7,5 0,90 Violet

 Eluen (100 mL n-butanol : 100 mL aquadest : 24 mL asam asetat glasial)


Jarak tempuh ( cm)
No Sampel Nilai Rf Warna noda
Eluen Noda
1 Larutan Triptofan 8,5 6,8 0,80 Violet
2 Larutan Leusin 8,5 7,7 0,91 Violet
3 Larutan Alanin 8,5 3,7 0,43 Violet
4 Larutan Glisin 8,5 2,8 0,33 Violet

Pembahasan asam asetat glacial dan air bersifat


Percobaan identifikasi polar sehingga asam asetat dan air
kandungan asam amino pada sampel akan saling bercampur.
dengan menggunakan teknik Eluen dimasukkan ke dalam
kromatografi kertas ini menggunakan ruang kromatografi yang sebelumnya
dua jenis eluen. Eluen pertama yaitu sudah dijenuhkan. Penjenuhan ini
campuran n-butanol, aquadest dan dilakukan untuk mempercepat proses
asam asetat glasial, sedangkan eluen elusi oleh eluen. Kemudian kedua
kedua yaitu campuran fenol dan kertas kromatografi yang telah berisi
aquadest. sampel juga dimasukkan ke dalam
Kertas kromatografi disiapkan ruang kromatografi. Mekanisme yang
dua buah sesuai dengan prosedur kerja. terjadi yaitu komponen polar dari
Kertas pertama ditotolkan larutan eluen yaitu air akan teradsorpsi pada
sampel (larutan alanin, glisin, leusin kertas tersusun atas selulosa. Molekul-
dan triptofan). Jarak antara sampel molekul air yang bersifat polar akan
kurang lebih 1,5 cm yang bertujuan terdistribusi pada permukaan kertas
agar sampel yang ada tidak saling sebagai fase diam. Pada saat fase diam
tercampur pada saat proses (polar) ini dilewati oleh eluen yang
kromatografi dilakukan. bersifat nonpolar (n-butanol dan
Eluen pertama terdiri dari fenol fenol), akan terjadi pemisahan sampel
dan aquadest. Fenol bersifat non polar yang disebabkan oleh perbedaan
dan aquadest bersifat polar. Sedangkan distribusi asam amino yang menyusun
eluen kedua terdiri atas n-butanol, campuran asam amino dalam fase
aquadest dan asam asetat glasial. gerak dan air (fase diam).
Ketika larutan dicampurkan terbentuk Pada saat percobaan, kertas
dua lapisan. Hal ini terjadi karena n- kromatografi tidak boleh disentuh
butanol bersifat non polar sedangkan dengan tangan karena tangan manusia
menghasilkan zat organik. Salah pada gambar 1. Pada percobaan
satunya adalah asam amino yang dapat identifikasi kandungan asam amino
mengganggu dalam pengamatan pada sampel dengan menggunakan
perhitungan Rf. Elusi dihentikan teknik kromatografi ini menggunakan
ketika eluen telah menempuh jarak metode ascending. Kromatografi
kurang lebih 10 cm dari tempat sampel ascending merupakan kromatografi
ditotolkan. Kemudian kertas diambil kertas dimana arah fase geraknya
dari ruang kromatografi. Jarak yang menarik, dengan memanfaatkan gaya
ditempuh oleh sampel dapat dilihat kapiler.

(a) (b)
Gambar 1. (a) kromatogram dengan campuran eluen fenol dan aquadest yang
disemprotkan ninhidrin, (b) kromatogram dengan campuran eluen n-butanol dan
aquadest dan asam asetat glasial disemprotkan ninhidrin

Asam amino merupakan zat tidak membuktikan bahwa asam amino


berwarna, sehingga untuk mengetahui bereaksi dengan ninhidrin membentuk
letak noda diperlukan pereaksi lokasi aldehida dengan satu atom C lebih
yaitu larutan ninhidrin. Kromatogram rendah dan melepaskan molekul NH3
yang masih basah dikeringkan dengan dan CO2. Ninhidrin yang telah
hot air gun. Hal ini dilakukan agar bereaksi akan membentuk hidrindantin
ninhidrin yang akan disemprotkan yang hasil positifnya ditandai dengan
dapat bereaksi dengan asam amino. terbentuknya kompleks berwarna
Setelah kromatogram kering, larutan violet yang disebabkan oleh molekul
ninhidrin disemprotkan ke ninhidrin dan hidrindantin yang
kromatogram dan dikeringkan lagi. bereaksi dengan NH3 setelah asam
Hasilnya adalah terbentuk warna violet amino dioksidasi. Reaksi yang terjadi
pada kromatogram yang menunjukkan antara asam amino dengan ninhidrin
jarak tempuh sampel. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Reaksi pembentukan kompleks berwarna violet antara ninhidrin dan asam amino

Dari hasil percobaan kromatografi yaitu 0.26, leusin yaitu 0.66 dan triptofan
ini diketahui jarak tempuh masing-masing yaitu 0.68. hal ini berbeda dengan nilai Rf
eluen. Jarak yang ditempuh eluen yang diperoleh pada saat percobaan. Hal
campuran n-butanol, aquadest dan asam ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
asetat glasial pada sampel adalah 8,5 cm. komposisi eluen yang digunakan,
Sedangkan jarak yang ditempuh oleh perbedaan ukuran kertas kromatografi,
eluen campuran fenol dan aquadest adalah dan keterkaitan analit dengan eluen
8,3 cm. Nilai Rf masing-masing sampel sehingga hal ini yang membedakan nilai
untuk eluen campuran n-butanol, aquadest Rf standar dengan nilai Rf yang diperoleh
dan asam asetat glasial yaitu larutan alanin dalam percobaan.
(0,43), glisin (0,33), leusin (0,91) dan
triptofan (0,80). Sedangkan nilai Rf IV. KESIMPULAN
masing-masing sampel dari eluen Dari hasil percobaan dan
campuran fenol dan aquadest yaitu larutan pembahasan yang telah dilakukan
alanin (0,93), glisin (0,90), leusin (0,94),
dapat disimpulkan bahwa nilai Rf yang
dan triptofan (0,66). Perbedaan nilai Rf ini
dihasilkan dari masing-masing sampel
dipengaruhi oleh jarak tempuh sampel
yang berbeda-beda. Perbedaan jarak asam amino dengan eluen campuran n-
tempuh ini dipengaruhi oleh perbedaan butanol, aquadest dan asam asetat glasia
pelarut dan kelarutan dari masing-masing yaitu larutan alanin (0,43), glisin (0,33),
komponen warna penyusunnya. leusin (0,91) dan triptofan (0,80) l.
Komponen yang lebih mudah larut Sedangkan nilai Rf dari masing-masing
(teradsorpsi) akan lebih cepat bergerak asam amino dengan eluen campuran fenol
naik kea rah atas kertas saring. Sedangkan dan aquadest yaitu larutan alanin (0,93),
untuk komponen yang kurang larut dalam glisin (0,90), leusin (0,94), dan triptofan
fase gerak akan bergerak lambat dan akan (0,66).
tertinggal. Secara literatur, nilai Rf standar V. UCAPAN TERIMA KASIH
yang dimiliki alanin yaitu 0.38, glisin
Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Dr. I Nyoman Tika,
M.Si., sebagai dosen pengampu mata
kuliah praktikum biokimia, I Made
Wirahadi Kusuma, S.Pd selaku asisten
dosen dan Ni Putu Lilik Pratami, S.Si
selaku laboran di Prodi Analis Kimia
atas masukan dan sarannya selama
praktikum sehingga dapat berjalan
dengan lancar.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Fessenden & Fessenden. 2010.
Fundamentals of Organik
Chemistry alih bahasa
Dra.Sukmariah Maun, dkk.
Jakarta : Binarupa Aksara
Publisher
Tika , I Nyoman. 2010. Penuntun
praktikum Biokimia.
Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik untuk
Paramedis. ANDI :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai