Anda di halaman 1dari 32

Prinsip kerja lapis tipis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat di

laboratorium kimia. Gagasan dasarnya sederhana untuk dipahami, caranya

beragam, mulai dari cara sederhana sampai yang agak rumit dari segi kerja dan

peralatan, dan metode ini dipakai untuk setiap jenis senyawa. Metode ini

pemanfaatannya secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif.

Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama, digunakan

secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam.

Kromatografi lapis tipis lebih unggul bila sejumlah kondisi pemisahan yang berbeda-

beda diperlukan untuk menangani penetapan kadar seluruh cuplikan, karena

sejumlah bejana pengembang yang berisi berbagai sistem pelarut dapat lebih hemat

dipakai. Keuntungan lain, tiadanya gangguan pelarut pada penyelidikan secara

fotometri karena pelarut sebagai fase gerak telah diuapkan.

Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik

langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul, pada sistem kromatografi,

campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan sedemikian rupa

sehingga komponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut

yaitu kelarutan, adsorbsi, dan keatsirian.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami cara-cara pemisahan dan identifikasi


kation dan anion dengan menggunakan kromatografi lapis tipis.
I.2.2 Tujuan Percobaan

Memisahkan dan mengidentifikasi kation dan anion yang terdapat dalam


suatu sampel dengan metode KLT.

I.3 Prinsip Percobaan

Penentuan jenis kation dan anion yang terkandung dalam suatu sampel
dengan metode KLT berdasarkan kecepatan partisi dan adsorbsi dari zat uji ke
dalam eluen dengan parameter nilai Rf dari noda yang terbentuk.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Kromatografi lapis tipis adalah metode kromatografi cair yang paling

sederhana. Pada Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas serupa dalam hal

fase diamnya berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler.

Perbedaannya dalam sifat dan fungsi fase diam. Pada KLT, fase cair lapisan tipis

(tebal 0,1-2 mm) yang terdiri dari bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan

penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, tapi dapat pula terbuat dari pelat

polimer atau logam. Lapisan melekat kepada permukaan dengan bantuan bahan

pengikat, biasanya CaSO4 atau amilum (pati) (1).

Pada KLT, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang

dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya

digunakan lempeng kaca. Lempeng yang umumnya dapat dianggap sebagai kolom

kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi,

partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara

pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan (2).

KLT dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan

senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan

harga Rf yang identik dan ukuran hampir sama, dengan menotolkan zat uji dan baku

pembanding pada lempeng yang sama. Perbandingan visual ukuran bercak yang

dapat digunakan untuk memperkirakan kadar secara semikuantitatif (2).

Titik tempat campuran ditotolkan pada ujung pelat atau lembaran disebut titik

awal dengan cara menempatkan cuplikan itu disana disebut penotolan. Garis depan

pelarut adalah bagian atas fase gerak atau pelarut ketika ia bergerak melalui
lapisan, dan setelah pengembangan selesai , merupakan tinggi maksimum yang

diperoleh pelarut. Perilaku senyawa tertentu di dalam sistem kromatografi tertentu

dinyatakan dengan harga Rf. Angka ini diperoleh dengan membagi jarak yang

ditempuh oleh bercak linarut dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan pelarut.

Keduanya diukur dari titk awal dan harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1 (1).

Ada dua metode kuantitasi analit dalam KLT (cocok untuk bahan anti

radioaktif). Pertama melibatkan sejumlah cara pengukuran langsung pada lempeng

seperti pengukuran luas, perbandingan keterlihatan, atau densitometri. Kedua

melibatkan pergerakan analit dari lempeng, diikuti dengan tahap kuantitasi. Masing-

masing metode mempunyai keuntungan dan kerugian dan mempunyai kedudukan

tersendiri dalam KLT kuantitatif. Teknik ini terutama ditekankan pada densitometri

(3).
II.2 Uraian Bahan

1. Asam asetat (4 ; 41)

Nama resmi : Acidum aceticum

Sinonim : Asam cuka

RM / BM : CH3COOH / 60,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam tajam.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95 % Pdan dengan gliserol

P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Pereaksi

2. Benzen (4 ; 658)

Nama resmi : Benzen

Sinonim : Benzena

RM / BM : C6H6 / 78,11

Pemerian : Cairan tidak berwarna, transparan, mudah terbakar.

Kelarutan : Larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Pereaksi/eluen

3. Kloroform (4 ; 151)

Nama resmi : Chloroform


Sinonim : Kloroform

RM / BM : CHCl3 / 119,38

Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna, bau khas,rasa manis dan
membakar.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut

dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian

besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam

minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, bersumbat kaca, terlindung

dari cahaya.

Khasiat : Anestetik umum, pengawet, zat tambahan

Kegunaan : Reagensia/eluen

4. Karbon tetraklorida (4 : 695)

Nama resmi : Karbon tetraklorida

RM / BM : CCl4 / 153,82

Pemerian : Cairan jernih mudah menguap, tidak berwarna, baukhas.


Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan

etanol mutlak dan dengan eter.

Penyimpanan : Dalam wadah bersumbat kaca.

Khasiat : Sebagai obat bius

Kegunaan : Reagensia/eluen

5. Asam nitrat (4 : 650)

Nama resmi : Acidum nitricum

Sinonim : Asam nitrat

RM / BM : HNO3 / 63,01
Pemerian : Cairan berasap, sangat korosif, bau khas sangat merangsang.
Kelarutan : Larut dalam air.

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Pereaksi

6. Dithizone (4 : 671)

Nama resmi : Difenilkarbazon

Sinonim : Difeniltiokarbazon

RM / BM : C6H5N=NCSNHNH5H6 / 256,32

Pemerian : Serbuk halus, kristal hitam.


Kelarutan : Larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, bersuhu sejuk.

Khasiat : Pereaksi spesifik

Kegunaan : Pereaksi

7. Parasetamol (4 : 37)

Nama resmi : Acetominophenum

Sinonim : Acetominofan, Parasetamol

RM / BM : C8H9NO2 / 151,16

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%)p, dalam 13 bagian aceton p, dan dalam 40 bagian gliserol p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, berlindung dari cahaya

Kegunaan : sebagai sampel

8. Asetosal (4 : 43)
Nama resmi : Acidum acetylsalicylicum

Sinonim : Asetosal, Asam asetil salisilat

RM / BM : C9H8O4 / 180,16

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak

berbau atau hamper tidak berbau; rasa asam

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) p; larut

dalam kloroform p dan dalam eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai sampel

9. Asam salisilat (4 : 56)

Nama resmi : Acidum salycylicum

Sinonim : Asam salisilat

RM / BM : C7H6O3 / 138,12

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hamper tidak

berbau; rasa agak manis dan tajam

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) p; mudah

larut dalam kloroform p dan dalam eter p; larut dalam larutan ammonium asetat

p,dinatrium hidrogenfosfat p, kalium sitrat p dan natriumsitrat p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Keratolitikum, anti fungi

Kegunaan : Sebagai sampel

10. Antalgin (4 : 369)

Nama resmi : Metampyronum


Sinonim : Metampiron, Antalgin

RM / BM : C13H16N3N4O4S.H2O / 357,37

Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

11. Sulfadiazin (4 : 579)

Nama resmi : Sulfadiazinum

Sinonim : Sulfadiazin

RM / BM : C10H10N4O2S / 250,27

Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan atau putih agak merah jambu; hampir

tidak berbau, tidak lama

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) p dan

aseton p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya

Kegunaan : Sebagai sampel

12. Kafein (4 : 125)

Nama resmi : Coffein

Sinonim : Kafein

RM / BM : C6H10N4O2 / 197,19

Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum, mengkilat, biasanya menggumpal

putih; tidak berbau; rasa pahit

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) p;mudah larut dalam

kloroform p; dan sukar larut dalam eter p


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

II.3 Prosedur Kerja

Buatlah eluen benzena-CCl4 dan benzena-kloroform dengan perbandingan

10:1. Buatlah sampel 0,1 % sebanyak 10 ml dengan air suling. Siapkan chamber

dan jenuhkan dengan eluen yang akan digunakan. Tambahkan beberapa tetes

asam asetat sampai pH 5 dengan menggunakan kertas pH universal. Buatlah 10 ml

larutan ditizon 0,1 % dalam kloroform. Masukkan sampel dengan corong pisah,

kemudian masukkan juga larutan ditizon 0,1 %. Kocok dengan sekali-kali tutupnya

dibuka. Kemudian diamkan beberapa saat agar terpisah dengan baik. Pisahkan

larutan, kemudian yang berada di bagian bawah masukkan lagi ke dalam corong

pisah. Masukkan 10 ml HNO3 0,02 N dalam corong pisah, lalu kocok dengan sekali-

sekali tutupnya dibuka, kemudian diamkan dan pisahkan. Tampung larutan bagian

bawah dalam botol vial dan totolkan pada lempeng kemudian elusi. Catat spot yang

terbentuk dan hitung nilai Rf yang terbentuk.


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Botol eluen, Corong

pisah, Gelas chamber dan penutupnya, Gelas phiala, Gelas ukur 10 ml, Lempeng

kromatografi (silika gel), Penotol, Pinset, Vial

III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Air suling, Eluen

Benzena-CCl4 10:1, Etanol 95 % , Kertas saring, Kertas pH, Larutan asam nitrat

0,02 N, Larutan Dithizon 0,1 % dalam kloroform

III.2 Cara Kerja

1. Dibuat eluen benzena-CCl4 dengan perbandingan 10:1

2. Disiapkan chamber dan dijenuhkan dengan eluen benzena-CCl4

3. Dibuat sampel 0,1 % sebanyak 10 ml dengan air suling

4. Diukur pH larutan sampel dengan kertas pH

5. Dimasukkan ke dalam corong pisah sampel dan larutan ditizon 0,1 % dalam

kloroform sebanyak 10 ml. Dikocok dengan sekali-kali tutupnya dibuka. Lalu

larutan didiamkan beberapa saat agar terpisah dengan baik.

6. Larutan dipisahkan.

7. Larutan yang berada dibawah dimasukkan lagi ke dalam corong pisah

8. Dimasukkan ke dalam corong pisah 10 ml HNO3 0,02 N dalam corong pisah,

lalu dikocok dengan sekali-sekali tutupnya dibuka, kemudian didiamkan dan

dipisahkan.
9. Ditampung larutan di bagian bawah dalam botol vial dan ditotolkan pada

lempeng kemudian dielusi.

10. Dicatat spot yang terbentuk dan dihitung nilai Rf yang terbentuk.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan

IV.1.1 Data Pengamatan

No. Jumlah Kode zat Warna noda Jarak noda Jarak


noda eluen
1. 1 I Merah muda 3,2 5,5
2. 2 X Coklat 0,9 5,5
Coklat muda 4,8 5,5
3. 2 Y Merah muda 3,2 5,5
Coklat 4,0 5,5
4. 2 S Ungu 4,6 5,5
Merah muda 3,8 5,5
5. 3 R Orange 4,8 5,5
Coklat 4,5 5,5
Merah muda 3,7 5,5

IV.1.2 Perhitungan

Jarak yang ditempuh oleh noda


Rf =
Jarak yang ditempuh oleh eluen

Kode sampel I
Rf = 3,2 / 5,5
Rf = 0,581 (noda merah muda)
Kode sampel X

Rf = 0,9 / 5,5

Rf = 0,163 (coklat)

Rf =4,8 / 5,5
Rf = 0,872 (coklat muda)
Kode sampel Y

Rf = 3,2 / 5,5
Rf = 0,581 (merah muda)

Rf = 4,0 / 5,5
Rf = 0,727 (coklat)

Kode sampel S
Rf = 4,6 / 5,5
Rf = 0,836 (ungu)

Rf = 3,8 / 5,5
Rf = 0,690 (merah muda)

Kode sampel R

Rf = 4,8 / 5,5
Rf = 0,873 (orange)

Rf = 4,5 / 5,5
Rf = 0,818 (coklat)

Rf = 3,7 / 5,5
Rf = 0,627 (merah muda)

IV.2 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakuakan pengidentifikasian kation dan anion dengan

menggunakan kromatografi lapis tipis berdasarkan kecepatan partisi dan adsorbsi

dari zat uji ke dalam eluen dengan parameter Rf dari noda yang terbentuk. Lempeng

yang digunakan menggunakan adsorben yang terbuat dari silika gel.

Peralatan yang digunakan pada KLT ini meliputi suatu lempeng tipis.

Dengan batuan alat ini bahan sorben dapat dibuat rata pada pelat dan dapat

dilapiskan dengan ketebalan yang diinginkan. Pelat ini memungkinkan sejumlah

larutan diperiksa dan larutan pembanding ditotolkan padab titik awal. Selain pelat

juga digunakan bejana kromatografi dari bahan tembus cahaya dengan tutup rapat.

Bejana dilapisi kertas saring dan sejumlah besar fase gerak dituangkan untuk

penjenuhan kertas dan pada dasar bejana diisi dengan pelarut pengembang setinggi

1,5 ml. Ditutup dan dibiarkan jenuh dengan eluen.

Adsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis

adalah silika gel dan aluminium oksida. Silika gel umumnya mengandung bahan

tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Silika gel digunakan
sebagai adsorben untuk kromatografi senyawa-senyawa netral, asam dan basa.

Selain itu silika gel mempunyai efek pemisahan melalui proses adsorbsi dan partisi.

Larutan zat uji ditotolkan 2,5 cm dari bawah dan minimum 2 cm dari sisi

pelat, sedemikian rupa sehingga terjadi noda teratur yang maksimum berdiameter 6

mm, tetapi pada percobaan ini syarat tersebut tidak diperhatikan sehingga lempeng

yang digunakan lebernya sangat kecil. Penotol yang digunakan sebaiknya

berdiameter 0,1 mm 1 mm, sehingga larutan zat uji yang digunakan juga sesuai

dengan apa yang diinginkan.

Setelah ditotolkan, pelat diuapkan. Lalu pelat diletakkanvertikal dalam

bejana kromatografi dan titik awal harus tetap berada disebelah atas permukaan

fase mobil. Bejana ditutup dan disimpan pada suhu 20 25 oC. Jika fase gerak

sudah melewati trayek yang diberikan dalam monografi, pelat dikeluarkan dari

bejana dan dikeringkan diudara. Cara pengembangan pada KLT adalah menaik.

Untuk KLT dapat digunakan metode identifikasi dengan menggunakan

pereaksi kimia. Pereaksi yang sering digunakan asam sulfat pekat dalam bentuk

yang disemprotkan. Akan terbentuk noda gelap senyawa yang dipisahkan karena

terjadi pengarangan. Tetapi pada praktikum ini tidak digunakan pereaksi karena

senyawa yang ingin dipisahkan sudah berwarna.

Harga Rf merupakan parameter karasteritik kromatografi kertas dan

kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu

senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran

karasteristikdan reproduksibel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara

jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Harga Rf

dipengaruhi oleh faktor berikut :

o Pelarut yang digunakan


o Bahan pengemban (jenis dan ketebalan lapisan).

o Suhu.

o Kejenuhan ruangan akan pelarut.

o Kelembaban udara.

o Konsentrasi dan komposisi larutan yang diperiksa.

o Panjang trayek migrasi.

o Senyawa asing dan pencemaran pelarut.

o Ketidakhomogenan lempeng.

Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka kesalahan dalam melakuakn

peraktikum ini tetap mesti ada. Misalnya suhu udara padasaat praktikum dan

kelembaban udara, karena pada saat praktikum diluar hujan. Selain itu Cuma

digunakan satu jenis adsorben, sehingga pemisahan yang dilakukan kurang teliti

karena harga Rf-nya dan warna bercak mungkin saja bisa sama.
BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah

No. Kode sampel Sampel yang


digunakan
1. I CaCl2
2. X Semua zat
3. Y Pb asetat
4. S NaCl
5. R ZnCl2
VI.2 Saran

Agar di dalam praktikum ini eluen yang digunakan berbagai jenis dan
perbandingan serta lempeng yang digunakan mempunyai fase diam yang berbeda-
beda misalnya alumin dan selulosa, sehingga hasil yang diinginkan lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gritter, J.R., dkk., (1991), Kromatografi , Penerbit Institut Teknologi

Bandung, 1, 6, 8.

2. Ditjen POM., (1995), Farmakope Indonesia , Edisi IV, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta, 45, 46, 50, 1002

3. Munson, J.R., (1991), Analisis Farmasi, Bagian B, Airlangga University

Press, Surabaya, 125, 128.

4. Ditjen POM., (1979), Farmakope Indonesia , Edisi III, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta, 41, 658, 151

5. Svehla, G., (1985), VOGEL : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan

Semimikro , PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.

6. Kromatografi Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran yang didasarkan


atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran yang ada di dalam
sampel di antara dua fase, yakni fase diam (padat atau cair) dan fase gerak. Ada
banyak macam-macam kromatografi tapi disini saya akan menjelaskan empat macam
kromatografi saja, yaitu kromatografi gas, kromatografi cair Kinerja Tinggi,
kromatografi kertas, dan kromatografi lapis tipis. 1. Kromatografi Gas a. Pengertian
Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu
lapisan serapan (sorben) yang diam. b. Prinsip Kromatografi Gas Kromatografi gas
mempunyai prinsip sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa
perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase cair
dan gas fase gerak dan pada oven temperatur gas dapat dikontrol sedangkan pada
kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki. c. Alat
Kromatografi Gas 1) Fase Mobil (Gas Pembawa) 2) Sistem Injeksi Sampel 3) Kolom
4) Detektor 5) Pencatat (Recorder) d. Cara Kerja 1) Gas di dalam silinder baja
gialirkan melalui kolom yang berisi fasa diam. 2) Cuplikan disuntikan pada aliran gas.
3) Cuplikan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom di sana terjadi proses
pemisahan. 4) Komponen yang sudah terpisah meninggakan kolom. 5) Suatu detektor
yang sudah dileyakkan di ujung kolom digunakan untuk mendeteksi jenismaupun
jumlah tiap komponen. 6) Hasil pendeteksi direkam oleh detektor yang disebut
kromatogram, yang terdiri dari beberapa peak. e. Kelebihan 1) Waktu analisis yang
singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi. 2) Dapat menggunakan kolom lebih
panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. 3) Gas mempunyai
vikositas yang rendah. 4) Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung
cepat sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi. 5) Pemakaian fase cair
memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan
memisahkan hampir segala macam campuran. f. Kekurangan 1) Teknik Kromatografi
gas terbatas untuk zat yang mudah menguap. 2) Kromatografi gas tidak mudah
dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg
mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain. 3) Fase gas
dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat
terlarut. 2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi a. Pengertian Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi
dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. b. Prinsip Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi 1) Fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor dengan
bantuan pompa. 2) Sempel dimasukkan ke dalam fase gerak . 3) Di dalam kolom
terjadi pemisahan komponen campuran berdasarkan kekuatan interaksi solut dengan
fasa diam. Solut yang berinteraksi lemah akan keluar lebih dulu . 4) Setiap komponen
yang keluar akan dideteksi oleh detektor lalu direkam dalam bentuk kromatogram. c.
Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1) Tempat Pelarut 2) Pompa 3) Tempat Injeksi
Sampel 4) Kolom 5) Detektor 6) Rekorder d. Cara Kerja 1) Mula-mula solven diambil
melalui pompa. 2) Solven ini dikemudian masuk ke dalam katup injeksi berbutar,
yang dipasang tepat pada sampel loop. 3) Sampel dimasukan ke dalam sampel loop
yang kemudian bersama-sama dengan solven masuk kedalam kolom. 4) Hasil
pemisahan dideteksi oleh detektor, yang penampakannya ditunjukan oleh perekam
(pencatat = recorder). e. Kelebihan 1) Cepat 2) Kolom dapat digunakan kembali 3)
Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik 4) Mudah rekoveri sampel f.
Kekurangan 1) Memerlukan biaya yang banyak untuk proses pemisahannya 2)
Memerlukan orang yang trampil dalam pemisahannya 3. Kromatografi Kertas a.
Pengertian Kromatografi Kertas adalah teknik metode analisis untuk memisahkan dan
mengidentifikasi campuran yang bisa berwarna (terutama pigmen) yang terdiri dari
dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. b. Prinsip Kromatografi Kertas Pelarut
bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda
dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. c. Alat dan
Bahan i. Alat 1) Bejana dan penutupnya 2) Penggaris 3) Pipa Kapiler 4) Pensil atau
Ballpoint 5) Gunting 6) Penjepit Kertas ii. Bahan 1) Kertas Saring 2) Noda (bisa
berupa spidol, stabilo, dan zat warna lainnya) 3) Pelarut yang cocok dengan noda d.
Cara Kerja 1) Potong kertas saring menjadi berbentuk persegi panjang (ukuran
terserah kalian yang penting bisa masuk ke dalam bejana, jangan terlalu besar dan
jangan terlalu kecil). 2) Garis ujung kertas bagian bawah (minimal jarak dari ujung
kertas 1 cm untuk mencegah kontak langsung dengan pelarut). 3) Tetesi noda pada
garis pembatas pada kertas. 4) Masukkan kertas yang sudah ditetesi noda tadi
kedalam bejana yang sebelumnya sudah diberi pelarut. 5) Tunggu hingga beberapa
menit sampai proses penyerapan selesai. 6) Setelah itu kertas dikeringkan. 7) Ukur
jarak yang ditempuh pelarut dan komponen noda yang dipisahkan dan hitung nilai Rf
noda tersebut. 4. Kromatografi Lapis Tipis a. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
adalah suatu teknik pemisahan yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini
menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk
lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. b. Prinsip
Kromatografi Lapis Tipis 1) memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
antara sampel dengan pelarut yang digunakan. 2) kromatografi lapis tipis memiliki
fase diam berupa sebuah lapis tipis silika atau alumina dan fase gerak pelarut atau
campuran pelarut (eluen) yang sesuai. c. Alat 1) Silika Gel (fase diam) dan Pewarna
(fase gerak) 2) Gelas kimia atau bejana 3) Lempengan 4) pensil d. Cara Kerja 1) Kita
siapkan alat. 2) Gambar sebuah garis menggunakan pensil pada bagian bawah
lempengan (jarak garis dari ujung lempengan berkisar antara 1-2cm). 3) Teteskan
pelarut dari campuran pewarna pada garis lempengan. 4) Masukkan lempengan pada
gelas kimia (jangan sampai terkena pelarut). 5) Komponen yang berbeda dari
campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak
sebagai perbedaan bercak warna. e. Kegunaan 1) Untuk penentuan jumlah komponen
dalam campuran. 2) Untuk penentuan identitas antara dua campuran. 3) Untuk
memonitor perkembangan reaksi. 4) Untuk penentuan keefektifan pemurnian. 5)
Untuk penentuan kondisi yang sesuai untuk pemisahan pada kromatografi kolom. 6)
Untuk memonitor kromatografi kolom .

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Pengertian Klorofil

Klorofil adalah pigmen warna hijau yang berperan dalam proses


fotosintesis dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia. Klorofil terdapat pada tumbuhan, alga dan bakteri
fotosintetik. Istilah Klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros
artinya hijau dan phyllos artinya daun. Istilah ini pertama diperkenalkan
tahun 1818. dimana pigmen tersebut diekstrak dari tumbuhan dengan
menggunakan pelarut organik. Riset tersebut dilakukan oleh Hans Fischer
peneliti klorofil yang memperoleh nobel prize winner pada tahun 1915
berasal dari Technishe Hochschule, Munich Germany.

Pada proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi utama dari klorofil


yaitu :

1. Memanfaatkan energi matahari.


2. Memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar
energetik bagi ekosistem secara keseluruhan.
3. Karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme
diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik
lainnya.

Klorofil menyerap cahaya berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum


kasat mata (visible). Misalnya, cahaya matahari mengandung semua
warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh
panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata
oleh klorofil. Cahaya matahari (cahaya tampak) jika diuraikan sebenarnya
terdiri dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang berbeda yang
dengan bantuan prisma kita bisa mendeteksinya sebagai cahaya merah,
jingga, kuning, hijau, biru,nila dan ungu (seperti pelangi). Klorofil
menyerap cahaya merah dan biru-ungu yang berguna dalam reaksi
terang fotosintesis, sedangkan cahaya kuning, hijau dipantulkan. Itulah
kenapa daun tampak berwarna hijau. Klorofil dapat menampung energi
cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melalui
fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi
fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat
memanfaatkan sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm.

Macam-macam klorofil

Pada tumbuhan didapatkan bermacam-macam pigmen yang berperan


menyerap energi cahaya. Pigmen fotosintetis terdapat dalam kloroplas
yang terdiri dari klorofil a, b, santofil, karotenoid, bakterioklorofil pada
bakteri. Pigmen ini menyerap warna atau gelombang cahaya yang
berbeda-beda. Masing-masing menyerap maksimum pada gelombang
cahaya tertentu. Pigmen umumnya mempunyai penyerapan maksimum
pada gelombang cahaya pendek dan juga panjang. Untuk
memaksimalkan penyerapan energi cahaya, maka pada kloroplas
terdapat kelompok pemanen cahaya yang disebut dengan antena yang
terdiri dari bermacam-macam pigmen, pigmen yang paling banyak pada
kloroplas adalah klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang berwarna hijau
yang terdapat pada kloroplast. Pigmen ini berguna untuk melangsungkan
fotosintesis pada tumbuhan . Aneka bentuk dan ukuran kloroplast
ditemukan pada berbagai tumbuhan (Salisbury and Ross, 1995). Pada
tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu) yang berwarna hijau
tua dan berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap
cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit
cahaya hijau (500-600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru dari
spektrum tersebut diserap oleh karotenoid. Karotenoid ternyata berperan
membantu mengabsorpsi cahaya sehingga spektrum matahari dapat
dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap karotenoid
diteruskan kepada klorofil-a untuk diserap digunakan dalam proses
fotosintesis, demikian pula dengan klorofil-b. Perbedaan klorofil a dan b
adalah pada atom C3 terdapat gugusan metil untuk klorofil a dan aldehid
untuk klorofil b. karena itu keduanya mempunyai penyerapan gelombang
cahaya yang berbeda. Peranan pigmen klorofil adalah dalam reaksi
fotosistem. Klorofil mempunyai banyak electron yang mampu berpindah
ke orbit eksitasi karena menyerap cahaya (Nurdin, 1997).

- klorofil a: menghasilkan warna hijau biru


- klorofil b: menghasilkan warna hijau kekuningan
- klorofil c: menghasilkan warna hijau coklat
- klorofil d: menghasilkan warna hijau merah

Klorofil a
Klorofil a adalah suatu senyawa kompleks antara magnesium dengan
porfirin yang mengandung cincin siklopentanon (cincin V). Keempat atom
nitrogennya dihubungkan secara ikatan. Koordinasi dengan ion Mg2+
membentuk senyawa kompleks planar yang mantap. Rantai sampingnya
yang bersifat hidrofob adalah suatu terpenoid alkohol dan fitol yang
dihubungkan secara ikatan ester dengan gugus propionat dari cincin IV.
Klorofil a merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua
tumbuhan autotrof.Rumus kimia klorofil a C55H72O5N4Mg

Klorofil b
Klorofil b adalah klorofil kedua yang terdapat pada tumbuhan hijau.
Klorofil b juga terikat pada protein di dalam sel. Klorofil B terdapat pada
ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Rumus kimianya C55
H70 O6 N4 Mg

Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya bagian merah dan
ungu spektrum,cahaya hijau yang paling sedikit diserap maka apabila
cahaya putih menyinari struktur-struktur yang mengandung klorofil
seperti misalnya daun maka sinar hijau akan dikirimkan dan dipantulkan
sehingga strukturnya tampak berwarna hijau. Karoten termasuk ke dalam
kromoplas yaitu plastida yang berwarna dan mengandung pigmen selain
klorofil.

Klorofil C
Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome
Bacillariophyta.Rumus kimia kolorofil C

Kelompok C3 (-CH = CH2) (-CH = CH2) (-CH = CH2) (-CH)


Kelompok C7 (-CH3) (-CHO) (-CH3) (-CH3) (-CH3)
Kelompok C8 (-CH2CH3) (-CH2CH3) (-CH2CH3) (-CH)
Kelompok C17 (-CH2CH2COO-Phytyl) (-CH2CH2COO-Ph

Klorofil d
Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta. Akibat adanya
klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan
cahaya matahari..
Fotosintesis terjadi pada semua bagian berwarna hijau pada tumbuhan
karena mamiliki kloroplas, tetapi tempat utama berlangsungnya
fotosintesis adalah daun. Pigmen warna hijau yang terdapat pada
kloroplas disebut dengan klorofil dan dari zat inilah warna daun berasal.
Klorofil menyerap energy cahaya yang menggerakkan sintesis molekul
makanan dalam kloroplas untuk menghasilkan energi (Campbell, 2002).

Kadar dari klorofil yang terkandung dalam suatu organ tumbuhan dapat
diukur dengan metoda spektrofotometer. Sel penutup pada lembaran
daun yang mengandung klorofil, didalam stroma pada sel tersebut akan
berlangsung fotosintesis yang akan menghasilkan karbohidrat (gula).
Gula tersebut menyebabkan potensial osmotik cairan sel yang menurun,
potensial air juga akan menurun, dengan peristiwa itu timbul tekanan
turgor yang dapat menyebabkan terbentuknya stroma (Kimball, 1988).

Selain klorofil tumbuhan juga membutuhkan cahaya untuk


perkembangannya. Terdapat empat macam penerima cahaya yang
dikenal dalam mempengaruhi fotomorfogenesis pada tumbuhan. Pertama,
fitokrom yaitu diketahui paling kuat menyerap cahaya merah dan juga
mampu menyerap cahaya biru. Kedua adalah kriptoksom, yaitu kelompok
sejumlah pigmen yang serupa menyerap cahaya biru dan gelombang
ultraviolet. Ketiga, penerima cahaya UV yaitu satu atau beberapa
senyawa yang tidak dikenal yang menyerap radiasi ultraviolet antara
kurang lebih 280-320 nm. Keempat ialah protoklorofilida, yaitu pigmen
yang menyerap cahaya merah dan biru, bias tereduksi menjadi klorofil a
(Sasmitamiharja, 1990).

Letak Klorofil

Klorofil sangat penting bagi tumbuhan untuk melaksanakan fotosintesis


dan menghasilkan energi. Klorofil merupakan pigmen kloroplast yang
terdapat dalam plastid. Plastid merupakan struktur khusus, diselimuti
oleh system membran rangkap ditemui hanya pada tumbuhan dan
beberapa protista. Plastid mengandung ONA dan ribosom yang terbenam
(bersama membrane) dalam cair yang disebut stroma (Salisbury dan
Ross, 1995).

Sel penutup memiliki klorofil dalam selnya sehingga dengan bantuan


cahaya matahari dapat melakukan fotosintesis. Terlalu banyak sinar
berpengaruh beruk terhadap klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan
pada sinar kuat akam berkurang hijaunya dan daun yang kena sinar
matahari langsung pada umumnya berwarna hijau kekuningan.

Semua plastid tumbuh dari proplastida yaitu benda kecil yang ditemukan
pada tumbuhan baik didalam gelap maupun ditempat terang. Plastid
membelah sama seperti mitokondria (dan prokariotik). Plastid tidak
berwarna biasa disebut leukoplas. Leukoplas yang paling dikenal ialah
amiloplas yang mengandung dua atau lebih butir pati. Leukoplas lain
berisi cadangan protein (proteinoplas) (Salisbury dan Ross, 1995).

Ada dua macam plastid berwarna, yaitu kloroplas yang mengandung


klorofil dan berbagai pigmen yang menyertainya dan kromoplast yang
mengandung pigmen lain (contohnya pigmen merah pada tomat)
(Salisbury dan Ross, 1995).

Klorofil terdapat didalam kloroplas yang merupakan pigmen yang aktif


didalam fotosintesis. Klorofi adalah molekul tetra-spiral yang dihubungkan
aleh atom Mg, yang berbentuk oval yang terkandung dalamnya.
Penyerapan yang esensial oleh kloroplas didalam menbran tilakoid. Tiap-
tiap foton dapat mengelurakan electron kedalam klorofil, klorofil hijau
akan menyerapa warna yang panjang gelombangnya pendek, berenergi
tinggi yang efektif dalam fotosintesis. Penyerapan terhadap panjang
gelombang relatif bervariasi dan dapat diukur denan menggunakan
spektrofotometer. Gambaran dari banyaknya penyerapan dari fungsi
panjang gelombang disebut dengan spectrum penyerapan
(Dwijoseputro,1980).

Ada 6 tipe klorofil yaitu klorofil a, b, dan c, dorobium serta klorofil 650
dan 660. klorofil a dan b terdapat pada semua organisme yang
melakukan fotosintesis. Uluran kloroplas bervariasi pada setiap spesies,
pada tanaman tingakat tinggi diameter kloroplas antara 4-6 mm.
Kloroplas pad sel polipoid lebih besar dibandingkan tanaman yang selnya
bukan polipoid. Perubahan bentuk dan volume kloroplas dapat disebabkan
oleh cahaya, keadaan yang gelap kloroplas dapat direduksi dengan
penambahan ATP (Devlin,1975). Dwijseputro (1980) mengemukakan
bahwa ada beberapa faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan
klorofil adalah : faktor pembawaan, cahaya, oksigen, karbohidrat,
nitrogen, Mg, Fe, juga unsure unsure Mn, Cu. Zn, air dan temperatur.

Tiap atom atau molekul yang sedikit berbeda tingkat energinya, setiap
substansi menyerap cahaya dengan suatu karakteristik panjang
gelombang yang berbeda. Hal ini bisa ditunjukkan melaluyi spektrum
penyerapan, dimana ditujukan selama penyerapan sinar pada tiap
gelombangnya, sebagai contoh, klorofil a sangat kuat pada panjang
gelombang 660 nm pada sinar merah, dan paling rendah pada panjang
gelombang 430 nm pada sinar biru.. Ketika gelombang itu berpindah,
maka sinar yang ada disebelah kiri adalah sinar hijau yang bisa llita lihat
(Devlin, 1975).

Spectrum absorbsi klorofil a dan klorofil b berbeda. Cahaya yang tidak


cukup absorbsi oleh klorfil a panjang gelombang 460 nm akan ditangkap
oleh klorofil b yang mempunayi absorbsi yang kuat pada panjang
gelombang tersebut. Jadi kedua jenis klorofil ini saling melengkapi dalam
mengabsorbsikan cahaya matahari. Daerah spectrum antara 500 nm dan
600 nm sanagt lemah absorbsi oleh klorofil, tetapi hal demikian tidak
menjadi masalah bagi kebanyakkan tanaman hijau (Striyer, 1996).

Kloroplas dikelilingi system daun atau selimut membran ganda yang


mengatur lalu lintas molekul keluar masuk dalam kloroplas. Didalam
kloroplas dijumpai bahan tanaman berbentuk amof, sel dan kaya enzim
yang disebut stroma. Stroma ini mengandung berbagai enzim yang
merubah CO2 menjadi karbohidrat khususnya pati. Didalam stroma ada
tilakoid yang mengandung pigmen ,disinilah energi dari cahaya matahari
digunakan untuk mengoksidasi H2O dan menbentuk ATP dan NADPH yang
kaya energi yang diperlukan oleh stroma untuk mengubah CO2 menjadi
karbohidrat (Salisbury and Ross, 1995).

Pada daun muda terjadi fotosintesis yang aktif sehingga menbutuhkan


klorofil yang banyak. Klorofil tersebut akan menyerap cahaya yang
berenergi tinggi sehingga fotosintesis terjadi lebih aktif. Daun muda juga
mendapatkan transfer klorofil melalui eksitasi dari daun tua
(Dwijoseputro,1980).

Menentukan kadar klorofil daun

Salah satu cara untuk menentukan kadar klorofil daun dengan metoda
atau alat spektofotometer. Spektofotometer temasuk dalam analisa
kuantitatif yang di dasarkan pada sifat warna larutan yang terjadi, atau
merupakan salah satu pembagian kalorimetri. Disini dipakai alat
spektrofotometer. Metoda ini dapat digunakan apabila ; sample yang di
ukur harus berwarna, kestabilan warna cukup lama, intensitas warna
terjadi cukup tajam, warna larutan harus bebas dari gangguan. Warna
larutan yang terjadi berbanding lurus dengan kosentrasi larutan
(Khopkar, 1990).

Cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan oleh daun tidak efektif bagi
fotosintesis, sebab untuk menghasilkan perubahan kimia cahaya itu harus
diabsorbsi terlebih dahulu. Diketahui bahwa hanya bagian hijau pada
tumbuhan yang melaksanakan fotosintesis daun, cukup alasan untuk
menduga bahwa hanya bagian pigmen hijau klloroplaslah yang menyerap
cahaya yang dipantulkan untuk proses tersebut. Cahaya yang diserap ini
dapat ditentukan dengan spektrofotometer (Dwijosepturo, 1980).

Penyerapan relatif untuk setiap panjang gelombang oleh pigmen dapat


diukur dengan spektrofotometer. Grafik penyerapan cahaya untuk kisaran
panjang gelombang tertentu disebut dengan spektrum serapan
(Dermawan, 1983).

Menurut Noggle dan Fritz (1979), klorofil akan memperlihatkan


flouresensi berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut tidak
hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang
dipantulkan.

Pada proses fotosintesis banyak diperlukan senyawa kimia yang penting


dalam mengubah cahaya menjadi energi kimia pada tumbuhan tingkat
tinggi, adalah pigmen yang terdapat didalam kloroplas, melalui pigmen
inilah cahaya memulai proses fotosintesis. Pigmen tersebut dalam
kloroplas yaitu pada membran internal yang disebut tilakoid. Pigmen
tersebut adalah klorofil a, klorofil b, dan keratinoid (Sasmitamihardjo,
1990).

Sebagian besar spesies mengabsorbsi lebih dari 90% panjang gelombang


biru. Panjang gelombang lembanyung dan merahyang diabsorbsi juga
dilakukan oleh kloroplas. Dalam tilakoid setiap foton dapat mengeksitasi
satu electron dalam korotenoid atau klorofil (Darmawan, 1983).

Warna hijau pada kloroplas disebabkan oleh adanya empat tipe utama
pigmen didalamnya yaitu klorofil a, dan klorofil b, berwarna hijau karena
bnayak menyerapa warna lembayung dan merah dan memancarkan sinar
hijau, selain klorofil da xantofil dan karoten. Benda-benda berwarna
menyerap cahaya dengan berbagai panjang gelombang sampai pada
tingkat tertentu, dan warna yang timbul pada warna tersebut adalah
cahaya yang diserap paling sedikit. Pada proses fotosintesis warna yang
paling sedikit diserap adalah warnadengan cahaya hijau, warna inilah
tersebar dipantulkan oleh tumbuhan sehingga tampak warna hijau
(Sastamitamihardjo,1990).

Klorofil dibentuk dari kodensasi suksinil CoA beserta dengan asama amino
glisin menjadi suatu senyawa. Setelah melalui beberapa tahap reaksi,
selanjutnya dengan adanya fitol dan enzim klorofilase dirubah menjadi
klorofil. Pada klorofil a terdapat gugusan metal, sedangkan pada klorofil b
terdapat gugusan aldehid (Darmawan, 1983).

Kloroplas berasal dari proplastid keci (plastid yang belum dewasa, kecil
dan hampir tidak berwarna, dengan sedikit ataupun membrane dalam).
Pada umumnya proplastid berasal hanya dari sel telur yang tidak
terbuahi, sperma tidak berperan disini. Proplastid membelah pada saat
embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan
batang terbentuk. Kloropals muda juga aktif membelah, khususnya bila
organ mengandung kloroplas terpanjang pada cahaya. Jadi, tiap sel
dewasa sering terkandung beberapa ratus kloroplas yang terdapat
pigmen klorofil membantu proses fotosintesis organisme (Salisbury and
Ross, 1995).

Klorofil tidak larut dalam air, melainkan larut dalam etanol, methanol,
eter, aseton, bensol dan klorofrom. Untuk memisahkan klorofil a dan
klorofil bbeserta pigmen- pigmen lain karotin, xantofil, organ
menggunakan suatu teknik spektrofotometri. Kalau kita perhatikan suatu
larutan zat yang berwarna. Makin pekat larutan tadi makin banyak
menyerap cahaya sehingga kelihatan makin gelap. Adanya hubungan
antara penyerapan cahaya dengan kosentrasi larutan merupakan prinsip
dasar dari penggunaan spektrofotometer yang menggunakan cahaya
monokromatik (Seitz,1987).

Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Klorofil

Terjadinya klorofil dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu factor pembawa


(gen), jika gen ini tidak ada, tanaman akan tampak putih (albino). Factor
kedua adalah cahaya. Jika cahaya terlalu kuat, klorofil akan berkurang
hijaunya. Factor yang ketiga adalah oksigen dan factor lainnya adalah
karbohidrat, nitrogen, magnesium, mangan, coprum, zink, air, dan
temperature (Dwijoseputro, 1985).

Pembentukan klorofil dalam tubuh tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa


factor antara lain : factor pembawaan (gen), cahaya, oksigen,
karbohidrat, nitrogen, magnesium dan besi serta air dan temperature,
dimana temperature yang baik untuk pembentukan klorofil yaitu 3-48oC
(Dwijoseputro, 1994)

Klorofil dibentuk dari kondensasi suksinil Co-A dan asam amino glisin
menjadi senyawa yang tidak stabil yaitu asam amino glisin menjadi
senyawa asam amino ketoda di dapat, kemudian melalui dekarboksilasi
dan diubah menjadi asam amino lovalenat dikatalis oleh enzim amino
lovalenat sintetase dengan adanya pridoksal posfat dan cahaya (Nurdin,
1997).

Dibungkus oleh dua lapis membrane yaitu membrane luar dan membran
dalam, yang dipisahkan oleh ruang intermembran. Membrane luar datar,
sedangkan membrane dalam melebar dan melipat ke arah dalam
membentuk tumpukan seperti kantong-kantong yang disebut tilakoid.
Tumpukan tilakoid yang sejajar disebut granum, satu granum terdiri dari
2-100 tilakoid. Didalam setiap tilakoid terdapat ruang yang disebut lumen
yang berisi garam pelarut (Nurdin, 1997).

Kloroplas merupakan organel yang berbentuk lensa dan berukuran kira-


kira dua micrometer dikali lima micrometer. Kloroplas ini dilingkupi oleh
dua membrane yang dipisahkan oleh ruang inter membran yang sempit.
Membran dalam melingkupi cairan yang disebut stroma. Stroma
mengelilingi ruangan ketiga, yang dibatasi oleh membrannya sendiri
(membrane tilakoid). Diseluruh kloroplas, kantung tilakoid ditumpuk
membentuk grana yang dihubungkan satu sama lain oleh tubula tipis
diantara masing-masing tilakoid (Campbell, 2002).
Tiap kloroplas mengandung 40-60 granum dan ada juga yang tidak pakai
grana seperti pada kloroplas seludang ikatan pembuluh. Membrane
tilakoid sama dengan membrane lain disusun oleh lipid dan protein,
disamping adanya pigmen-pigmen fotosintetik dan senyawa-senyawa
pembawa electron lainnya. Kloroplas sama dengan mitokondria, juga
punya DNA, ribosom dan RNA sendiri yang berguna untuk membentuk
polipeptida dan protein tertentu bersama dengan DNA inti (Nurdin,
1997).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A. 2002. Biologi Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Darmawan dan Baharsyah. 1983. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. PT
Suryani Utama. Semarang.
Devlin,R.M. 1975. Plant Phsiology. Third Edition. D. Van Nostrand,
Company. New York.
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Kimball, J.W. 1988. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta
Khopar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI. Press. Jakarta
Noggle. G.R. and Fritz, G.J. 1979. Introduction Plant Physiology. Prentice
Hall Of India.
Nurdin, H. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Departement Pendidikan
dan Kebudayaan Universitas Andalas Padang.
Sasmitamiharjdo, D. Siregar. 1990. Dasar- dasar Fisiologi Tumbuhan.
ITB. Bandung
Salisbury and Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. ITB. Bandung
Striyer, L. 1996. Biokimia. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai