Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh:

Nama : Meyza Yoanda Mujevi


NPM : E1G020040
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok :-
Hari/Jam : Selasa / 12.00-14.00
Tanggal : 24 November 2020
Dosen : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
2. Drs. Syafnil, M.Si
Ko-Ass : Elvira Rosa Nasution (E1G018068)

Objek Praktikum : IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala aspek dalam kehidupan tersusun atas bahan-bahan kimia, dimana
bahan-bahan tersebut tersusun atas senyawa. Salah satu senyawa tersebut adalah
senyawa kimia organik, senyawa kimia organik yaitu senyawa yang mengandung
unsur Karbon, Hidrogen, Oksigen, dan Nitrogen. Ilmu yang mempelajari
mengenai senyawa organik ini dikenal dengan kimia organik. Untuk mengetahui
kandungan dalam senyawa organik dapat dilakukan dengan cara identifikasi
senyawa organik.
Senyawa organik dapat digolongkan berdasarkan dasar gugus fungsional
yang mereka miliki. Dalam senyawa organik terbagi kedalam tiga kelompok.
Kelompok yang pertama terdiri dari alcohol (alkanol), fenol, dan eter
(alkosialkana). Kelompok yang kedua meliputi aldehid (alkanal) dan keton
(alkanon), sedangkan kelompok yang ketiga merupakan senyawa karboksilat
(alkanoat) dan turunannya.
Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi maupun isolasi
bahan - bahan alam. Dalam melakukan identifikasi senyawa organik yang belum
diketahui, perlu dilakukan pemisahan dan pemumian komponen penyusun
campuran, semua metode pemisahan disarankan pada perbedaan sifat fisik dari
komponen - komponen penyusun campuran.
Pengidentifikasikan senyawa organik begitu penting untuk dilakukan,
dimana dengan dilakukannya pengidentifikasian ini dapat mengetahui sifat-sifat
dari suatu senyawa organik yang belum diketahui namanya. Orang yang akan
melakukan penelitian sangat penting untuk mempelajari identifikasi senyawa
organik ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengenal sifat-sifat yang dimiliki oleh senyawa-senyawa karbon
melalui uji reaksi kimia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa di alam begitu banyak dan melimpah, saat ini diperkirakan sudah
mencapai jutaan dan akan terus bertambah dengan hadirnya senyawa-senyawa
baru hasil sintesis para ahli kimia organik. Dapat dipastikan senyawa organik
merupakan senyawa yang paling banyak dibandingkan dengan senyawa lain
(Siswoyo, 2009).
Kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang dari
benda hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan mengenai kimia
organik tak dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan. Misalnya, karena sistem
kehidupan terutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir semua bidang
yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau mikroorganisme bergantung pada
prinsip kimia organik (Fessenden, 1997).
Senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur Karbon,
Hidrogen, dan Oksigen. Dimana apabila senyawa organik ini dibakar, akan
menghasilkan uap air (H2O) dan gas karbondioksida (CO2) (Ramdani, 2014).
Senyawa organik yang hanya terdiri dari atom Karbon dan Hidrogen
disebut dengan senyawa hidrokarbon. Selain hidrokarbon, terdapat senyawa
organik bergugus fungsi. Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan
karakteristik senyawa. Oleh karena itu. Perubahan kimia terjadi pada gugus
fungsi, selebihnya cenderung tetap seperti struktur aslinya. Senyawa dengan
gugus fungsi yang sama cenderung mengalami reaksi kimia yang sama (Tim
Penyusun 2020).
Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari
senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut
polar seperti air atau etanol. Sebaliknya, hidrokarbon dapat bercampur dengan
pelarut yang relatif non polar seperti karbon tetraklorida (CCl4) atau
diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
jenis ikatannya . Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagaian
besar pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami
reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Senyawa aromatik
biasanya mengalami reaksi subtitusi (Anonim, 2012).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon
yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu
ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom
karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon
tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Menurut Syukri (1999), Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya
terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
a. Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun
siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau
hidrokarbon siklik.
b. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang
tersusun dalam satu lingkar atau lebih.
c. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang
biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan
rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon
asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas.
Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil yang terikat
pada atom jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan
alkil, alkil tersubtitusi hidrokarbonsiklik. Alkohol disini tidak memiliki gugus
fenol (gugus hidroksil berikatan dengan aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan
dengan karbon vinilik) karena sifat – sifatnya berbeda. Alkohol diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok alkohol primer, sekunder dan tersier (Siswoyo, 2009).
Alkohol dapat dibedakan dari banyak senyawa lain seperti hidrokarbon,
eter, dan ester oleh dengan natrium reaktifnya. Mendeteksi dengan uji hidrogen
aktif pada hidroksil. Oleh karena itu, hidrogen aktif lainnya akan ikut campur,
terutama air (Bailey dkk, 1978).
Eter adalah golongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C,
H, dan O dengan rumus umum CnH2n+2 atau R-O-R’ . Karena itu eter dapat
dianggap sebagai alkil oksida atau anhidrida alkohol. Bila R=R’ disebut eter
sederhana dan bila R≠R disebut eter campuran (mix ether), R dapat berupa gugus
alkil atau gugus fenil (Faizah, L. dkk., 2017)
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil
yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat
lebih reaktif daripada alkohol dan dapat mengalami reaksi adisi dan oksidasi.
Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam dan dapat mengalami reaksi polimerisasi.
Aldehid memiliki struktur dan unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).
Struktur rumus senyawa ini adalah R-CHO, dimana -R adalah alkil dan –CHO
adalah gugus fungsi aldehida (Hart, 1998).
Keton adalah suatu senyawa organik yang memiliki sebuah gugus karbonil
yang terikat pada dua gugus alkil. Keton bersifat polar karena gugus karbonilnya
polar dan keton lebih mudah menguap (volatile) daripada alkohol dan asam
karboksilat. Struktur dari keton sama seperti aldehid, yang terdiri atas atom-atom
karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan rumus struktur R-CO-R’,
dengan R adalah alkil dan –CO- adalah gugus fungsi keton (Fessenden, 1997).
Aldehid mudah teroksidasi sedangkan keton sedikit sulit teroksidasi.
Aldehi memiliki sifat yang lebih reaktif dibandingkan senyawa keton terhadap
reaksi adisi nukleofilik (Antoni, 1992). Karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen maka tidak terjadi ikatan
hidrogen seperti alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah senyawa polar yang
dapat membentuk gaya tarik-menarik elektrostatika yang relatif kuat antar
molekulnya, bagian positif sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari
molekul yang lain (Respah, 1986).
Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom
hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi sedangkan
keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton
terhadap adisi nukleofilik (Chang, 2009).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Botol semprot 6. Tabung reaksi
2. Gelas piala 7. Rak tabung reaksi
3. Gelas ukur 8. Penjepit tabung reaksi
4. Pipet tetes 9. Pipet volume 5 ml
5. Erlemeyer 10. Batang pengaduk
3.1.2 Bahan
1. Sample 8. Fehling B
2. Larutan Br2 5% 9. Etanol 95 %
3. 2,4-dinitrofenil hidrazin 10. Minyak goreng
4. Larutan 2% KMnO4 11. NaOH 10 %
5. FeCl3 12. Ammonium hidroksida encer
6. Fehling A 13. Aseton
7. Asam kromat 14. Akuades

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Uji Kimia Ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan Brom
Memasukan empat tetes sampel masing-masing ke dalam 4 tabung
reaksi besih dan kering. Menambahkan 2 ml Br2, dikocok campuran
perlahan-lahan sampai tidak terjadi perubahan warna.
b. Oksidasi dengan KMnO4
Memasukan 4 tetes sampel masing-masing ke dalam 4 tabung reaksi
bersih dan kering. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4
sampai terjadi endapan hitam (atau larutan menjadi keruh).
3.2.2 Test asam kromat (test karakteristik alkohol)
Menyiapkan tabung reaksi dan memasukkan 2 ml sampel yang akan diuji
kedalamannya. Menambahkan 1 ml aseton, kemudian menambahkan
1 tetes asam kromat. Warna orange dari asam kromat akan berubah
menjadi biru kehijauan atau terbentuk endapan jika yang ditambahkan
berupa alkohol primer atau sekunder.
3.2.3 Test FeCl3 (test karakteristik untuk fenol)
Menyiapkan tabung reaksi lalu memasukkan sample yang akan diuji.
Menambahkan 5 tetes larutan FeCl3 dan melakukan pengocokan. Jika
tidak terbentuk warna menunjukkan bahwa senyawa tersebut bukan
senyawa fenol.
3.2.4 Test Karakteristik aldehid dan keton
a. Test 2,4-dinitrofenil hidrazin
Memasukkan 2 ml etanol 95%. Menambahkan 3 tetes sample yang
akan diuji kedalam tabung reaksi tersebut. Kedalam tabung reaksi ini
memasukkan 1 ml larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin dan melakukan
pengocokkan kuat-kuat. Jika tidak menghasilkan endapan panaskan
larutan tersebut dengan pemanas air selama 1 menit dan selanjutnya
menambahkan 5 tetes air. Jika terbentuk endapan kuning sampai merah
orange menunjukkan test positif untuk adanya gugus karbonil dari
keton atau aldehid.
b. Test pereaksi tollens
Didalam tabung reaksi memasukkan 1 ml larutan perak nitrat 5%
selanjutnya menambahkan 1 tetes NaOH 10% dan dikocok.
Menambahkan kedalam campuran tersebut larutan encer ammonium
hidroksida hingga endapan perak hidroksida melarut (hindari
penggunaan larutan ammonium berlebihan). Menambahkan 2 tetes
larutan yang akan diuji. Mengocok dan membiarkan selama 10 menit,
jika reaksi tidak terjadi dalam 10 menit memanaskan tabung reaksi
diatas penegas air selama 5 menit. Reaksi positif akan ditunjukkan
dengan terbentuknya cermin perak pada dinding atau endapan metalik.
c. Tes Fehling
Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tertera dalam 500 ml larutan
dimasukan 1 ml sampel,1 reagen fehling A dan 1 ml reagen Fehling B
ke dalam tabung reaksi, Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangkas
air mendidih selama sekitar 5 menit. Mengamati warna endapan yang
terbentuk.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

No Sampel Percobaan Hasil pengamatan Keterangan


1 Heksana 3.2.1. a Dekolorasi (pemurnian) Pembentukan
senyawa dibromo.
larutan sehingga warna
larutan berubah menjadi
tidak berwarna.
3.2.1. b Warna ungu KMnO4 Tidak terjadi
tidak hilang. reaksi antara ion
MnO4 dengan
senyawa
hidrokarbon.
2 Minyak 3.2.1. a Warna larutan yang Terjadi reaksi adisi
Goreng jernih menjadi keruh
(warna merah larutan
Br menghilang).
3.2.1. b Warna ungu KMnO4 Ada ikatan
hilang dari campuran. rangkap karena ion
Warna larutan berubah MnO4 bereaksi
menjadi coklat keruh. dengan senyawa
Terdapat endapan hidrokarbon.
coklat.
3 Metanol 3.2.2 Warna larutan berwarna Termasuk senyawa
biru keruh. alkohol.

4 Etanol 3.2.2 Warna larutan berwarna Termasuk senyawa


biru muda atau biru alkohol.
kehijauan.
3.2.3 Warna larutan berwarna Bukan senyawa
kuning. fenol.
5 Fenol 3.2.3 Warna larutan berwarna Terbukti senyawa
ungu kehitaman fenol.
6 Asetaldeh 3.2.4.a Warna larutan berubah Adanya gugus
id (etanal) menjadi kuning karbonil yaitu
3.2.4.b Warna larutan hitam aldehid.
Terdapat endapan
Endapan berwarna
hitam
Terbentuk cermin perak
jika dipanaskan.
3.2.4.c Warna larutan biru
bening.
Endapan merah bata
(Cu2O).
7 Aseton 3.2.4.a Warna larutan orange. Adanya gugus
Warna larutan coklat. karbonil yaitu
3.2.4.b Terdapat endapan keton.
berwarna coklat keruh.
Tidak ada cermin perak
jika dipanaskan
3.2.4.c Warna larutan biru
kehijauan.
Terdapat endapan
berwarna putih jika
dipanaskan.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Heksana
5.1.1` Reaksi dengan Brom
n-heksana direaksikan dengan Br2 sedikit demi sedikit sehingga
akan membuat warna merah kecoklatan pada Br2 hilang. Suatu senyawa
hidrokarbon dapat menghilangkan warna brom karena ada jenis senyawa
hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap yang dapat mengadisi senyawa
brom sehingga menyebabkan warna brom menghilang.
5.1.2 Oksidasi dengan KMnO4
n-heksana direaksikan dengan menambahkan sedikit demi sedikit
larutan KMnO4. Pada percobaan ini tidak terjadi reaksi kerena tidak
dihasilkan endapan coklat MnO4 dan tidak menghilangkan warna ungu
dari KMnO4. Hal ini disebabkan karena larutan KMnO4 mengoksidasi
senyawa tak jenuh, alkana dan senyawa aromatik umumnya tidak reaktif
dengam KMnO4.

5.2 Minyak Goreng


5.2.1 Reaksi dengan Brom
Pada uji brom sampel minyak goreng berwarna kuning ditetesi
dengan brom sehingga menghasilkan larutan dengan dua bagian, bagian
bawah berwarna kuning dan dibagian di atas berwarna putih, namun lama-
kelamaan larutan berwarna putih keruh, hal ini menandakan telah terjadi
reaksi adisi (pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal) pada
campuran larutan tersebut. Minyak kelapa yang merupakan lemak tak
jenuh karena mempunyai ikatan rangkap menjadi jenuh (ikatan tunggal),
namun air brom tidak dapat bereaksi lagi dengan minyak kelapa, dalam
larutan air brom tetap berwarna kuning.
5.2.2 Oksidasi dengan KMnO4
Minyak goreng memiliki ikatan rangkap banyak sehingga sifatnya
paling tidak jenuh dan menyebabkan reaksi berjalan lambat. Ketika
direaksikan dengan oksidator KMnO4 dalam suasan netral dimana minyak
akan terputus dan mengikat atom O. Dengan direaksikan dengan karutan
KMnO4 terjadi oksidasi yaitu suatu proses dimana mengakibatkan suatu
proses dimana mengakibatkan hilangnya 1 elektrolit / lebih. Ketika
diteteskan minyak berubah menjadi merah hati lalu menjadi coklat keruh.

5.3 Metanol
Metanol jika direaksikan dengan asam kromat maka larutannya
akan berwarna biru keruh yang membuktikan bahwa metanol termasuk
alkohol. Metanol, juga dikenal dengan metil alkohol, adalah senyawa
kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk alkohol
yang paling sederhana dan digolongkan dalam alkohol primer.

5.4 Etanol
5.4.1 Test asam kromat
Etanol atau dikenal dengan etil alkohol dengan rumus kimia
C2H5OH. Etanol sama seperti metanol termasuk ke alkohol primer.
Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya
asam kromat Cr+6 pada asam kromat, yang berwarna merah kecoklatan,
tereduksi menjadi Cr+3, yang berwarna hijau.
5.4.2 Test FeCl3
Etanol larut dalam FeCl3 menyebabkan terjadi perubahan warna
yaitu dari warna bening menjadi kuning.. Hal ini disebabkan karena
keasamaan alkohol.

5.5 Fenol
Fenol yang telah ditetesi larutan FeCl3 akan terbentuk larutan ungu
kehitaman yaitu senywa kompleks yang terbentuk adalah (Fe(OC6h5)6)-3.
Ion Fe dalam senyawa kompleks tersebut merupakan atom pusat yang
merupakan atom yang menyusun struktur dasar sehingga terbentuk senyawa
kompleks.
5.6 Asetaldehid (etanal)
5.6.1 Test 2,4-dinitrofenil hidrazin
Etanal direaksikan dengan 2,4-dinitrofenil hidrazin bekerja pada
gugus karbonil sehingga menghasilkan endapan berwarna berwarna
kuning. Uji sampel dengan 2,4-dinitrofenil hidrazin menghasilkan endapan
putih untuk sampel yang mengandung aldehid.
5.6.2 Test pereaksi Tollens
Etanal ditest dengan pereaksi tollens larutan dan endapannya
berwarna berwarna hitam. Pada uji tollens termasuk gugus aldehid
diketahui dari hasil pembentukan cermin perak.
5.6.3 Test Fehling
Pereaksi fehling adalah pereaksi yang mengandung ion Cu2+
(berwarna biru transparan) berfungsi untuk menunjukkan gugus aldehid (-
CHO) yang ditandai timbulnya endapan Cu2O berwarna merah bata. Pada
reaksi ini gugus aldehid mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+.

5.7 Aseton
5.7.1 Test 2,4-dinitrofenil hidrazin
Reaksi aldehida atau keton dengan menggunakan peraksi 2,4-
dinitrofenil hidrazin menghasilkan endapan berwarna kuning atau merah.
Reaksi ini untuk gugus karbonil senyawa yang mengandung aldehida
5.7.2 Test pereaksi Tollens
Pada sampel aseton ketika ditambahkan dengan reagen tollens
larutan ada endapannya berwarna coklat dan tidak menunjukkan
pembentukan cermin perak. Hal ini membuktikan bahwa aseton bukan
merupakan gugus fungsi aldehid melainkan keton.
5.7.3 Test Fehling
Ketika sampel aseton direaksikan dengan reagen fehling, terjadi
perubahan menjadi biru bening,kemudiansetelah dipanaskan warna larutan
tetap sama. Berarti dapat disimpulan bahwa aseton bukan merupakan
gugus fungsi aldehid melainkan keton karena tidak terjadi reaksi yang
ditandai dengan perubahan warna atau adanya endapan merah bata.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Senyawa karbon adalah jenis senyawa dengan atom atau komponen
penyusunnya sebagian besar merupakan atom Karbon. Senyawa
karbon dibagi menjadi tujuh jenis berdasarkan gugus fungsi yang
menyusun senyawa tersebut. Oleh karena gugus fungsinya berbeda, maka
sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing golongan senyawa
karbon juga berbeda. Dari hasil pecobaan yang telah dilakukan praktikan
sudah mengenal sifat-sifat senyawa yang dimiliki oleh senyawa-senyawa
karbon melalui uji reaksi kimia.

6.2 Saran
6.2.1 Sebaiknya sumber yang harus digunakan untuk acuan lebih diperjelas dan
diperbanyak lagi, sehingga praktikan tidak kekurangan sumber yang akan
digunakan dalam berlangsungnya praktikum.
6.2.2 Ada baiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan praktikum ini,
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kimia Organik.


http://prakkimorg16a.blogspot.com/2012/10/percobaan-3.html. Diakses
pada 25 November 2020
Bailey, dkk. 1978. Organic Chemistry. Boston: Atlantic Inc.
Chang, Raymond. 2009. Chemistry. USA: Random House
Faizah, L. dkk., 2017. Indentifikasi Senyawa Organik. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Jawa Timur
Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Bina Aksara
Hart, Harold. 1998. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Ramdani, Ardy. 2014. Laporan Mengidentifikasi Unsur.
http://danydanger.blogspot.com/2014/08/laporan-mengidentifikasi-
unsur-cho.html. Diakses pada 25 November 2020
Respah. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru
Siswoyo, Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Tim Penyusun. 2020. Penuntun Praktikum Kimia. Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai