Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL BOOK REPORT

KIMIA INSTRUMENT

“KOLORIMETRI”

DISUSUN OLEH :

CINTHIA ULY SINAGA (4163210015)

JESIKA CITRA PAINJAITAN (4161210007)

KURNIA SANDI (4163210011)

RIZKA ALFI FADHILA (4163210018)

SARA ANGELICA SIMANJUNTAK (4163210019)

KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


a. Pendahuluan

Lebih dari seabad yang lalu Michael Faraday menemukan proporsionalitas langsung antara
jumlah listrik dan jumlah oksidasi dan reduksi yang terjadi pada aliran arus melalui sel
elektrokimia.pengamatan mengarah pada pengembangan kolorimetri kimia, alat untuk mengukur
jumlah listrik dengan menentukan jumlah perubahan kimia yang disebabkan oleh arus. Aplikasi
dari Hukum Faraday, di mana jumlah suatu zat ditentukan dari pengukuran kuantitas listrik,
jauh lebih baru. Metode analisis kolorimetri seperti ini dimulai sekitar tahun 1940.

Analisis kimia fotometrik mencakup kolorimetri, spektrofotometri, dan nephelometri . Analisis


kimia fotometrik dapat didefinisikan sebagai analisis yang secara umum didasarkan pada
pengukuran jumlah cahaya yang diserap oleh larutan berwarna (kolorimetri, spektrofotometri)
atau dengan suspensi putih atau dari jumlah cahaya tersebar oleh Konsentrasi zat berwarna
dalam larutan dapat ditentukan secara langsung dengan analisis kolorimetri atau
spektrofotometri; jika zat yang akan ditentukan tidak berwarna, ia mungkin sering diubah
menjadi senyawa berwarna dengan beberapa reaksi kimia yang sesuai.

Dalam kolorimetri, cahaya putih alami atau buatan (spektrum kontinu antara merah dan
ultraviolet) digunakan sebagai sumber cahaya. Pengukuran dilakukan dengan instrumen
sederhana yang disebut colorimeter. Dalam spektrofotometri, cahaya dengan panjang gelombang
tertentu digunakan sebagai sumber cahaya; instrumen yang digunakan dalam pengukuran jauh
lebih rumit daripada kolorimeter dan disebut spektrofotometer. Dengan instrumen yang sesuai
dari pengukuran tipe terakhir juga dapat dilakukan di daerah ultraviolet dan inframerah
spektrum, di mana pengukuran kolorimetri biasa tidak mungkin dilakukan.

Kolorimetri merupakan metode untuk mengukur konsentrasi komponen biokimia menggunakan


sinar putih yang dilewatkan melalui larutan berwarna, lalu diukur beberapa panjang gelombang
yang diabsorbsi lebih dari yang lain.

Masalah bomb kalorimeter berkaitan dengan pengukuran besaran energi suatu materi.Besaran-
besaran energi mencakup sifatsifat termodinamika sistem seperti entalpi, energi dalam, kalor
spesifik atau nilai kalor.Jenis alat bomb kalorimeter aliran yang biasa digunakan dalam
eksperimen disebut Junkers Calorimeter (Kalorimeter Junker).

Hukum Lambert-Beer

Ketika cahaya monokromatik dengan intensitas awal Io melalui suatu larutan, maka sebagian
besar sinar akan diserap sehingga intensitas sinar yang keluar menjadi I (I > Io). Hubungan
antara I dan Io bergantung pada tebal atau dalamnya medium penyerap (I) dan konsentrasi
larutan (c). Kedua factor ini berkaitan dalam hukum Lambert dan Beer.

Menurut hukum Lambert: intensitas sinar monokromatik yang melalui medium penyerap akan
menurun secara eksponensial terhadap tebal atau panjang medium penyerap

I = Ioe-k1 I

Sedangkan menurut hukum Beer : intensitas sinar monokromatik yang melalui medium
penyerap akan menurun secara eksponensial terhadap peningkatan konsentrasi medium
penyerap

I = Ioe-k2 c

Sehingga diperoleh:

I = Ioe-k3 cI
Beberapa kolorimetri dan spektrofotometer mempunyai dua skala yaitu % transmitan berbentuk
linear dan absorban berbentuk logaritmik.

b. Konsep dasar Instrumen

Bahan bakar gas dibakar di dalam kalorimeter Junker itu, dan kalornya dialirkan ke air
pendingin.Laju aliran air ditentukan dengan menimbangnya, sedang suhu air masuk dan keluar
diukur dengan termometer presisi raksa dalam gelas.Hasil pembakaran didinginkan hingga
suhunya cukup rendah dan uap airnya mengembun.Kondensatnya dikumpulkan dalam tabung
ukur.Laju aliran gas biasanya diukur dengan positive displacement flowmeter.
Jenis alat kalorimeter non-aliran yang telah lazim adalah bomb kalorimeter, digunakan untuk
untuk penentuan nilai kalor bahan bakar padat dan cair. Berbeda dengan jenis kalorimeter
aliran, pengukuran disini dilakukan pada kondisi volum konstan, tanpa aliran.
Beberapa hal yang penting dalam penggunaan kolorimeter dan spektrofotometer adalah:

1. Pembersihan kuvet dengan merendamnya dalam 50% v/v asam nitrit lalu dicuci dalam
aquades
2. Penggunaan kuvet dengan benar adalah dengan cara mengisi kuvet dengan aquades lalu
diperiksa adanya koreksi perbedaan kecil yang ada dalam sifat optik. Bagian luar kuvet
dibersihkan dengan kertas tisu sebelum diletakkan dalam sel dan bagian permukaan
kaca kuvet jangan dipegang
3. Masing-masing kuvet memiliki kisaran serapan panjang gelombang yang berbeda-beda
yaitu
- Kuvet gelas : 360 – 800 nm
- Kuvet silica : 200 – 800 nm
- Kuvet kuarsa : <200 – 800 nm
4. Sumber sinat dari bola lampu tungsten memproduksi energy dengan kisaran yang luas
sampai panjang gelombang 360 nm
5. Fotosel
6. Absorban larutan dibaca terhadap pereaksi blanko yang mengandung semuanya kecuali
senyawa yang akan diukur
7. Replikasi

Kolorimetri visual adalah pencocokan warna perangkaat dengan bidang warna terbelah setengah
bidang tertutupi badan warna yang sedang diukur disinari dengan sumber cahaya putih dan
setengah bidang lainnya dibuat dari permukaan putih, disinari dengan 3 sumber cahaya yang
warnanya ditentukan dengan baik biasanya merah, hijau dan biru.

Proses kolorimetri tidak sederhana dan membutuhkan ketrampilan. Pengaturan proses ini dapat
disederhanakan dengan pengaturan kompleks lain.

Berbagai variasi dari dasar pengaturan untuk konstruksi visual kolorimeter untuk aplikasi
berbeda. Kaolorimeter disk hadir dengan metode menyenangkan untuk menemukan proporsi
warna yang dibutuhkan untuk campuran yang diberikan.

Instrumen ini mengambil beberapan keuntungan dari respon mata yang lambat dengan
melapisinya dengan beberapa warna yang dicat pada sektor bersudut dari cakram berputar,
diasumsikan bahwa warna sampel referensi diperoleh dengan proses penambahan warna
.hipotesis ini lebih valid untuk pigmen dari pada pewarna.

Dengan metode ini rona dan saturasi dari warna sampel dapat dicocokkan tetapi tidak perlu
kilau kecuali sampel dan disk disinari dengan intensitas cahaya berbeda.
c. Bebebrapa tipe instrument

Alat ukur kalor – bergantung dari zatnya – terdiri dua jenis yaitu alat kalorimeter aliran yang
digunakan untuk mengukur nilai kalor bahan bakar gas atau cair dan alat kalorimeter non-
aliran yang digunakan untuk mengukur nilai kalor bahan bakar padat atau cair.Nilai kalor
biasanya dinyatakan dalam kalori/gram atau Btu/Lb. Bomb kalorimeter termasuk tipe
kalorimeter non aliran.

Alat Instrumentasi Bomb Kalorimeter

d. Komponen peralatan instrumen

Semua arus yang masuk rangkaian diberi subskrip 1, sedang arus yang keluar dari
rangkaian itu diberi tanda subskrip 2. Bahan bakar dan udara dibakar di dalam calorimeter, dan
sebagai besar kalor pembakaran diserap oleh air pendingin. Pengukuran yang perlu dibuat dalam
eksperimen ini ialah suhu air pendingin masuk dan keluar Tw 1 dan Tw2, laju aliran massa bahan
bakar mf, laju aliran massa air pendingin mw, suhu kondesat Tc2, suhu bahan bakar dan udara
masuk Tf1 dan Ta1, dan kelembaban relatif udara masuk f1, di samping itu dilakukan pula
analisa hasil pembakaran untuk menentukan kandungan okigen, karbon dioksida, dan karbon
monoksida.
Skema Alat Kalorimeter Non Aliran Bomb Kalorimeter
Contoh bahan bakar yang diukur dimasukkan ke dalam bejana logam yang kemudian
diisi dengan oksigen pada tekanan tinggi.Bom ditempatkan di dalam bejana berisi air dan bahan
bakar dinyalakan dengan sambungan listrik dari luar. Suhu air diukur sebagai fungsi waktu
setelah penyalaan, dan dari pengetahuan tentang massa air di dalam sistem itu, massa dan kalor
spesifik bejana, kurva pemanasan dan pendinginan transien, maka energi yang dilepaskan dalam
pembakaran itu dapat ditentukan. Keseragaman suhu air di sekeliling bom dijaga dengan suatu
pengaduk.
Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan
untuk potensi-terkontrolmetode.Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk itrasi
kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan
karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu
mampu memberikan arus sekitar 20 mampu yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat
menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01
persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks

Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan
untuk potensi-terkontrolmetode.Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk
titrasi kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan
karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu
mampu memberikan arus sekitar20 mamp yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat
menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01
persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks

Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan
untuk potensi-terkontrolmetode.Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk
titrasi kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan
karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu
mampu memberikan arus sekitar20 mamp yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat
menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01
persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks
e. Cara kerja insntrumen

Berikut ini disajikan prosedur kerja Bom Calorimetertype :”1261 Isoperibol Bomb
Calorimeter”. Pada alat ini nilai kalori pembakaran dihitung berdasarkan persamaan :
𝑊. 𝑇 − 𝑒1 −𝑒2 − 𝑒3
𝐻𝑐 =
𝑚
Dimana
Hc=gross heat pembakaran
T=kenaikan suhu
W=energy ekivalen dari kalorimeter yang digunakan
e1=panas hasil pembakaran nitrogen
e2=panas hasil pembakaran sulfur membentuk SO3 dan asam sulfat
e3=panas hasil pembakaran kawat
m=massa sample.

1. Hidupkan bomb calorimeter (ON) dan tekan tombol F1 untuk mengaktifkan pompa,
pemanas dan mengalirkan air pendingin (dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk
menstabilkan suhu jaket, ditandai lampu control telah menyala)
2. Ditimbang dengan teliti sejumlah sample (sesuai kapasitas mangkok bomb calorimeter)
yang akan diukur nilai kalorinya
3. Masukkan sample tersebut ke dalam mangkok bomb calorimeter
4. Hubungkan seutas kawat dengan panjang tertentu antara kedua ujung katoda/anoda
dengan sample
5. Masukkan mangkok yang berisi sample tersebut ke dalam silinder aluminium dan tutup
rapat
6. Alirkan gas (N2) ke dalam silinder tersebut hingga penuh (pada tekanan tertentu), alat ini
akan bekerja secara otomatis
7. Masukkan slinder yang berisi sample tersebut ke dalam bak bom kalorimeter yang
sebelumnya telah diisi air suling 2 liter (2000 gram), lalu tutup dengan rapat
8. Inputkan data-data berupa berat sample dan panjang (massa) kawat
9. Pembakaran dimulai dengan menekan tombol star hingga beberapa saat (sekitar 20
menit)
10. Setelah pembakaran sempurna, alat akan secara otomatis memberikan preliminary report
yang dapat diprint out melalui komputer yang telah disiapkan
11. Buka penutup bak, keluarkan slinder sampel dan keluarkan mangkok sampel dari slinder
12. Ukur sisa kawat yang terlilit di ujung katoda/anoda yang tidak terbakar
13. Residu yang kemungkinan mengandung asam di dalam slinder dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer (gunakan pembilas air suling) untuk kemudian dititrsi
menggunakan natrium karbonat 0,0709 N (3,76 gr Na2CO3 dilarutkan dalam 1 liter air
suling). Gunakan indicator metil-orange. Bisa juga dititrasi menggunakan lrutan basa
NaOH atau KOH.
14. Inputkan data-data panjang sisa kawat dan konsentrasi asam hasil titrasi, maka sesaat
kemudian secara otomatis alat bomb calorimeter akan menberikan final report berupa
hasil akhir sebagai hasil koreksi, yang dapat diprint out melalui printer yang telah
disiapkan
15. Akhiri penggunaan alat dengan menekan tombol off (untuk memutuskan arus listrik).

Metode kolorimetri sangat sesuai untuk penentuan jumlah mikro dan semi-mikro dari
konstituen. Untuk analisis kuantitas makro, prosedur gravimetri dan volumetrik umumnya
lebih disukai, karena lebih akurat. Harus dipahami bahwa metode kolorimetri biasa tidak
menghasilkan akurasi yang lebih besar dari pada 1 persen.
f. Aplikasi instrument (kualitatif)

Catatan :
Berdasarkan contoh print out hasil pengukuran nilai kalor (gross heat)
diatas diberikan dua jenis laporan
Preliminary report : lapoan awal yang memberikan nilai kalori dari semua elemen yang terbakar
dalam bomb, yaitu elemen sampel itu sendiri, elemen kawat sebagai penghubung arus listrik ke
sampel dan elemen sulfur yang terbakar dan terlarut menjadi asam.
Hasilnya :
GROSS HEAT 10999.3 CAL/G

g. Aplikasi instrument (kuantitatif)

Final report : Laporan akhirsetelah dikoreksi terhadap kalor kawat yang terbakar dan kalor asam
yang terbentuk, sehingga disini hanya tercatat nilai kalor sampel yang di analisis. Hasilnya :
GROSS HEAT 11033.9 CAL/G
Besar nilai koreksi tersebut diatas :
[ (11033,9 – 10999,3) ] / [11033,9] x 100% = 0,31%
Nilai kesalahan (koreksian) ini cukup kecil, dalam keperluan praktis terhadap sample tertentu
(seperti batubara) dapat diabaikan.

h. Kelebihan instrument

Keuntungan utama dari metode kolorimetri adalah bahwa jejak zat dapat ditentukan dengan
cara yang sederhana, sedangkan prosedur gravimetri dan volumetrik akan menghasilkan
kesalahan yang relatif besar dengan jumlah seperti itu, karena jumlah absolut zat yang akan
ditentukan sangat kecil. Oleh karena itu, metode kolorimetri sangat sesuai untuk penentuan
jumlah mikro dan semi-mikro dari konstituen. Untuk analisis kuantitas makro, prosedur
gravimetri dan volumetrik umumnya lebih disukai, karena lebih akurat. Harus dipahami bahwa
metode kolorimetri biasa tidak menghasilkan akurasi yang lebih besar dari pada l persen.
Akurasi yang lebih besar dapat diperoleh dengan uji spektrofotomik diferensial, dan dengan
teknik ini analisis fotometrik dapat bersaing dengan analisis gravimetri dan volumetrik sejauh
menyangkut akurasi. Metode fotometrik juga memberikan keuntungan besar karena lebih
sederhana dan ekonomis sejauh yang diperhatikan. Bahkan jika kesalahan instrumental dapat
direduksi menjadi angka kecil, penting untuk mempertimbangkan kesalahan metodis yang
mungkin sangat kecil atau besar.
1. Metode kolorimetri seringkali akan memberikan hasil yang lebih tepat pada konsentrasi
rendah dibandingkan prosedur titrimetri ataupun gravimetri padanannya. Selain itu
prosedur kolorimetri lebih sederhana dilakukan daripada prosedur titrimetri ataupun
gravimetri.
2. Suatu metode kolorimetri seringkali dapat diterapkan pada kondisi-kondisi dimana tidak
terdapat prosedur gravimetri ataupun titrimetri yang memuaskan, misalnya untuk zat-zat
hayati tertentu.
3. Prosedur kolorimetri mempunyai keunggulan untuk penetapan rutin dari beberapa
komponen dalam sejumlah contoh yang serupa oleh dapat dilakukan dengan cepat.

i. Kelemahan instrument

Karena pengukuran untuk menentukan kesamaan warna antara larutan cuplikan dengan
larutan dilakukan secara visual maka metode ini kurang akurat karena hasilnya sangat
ditentukan oleh subjektivitas si pengamat dan nilai yang dihasilka belum memiliki satuan yang
absolute.
Pada kolorimetric adapun juga kelemahan dari metode ini, yaitu :
l. Dalam sebagian besar kerja kolorimetri pengukuran dilakukan dengan mata telanjang,
Pengamat harus berhati-hati untuk menghindari kelelahan dan ketegangan mata. Setelah angka
tertentudari pengamatan yang telah dilakukan, mata menjadi lelah dan tidak lagi sensitive sedikit
perbedaan dalam intensitas atau warna. Dianjurkan untuk melakukan pengukuran di ruangan
gelap untuk mencegah kelelahan mata sebanyak mungkin, dan untuk memungkinkan mataberi
istirahat dengan jarak waktu tertentu. Selain itu bacaan bisa dilakukan dengan kedua mata
secara bergantian.Umumnya sensitivitas mata meningkat dengan latihan. Namun beberapa orang
tidak dapat menilai warna tertentu secara akurat. Seorang operator harus menguji dirinya sendiri
menyeluruh untuk setiap warna dengan mencocokkan standar terhadap dirinya sendiri dalam
beberapa derajat intensitas. Kesalahan subjektif karena sensitivitas atau ketidak sempurnaan
terbatas mata dihilangkan dengan menggunakan colorimeter di mana fotoelektrik atau fototronic
sel diganti pada mata.

2. Intensitas warna yang akan diukur tidak boleh terlalu besar atau terlalu besarkecil, karena
mata tidak sensitif dalam kasus ini terhadap sedikit perubahan intensitas.Di antara kedua
ekstrem ini ada rentang intensitas di mana mata memiliki sebuah sensitivitas konstan untuk
perubahan relatif yang sama dalam intensitas. Dengan kata lainmata tidak dapat membedakan
antara dua intensitas I dan I + ∆I, jika ∆I kurang dari afraksi tertentu dari I. penentuan
kolorimetri harus dibuat dalam kisaran diyang I / AI konstan. Nilai hasil bagi ini secara alami
berbeda untuk berbagaiindividu dan juga tergantung pada pengalaman yang didapat. Selain hasil
bagiberbeda untuk warna yang berbeda; secara umum mata lebih sensitif terhadap sedikit
perubahanmerah daripada biru. Dengan perangkat fotolistrik dan fotografis titik yang sama,
memiliki 10 dipertimbangkan.

3. Kesalahan yang timbul dari distribusi optik yang berbeda dalam instrumen adalah dibahas
panjang lebar oleh Dehn.21 Dengan menggunakan prosedur yang diuraikan, yang kesalahan
karena ketidaksempurnaan optik instrumen sebagian besar dihilangkan.

4. Dalam beberapa prosedur, intensitas dan naungan warna lebih tergantung ataukurang pada
saat berdiri setelah penambahan reagen (mis., menurut amonia untuk Nessler), keasaman
larutan (besi besi dengan tiosianat), konsentrasi yang tepat pelacakan reagen, atau kehadiran
konstituen asing di yang tidak diketahui. Karena itu setiap prosedur harus diuji untuk
penerapannya dalam berbagai kondisi.

5. Jika yang tidak diketahui mengandung bahan tersuspensi (larutan keruh), tidak
akuratperbandingan dengan standar yang jelas dimungkinkan.
j. Penelitian relevan terkait penggunaan instrument
1.

Penulis : Patiphat Sangnikul, Chanisara Phanpa, Rui Xiao, Huiyan Zhang, Prasert
Reubroycharoen, Prapan Kuchonthara, Tharapong Vitidsant, Adisak Pattiya,
Napida Hinchiranan
Tahun : 2019
Judul : Role of copper- or cerium-promoters on NiMo/γ-Al2O3 catalysts in
hydrodeoxygenation of guaiacol and bio-oil
Masalah
/ tujuan penelitian : mengetahui pengaruh tembaga (Cu) atau cerium (Ce) sebagai
promotor untuk katalis nikel-molibdenum / γ-alumina (NiMo / γ-Al2O3)
terhadap the hydrodeoxygenation (HDO) guaiacol (GUA), sebuah model
senyawa teroksigenasi yang ditemukan dalam bio-oil turunan dari biomassa
kayu.
Metode : Tingkat konversi GUA, distribusi produk, dan komposisi produk cair yang
dihasilkan dari HDO GUAdihitung dari keseimbangan material dan luas
puncak yang diperoleh dari gaskromatografi-spektrometri massa (GC-MS;
Shimadzu-2010). Komposisi unsur karbon (C), hidrogen (H) dan nitrogen (N)
dalam minyak nabati murni sebelum dan sesudah HDO diukur menggunakan
CHN analyzer (Perkin-Elmer 2400 Series CHN / O Analyzer), sedangkan
oksigen (O) konten dihitung berdasarkan perbedaan. Nilai kalor bruto dari bio-
oil juga diselidiki menggunakan bom carolimetry, yaitu tipe ASTM
5865.Deposisi kokas pada permukaan katalis setelah reaksi dianalisis oleh
TGA.
Hasil : Penambahan Cu meningkatkan reducibilitas katalis NiMo, sementara
penambahan Cepada jumlah yang sesuai (<10% berat berdasarkan kandungan
γ-Al2O3) menginduksi dispersi logam aktif yang lebih tinggi danmemberikan
kesulitan untukmengurangi katalis. Untuk HDO GUA dalam kondisi reaksi
ringan (10 bar tekanan H2awal dan 300 ° C selama 1 jam), penggunaanKatalis
NiMo4Cu menunjukkan hasil tertinggi pembentukan fenol dan metilfenol (0,31
g / grease GUA) yang mencerminkan kinerja HDO yang tinggi karena
kemampuan Cu untukmengkatalisasi hidrogenasi GUAuntuk senyawa fenol.
Untuk penambahan Ce sebagai promotor, the Katalis NiMo4Ce membutuhkan
waktu reaksi yang lama (6 jam) untuk menyediakan cairanproduk dengan
kandunganspesies satu-oksigen yang lebih tinggi.

2.
Penulis : Abkar Sayad, Fatimah Ibrahim, Shah Mukim Uddin, Jongman Cho, Marc
Madou, Kwai Lin Thong

Tahun : 2018
Judul : A microdevice for rapid, monoplex and colorimetric detection of foodborne
pathogens using a centrifugal microfluidic platform
Masalah : Penyakit bawaan makanan tetap menjadi ancaman bagi kesehatan
manusia di seluruh dunia.Perbaikan danpengembangan telah dilakukan
untuk mengurangi risiko kontaminasi makanan. Salah satunya adalah
mengembangkan fluida mikro sentrifugalsistem deteksi titik nirkabel
terintegrasi dengan loop mediated isothermal amplifier (LAMP) untuk deteksi
patogen monopleks. Beragam metode deteksi untuk produk LAMP
(amplikon) telah dikembangkan termasuk pemantauan fluoresensi
menggunakan deteksi elektrokimia calcein dan deteksi kolorimetri
menggunakan SYBR Green 1
Metode : Metode deteksi kolorimetri sederhana menggunakanpewarna calcein
diimplementasikan dalam penelitian ini untuk deteksi visual. Empat jenis
primer LAMP dirancang untuk setiap targetpatogen menggunakan
perangkat lunak Primer Explorer V4. Semua primer disintesis secara
komersial oleh sebuah perusahaan komersial. Satu reaksi LAMP individu
mengandung a total volume 12,5 μL dari setiap patogen target dan
ditetapkan pada 63°C untuk 60 menit sebelum inaktivasi Bst polimerase
selama 2 menit pada 80°C.Calcein digunakan sebagai indikator dan
hasilnya dapat divisualisasikanlangsung oleh perubahan warna.

Hasil : Dengan menggunakan konsentrasi calcein yang dioptimalkan dalam


metode ini, kamimencegah kontaminasi dan meningkatkan ambang waktu
untuk positifLAMP amplifikasi 10 menit (data tidak ditampilkan). Berbeda
dengan yang lainmetode kolorimetri, seperti SYBR Green 1 dan Eva Green
itumengandung mangan, yang menurunkan sensitivitas keseluruhan
ujikarena terhambatnya reaksi LAMP dan risiko kontaminasitinggi. Untuk
mengkorelasikan perubahan warna danmenganalisis hasil lebih lanjut,
kami merancang sistem elektronik portableyang mengukur intensitas
warna amplikon LAMP danmengklasifikasikan warna berdasarkan hasil
negatif dan positif, danberdasarkan klasifikasi itu, hasilnya ditransmisikan
ke smartphone

3.
Penulis : Vladimir Pitschmann, Zbynek kobliha, EMil Halamek, Ivana Tusarova
Tahun. : 2018
Judul. : Simple in situ Visual and Tristimulus colorimetric Determination of Sulfur
dioxide in Air
Masalah : Sulfur dioksida adalah pulusi industri berbahaya yang signifikan dan
faktor penting kesesuaian dan indikator lingkungan higenis polusi.
Serangkaian teknik digunakan untuk mendeteksi keberadaan SO 2 diudara.

Metode : 5,5'-dithio-bis (2-nitro-benzoic acid), N,Ndimethylformamide (DMFA) and


dimethyl sulfoxide (DMSO) reagen kromogenik dipreparasi dengan
melarutkan 0,4 gram 5,5'-dithio-bis(2-nitro-benzoic acid) didalam 100 mL
air dengan mencampurkan DMFA dan DMSO (1:1)

Prosedur : Kain katun dimodifikasi dengan menggunakan resapi dengan larutan yang
mengandung 0.3 g of Na2B4O7.10 H2O, 0.45 g of H3BO3, 0.1g NaCl, 2.5 g
silica gel (fraksi sampai dengan 5 ᶣm) dan 3.0 g dextran per 100 ml dari air.
Katun yang diresapi dikeringkan diudara bebas dengan pengeringan akhir
dengan desikator atas natrium hidroksida.

Persiapan sampel dan penentuan konsentrasi


Berbagai konsentrasi SO2 dengan aksi asam sulfur dalam natrium sulfat
konsentrasi SO2 sesungguhnya pada laboratorium gas ditentukan dengan
modifikasi metode spketrofoometri untuk HCHO/pararoniline. Temperatur
udara dijaagaa pada 24 ± 2 °C
Hasil :Difilter warna oranye muncul ; intensitas warna dinilaai secara visual dan
oleh tristimulus kolorimeter (LMG 173) batas deteksi adalah 0,01 mg.m -3.
Gangguan reduksi (terutama hidrogen sulfida), oksidasi, zat alkali dan
asam.
4.
Penulis : M W Ben Ayoub, R Aro, E Georgin, J F Rochas
Tahun : 2018
Judul : Quantification of free and bound water in selected materials using
dielectric and thermo coulometric measurement methods
Masalah /
tujuan : untuk menentukan proporsi berbagai bentuk ikatan air yang dapat ada
dalam materi (bebas dan terikat).
Metode : Thermo-coulometric
Hasil : menunjukkan kuantifikasi bebas danair terikat dalam sejumlah bahan
melalui pengembangan berulang. Perilaku dielektrik sampel dengansatu
jenis air (α-D-laktosa monohidrat) atau beberapa jenis air (tanah liat
kaolinit) berhasildimodelkan dan terkait dengan jenis air yang ada dan
kadar air secara keseluruhan. ini merupakan hasil penentuan air yang
cepat dan selektif dalam bahan tambahan yang menarik dan identifikasi
yang berbedajenis air dalam padatan.
5.
Penulis : Yeong Beom Cho, Seung Hwa Jeong, HyungphilChun, Yong Shin Kim

Judul : Selective colorimetric detection of dissolved ammoniain water via modified


Berthelot’s reaction on porous paper

Tahun : 2018

Tujuan : Here, we present a new type of a colorimetric ammonia sensor for


quantifying dissolved ammonia in water samples with a complex matrix.
Ammonia detection relies on the irreversible synthesis of indophenol dye on
a small reagent-impregnated paper through the modified Berthelot’s
reaction and the partitioning equilibrium of volatile ammonia in the
headspace of a closed sample vessel. For uniform and strong coloration,
water-soluble reagents in fine power form were homogeneously dispersed in
nonpolar cyclohexane and then deposited by controlled filtration on a
porous paper substrate. These cheap NH3 paper sensors demonstrated a
good colorimetric response to NH3(aq) samples in the concentration range of
10 -1,020 mg/L. In addition, the colorimetric responsemagnitudes for 1,020
mg/L NH4OH was not affected considerably by the presence of 0.1 wt% of
ethanol, acetone, dimethylformamide (DMF), acetic acid, NaCl, KCl, MgSO 4
or CaSO4.

Masalah : Rapid industrialization and urbanization in the last century have led to
deterioration of water quality with an increase in the uptake of nitrogen-
containing compounds into surface and underground waters. Among these
compounds, dissolved ammonia is an ecologically important component in
the nitrogen cycle. Inflow of ammonia into the aquatic environment can be
from artificial sources such as industrial effluent and agricultural runoff as
well as from natural sources (excretory products of fishes and other
organisms). Neutral NH3 molecule is more toxic than the ionized form of NH 4
+ that is produced by the acid–base reaction of NH3 + H+ ↔ NH4+. Because
exposure to even low levels of ammonia is harmful to many species of
aquatic life, the ammonia concentration is a good indicator of water quality
in various aqueous systems together with a pH value. There is therefore
great demand for a low-cost, simple ammonia detector for continuous
monitoring or rapid on-site detection.
Metode : Though several methods such as flow-based spectrophotometry are
currently utilized for this purpose, there is still need for more selective
ammonia determination.

Hasil : We fabricated small, low-cost, colorimetric ammonia gas sensors by facile


filtration of modified Berthelot’s reagents on a porous paper substrate for
the chemical analysis of wastewater or seawater.Because detection is based
on the separation of ammonia gas from the aqueous matrix and irreversible
chemical reactions (synthesis of indophenol dye) at the gas-solid interface,
our NH3 sensor has promising features of avoiding interference with
nonvolatile compounds in the aqueous medium and providing an
opportunity for the pre-concentration of volatile NH3 in the headspace.
Integration of this sensing method into microfluidic paper-based analytical
devices will facilitate irreversible gas-phase detection for continuous
monitoring or rapid on-site determination of toxic chemicals in water
samples with a complex matrix.
k. Rangkumaman

Analisis kimia fotometrik mencakup kolorimetri, spektrofotometri, dan nephelometri . Analisis


kimia fotometrik dapat didefinisikan sebagai analisis yang secara umum didasarkan pada
pengukuran jumlah cahaya yang diserap oleh larutan berwarna (kolorimetri, spektrofotometri)
atau dengan suspensi putih atau dari jumlah cahaya tersebar oleh Konsentrasi zat berwarna
dalam larutan dapat ditentukan secara langsung dengan analisis kolorimetri atau
spektrofotometri; jika zat yang akan ditentukan tidak berwarna, ia mungkin sering diubah
menjadi senyawa berwarna dengan beberapa reaksi kimia yang sesuai.

Dalam kolorimetri, cahaya putih alami atau buatan (spektrum kontinu antara merah dan
ultraviolet) digunakan sebagai sumber cahaya. Pengukuran dilakukan dengan instrumen
sederhana yang disebut colorimeter. Dalam spektrofotometri, cahaya dengan panjang gelombang
tertentu digunakan sebagai sumber cahaya; instrumen yang digunakan dalam pengukuran jauh
lebih rumit daripada kolorimeter dan disebut spektrofotometer. Dengan instrumen yang sesuai
dari pengukuran tipe terakhir juga dapat dilakukan di daerah ultraviolet dan inframerah
spektrum, di mana pengukuran kolorimetri biasa tidak mungkin dilakukan.

Alat untuk titrasikolorimetri dapat relatif sederhana dengan instrumentasi yang diperlukan
untuk potensi-terkontrolmetode. Sumber arus konstan.Banyak sumber arus konstan untuk itrasi
kolorimetri telah dijelaskan dalam literatur.Ini sangat bervariasi dalam kompleksitas dan
karakteristik kinerja mereka. Kita haruspertimbangkan hanya tipe yang paling sederhana; itu
mampu memberikan arus sekitar 20 mampu yang konstan ke sekitar 0,5 persen. Perangkat
menghasilkanarus sebuah ampere atau lebih besar dan yang bervariasi tidak lebih dari 0,01
persen selama periode waktu yang lama jauh lebih kompleks.

Cara penggunaan instrument kolorimetri :

1. Hidupkan bomb calorimeter (ON) dan tekan tombol F1 untuk mengaktifkan pompa,
pemanas dan mengalirkan air pendingin (dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk
menstabilkan suhu jaket, ditandai lampu control telah menyala)
2. Ditimbang dengan teliti sejumlah sample (sesuai kapasitas mangkok bomb calorimeter)
yang akan diukur nilai kalorinya
3. Masukkan sample tersebut ke dalam mangkok bomb calorimeter
4. Hubungkan seutas kawat dengan panjang tertentu antara kedua ujung katoda/anoda
dengan sample
5. Masukkan mangkok yang berisi sample tersebut ke dalam silinder aluminium dan tutup
rapat
6. Alirkan gas (N2) ke dalam silinder tersebut hingga penuh (pada tekanan tertentu), alat ini
akan bekerja secara otomatis
7. Masukkan slinder yang berisi sample tersebut ke dalam bak bom kalorimeter yang
sebelumnya telah diisi air suling 2 liter (2000 gram), lalu tutup dengan rapat
8. Inputkan data-data berupa berat sample dan panjang (massa) kawat
9. Pembakaran dimulai dengan menekan tombol star hingga beberapa saat (sekitar 20
menit)
10. Setelah pembakaran sempurna, alat akan secara otomatis memberikan preliminary report
yang dapat diprint out melalui komputer yang telah disiapkan
11. Buka penutup bak, keluarkan slinder sampel dan keluarkan mangkok sampel dari slinder
12. Ukur sisa kawat yang terlilit di ujung katoda/anoda yang tidak terbakar
13. Residu yang kemungkinan mengandung asam di dalam slinder dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer (gunakan pembilas air suling) untuk kemudian dititrsi
menggunakan natrium karbonat 0,0709 N (3,76 gr Na2CO3 dilarutkan dalam 1 liter air
suling). Gunakan indicator metil-orange. Bisa juga dititrasi menggunakan lrutan basa
NaOH atau KOH.
14. Inputkan data-data panjang sisa kawat dan konsentrasi asam hasil titrasi, maka sesaat
kemudian secara otomatis alat bomb calorimeter akan menberikan final report berupa
hasil akhir sebagai hasil koreksi, yang dapat diprint out melalui printer yang telah
disiapkan
15. Akhiri penggunaan alat dengan menekan tombol off (untuk memutuskan arus listrik).

Metode kolorimetri sangat sesuai untuk penentuan jumlah mikro dan semi-mikro dari
konstituen. Untuk analisis kuantitas makro, prosedur gravimetri dan volumetrik umumnya lebih
disukai, karena lebih akurat. Harus dipahami bahwa metode kolorimetri biasa tidak
menghasilkan akurasi yang lebih besar dari pada 1 persen.
l. Daftar pustaka

Sari, K.Ni.,(2010), Analisi Instrumentasi, yayasan humaniora,Surabaya.


Hinchiranan, Napida., Kuchonthara, Prapan., Pattiya, Adisak., Phanpa,Chanisara.,
Reubroycharoen, Prasert., Sangnikul,Patiphat., Vitidsant, Tharapong., Xiao,
Rui., Xiao, Rui., (2019), Role of copper- or cerium-promoters on NiMo/γ-Al2O3
catalysts in hydrodeoxygenation of guaiacol and bio-oil, Elsevier, General 574
(151-160).
Bintang, M., (2010), Biokimia Teknik Penelitian, Erlangga, Jakarta
Sayad, A., et.al, (2018), A microdevice for rapid, monoplex and colorimetric detection of
foodborne pathogens using a centrifugal microfluidic platform, Biosensors and
Bioelectronics, 100, 96 – 104
SKOOG,D,A., WEST,D,M., ((1971), Principles of instrumental analysis, california.
Ayoub, M, W, B,,Aro, R., Georgin, E., Rochas, J, F., (2018), Quantification of free and bound
water in selected materials using dielectric and thermo coulometric
measurement methods, Journal of Physics Communications.
Malacara, Daniel.,(2011), Color Vision and Colorimetry Theory and Application edision
2nd,STIE Press, Bellingham.
Kolthoff,I.M.,Sandell,E.B., (1952), Textbook Of Quantitative Inorganic Analysis, The Macmillan
Company, New York
A.PILIHAN BERGANDA

1. Jika suatu cahaya monokromatis dari UV dan Visibel jika dikenakan pada senyawa maka sebagian dari
cahaya tersebut diserap oleh molekul yang mempunyai tingkatan energi spesifik merupakan prinsip dari...
(b)

a. Speltrofotometri serapan atom

b. Spektrofotometri UV-Vis

c. Spektrofotometri infra red

d. Spektrofotometri NMR

e. Spektrofotometri massa

2. Secara sederhana instr umen spektrofotometri UV-Vis terdiri dari.... (d)

a. sumber cahaya - monokromator - sel sampel - detektor- read out (pembaca)

b. monokromator- sumber cahaya- sel sampel- detektor- read out (pembaca)

c. sel sampel sumber cahaya- monokromator- detektor- read out (pembaca)

d. sumber cahaya - sel sampel - monokromator-detektor- read out pembaca)

e. sumber cahaya- monokromator detektor -sel sampel- read out (pembaca)

3. syarat dari kuvet yang digunakan adalah... (a)

a. menyerap sinar cahaya

b. bereaksi terhadap cuplikan

c. tidak menyerap sinar cahaya

d. berwarna

e. bentuk design rumit

4. fungsi dari monokromator adalah... (a)

a. sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
polikromatis menjadi cahaya monokromatis

b. sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
monokromatis menjadi cahaya polikromatis

c. sebagai pengatur panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
polikromatis menjadi cahaya monokromatis

d. sebagai pengatur panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
monokromatis menjadi cahaya polikromatis

e. jawaban semua salah


5. jenis dari spektrofotometer UV-Vis adalah... (b)

a spektrofotometer UV dan spektrofotometer Vis

b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda) dan Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)

c. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)

d. Spektrofotometri single beam (berkas tunggal)

e. Semua jawaban salah

6. Absorban yang terbaca pada spektrofotometer seharusnya berjisar antara...(c)

a. 0,1-0,7

b. 0.20,7

c. 0,2-0,8

d. 0,3-0,8

e. 0,2-0,9

7. Absorptivias tidak tergantung pada...(a)

a. konsentrasi

b. Suhu

c. Pelarut

d. Struktur molekul

e. Panjang gelombang

8. Banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tertentu dalam satuan waktu disibut... (b)

a. Panjang gelombang

b. Frekuensi

c. Konsentrasi

d. Kada

e. Periode

9. warna yang dapat di serap pada panjang gelombang 610-750nm adalah...(e)

a. kuning

b. hijau

c. biru

d. ungu
e. merah

10. Gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak di
sebut...(c)

a Monokromator

b. Detektor

c. Kromofor

d. Hypsochromic

e. Bathocromic

B. ESSAY
1. Jelaskan dasar analisis kimia dari kolorimetri.
2. Salah satu syarat larutan untuk adsorbsi sinar tampak adalah larutan harus berwarna. Jelaskan
bagaimana cara pengukuran pada larutan tak berwarna atau berwarna lemah, beri contohnya.
3. Sebutkan syarat pewarnaan pada analisis kolorimetri.
4. Metode kolorimetri terbagi atas 2, sebutkan dan jelaskan perbedaan dari keduanya.
5. Jelaskan pertimbangan pemilihan prosedur kolorimetri untuk penetapan suatu zat
6. Jelaskan beberapa hal yang penting diperhatikan pada penggunaan kolorimetri
7. Tuliskan panjang gelombang kuvet yang digunakan pada alat kolorimetri
8. Bagaimana teknik penggunaan kuvet pada kolorimetri
9. Jelaskan dua skala yang terdapat pada kolorimetri dan spektrofotometer
10. Sebutkan salah satu contoh penerapan penggunaan teknik kolorimetri

Jawab :
m. Kolorimetri adalah suatu metode analisa kimia yang berdasarkan pada perbandingan intensitas
warna larutan dengan warna larutan standarnya.
n. Larutan sampel yang tidak berwarna atau warnanya lemah dapatdibuat ber"arna dengan
mereaksikannya dengan pereaksi yang dapatmenghasilkan warna. Contohnya adalah larutan nitrit
dibuat bewarna dengan pereaksi sulfanila-mida dan N-(1-naftil)-6etilendiamin.
o. Warna yang terbentuk harus stabil
Reaksi pewarnaan harus selektif
Larutan harus transparan
Kesensitifannya tinggi
Ketepatan ulang tinggi
Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentra
p. 1 kolorimetri visual : Menggunakan mata sebagai detektor
2 fotometri : Menggunakan fotosel sebagai detektornya.
q. Kespesifikan reaksi warna, kestabilan warna, Kejernihan larutan, kepekaan tinggi.
r. Beberapa hal yang penting diperhatikan pada penggunaan kolorimetri yaitu :
s. Pembersihan kuvet dengan merendamnya dalam 50% v/v asam nitrit lalu dicuci dalam
aquades
- Penggunaan kuvet dengan benar adalah dengan cara mengisi kuvet dengan aquades
lalu diperiksa adanya koreksi perbedaan kecil yang ada dalam sifat optik. Bagian
luar kuvet dibersihkan dengan kertas tisu sebelum diletakkan dalam sel dan bagian
permukaan kaca kuvet jangan dipegang
- Sumber sinat dari bola lampu tungsten memproduksi energy dengan kisaran yang
luas sampai panjang gelombang 360 nm
- Fotosel
- Absorban larutan dibaca terhadap pereaksi blanko yang mengandung semuanya
kecuali senyawa yang akan diukur
- Replikasi
8. Panjang gelombang kuvet yang digunakan pada alat kolorimetri yaitu :
Kuvet gelas : 360 – 800 nm
Kuvet silica : 200 – 800 nm
Kuvet kuarsa : <200 – 800 nm
Penggunaan kuvet dengan benar adalah dengan cara mengisi kuvet dengan aquades lalu
diperiksa adanya koreksi perbedaan kecil yang ada dalam sifat optik. Bagian luar kuvet
dibersihkan dengan kertas tisu sebelum diletakkan dalam sel dan bagian permukaan kaca
kuvet jangan dipegang
9. Dua skala yang terdapat pada kolorimetri dan spektrofotometer yaitu % transmitan
berbentuk linear dan absorban berbentuk logaritmik.
10. Salah satu contoh penerapan penggunaan teknik kolorimetri adalah penetapan kadar Cu
dalam sampel air

Perhitungan
1. Suatu larutan dengan konsentrasi 0,14M diukur memiliki absorbansi 0,43. Larutan lain dari bahan
kimia yang sama diukur dalam kondisi yang sama dan memiliki daya serap 0,37. Berapakah
konsentrasinya?
2. Daya serap bahan kimia tertentu adalah 1,5 / M · cm. Berapa konsentrasi larutan yang dibuat dari
bahan kimia ini jika sampel 2,0 cm memiliki daya serap 1,20?
3. Jika ada zat dalam larutan (4 g / liter). Panjang cuvette adalah 2 cm dan hanya 50% dari sinar
tertentu yang dikirim. Berapa koefisien kepunahan?

4. Dalam Contoh 3 di atas, berapa layer cahaya ditransmisikan ketika 8 g / liter?


5. Koefisien absorpsi kompleks glikogen-iodin adalah 0,20 pada cahaya 450 nm. Berapa konsentrasi
ketika transmisi adalah 40% dalam kuvet 2 cm?
6. Skala pengukuran pada alat spektronic-20, menunjukan nilai
transmitan 0-100%. Berapa nilai absorbansinya?
7. Diketahui diameter sel kuvet adalah 2 cm, larutan
yang diukur memiliki konsentrasi 2,49. 10-5 mol/L dengan ε
5.103 L/molcm dengan panjang gelombang 430 nm, hitung
%T!
8. Diketahui suatu senyawa X memiliki BM= 118 ditimbang
sebanyak 0,274 gram dan diadd 10 mL, kemudian diukur pada
panjang gelombang 272 nm dengan sel kuvet 1 cm sehingga
memiliki A=0,450, tentukan absrobtivitas dan absirbtivitas
molarnya
9. Jika absorbtivitas molar suatu kompleks bewarna pada 240 nm
adalah 3,2 x103, hitung absorbansi suatu larutan dengan
konsentrasi 5,0 x10-5 M bila lebar selnya 5 cm dan ukur pada
240 nm!
10. Hitung absorbtivitas suatu senyawa yang mempunyai berat
molekul 144 jika 1 x 10-5 g/ml larutan senyawa tersebut
mempunyai absorbansi 0,400 pada ssel 1 cm.

Penyelesaian :
4. Dik :A1 = 0,37
A2 = 0,43
C2 = 0,14 M

Dit : C2 =…….?

𝐶1 𝐴1
Jawab : =
𝐶2 𝐴2

0,37
𝐶1 = 0,43 × 0,14 𝑀

𝐶1 = 0,12 𝑀

5. Dik : A = 1,20
a = 1,5/M.cm
b =2,0 cm

Dit : c = …..?

Jawab : A = a. b. c

𝐴
𝑐= 𝑎 .𝑏
1,20
𝑐 = 1,5𝑀.𝑐𝑚 ×2,0 𝑐𝑚

c = 0,40 M

6. Menggunakan Hukum Beer-Lambert, kita dapat menghitung koefisien penyerapan.


𝐼 0,5
−log(𝐼𝑡 ) =−log(1,0)= 0,301=A
0

A = ϵ .l.c
ϵ = A / l.c
ϵ = 0,301 / 2 cm. 4 gr/liter
ϵ = 0.0376

7. log(1)−log (It ) = 0−log (It) = 0.0376 x 8 x 2 = 0.6016


log(It) = -0.6016
It = 0.2503 = 25%

8. –log (It) = −log10(It) = ϵ .l.c


−log10(0,4) = 0,2 × 2 × c

C = 0,3979 / 0,4

C = 0,9948

6. Diketahui : %T = 0-100%

T = 0-1

Ditanyak : A?

Dijawab :

A= log 1/T

A = log 1/10 = ~( tak hingga)

A = log 1/T

A = log 1/1 = 1

Jadi adsorbansinya ~ . 0

7. Dik : λ= 430 nm

b = 2 cm

ε= 5.103L/molcm
C = 2,49.10-5mol/L

Dit : %T..?

Jawab :

A = ε . b. C

A = 5.103L/molcm . 2 cm . 2,49.10-5mol/L

A = 0,249

A = log 1/T

0,249 = log 1/T

T = 0,5636

%T = T x 100%

%T = 0,5636 x 100% = 56,36%.

8. Dik : Diket : λ= 272 nm

b = 1 cm

A= 0,45

BM = 118

Dit : A dan ε..?

Jawab :

A= a . b . c

a = A/ b . c

a = 0,450/ 1 . 0,0274

a = 16,423 L/grcm

konsentrasi lar. Dalam molaritas:

ppm = M x Mr x 1000

27,4 ppm = M x 118 x 1000

M = 2,32 . 10-4M

A=ε . b . c

0,450 = ε . 1. 2,32.10-4mol/L

ε = 1,94. 103L/molcm

9. a = 3,2 x103cm-1 M-1


c = 5 x 10-5 M

b= 5 cm

Tanya: A…?

A = abc

= 3,2 x103 cm-1 M-1x 5 cm x 5 x 10-5M

= 80 x 10-2

10. BM = 144

Gram = 1 x 10-5

V = 1 ml

b = 1 cm

Tanya : a…?

Jawab:

c = (g/mr) x (1000/v)

= 10-5/ 144 x 1000 / 1

= 7 x 10-5

A = abc

a = A / (bxc)

= 0,4 / (1 cm x 7 x 10-5 M )

= 0,057 x 10-5 cm-1 M-1

Anda mungkin juga menyukai