: http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/tail2.gif
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan
atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Mulyono (2000), menyatakan bahwa
Analisis proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk bahan baku
yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki
manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan
yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan menyusun formula ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada
seperti mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum
baru dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul
Analisis proksimat adalah untuk mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang
akan diuji. Dan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis
proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat
mengetahui beragamnya kandungan dari setiap bahan pakan yang di analisis. Serta bervariasinya
persentase dari setiap kandungan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PENGAMATAN
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tahun 2013 tentang Analisis Proksimat
dilaksanakan pada hari Senin, 29 April sampai Sabtu 04 Mei 2013, pada pukul 14.00 WIB s/d
selesai di Laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Fakultas Peternakan Universitas
Jambi.
Materi
Adapun materi yang di praktikumkan adalah Analisis proksimat. Alat yang digunakan
pada praktikum ini antara lain cawan porselem, eksikator, oven 1050c, penjepit, neraca analitik,
tanur, pembakar bunzen, soxhlet, kertas saring bebas lemak, sarung tangan karet, kapas bebas
lemak, batu didih, pinset, corong, gelas piala, corong buchner, pompa vacuum, pemanas listrik,
kertas saring, labu dekstruksi, labu destilasi, destilator, labu Erlenmeyer, biuret, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan pada praktikum analisis proksimat ini adalah bungkil kedelai,
klobot, tepung ikan, tepung kerabang telur, tepung kulit kerang, tepung kulit nenas,, tepung kulit
apel, ampas tahu, tepung legum stylo, tepung bagasse, dedak padi, katalis campuran, indikator
campuran ( Methyl red 0,1 % dan Bromcresol green 0,2 % dalam alkohol), pelarut (kloroform),
H2O4 pekat, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, NaOH 40%, NaOH 0,3 N , dan Aseton.
Metoda
Adapun metoda dalam praktikum Analisis Proksimat yaitu Penentuan Kadar Air, adapun
cara kerjanya adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven selama
1 jam dengan temperatur 105 oC. kemudian didinginkan di dalam eksikator sekitar 10-20 menit
dan ditimbang ( C ). Sampel dihitung sebanyak 0,5-1 gram ( D ) dan dimasukkan ke dalam
cawan porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan dalam open 105 oC selama
112-16 jam. Cawan dan sampel ( E ) dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam eksikator
selama 10-20 menit sampai diperoleh berat tetap.
Penentuan Kadar Abu, adapun cara kerjanya antara lain : cawan porselen yang telah
dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven sekitar 1 jam pada temperatur 105o C. kemudian
didinginkan dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang dengan teliti ( F ). Sampel
ditimbang dengan teliti sebanyak 3 gram untuk sampel hijauan atau 5 gram untuk kosentrat ( G )
dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen
hingga berasap. Bakar cawan porselen berisi sampel dan tanur bersuhu 600 oC. biarkan sampel
terbakar selama 3-4 jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih semua. Setelah sampel
bewarna putih semua, kemudian dinginkan dalam tanur pada suhu 120oC sebelum dipindahkan
ke dalam eksikator. Setelah dingin timbang dengan teliti ( H ).
Penentuan Protein Kasar, adapun cara kerjanya antara lain : timbang sampel dengan
teliti sejumlah 0,3 gram ( I ) dan masukkan kedalam tabung destruksi. Tambahkan kira-kira 0,2
gram katalis campuran dan 5 ml H 2SO4 pekat. Panaskan campuran tersebut dalam lemari asam.
Perhatikan proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi dihentikan bila
larutan sudah menjadi hijau terang atau jernih, lalu dinginkan dalam lemari asam. Larutan
dimasukkan ke dalam labu destilasi dan diencerkan dengan 60 ml aquades. Masukkan beberapa
buah batu didih. Tambahkan pelan-pelan melalui dinding labu 20 ml NaOH 40 % dan segera
hubungkan dengan destilator. Suling ( NH 3 dan air ) ditangkap oleh labu erlenmeyer yang berisi
25 ml H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran ( methyl red 0,1 % dan bromcresol green 0,2
% dalam alkohol ). Penyulingan dilakukan hingga nitrogen dari cairan tersebut tertangkap oleh
H2SO4 yang ada di dalam erlenmeyer ( 2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau
terjadi letupan-letupan kecil atau erlenmeyer mencapai volume 75 ml ). Labu erlenmeyer berisi
sulingan diambil dan dititer kembali
dengan NaOH 0,3 N ( J ). Perubahan biru ke hijau menandakan titik akhir titrasi. Bandingkan
dengan titer blanko ( K ).
Di dalam praktikum analisis proksimat ini adapun cara kerja dari Penentuan Lemak
Kasar antara lain : timbang sampel dengan teliti sebanyak 1 gram 9 L ) dan bungkus dengan
kertas saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105cC selama 5 jam, dinginkan dalam
eksikator dan timbang ( M ). Sampel dimasukkan kedalam tabung ekstraksi soxhlet. Alat soxhlet
diisi dengan pelarut lewat kondensor dengan corong. Alat pendingin dialirkan dan panas
dihidupkan. Ekstraksi berlangsung selama 16 jam sempai pelarut pada alat soxhlet terlihat jernih.
Sampel dikeluarkan dari alat soxhlet dan keringkan ke dalam oven 105 oC selama 5 jam,
kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang ( N ).
Adapun cara kerja dari Penentuan Serat Kasar antara lain : keringkan kertas saring
whatman No. 41 di dalam oven 105OC selama 1 jam dan timbang (O). timbang dengan teliti 1
gram ( P ) sampel masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50 ml H 2SO4 0,3 N dan didihkan
selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya didalam
corong buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vokum. Kertas saring bersama residu
dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton.
Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen bersih dan kering dengan
menggunakan oven. Cawan berisi sampel yang dikeringkan ke dalam oven 105 oC sampai didapat
berat yang konstan, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang ( Q ). Pijarkan sampel dalam
cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan ke dalam tanur 600 oC
selama 3-4 jam. Setelah isi cawan berubah menjadi abu yang bewarna putih, diangkat,
didinginkan dan ditimbag ( R ).
Penentuan Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dengan cara mengurangkan
kandungan zat makanan dalam bahan pakan ( % abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar)
dari % BK bahan.
1. Kadar Air
Semua bahan pakan mengandung air, bahkan yang paling kering sekalipun. Untuk itu
sebelum dianalisis di hitung dulu kadar airnya. Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan
yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.
Hasil Pengamatan
Kelompok Bahan C D E KA BK
Pakan (gr) (gr) (gr) (%) (%)
I Bungkil 29,57 1 30,45 12 % 88 %
Kedelai
II Klobot 27,46 1 28,43 3% 97 %
III Tepung Ikan 39,50 1 40,19 31 % 69 %
IV Tepung 25,17 1 26,17 5% 95 %
Kerabang
Telur
V Tepung Kulit 22,54 1 23,64 3% 97 %
Kerang
VI Tepung Kulit 37,31 1 38,13 18 % 82 %
Nanas
VII Tepung Kulit 22,79 1 23,55 24 % 76 %
Apel
VIII Ampas Tahu 24,31 1 25,23 9% 91 %
IX Tepung 28,86 1 29,82 4% 96 %
Legum Stylo
X Tepung 22,60 1 23,47 13 % 87 %
Bagasse
XI Dedak Padi 22,24 1 23,15 9% 91 %
2. Kadar Abu
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 4-5 jam sehingga
seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah
menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-
mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam
bahan.
Hasil Pengamatan
Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah Dedak
Padi.
Perhitungan kadar abu :
Kadar Abu (%) = H - F x100%
G
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600
derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam
pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash). Menurut M. Syarif, (2000) penentuan
kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum
ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya
ditimbang, sisanya disebut abu.
3. Protein Kasar
Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini
didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang
diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25
diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen
=100 :16 = 6,25:1).
Hasil Pengamatan
Kelompok Bahan I J K Protein Kasar
Pakan (gr) (gr) (gr) (%)
I Bungkil 0,3 21,5 21,8 3%
Kedelai
II Klobot 0,3 21,7 21,8 1%
III Tepung 0,3 15,3 21,8 57%
Ikan
IV Tepung 0,3 20,9 21,8 8%
Kerabang
Telur
V Tepung 0,3 20,1 21,8 15%
Kulit
Kerang
VI Tepung 0,3 21,8 21,8 13%
Kulit Nanas
VII Tepung 0,3 21,5 21,8 3%
Kulit Apel
VIII Ampas 0,3 20,3 21,8 11%
Tahu
IX Tepung 0,3 20,7 21,8 10%
Legum
Stylo
X Tepung 0,3 20,89 21,8 7,875%
Bagasse
XI Dedak Padi 0,3 18,4 21,8 30%
Tabel 3. Protein Kasar
Penentuan Protein kasar ini dilakukan dengan tiga tahap pengerjaan yaitu (1) Destruksi,
(2) Destilasi, dan (3) Titrasi. Dari ketiga tahap pengerjaan tersebut didapatkan hasil yang seperti
tersebut diatas bahwa kandungan kadar protein kasar yang bisa dikatakan berkualitas tinggi pada
beberapa bahan pakan yaitu pada bahan dedak padi, tepung ikan, dan tepung kulit kerang.
Kualitas tinggi protein ini sangat berguna dan sangat baik untuk ternak. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Sutardi, (2009) yang menyatakan bahwa protein merupakan komponen penting
yang terdapat dalam makanan, dari hasil penelitian bahwa
p r o t e i n s a n g a t berkualitas tinggi.
4. Lemak Kasar
Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether)
selama 16 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan
adalah kloroform, eter, dan benzen. Akan tetapi yang digunakan pada praktikum ini adalah
pelarut klorofofrm. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah
pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven
suhu 105C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari
105C, sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah
ditentukan beratnya.
Buckle (2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah
campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Khairul
(2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah
ekstraksi dari klorofil, xanthofil, dan karoten. Kadar Lemak kasar yang didapat dari tabel diatas
merupakan hasil dari pengamatan terhadap bahan pakan diatas. Walaupun lemak yang diperoleh
bukan lemak murni karena campuran beberapa zat-zat diantaranya klorofil,santofil, dan karoten.
Lemak kasar ini ditentukan menggunakan alat soxhlet. Lemak kasar ini juga adalah zat yang
tidak dapat larut dalam air akan tetapi dapat larut pada pelarut lemak seperti eter, kloroform, dan
benzene. Pembahasan dan hasil diatas sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Yunus
(2008) yang mengatakan bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah
lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari klorofil, xantofil
dan karoten.
Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung kedele. Ini dikarenakan
tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.
5. Serat Kasar
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan
asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai
serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur
analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa
merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik.
Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk
mencerna selulosa dan hemiselulosa. Chandra (2001).
Hasil Pengamatan
Kadar serat kasar dari tabel diatas menunjukkan bahwa serat kasarnya rendah . Sehingga
serat kasar yang didapatkan dari analisis ini dapat dikatakan pakan diatas dapat mempermudah
bagi ternak mencernanya. Sehingga tidak menghambat kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
ternak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Barry, (2004) yang menyatakan bahwa
indikator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan merupakan inti utama dari
serat kasar. Dan Herman, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan
kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Poetra,
(2007) juga m e n y a t a k a n b a h w a K a n d u n g a n s e r a t k a s a r y a n g t i n g g i dalam
makanan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut, karena serat kasar
megandung bagian yang sukar untuk dicerna. Poetra, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar
adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H 2SO4 0,3 N dan dalam NaOH
1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit. Mulyono, (2000) menyatakan analisis
kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku pakan
pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya,
seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan
BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Susi (2001) menyatakan bahwa
bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air, abu,
protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung
sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100% - (%air
+ %abu + %serat kasar + %protein kasar + %lemak kasar).
Hasil Pengamatan
Penentuan kadar BETN ini memiliki kentungan atau kelebihan dan kerugiannya.
Keuntungan dari penentuan BETN yaitu tidak perlu lagi melakukan analisis dan bahkan proses
penetuannya mudah. Sedangkan kerugian dari penentuan BETN yaitu apabila salah satu dari
nilai yang didapat minus maka hasil yang akan ditentukan gagal. Dan Fatalnya lagi harus
melakukan pengulangan pada tahap penganalisisan tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan
atau pangan. Penentuan Kadar Air Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven
dengan suhu 100-110C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang terdapat dalam
bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Penentuan kadar abu Membakar
bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur pertama
pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang
tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam
bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Penentuan kadar
protein Penetapan nilai protein dilakukan secara langsung, karena analisis ini didasarkan pada
penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kadar lemak Melarutkan (ekstraksi) lemak
yang terdapat dalam bahan dengan pelarut lemak (ether) selama 16 jam. Ekstraksi menggunakan
alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah heksana. Lemak yang terekstraksi
(larut dalam pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari
pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 110C.
Saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan
disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan menggunakan peralatan
laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Herman. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt111062.pdf
Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak yang tidak larut dengan air. Namun
lemak yang terdapat pada ikan mudah dicerna serta dapat langsung digunakan oleh jaringan
tubuh disebabkan karena adanya senyawa lain seperti posfolipida, sterol, dan beberapa pigmen
lainnya (Legowo dan Nurwantoro 2000). Hasil analisis rata-rata kadar lemak ikan cobia yaitu
sebesar 7,4 %. Menurut data Riset dan Teknologi (2000), kadar lemak yang terdapat pada ikan
segar ialah sekitar 4,50 %.