Anda di halaman 1dari 6

Nisa Wulandari

240210120128
V.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada

perbedaan polaritas komponen-komponen bahan yang dipisahkan diantara dua


fase yaitu, fase diam dan fase gerak. Pada masa yang sama, dua molekul yang
berlainan juga mempunyai keterlarutan yang berbeda dalam fasa bergerak
(Khopkar, 2002).
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya
menjadi

komponen-komponennya.

Seluruh

bentuk

kromatografi

bekerja

berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam
(berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan
atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponenkomponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda
akan bergerak pada laju yang berbeda pula (Winarno, 1997).
Klasifikasi kromatografi didasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan
yaitu fase bergerak-fase diam, misalnya kromatografi gas-cairan, gas-padat,
cairan-cairan, dan cairan-padat. Dapat juga didasarkan atas teknik yang digunakan
misalnya kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis atau didasarkan atas
prinsipnya misalnya kromatografi partisi, dan kromatografi absorbsi (Sudarmadi,
1989). Berikut ini tercantum jenis-jenis kromatografi yang umum digunakan:
Tabel 1. Jenis-Jenis Kromatografi
Fase
Teknik
Fase Diam
Gerak
Kromatografi
Gas
Padat
Gas padat
Kolom, lapis tipis,
Cair
Padat
dan kertas
Kolom, lapis tipis,
Cair
Cair
dan kertas
Gas
Cair
Gas-cair
(Sumber: Sudarmadji, 1989)

Prinsip
Absorbsi
Absorbsi, partisi, pertukaran
ion, permeasi gel
Partisi
Partisi

Praktikum kali ini melakukan teknik kromatografi kertas. Kromatografi


kertas merupakan bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah dan murah.
Jenis kromatografi ini banyak di gunakan untuk identifikasi kualitatif maupun
analisa kuantitatif. Kromatografi kertas memiliki fase diam yaitu kertas serap

Nisa Wulandari
240210120128
yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai.
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama
dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi
kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis diteteskan
ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas
saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil
(pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini
dapat digunakan.
Sampel yang digunakan adalah kunyit, saos tomat, pewarna sintetik, dan
minuman energi. Prosedur yang dilakukan pada praktikum kromatografi kertas
pertama-tama sampel kunyit dihaluskan terlebih dahulu, sedangkan sampel yang
lain dilarutkan dalam akuades 1:1. Kertas saring dipotong dengan ukuran 7,5 cm x
2 cm. Kemudian diteteskan noda berupa cairan sampel tersebut pada kertas saring
dengan menggunakan mikropipet. Noda diteteskan 2 cm dari permukaan bawah
kertas saring. Kertas saring tersebut dimasukkan ke dalam bejana yang telah jenuh
dan berisi pelarut akuades, kemudian bejana ditutup rapat. Ujung kertas saring
terendam oleh pelarut (akuades). Bejana ditutup rapat dengan tujuan agar
meyakinkan bahwa atmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap pelarut.
Sampel akan bergerak naik menuju ke bagian atas kertas saring. Kertas saring
diangkat dari bejana jika sampel sudah hampir mencapai 0,5 cm dari permukaan
atas kertas saring.
0,5 cm
7,5 cm

2 cm
2 cm
Prosedur selanjutnya yaitu dihitung nilai Rf (waktu penahanan bahan
untuk bergerak). Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen

Nisa Wulandari
240210120128
dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak). Rumus yang digunakan untuk
setiap senyawa adalah sebagai berikut:
Rf =

jarak perpindahan mol zat


jarak perpindahan pelarut
Berikut ini merupakan hasil pengamatan teknik kromatografi kertas:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kromatografi Kertas


Sampel
Kelompo
Xz
Xp
Sampel
Rf
k
(cm)
(cm)
1

0.2

0.2

0.3

0.2

0.2

Kunyit

Saus
Tomat

0.1

0.4

10

0.4

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)


Perhitungan Kelompok 10
Saus Tomat
Rf =

jarak perpindahan mol zat(cm)


jarak perpindahan pelarut (cm)

Rf =

0.4 cm
5 cm

Rf =0.08

0.0
4
0.0
4
0.0
6

Pewarna
Sintetik

0
0.0
4
0.0
4
0
0.0
2
0.0
8
0.0
8

Kukubim
a Energi
Anggur

Xz
(cm
)
3.8

Xp
(cm
)
5

Rf

2.8

2.5

3.65

3.5

0.3

2.1

0.0
6
0.4
2
0.6

0.2

1.5

0.3

0.7
6
0.5
6
0.5
0.7
3
0.7

Nisa Wulandari
240210120128
Kukubima Energi
Rf =

jarak perpindahan mol zat(cm)


jarak perpindahan pelarut (cm)

Rf =

1.5 cm
5 cm

Rf =0.3

Berdasarkan hasil yang didapatkan saat praktikum diperoleh hasil bahwa


nilai Rf sampel berbeda-beda. Sampel kunyit memiliki perpindahan molekul zat
berkisar antara 0-0.3 cm. Sampel saus tomat memiliki perpindahan molekul zat
berkisar antara 0-0.4 cm. Perpindahan molekul zat kunyit dan saos tomat tidak
terlalu besar. Sampel pewarna sintetik memiliki perpindahan molekul zat berkisar
antara 2.5-3.8 cm. Sampel minuman energi memiliki perpindahan molekul zat
berkisar antara 0.3-3cm. Perbedaan hasil yang didapatkan pada sampel yang sama
oleh setiap kelompok dapat disebabkan karena banyaknya sampel yang diteteskan
ke kertas saring berbeda-beda, sehingga dalam pengujian terjadi perbedaan
kepekatan sampel. Perpindahan panjang disini terjadi proses kompleksitas atau
terjadinya interaksi antara air di atmosfir wadah dengan selulosa (penyusun kertas
saring). Interaksi tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam pengerjaan
kromatografi kertas. Menurut Sudarmadji (1989), perpindahan panjang ini
merupakan pemisahan molekul-molekul pada sampel yang dipengaruhi oleh:
1. Kecenderungan suatu molekul untuk larut dalam pelarut (kelarutan).
2. Kecenderungan suatu molekul untuk bertaut dengan suatu serbuk bahan padat
(absorbsi).
3. Kecenderungan suatu molekul untuk menguap (volatilitas).
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai Rf adalah kehadiran ion
lain, misalnya adanya klorida dalam pemisahan yang dilakukan dengan larutanlarutan nitrat; keasaman larutan aslinya, ini dapat disebabkan oleh kebutuhaan
akan asam dalam pembentukan komplek yang dapat larut dalam pelarut organik,
untuk mencegah hidrolisis garam; waktu melakukan percobaan untuk sepotong
kertas, kadang-kadang harga Rf meningkat dengan pertambahan waktu dan ini
mungkin berpadanan dengan berkurangnya laju gerak garis depan pelarut; Adanya
kation-kation lain dan kosentrasi mereka. Nilai Rf berbanding terbalik dengan

Nisa Wulandari
240210120128
polaritas komponen. Semakin nonpolar suatu komponen, maka nilai Rf akan
semakin besar, begitupun sebaliknya.

VI.

PENUTUP
6.1.

Kesimpulan
1. Jarak perpindahan molekul zat (Xz) sampel kunyit, saus tomat,
pewarna sintetik, dan minuman energi masing-masing kelompok
mengalami perbedaan.
2. Perbedaan Xz disebabkan karena konsentrasi sampel yang

diujikan berbeda-beda.
3. Nilai Rf sampel kunyit berkisar antara 0-0.06.
4. Nilai Rf sampel saus tomat berkisar antara 0-0.08.
5. Nilai Rf sampel pewarna sintetik berkisar antara 0.5-0.76.
6. Nilai Rf sampel minuman energi berkisar antara 0.06-0.6.
7. Nilai Rf menunjukkan kepolaran suatu komponen.
6.2. Saran
1. Sampel yang diteteskan pada kertas saring sebaiknya memiliki
jumlah yang sama sehingga konsentrasi sampel akan sama dan
nilai Rf yang didapatkan tidak terlalu jauh untuk masing-masing
sampel.
2. Praktikan harus memahami materi yang akan dipraktikumkan
sehingga praktikum dilakukan dengan teliti dan hasil yang
didapatkan akurat.

Nisa Wulandari
240210120128

DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
Sudarmadji, Slamet, Suhardi dan Bambang Haryono. 1989. Analisis Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberti Yogyakarta, Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kima Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai