Anda di halaman 1dari 49

1

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Analitik Dasar dengan judul


“Identifikasi gugus fungsi” disusun oleh :

Nama : Nadilla
NIM : 200106500001
Kelas / Kelompok : Kimia Sains / 1
Telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, 9 November 2020


Koordinator Asisten Asisten

Nur Amalia Nur Amalia


NIM: 1613442004 NIM: 1613442004

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr.Netti Herawati S.pd . MSi


NIP. 197410272000022001
2

A. JUDUL PERCOBAAN
Identifikasi Gugus Fungsi

B. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat senyawa organik
melalui identifikasi gugus fungsinya.

C. LANDASAN TEORI
Ciri-ciri struktur senyawa organik berbeda antara satu dengan yang lain.
Ciri- ciri struktur ini menentukan geometri molekul, sifat fisika, reaktivitas,
dan bagian dari gugu fungsi. Gugus fungsi adalah sebuah atom atau gugus
atom yang memiliki karakteristik kimia dan sifat fisika, dan merupakan bagian
molekul yang reaktif . miskonsepsi pada materi gugus fungsi perlu diatasi agar
tidak menyebabkan kesulitan dan miskonsepsi pada materi selanjutnya . salah
atu upaya untuk memperbaiki miskonsepsi yakni dengan strategi konflik
kognitif berbasis multiple representasi . hal ini karena salah satu kunci utama
dalam membeljarkan kimia organic adalah dengan mengaitkan ketiga tingkat
representasi (Maria, dkk, 2017: 11,13).
Penggolongan senyawa organic dapat dibedakan menurut gugus fungsi
yang dikandungnya. Gugus fungsi (functional group ) adalah sekelompok
atom yang menyebabkan perilaku kimia molekul induk. Molekul berbeda
yang mengandung gugus (atau gugus-gugus) fungsi yang sama mengalami
reaksi yang serupa .jadi dengan mempelajari sifat – sifat khas beberapa gugus
fungsi, kita dapat belajar dan memahami sifat-sifat dari banyak senyawa
organik (chang : 332)
Contoh gugus fungsi seperti hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh, alcohol
dan fenol, aldehida dan keton, asam karboksilat, dsb. Berikut ini penjelasan
mengenai beberapa jenis gugus fungsi secara umum:
a. Hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh
Senyawa karbon yang atom karbonya mengikat empat atom atau
gugus lain dikelompokkan dalam hidrokarbon jenuh, sedangkan rantai
3

karbon yang mengandung ikatan rangkap dikelompokkan dalam


hidrokarbon tak jenuh. Alkana adalah hidrokarbon jenuh yang tahan
terhadap asam, basa, oksidator dan reduktor. Alkana dapat bereaksi
dengan halida seperti Cl dan Br pada temperature 250 ℃ atau pada
temperatur kamar dengan bantuan sinar ultraviolet. Pada hidrokarbon tidak
jenuh seperti alkena umumnya mengalami reaksi adisi, sebagai berikut:
H H
H Br
C C + Br 2 H C C H

H Br
H H

H H H
H KMnO 4
C C H C C H

H H HO OH

(Tim Dosen, 2020: 28).

Benzena memiliki sifat simetris dan juga nonpolar, tapi piridin


mempunyai satu atom nitrogen yang memberikan sifat elektonegatif,
sehingga bersifat polar. Pembentukan kation mengakibatkan cincin
semakin bersifat tuna elektron. Dibandingkan benzena, cincin piridin
memiliki kereaktivan rendah terhadap substitusi elektrofilik. Piridin tidak
mengalami alkilasi, asialsi Friedel-Crafts atau kopling garam diazonium.
Proses brominasi bisa berlangsung hanya dalam temperature tinggi dalam
fase uap dan sepertinya berlangsung dengan jalan radikal bebas (Heliawati
2018 : 19)
b. Alkohol dan Fenol
Derivat hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus
hidroksil (-OH) dikenal sebagai alkohol. Alkohol mempunyai rumus
umum R – OH dengan R adalah gugus alkil, sedangkan fenol merupakan
senyawa yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada suatu cincin
4

benzena. Fenol biasa juga disebut sebagai asam karbolat atau alkohol
aromatik yang mempunyai rumus umum Ar – OH (Tim Dosen, 2020: 29).
Alkohol tidak dapat bereaksi dengan larutan alkali seperti NaOH dan
KOH, tetapi fenol yang bersifat asam lemah akan bereaksi membentuk
garamnya yang larut dalam air. Jika garam fenol direaksikan dengan HCl
pekat maka garam fenol akan berubah kembali menjadi fenol.
Ar – OH + KOH Ar – O- K+ + H2O

Ar - O- K+ + HCl Ar – OH + KCl

(Tim Dosen, 2020: 29).


c. Aldehid dan keton
Adanya gugus karbonil pada aldehid dan keton adalah reaksi
pembentukan cermin perak dengan pereaksi tollens. Selain itu, reaksi lain
yang digunakan adalah oksidasi dengan menggunakan ion tembaga (II) di
dalam larutan alkali. Aldehid akan mereduksi tembaga dalam kompleks
Cu (II) (reagen fehling atau reagen benedict) yang berwarna biru
menghasilkan endapan tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah
bata. Keton yang sederhana tidak menjalankan reaksi ini (Tim Dosen,
2020: 30).
d. Asam karboksilat
Asam karboksilat adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung
gugus karboksil (- COOH) dengan sebuah atom karbon (C) ujung
mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil (-OH).
Gugus karboksil dapat mengikat gugus alkil (-R) atau gugus aril (-Ar).
Asam karboksilat adalah asam lemah, dalam larutan basa bereaksi
membentuk basa konyugat atau garamnya. Jika ditambahkan HCl pekat
akan membentuk asam karboksilat kembali.
RCOOH + KOH RCOO-K+ + KOH
Asam karboksilat Garam yang larut dalam air

RCOO-K+ + HCl RCOOH + KCl


Asam Karboksilat
5

(Tim dosen, 2020: 30-31).

Karakteristik gugus fungsi yang terlihat pada fraksi paling toksik


diduga memiliki gugus fungsi utama amina dan amida (N-H), fenol,
monomer alkohol, alkohol ikatan hidrogen (O-H), alkana dan alkena (C-
H), aldehida, keton, asam karboksilat dan ester (C=O), alkohol, eter, asam
karboksilat dan ester (C-O) (Frengky, dkk, 2014: 341).
Identifikasi gugus fungsi dalam senyawa organik, dilakukan dengan
berbagai macam cara/metode. Spektrofotometerskopi inframerah
merupakan salah satu teknik identifikasi struktur baik untuk senyawa
organik maupun senyawa anoganik. Analisa ini merupakan metode semi
empirik dimana kombinasi pita serapan yang khas dapat diperoleh untuk
menentukan struktur kimia senyawa asalnya (Masdayani, dkk, 2013: 26).
Gugus fungsi dapat digambarkan secara ekspilit oleh komposisi atom
dan ikatan ,atau muatan atom. Sebagai contoh , pada keadaan fisiologis,
gugus karboksil bermuatan negatif, sedangkan gugus amina bermuatan
positif. Sifat tersebut dapat digambarkan oleh gugus fungsinya dan muatan
yang dihitung dari struktur tersebut. Karena itu, dalam analisis HKSA
yang paling menentukan aktivitas biologis senyawa adalah sifat yang
dihasilkan dari gugus fungsi tersebut. Banyak perangkat lunak HKSA
memperlakukan gugus fungsi yang mengandung atom- atom berbeda
tetapi memiliki sifat yang sama, sebagai entitas yang mirip atau bahkan
sama (arba 2019 : 50)

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung Reaksi 8 buah
b. Rak Tabung 2 buah
c. Gelas Kimia 1 buah
d. Gelas Ukur 2 buah
6

e. Hot Plate 1 buah


f. Pipet Tetes 8 buah
g. Lap Kasar 1 buah
h. Lap Halus/ Tissu 1 buah
i. Botol Semprot 1 buah
j. Penjepit tabung 2 buah
2. Bahan
a. Larutan Kalium Permanganat (KMNO4)
b. Larutan Sikloheksana (C6H12)
c. Larutan Benzena (C6H6)
d. Larutan Etanol (C2H5OH) 95%
e. Larutan Fenol Pekat (C6H5OH) 5%
f. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 2M
g. Larutan Besi III Klorida (FeCl3) 0,2 M
h. Larutan Fehling B
i. Larutan Aseton (CH3COCH3)
j. Larutan Formaldehid (CH2O)
k. Larutan Asam Asetat (CH3COOH) 0,1 M
l. Larutan Asam Klorida Pekat (HCl) 12 n
m. Larutan Aquades (H2O)

E. PROSEDUR KERJA
1. Hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh
a. Dua buah tabung reaksi disiapkan
b. Masing-masing 5 tetes sikloheksana dan benzene dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berbeda.
c. Tujuh tetes larutan KMnO4 dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi.
d. Kedua tabung reaksi digoyangkan selama 2 menit.
e. Diamati kemudian dicatat hasil yang terjadi.
2. Alkohol dam Fenol
7

a. Reaksi dengan NaOH


1) Duah buah tabung reaksi disediakan.
2) 1 mL etanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 dan 1 mL fenol
pekat dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2.
3) Masing - masing 10 tetes larutan NaOH ditambahkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi (digoyangkan setiap penambahan 1
tetes).
4) Perubahan yang terjadi diamati.
5) Ke dalam tabung reaksi 2, ditambahkan 5 tetes HCl pekat,
kemudian diamati dan dicatat hasil yang terjadi.

b. Reaksi dengan larutan FeCl3


1) Dua buah tabung reaksi disiapkan
2) 1 mL etanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 dan 1 mL fenol
pekat 5% dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2.
3) Masing - masing 5 tetes larutan FeCl 3 0,2 M ditambahkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi.
4) Warna kedua larutan dibandingkan kemudian dicatat hasil yang
terjadi.
3. Aldehid dan Keton
a. Dua buah tabung reaksi disediakan.
b. Sebanyak 2 mL Fehling B dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi (tabung reaksi 1 dan tabung reaksi 2).
c. Ditambahkan 5 tetes formaldehid ke dalam tabung reaksi 1 dan 5 tetes
aseton ke dalam tabung reaksi 2.
d. Kedua tabung reaksi dipanaskan menggunakan hot plate
e. Diamati kemudian dicatat apa yang terjadi.
4. Asam karboksilat
a. 5 mL asam asetat 0,1 M dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi.
b. 5 mL etanol 95 % ditambahkan kemudian diamati apa yang terjadi.
8

c. Selanjutnya 5 mL NaOH 2 M ditambahkan ke dalam tabung reaksi.


d. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

F. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil pengamatan
1 Hidrokarbon jenuh dan
tidak jenuha.
a.C6H12 + KMnO4 a.terbentuk dua lapisan bening seperti

( ) (ungu) minyak.lapisan atas minyak ,lapisan bawah

b.C6H6 + KMnO4 b.terbentuk warna ungu tua

(bening) (ungu)
2 Alkohol dan fenol
a.reaksi dengan NaOH 1.berwarna hitam
1)fenol + NaOH
(coklat) (bening)
2)Etanol + NaOH 2.Bening (tidak berwarna)

(bening) + (bening)
b. reaksi dengan FeCl3
1.kuning
1)Etanol + FeCl3
(Bening) + (Kuning)
2.kuning muda
2)Fenol 5% + FeCl3
(Bening) (kuning)
3 Aldehid dan keton a) berwarna biru
1)sebelum dipanaskan
a.fehling + asetaldehid b) berwarna biru
(biru) (biru)
b.fehling + aseton
(biru) (biru)
2.setelah dipanaskan
a)tidak ada endapan, berwarna biru
a)fehling + asetaldehid
9

(biru) (biru) b)tidak ada endapan


b.fehling + aseton
(biru) (biru)

4 Asam karbosilat 1)terdapat gelembung


1. Asam asetat 0,1 M +
etanol 95%
(bening) + (bening)
2. Asam asetat 0,1 M + 2)tidak ada penambahan gelembung
etanol 95% + NaOH 2 M
(bening) + (bening) +
bening

G. PEMBAHASAN
Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah mereaksikan sampel dengan
reagen tertentu sesuai dengan gugus fungsi yang akan diidentifikasi. Senyawa
organik yang diamati dalam percobaan ini adalah hidrokarbon jenuh dan tidak
jenuh, alkohol, fenol, aldehid, keton dan asam karboksilat.
1. Hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh
Kegiatan pada percobaan pertama ini bertujuan untuk membedakan
antara hidrokarbon jenuh dan hidokarbon tak jenuh. Adapun pada
percobaan ini, sikloheksana dan benzena dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berbeda, kemudian ditambahkan masing-masing larutan
KMnO4. Larutan KMnO4 digunakan sebagai larutan penguji karena
merupakan agen pengoksidasi yang mampu mengoksidasi ikatan rangkap
karbon-karbon dan berlangsung melalui perubahan warna larutan.
10

Pada tabung pertama terdapat sikloheksana yang berupa larutan


bening, tak berwarna. Sikloheksana adalah sikloalkana dengan rumus
molekul C6H6. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sikloheksana
(tak berwarna) dengan larutan KMnO4 (larutan berwarna ungu). Pada
percobaan ini diperoleh hasil yaitu pada tabung pertama tidak mengalami
perubahan warna, yakni tetap bening, tak berwarna. Perubahan warna
larutan KMnO4 yang tadinya berwarna ungu menjadi tak berwarna setelah
pencampuran sikloheksana menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut
bereaksi. Hal ini menujukkan hasil yang negatif dan berbanding terbalik
dengan teori disebabkan karena kurang telitinya praktikan dan kontaminasi
yang terjadi saat praktikum. Adapun uji positif pada percobaan
sikloheksana dicampur dengan KMnO4 yakni terdapat cincin ungu yang
berarti tidak terjadi reaksi, hal ini karena sikloheksana sifatnya jenuh
sehingga tidak dapat bereaksi (Tim Dosen Kimia, 2019: 28) Adapun
reaksinya:

Pada tabung kedua terdapat benzena yang berupa larutan bening, tak
berwarna. Benzena adalah hidokarbon aromatik siklik yang memiliki
molekul segienam datar dengan atom-atom karbon yang terletak pada
keenam sudutnya. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan benzena
(larutan tak berwarna) dengan larutan KmnO4 (larutan berwarna ungu).
Penambahan larutan KMnO4 adalah untuk mengadisi ikatan rangkap yang
terdapat pada benzena dan berperan sebagai oksidator, reaksi adisi tersebut
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi. Berdasarkan percobaan,
larutan benzena yang semula berwarna bening setelah ditambahkan
dengan larutan KMnO4 yang berwarna ungu tidak menunjukkan perubahan
warna yakni tetap berwarna ungu. Hal ini menunjukkan tidak terjadi reaksi
adisi antara benzena dan kalium permanganat karena ikatan rangkap dua
11

karbon-karbon dalam benzena terdelokalisasi (berpindah-pindah) dan


membentuk cincin yang kuat terhadap serangan KMnO4, sehingga sulit
untuk dioksidasi.
Hasil ini sesuai dengan teori bahwa reaksi adisi sulit terjadi pada
senyawa aromatik (benzena) karena benzena mengalami reaksi adisi yang
karakteristiknya melalui reaksi substitusi dan biasanya diperlukan kondisi
yang lebih drastis, misalnya konsentrasi, temperatur lebih tinggi dan
dengan katalis yang lain (Tim Dosen Kimia, 2020: 28). Reaksi yang
terjadi pada percobaan ini, yaitu :

2. Alkohol dan Fenol


Dalam kimia organik, istilah alkohol merupakan nama suatu golongan
senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur C, H, dan O dengan
struktur yang khas. Gugus fungsi golongan alkohol adalah gugus –OH
(hidroksil) dan gugus inilah yang menentukan sifat-sifat
khasnya.sedangkan fenol mencakup sejumlah senyawa organik yang
memiliki rumus umum ArOH, dengan ketentuan bahwa Ar merupakan
lambang dari gugus aril. Perbedaan pokok antara struktur golongan fenol
dan golongan alkohol adalah bahwa gugus –OH dalam golongan fenol
terikat langsung pada cincin aromatic, sedangkan dalam golongan alkohol
terikat pada cincin arifatik (Parlan, 2003: 121-141).
Percobaan kedua ini bertujuan untuk membedakan antara senyawa
alkohol dengan senyawa fenol. Dalam percobaan ini, kita melakukan dua
kegiatan. Pertama direaksikan dengan NaOH dan yang kedua direaksikan
dengan FeCl3.
a. Reaksi dengan NaOH
12

Percobaan yang dilakukan pertama yaitu reaksi dengan NaOH ke


dalam etanol dan fenol. Digunakan NaOH karena merupakan basa kuat
dan termasuk larutan alkali, sehingga NaOH dapat dijadikan pereaksi.
Saat etanol direaksikan dengan NaOH, larutan etanol yang semula
bening setelah ditambahkan dengan larutan NaOH yang bening juga,
tidak mengalami perubahan warna atau larutannya tetap bening, tak
berwarna. Hal tersebut menunjukkan bahwa etanol tidak bereaksi
dengan NaOH karena proton pada alkohol sulit dilepaskan sehingga
tidak memungkinkan reaksi terjadi. Alkohol termasuk asam yang
sangat lemah bahkan lebih lemah daripada air (alkoksida lebih basa
dibandingkan dengan hidroksida) sehingga saat alkoksida ditambahkan
ke dalam air maka akan terhidrolisis menjadi alkohol. Hal tersebut
mengakibatkan alkohol tidak mudah berubah menjadi alkoksidanya
melalui reaksi dengan NaOH. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa, alkohol tidak dapat bereaksi dengan larutan alkali
seperti NaOH dan KOH (Tim Dosen, 2018:29). Adapun reaksinya,
yaitu:
C2H5OH + NaOH

(Etanol) NatriumHidroksida)
Pada tabung reaksi kedua, Fenol pekat yang berwarna bening
dicampurkan dengan NaOH yang berwarna bening pula menghasilkan
warna agak kekuningan. Hal ini terjadi karena fenol bersifat lebih asam
dibandingkan air dan alkohol, anion yang dihasilkan oleh resonansi,
dengan muatan negatifnya disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik,
sehingga fenol dan NaOH dapat bereaksi karena fenol dapat
melepaskan H+ ketika bereaksi dengan NaOH menghasilkan garam
yang disebut fenoksida. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa fenol dengan sifatnya sebagai asam lemah akan bereaksi
membentuk garamnya yang larut dalam air (Tim Dosen, 2020:29).
Adapun reaksinya yang terjadi, yaitu:
13

Berdasarkan percobaan pada saat fenol pekat ditambahkan dengan


NaOH kemudian ditambahkan lagi dengan HCl pekat, maka larutan
yang semula berwarna agak kekuningan kembali menjadi bening, tak
berwarna. Ini menandakan bahwa terjadi reaksi antara campuran fenol
dan NaOH dengan HCl pekat. Dan hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa jika garam fenol direaksikan dengan HCl pekat
maka garam fenol akan berubah kembali menjadi fenol (Tim Dosen,
2020:29). Adapun reaksinya yang terjadi, yaitu:

b. Reaksi dengan FeCl3


Alkohol memiliki gugus –OH. Alkohol yang mengandung 12 atau
lebih atom C berupa zat padat tidak berwarna sedangkan alkohol
monohidroksi suku rendah (1 sampai 4 atom C) berupa cairan tidak
berwarna dan dapat larut dalam air dalam segala perbandingan seperti
etanol. Fenol memiliki gugus –OH yang terikat pada benzena. Struktur
fenol tidak memiliki gugus penyebab timbulnya warna sehingga
senyawanya tidak berwarna.
Percobaan ini menggunakan alkohol berupa etanol dan fenol yang
direaksikan dengan FeCl3. Penambahan FeCl3 berfungsi untuk
mengetahui sifat penetralan etanol dan fenol dan juga berfungsi untuk
mengidentifikasi gugus hidroksil karena FeCl3 sangat mudah bereaksi
dengan gugus hidroksil.
Pada tabung reaksi pertama, etanol yang bening, tak berwarna
ditambahkan FeCl3 yang berwarna kuning. Setelah dicampurkan
14

menghasilkan larutan berwarna kuning. Tidak adanya perubahan


warna menunjukkan bahwa antara alkohol dengan fenol tidak terjadi
reaksi karena meskipun telah dicampur warna larutan tetap kuning. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa hal terebut bisa terjadi karena etanol
merupakan rantai tunggal yang tidak dapat beresonansi dengan FeCl3
dan karena etanol (alkohol) tidak dapat bereaksi dengan logam alkali
atau basa kuat sehingga alkohol tidak dapat membentuk senyawa
kompleks dengan FeCl3 (Tim Dosen, 2020:29). Berikut reaksi yang
terjadi :

C2H5OH + FeCl3 ↛
(Etanol) (Besi (III) Klorida)
Pada tabung kedua yaitu terdapat fenol yang berupa larutan
bening. Fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus –OH yang
terikat pada cincin benzena. Pada saat fenol (bening, tak berwarna)
ditambahkan dengan FeCl3 yang berwarna kuning, setelah diamati,
larutan campuran tersebut masih bening, tak berwarna. Ini
menunjukkan hasil uji yang negatif disebabkan karena kurang telitinya
praktikan dalam pencampuran larutan, atau karena adanya kontaminasi
yang terjadi. Tentu dalam hal ini hasil percobaan kami tidak sesuai
dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa uji positif pada
percobaan fenol ini adalah jika fenol bereaksi dengan FeCl3, maka
larutan akan mengalami perubahan warna menjadi ungu, sebab fenol
memiliki sifat asam yang jauh lebih kuat karena anion yang dihasilkan
distabilkan oleh resonansi yang diikat oleh cincin aromatis sehingga
terjadi reaksi antara fenol dan FeCl3. Selain itu, fenol tidak memiliki
ikatan rangkap, sehingga bisa beresonansi terhadap unsur oksigen dan
lebih mudah melepaskan H- nya.
15

Fenol Besi (III) Klorida Asam


Klorida
3. Aldehid dan Keton
Aldehid dan keton merupakan senyawa organik yang mengandung
gugus karbonil diujung rantai karbon. Gugus fungsi dalam senyawa ini
adalah gugs karbonil, C=O. Pada aldehida, sedikitnya satu atom hidrogen
terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Pada keton, atom karbon pada
gugus karbonil terikat pada dua gugus hidrokarbon.
Percobaan pada aldehid dan keton dilakukan dengan 3 kegiatan.
Kegiatan 1, dilakukan dengan cara mereaksikan fehling B dan aseton,
sedangkan kegiatan 2 dilakukan dengan cara mereaksikan fehling B dan
formaldehid. Sedangkan kegiatan 3 adalah memanaskan tabung reaksi 1 &
2. Fehling B berfungsi sebagai oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehid. Tujuan percobaan ini adalah untuk
membedakan antara senyawa aldehid dan keton serta bertujuan untuk
membedakan gugus karbonil keton dan aldehida.
Pada tabung reaksi pertama, fehling B yang tak berwarna
dicampurkan dengan aseton yang juga bening, tak berwarna. Aseton
merupakan senyawa keton dengan rumus senyawa C3H6O. Setelah diamati
ternyata larutan tidak mengalami perubahan warna yakni tetap bening, tak
berwarna. Ini menunjukkan hasil yang positif meskipun larutan yang
sebenarnya dipakai adalah fehling B berwarna biru, tapi pada
kenyataannya yang tersedia berwarna bening, tak berwarna. Akan tetapi
percobaan tersebut sesuai dengan teori bahwa uji positif pada percobaan
ini adalah fehling B yang berwarna biru dicampurkan dengan aseton
berwarna bening, kemudian menghasilkan larutan berwarna biru (tidak ada
perubahan). Hal ini disebabkan karena dalam keton agak sukar untuk
teroksidasi karena tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada
atom karbonilnya disebabkan dalam oksidasi keton terdapat pemutusan
ikatan-ikatan karbon sehingga energi yang diperlukan dalam reaksinya
menjadi lebih besar. Dengan tidak bereaksinya fehling B dengan aseton
16

menandakan bahwa aseton bukan aldehid melainkan keton. Adapun reaksi


yang terbentuk :

+ KOH
(Aseton) (Fehling B)
Setelah itu tabung reaksi 1 dipanaskan, pemanasan berfungsi untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Hasil yang diperoleh adalah larutan tidak
mengalami perubahan warna (tetap tak berwarna). Hal ini disebabkan
karena dalam keton agak sukar untuk teroksidasi karena tidak
mengandung atom hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya meskipun
setelah dipanaskan. Dengan tidak bereaksinya fehling B dengan aseton
menandakan bahwa aseton bukan aldehid melainkan keton.
Percobaan kedua adalah mereaksikan fehling B yang tak berwarna
dengan formaldehid yang juga tak berwarna. Formaldehid merupakan
senyawa aldehid dengan rumus senyawa CH2O. Hasil pencampuran
terebut adalah larutan tidak mengalami perubahan warna (tetap tak
berwarna). Saat larutan fehling yang telah ditambahkan dengan
formaldehid dipanaskan, larutan yang semula tak berwarna berubah
menjadi warna kuning. Berdasarkan hasil percobaan ini berarti ada
kesalahan dimana sebenarnya warna biru berubah menjadi larutan
berwarna cokelat pekat yang pada bagian bawahnya terdapat endapan
merah bata. Kesalahan ini terjadi karena ketika praktikan memanaskan
tabung reaksi, praktikan terburu-buru mengangkat tabung reaksi tersebut
padahal tabung reaksi yang dipanaskan menggunakan hot plate belum
benar-benar panas, sehingga faktor tersebut yang menyebabkan tidak
terbentuknya endapan merah bata.
Hasil percobaan tersebut tidak sesuai dengan teori uji positif bahwa
aldehid akan mereduksi tembaga dalam kompleks Cu (II) (reagen fehling)
berwarna biru menghasilkan endapan tembaga (I) oksida (Cu2O) yang
berwarna merah bata. Aldehid dapat bereaksi dengan fehling biru karena
17

atom H pada gugus aldehid dapat dengan mudah terlepas sehingga


memungkinkan terjadinya reaksi. Adapun reaksi yang seharusnya
terbentuk adalah:

2Cu2+ + 5OH- tartat


+ Cu2O + 3H2O
Formaldehid Fehling B sitrat
Asam Metanoat Tembaga (II) Oksida
(Merah Bata)
4. Asam Karboksilat
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal senyawa organik
asam karboksilat dan turunannya. Asam karboksilat ini memiliki gugus
fungsi karboksil (-COOH) yang namanya diperoleh dari nama 2 gugus
penyusunnya yaitu gugus karbonil (-C=O) dan gugus alkohol (-OH).
Dalam asam karboksilat gugus -COOH terikat pada gugus alkil (-R) atau
gugus aril (Ar-). Meskipun yang mengikat gugus –COOH dapat berupa
gugus alifatik atau aromatik, jenuh atau tak jenuh, tersubstitusi atau tidak
tersubstitusi, sifat yang diperlihatkan oleh gugus –COOH tersebut pada
dasarnya. Percobaan pada asam karboksilat dilakukan dengan cara
mereaksikan asam asetat dengan etanol lalu ditambahkan dengan NaOH.
Pada percobaan tersebut larutan asam asetat berwarna bening. Setelah
asam asetat tersebut ditambahkan dengan etanol, asam asetat yang semula
bening tidak mengalami perubahan. Perubahan warna yang tidak terjadi
menujukkan bahwa asam asetat tidak bereaksi dengan etanol. Hal tersebut
tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa asam karboksilat dapat
bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan persamaan reaksi yang
seharusnya:
CH3COOH + CH3CH2CH CH3COOC2H5 + H2O
(asam asetat) (etanol) (etil asetat) (air)
Ester yang terbentuk direaksikan dengan NaOH 2 M. Penggunaan
NaOH bertujuan untuk menguji kemampuan ester dapat mengalami reaksi
hidrolisis atau tidak. Berdasarkan percobaan, asam asetat yang direaksikan
dengan etanol lalu ditambahkan dengan NaOH telah mengalami perubahan
18

menjadi larutan yang lebih bening dibandingkan larutan awal. Hal tersebut
tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa ester yang direaksikan
dengan NaOH tidak mengalami perubahan warna dan bau khas dari ester
akan menghilang. Hal tersebut dapat terjadi karena ester mengalami
hidrolisis dan menghasilkan garam karboksilat dan alkohol. Adapun
persamaan reaksinya:

CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + CH3CH2OH


(etil asetat) (natrim hidroksida) (natrium asetat) (etanol)

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
senyawa organik memiliki sifat yang berbeda-beda melalui identifikasi
gugus fungsinya. Untuk senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh dapat
diidentifikasi melalui reaksinya dengan KMnO 4 . Untuk alkohol dan fenol
dapat diidentifikasi dengan reaksi NaOH dan F eCl 3. Alkohol tidak dapat
bereaksi dengan alkali dan basa kuat karena keasaman alkohol lebih lemah
dari pada air dan di dalam alkohol terdapat alkoksida dimana alkoksida ini
lebih basa daripada hidroksida. Fenol dapat berekasi dengan larutan alkali
dan dengan basa kuat karena fenol mengalami reaksi substitusi. Untuk
aldehid dan keton dapat diidentifikasi dengan reaksinya dengan benedict.
Aldehid dapat bereaksi dengan fehling sedangkan keton tidak dapat
bereaksi dengan fehling. Untuk asam karboksilat, dapat bereaksi dengan
alkohol membentuk ester dan air. Ketika bereaksi dengan NaOH akan
terbentuk kembali alkohol dan garam.
2. Saran
Untuk praktikan berikutnya, dalam melakukan percobaan harus betul-betul
teliti terutama dalam penambahan atau pencampura larutan, karena akan
sangat mempengaruhi hasil yang didapatkan. Selain itu, disarankan juga
agar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk mengantisipasi
19

apabila ada percobaan yang gagal dapat segera diulang kembali. Terakhir
kerjasama antaranggota kelompok harus selalu ditingkatkan demi
lancarnya suatu praktikum. Untuk laboran, hendaknya memeriksa alat dan
bahan yang akan digunakan. Mengganti larutan yang telah rusak, dan
memperhatikan kelengkapan alat-alat praktikum.
20

DAFTAR PUSTAKA

Bali, Frengky Anri., Fatimawali., Frenly Wehantouw. 2014. Toksisitas Dan


Karakterisasi Gugus Fungsi Daun Sisik Naga (Drymoglossum Piloselloides
(L) Presl.). Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 3/ ISSN: 2302-2493

Arba M. 2019. Buku Ajar Farmasi Komputasi. Yogyakarta: Deepublish

Heliawati Leny. 2018. Kimia organik 3. Bogor : Pascasarjana UNPAK

Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar edisi 3 jilid 1. Jakarta: Erlangga

Tim Dosen, 2020. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Makassar: Jurusan Kimia
FMIPA UNM.

Ulfah, Maria, Subandi, Munzil. 2017. Miskonsepsi Pada Materi Gugus Fungsi dan
Potensi Strategi Konflik Kognitif Berbasis Multipel Representasi Dalam
Memperbaikinya. Jurnal Pembelajaran Kimia. Vol. 2 No.
21
22
23
24
25
26
27
28

Dokumentasi

1. Hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh

Hasil pengamatan pada penambahan 5 tetes siloheksana dan


benzena dan ditambahkan 7 tetes KMnO4 selama 2 menit

2. Alkohol dan Fenol


a. Reaksi dengan NaOH

Etanol + NaOH , Berwarna (tidak berwarna)

b. reaksi dengan FeCl 3


29

etanol + NaOH hasil pengamatan (Kuning) fenol 5% + FeCl3 hasil pengamatan (kuning muda)

3. aldehid dan keton


1. sebelum dipanaskan

Berwarna biru

2. setelah dipanaskan
30

Larutan dipanaskan Berwarna biru dan tidak ada endapan

4.Asam karboksilat

Asam asetat 0,1 M + etanol 95% + NaOH


Tidak ada penambahan gelombang
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai