Anda di halaman 1dari 63

Kromatografi 

Kromatografi

 Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan


dimana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara 2
fase, yaitu fase diam dan fase gerak yang disebabkan
oleh perbedaan distribusi pada kedua fase , yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
 Ada dua komponen penting dalam kromatografi yaitu
fase diam dan fase gerak.
 Hasil pemisahan kromatografi yang baik bukan lagi
berbentuk senyawa campuran melainkan berbentuk
senyawa tunggal.
Kromatografi

Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal
istilah kromatografi penyerapan(adsorption
chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka
teknik ini disebut kromatografi pembagian (partition
chromatography).
Fase diam (Stationary phase)

 Fase diam merupakan salah satu komponen yang


penting dalam proses pemisahan dengan kromatografi.
Karena dengan adanya interaksi dengan fase diam
terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya
komponen senyawa analit.

 Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous


(berpori) berbentuk molekul kecil atau cairan yang
umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.
Fase gerak (Mobile phase)

 Fase gerak merupakan pembawa analit yang dapat


bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit
tersebut.
 Fase gerak ini tidak hanya berupa cairan. Tapi juga
dapat berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai
sebagai carrier gas senyawa yang bersifat mudah
menguap (volatil) pada GC
 
Pemisahan dengan kromatografi

 Pemisahan dengan kromatografi sendiri lebih baik


daripada ekstraksi.
 Karena dapat diibaratkan dengan corong pisah yang
saling berhubungan yang bergerak dari atas ke bawah
dimana pada setiap corong pisah terjadi pemisahan.
 Selain itu permukaan antar fase pada kromatografi lebih
besar.
KROMATOGRAFI KERTAS

 Dalam kromatografi kertas, fase diam


adalah kertas serap yang sangat seragam.
Fase gerak adalah pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai.
 Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa
merupakan polimer dari gula sederhana,
yaitu glukosa.
Planar liquid chromatography : Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis
Tipis

Kromatografi Kertas

Jenis kromatografi kertas menggunakan kertas saring atau kertas khusus lainnya
sebagai fase diam.
Spots (bercak) sampel dan baku , biasanya berupa cairan, yang ditotolkan pada
salah satu ujung (atau sudut, untuk dua dimensi K.Kertas. Tepi kertas dicelupkan
ke dalam pelarut, yang akan bergerak bersama dengan prinsip kapilaritas,
memindahkan komponen dari sampel pada tingkat berbeda pada kelarutan
relatifnya dalam pelarut.
Bila menggunakan dua dimensi kertas kemudian dibalik 90 ° dan tepi baru
dicelupkan ke dalam pelarut yang berbeda.
Komponen campuran sampel, terlihat sebagai bintik-bintik terpisah, diidentifikasi
dengan membandingkan jarak yg telah ditempuh dengan baku diketahui.
K Kertas ini sangat berguna untuk :
-campuran kompleks dari asam amino,
-peptida,
-karbohidrat,
-steroid, dan
-banyak senyawa organik lainnya dan ion anorganik.
Mekanisme pada KK
Serat-serat selulosa berinteraksi dengan uap
air dari atmosfer. Kertas merupakan serat-
serat selulosa dengan lapisan yang sangat
tipis dari molekul-molekul air yang berikatan
pada permukaan.
Interaksi ini dengan air merupakan efek yang
sangat penting selama pengerjaan
kromatografi kertas.
Fase Gerak yang digunakan

Aplikasi Pelarut Komposisi

Asam amino Fenol: Air Larutan Jenuh

Karbihidrat Etil 2:1:2


Asetat:Piridin:Air
Asam Lemak N-BuOH: 1,5M NH3 Larutan Jenuh
Circular planar chromatography
outline

 Kromatografi kolom
 Kromatografi kertas

Kromatografi Lapis
Tipis
Thin layer chromatography /Kromatografi Lapis
Tipis (TLC=KLT)

Lapisan tipis fase diam (adsorben, bahan


pendukung ditutupi oleh fase atau pertukaran ion
bahan cair) pada lembaran tipis bahan inert (kaca,
aluminium atau polimer foil).
Tergantung pada sifat dari fase diam akan terdapat
mekanisme yang berbeda dari pemisahan dengan
retensi.
TLC - Retention Factor (R ) f

Faktor retensi atau Rf, didefinisikan sebagai


jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh fase
gerak.

Misal : suatu senyawa menempuh jarak


2.1 cm dan fase gerak menempuh jarak 2.8
cm, maka nilai Rf adalah 0.75
TLC - Retention Factor
(Rf)
Nilai Rf suatu senyawa akan tetap dari suatu percobaan
ke percobaan yang lain hanya jika kondisi
kromatografi seperti dibawah ini tetap:

solventsystem
adsorbent
ketebalan adsorbent
jumlah senyawa yang ditotolkan
temperatur
Karena faktor ini sulit dipertahankan dari satu
percobaan ke percobaan lainnya, maka
digunakan nilai Rf relatif.

“Relative Rf” adalah nilai yang diperoleh relatif


terhadap standar, atau dapat membandingkan
nilai Rf suatu senyawa pada lempeng yang sama
dan waktu yang sama.
Senyawa dengan nilai Rf yang lebih besar
bersifat kurang polar karena akan berinteraksi
kurang kuat dengan adsorben yang ada pada
lempeng TLC.
Jika struktur senyawa diketahui, maka dpt diduga senyawa
yang memiliki polaritas yang rendah akan mempunyai nilai
Rf yang lebih besar dibandingkan dengan senyawa yang lebih
polar pada lempeng yang sama.

Nilai Rf dapat merupakan identitas suatu senyawa.Jika


identitas suatu senyawa yang diduga, maka perlu dilakukan
penotolan senyawa baku/standar secara berdampingan dalam
lempeng yang sama  analisis kualitatif

Jika dua senyawa memiliki nilai Rf yang sama maka kedua


senyawa tersebut mirip. Jika keduanya memiliki nilai Rf yang
berbeda ini merupakan senyawa yang berbeda. Hal ini harus
dilakukan pada lempeng yg sama.
One dimensional versus two dimensional
planar chromatography
Zat padat yg Digunakan sbg
Fase diam:
 Silika  unt analisa Asam-asam amino, alkaloid,
gula, asam-asam lemak, lipida, minyak esensial,
anion dan kation organik, sterol, terpenoid
 Alumina  unt analisa Alkaloid, zat warna, fenol,
steroid, vitamin-vitamin, karoten, asam-asam
amino
 Kieselguhr  unt analisa Gula, oligosakarioa,
asam-asam dibasa asam-asam lemak, trigliserida,
asam-asam amino, steroid
 Bubuk selulose  unt analisa Asam-asam amino,
alkaloid, nukleotida
 Pati  unt analisa Asam-asam amino
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak noda dalam
KLT yang juga mempengaruhi harga Rf:

1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang


dipisahkan
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan
dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-
molekul air yang menempati pusat-pusat
serapan dari penyerap.
Perbedaan penyerap akan memberikan
perbedaan yang besar terhadap harga-harga Rf
meskipun menggunakan fase bergerak dan
solute yang sama.
lanjutan

3. Tebal dan keratan dari lapisan penyerap.


Tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya,
tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata.
Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut
menjadi tidak rata pula dalam daerah yang kecil dari
plat.

4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak.


Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase
gerak dalam KLT adalah sangat penting dan bila
campuran pelarut digunakan maka perbandingan
yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
lanjutan
5.Derajat kejenuhan dari uap dalam bajana
pengembang yang digunakan.

6. Teknik percobaan. Arah dalam mana pelarut


bergerak diatas plat. (Metode aliran penaikan
yang hanya diperhatikan, karena cara ini yang
paling umum meskipun teknik aliran penurunan
dan mendatar juga digunakan).

7. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan


culikan dalam jumlah yang berlebihan
memberikan tendensi penyebaran noda-noda
dengan kemungkonan terbentuknya ekor dan efek
tak keseimbangan lainnya hingga akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-
harga Rf.
lanjutan
8. Suhu.
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap,
hal ini terutama untuk mencegah perubahan-perubahan
dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan
atau perubahan-perubahan fase.

9. Keseimbangan. T
Ternyata bahwa keseimbangan dalam lapisan tipis lebih
penting dalam kromatografi kertas, hingga perlu
mengusahakan atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan
uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, maka akan
terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang
terbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian
tepi-tepi daripada dibagian tengah. Keadaan ini harus
dicegah.
FASE DIAM

Laju migrasi senyawa pada plat silika gel tergantung


polaritasnya.
Pd waktu tertentu, senyawa2 yg paling polar bergerak naik dg
jarak paling pendek pd plat tsb, senyawa yg polaritas nya paling
kecil bergerak paling jauh.
Sistem TLC

Sistem fase normal:


fase diam lebih polar dibanding fase gerak
Fase diam : silika
Fase gerak : non-polar organic solvents

Sistem fase terbalik:


fase diam lebih non-polar dibanding fase gerak.
Fase diam : paraffin-impregnated plate
Fase gerak : water-based mobile phase
Pelarut dan Indeks Polaritas

Pelarut Indeks polaritas

Heksan 0
Toluen 2,4
Dietileter 2,8
Diklorometan 3,1
Butanol 3,9
Kloroform 4,1
Etil Asetat 4,4
Aseton 5,1
Metanol 5,1
Etanol 5,2
Asetonitril 5,8
Pelarut dan Indeks Polaritas

Menghitung polaritas campuran dalam


kombinasi solvent
P kloroform = 4,1 volume = 8 ml
P metanol = 5,1 volume = 2 ml

Indeks polaritas campuran adalah

(0,8 x 4,1) + (0,2x5,1) = 4,3


FASE GERAK DAN SERI ELUTROPIK

Semakin polar suatu pelarut atau campuran pelarut


semakin jauh pelarut tsb akan menggerakkan
senyawa polar naik pada plat gel silika
Jika senyawa non polar tidak ada peningkatan
jarak migrasi yg nyata dg peningkatan polaritas pd
fase gerak karena senyawa tsb bermigrasi menuju
muka pelarut hampir di semua kondisi
Catatan : pemilihan fase gerak untuk memisahkan
senyawa dapat menggunakan campuran yg
kompleks terdiri atas 3 macam fase gerak
Bahan yang digunakan pada
Fase diam
 1. Silika Gel
Pada umumnya sebagai fase diam digunakan silika
gel. Untuk penggunaan dalam suatu tipe pemisahan
perbedaan tidak hanya pada struktur, tetapi juga
pori-porinya dan struktur lubangnya menjadi
penting, di samping pemilihan fase gerak. Dalam
perdagangan silika gel mempunyai ukuran 10-40µ.
Ukuran ini terutama dipengaruhi oleh ukuran
porinya yang bervariasi dari 20-50Å. Silika gel
berpori 80-150 dinamakan berpori besar. Luas
permukaan silika gel bervariasi dari 300-1000m2/g.
Silika gel sangan higroskopis. Pada kelembapan
relatif 45-75% dapat mengikat air 7-20%.
Ada beberapa macam silika gel
yang beredar diantaranya:

a. Silika gel dengan pengikat. Umumnya sebagai


pengikat adalah CaSO4 (5-15%). Jenis ini dinamakan
Silica Gel G. Disamping itu ada juga pati sebagai
pengikat dan dikenal sebagai Silica Gel S. Tetapi
penggunaan pasti mempunyai kelemahan, terutama
jika penentuan lokasi bercak dengan asam sulfat.

b. Silika gel dengan pengikat dan indikator


fluoresensi. Jenis silika gel ini biasanya
berfluoresensi kehijauan jika dilihat pada sinar
ultraviolet panjang gelombang pendek. Sebagai
indikator biasanya digunakan timah kadmium atau
mangan-timah silika aktif. Jenis ini dikenal misalnya
Silica Gel GF atau GF254.
Ada beberapa macam silika gel
yang beredar diantaranya:

c. Silika gel tanpa pengikat. Lapisan ini dibanding


dengan yang mengandung CaSO4 menunjukkan lebih
stabil. Beberapa produk dinamakan Silica Gel H atau
Silica Gel N.

d. Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indikator


Fluoresensi.

e. Silika gel untuk keperluan pemisahan prepartif.


Untuk keperluan pemisahan preparatif dapat
digunakan Silica Gel PF254 + 366.
Arti jenis Silika Gel yg
digunakan
 Silica Gel 60 GF254
 Adalah Silica Gel dengan :
 Ukuran pori : 60 Å
 G = CaSO4.½ H2O sebagai binder
 F = bahan fluorescen / fosforescen yg ditambahkan
 254 = dituliskan sesudah F atau UV utk

 menandakan λ eksitasi bahan


 fluorescen atau fosforescen yang
 ditambahkan
 (Adamovics, 1997; Jork dkk., 1990)
Fluorescen dan Fosforescen
indikator

Fluorescen & fosforescen, keduanya merupakan bentuk luminescen

Fluorescen - terdiri dari senyawa organik


- radiasi emisi rusak dlm 10- 8 detik stlh radiasi eksitasi dihentikan
disertakan pd lapisan penyerap dg jalan menyemprotkan atau
mencelupkan

Fosforescen - terdiri dari senyawa anorganik


- radiasi emisi rusak lebih dari 10- 8 detik sesudah radiasi eksitasi
dihentikan
- disertakan pd lap. penyerap secara homogen
Organics Fluorescence
Indicators ( F366 ; UV366 )

Natrium 3 – hidroksipiren – 5,8,10 – trisulfonat


Natrium 3,5 – dihidroksipiren – 8,10 – disulfonat
Natrium fluorescein ; fluorescein atau 2’,7’ –
diklorofluorescein
Rhodamin, Rhodamin 6 G
Morin
Zat warna Cyanin
Derivat stilben (misal: diaminostilbentriazin)
Pencegah optik (ultraphor WT BASF) Calcofluor R –
white, Leukophor
Inorganic Phosphorescence Indicators
[ Kode : UV254]

Warna Senyawa Yg ditambahkan


1. Biru - Senyawa strontium yg diaktivasi dg Sn
2. Kuning - Uranil asetat
3. Hijau kuning - Seng silikat yg diaktivasi Mn - Seng
kadmium sulfat
4. Senyawa - senyawa pengemisi pada λ 254 nm

(Jork dkk., 1990)


Fase Diam

2. Alumina
Alumina merupakan fase diam yang paling banyak
digunakan. Alumina termasuk kelompok fase diam
dengan aktivitas tinggi.
Alumina untuk KLT bersifat sedikit basa (pH 9)
alumina netral (pH 7)
alumina asam (pH 4).

Dalam banyak hal digunakan CaSO4 sebagai


pengikat.
Fase Diam

Pengikat ini dapat menurunkan kebebasan


alumina sampai batas tertentu.
Seperti silika gel, alumina terdapat dengan
atau tanpa bahan pengikat dan juga dengan
indikator fluoresensi.
Simbol yang digunakan untuk suatu produk
tertentu sama dengan yang digunakan untuk
silika gel (G, H, P, F). Sekarang alumina
paling banyak digunakan untuk pemisahan
senyawa yang kurang polar. Setelah
deaktivitasi penuh, dapat digunakan untuk
pemisahan senyawa hidrofil kuat seperti gula
atau asam amino.
Fase Diam

3. Keiselguhr
Keiselguhr merupakan penyerap
dengan aktivitas rendah. Tidak
banyak digunakan dalam KLT.
Penggunaan utama sebagai padatan
pendukung untuk fase diam dalam
kromatografi partisi.
Fase Diam
4. Selulosa
mekanisme yang sama seperti kromatografi kertas.
Perbedaan-perbedaannya terutama pada panjang serat,
yang pada KLT panjang serat lebih pendek. Panjang
serat bervariasi sari 2-20µ.
Serat pendek menyebabkan difusi rendah selama
pengembangan dan menghasilkan noda lebih kecil. Hal
ini memungkinkan pemisahan pada jarak lebih pendek
daripada kromatografi kertas, juga waktu pemisahan
lebih pendek. Tetapi dibandingkan dengan fase diam
lain, misalnya fase diam anorganik, waktu yang
diperlukan untuk suatu pemisahan lebih lama.
Selulosa untuk KLT terbagi dalam dua bentuk
a. selulosa serat asli, misalnya MN 300 
b. selulosa mikrokristal, misalnya Avicel.
Pada KLT selulosa digunakan untuk memisahkan
senyawa hidrofil. Kriteria pemilihan pelarut pada
kromatografi kertas padat diterapkan disini. Salah satu
kelemahannya, tidak boleh menggunakan asam sulfat
untuk menentukan letak noda.
Jika dilihat dari mekanisme pemisahan, fase
diam dikelompokkan:

1. Kromatografi serapan (Silika gel, alumina, keiselguhr)


2. Kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, slika gel)
3. Kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina
penukar ion)
4. Kromatografi gel (Sephadex, Biogel)
FASE GERAK

Pemilihan dari fase bergerak tergantung pada faktor-


faktor yang sama seperti dalam pemisahan
kromatografi kolom serapan. Sebaiknya menggunakan
campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas
serendah mungkin karena mengurangi serapan dari
setiap komponen dari campuran pelarut.
Jika komonen-komponen yang mempunyai sifat polar
yang tinggi (terutama air) dalam campuran cukup akan
merubah sistem menjadi sistem partisi.
Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak
yang mempunyai kekuatan bergerak sedang, tetapi
sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih
dari dua komponrn terutama karena campuran yang
lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase
terhadap perubahan suhu.
FASE GERAK

Kemurnian dari pelarut adalah lebih


penting dalam KLT daripada bentuk-
bentuk kromatografi lain, karena disini
digunakan sejumlah materi yang sedikit.
Sistem yang paling sederhana adalah
dengan menggunakan campuran 2
pelarut organik karena daya elusi
campuran kedua pelarut ini dapat
dengan mudah diatur sedemikian rupa
sehingga pemisahan dapat terjadi secara
optimal.
Syarat Fase Gerak
 Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi
karena KLT merupakan teknik yang sensitif.
 Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga
harga Rf solut terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan
pemisahan.
 Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti
silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan
migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan
pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam
pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga
RF secara signifikan.
 Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan
campuaran pelarut sebagai fase geraknya seperti campuran air
dan metanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit
asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan
elusi solut-solut yang bersifat basa dan asam.
Data relatif kemampuan kecepatan
pengembangan pelarut (Eluotropic series)

Kondisi operasional yang dikembangkanpada tabel dibawah


ini adalah dengan :
Penjerap/fase diam : TLC-plate silica gel 60 F254 Merck
Chamber                 : Normal dengan penjenuhan
Temperatur ruang    : 22°C
Jarak Pengembangan: 100 mm
No.       Solvent mm2/detik
1. n-Heptane 11,4
2. n-Hexane 14,6
3. n-Pentane 13,9
4. Cyclohexane 6,7
5. Toluene 11,0
6. Chloroform 11,6
7. Dichloromethane 13,2
8. Diisopropyl ether 13,2
9. tert-Butanol 1,1
10. Diethyl ether 15,3
11. Acetonitrile 15,4
12. Isobutanol 1,6
13. Isobutyl methyl ketone 9,1
14. 2-Propanol 2,5
15. Ethyl acetate 12,1
16. 1-Propanol 2,9
17. Ethylmethyl ketone 13,9
18. Acetone 16,2
19. Ethanol 4,2
20. 1,4-Dioxan 6,5
21. Tetrahydrofuran 12,6
22. Methanol 7,1
23. Pyridine 8,0
Penerapan/aplikasi

1. Adiploidon (Iodipamid)
(dalam Bulk)
Fase diam : Silika HF254
Fase gerak : n-butanol-asam asetat-air (4 : 1 :5)
Deteksi : UV 253 nm
Penyiapan sempel : Sebanyak 1 mg dilarutkan kedalam
metanol 0,08%-NaOH
2. Alanin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : n-butanol-air-asam asetat (3 : 1 :1)
Deteksi : Ninhidrin
Penyiapan sampel : Dilarutkan kedalam etanol 60%
Contoh Aplikasi

3. Deksklorfeniramin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Isopropanol-amonium hidroksida 10% (7 : 3)
Deteksi : UV
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam etil asetat

4. Dekstrometorpan
Fase diam : Silika
Fase gerak : amonium hidroksida-metilen klorid-metanol-
toluen-etil asetat (2 : 10 : 13 : 55 : 20)
Deteksi : Dragendroff
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol
TLC Densitometri
TLC Densitometri

 Densitometri adalah metode analisi instrumental


yang berdasarkan interaksi radiasi
elektromagnetik dengan analit yang merupakan
bercak atau noda pada lempeng KLT.
 Interaksi radiasi elektromagnetik dengan noda
pada lempeng KLT yang ditentukan adalah
adsorpsi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar
fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi
semula.
 Keunggulannya untuk analisis analit-analit dengan
kadar sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan
terlebih dahulu dengan KLT.
KLT DENSITOMETER

Metoda analisis instrumental


berdasarkan interaksi radiasi elektro
magnetik dengan analit yang merupakan
noda pada KLT
Alat dilengkapi dengan
spektrofotometer yang mempunyai
pancaran sinar dengan panjang
gelombang diatur dari 200 - 700 nm.
Uji kualitatif dan kuantitatif dengan
sistem absorbsi sinar atau emisi sinar
(flouresensi)
TLC Densitometri

 Prinsip penentuan dengan metode desintometri


hampir sama dengan metode spektrofotometri. 

 Penetuan kadar analit yang dikorelasikan dengan


area / luas noda pada KLT area noda
kromatogram diukur pada posisi diam atau "zig-
zag" menyeluruh. 
Sumber Cahaya
 Pada umumnya spektrofotodensitometer
memberikan rentang gelombang penentuan
200-630 nm.
 Lampu D2 (Deuterium) dipakai untuk
pengukuran pada daerah ultra violet dan
lampu tungstein pengukuran pada daerah
sinar tampak.
 Untuk penentuan pendar fluor dan
pemadaman pendar fluor dipakai lampu busur
Hg bertekanan tinggi.
 Pada densitometri juga dilakukan penentuan
transmisi atau absorpsi dan refleksi pada panjang
gelombang maksimal.
Profil Kromatogram
INSTRUMENTASI

 1. Sumber radiasi (Source), pengatur panjang gelombang (λ selector), beam


spliter, thin layer plate (end view), detector phototube (transmitance
position) 
 Sumber radiasi ada 3 macam tergantung rentang panjang gelombang dan
prinsip penentuan. 
 Pada umumnya densitometri memberikan rentang gelombang penentuan
200-630 nm. Lampu Deuterium (D2) dipakai untuk pengukuran pada
daerah cahaya tampak
 Pada penetapan pendar fluor dan pemadaman pedar fluor juga harus
dilakukan pada panjang gelombang dimana terjadi emisi atau intensitas
realitif pendar fluor yang optimal. 
 Monokromator dengan fungsi yang sama seperti pada spektrofotometri UV-
Vis yang diperlukan pada densitometer. Biasanya dipakai monokromator
kisi difraksi 1200 garis/mm. 
 Detektor PMT Photo Multiplier Tube = Tabung Penggandaan Foto)
merupakan detektor umum yang dipakai pada densitometer. 
Analisis Kuantitatif 

Analisis kuantitatif hampir sama dengan spektrofotometri, penentuan kadar analit


dikorelasikan dengan area bercak pada pelat KLT. 

Cara penetapan kadar dapat dilakukan dengan : 

1. Membandingkan area bercak analit dengan area bercak baku pembanding yang
diketahui konsentrasinya.

Cx = Ax / Ap x Cp

Cx = konsentrasi analit

Ax = area analit 

Ap = area baku pembanding

Cp = konsentrasi baku pembandin g 


2. Kurva kalibrasi :

Kurva kalibrasi dibuat dengan cara


memplot area bercak terhadap konsentrasi
dari satu seri larutan baku pembanding.
Kurva yang tebentuk harus linear,
kemudian dengan persamaan garis regresi
dapat ditentukan kadar analit. 
Aplikasi Garis Regresi

Anda mungkin juga menyukai