Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

UJI KUALITATIF GUGUS FUNGSIONAL


Untuk memenuhi tugas mata kuliah :

PRAKTIKUM HIDROKARBON DAN TURUNANNYA

Dosen Pengampu : Drs. Jamalum Purba, M.Si.

DisusunOleh : KELOMPOK 4

Amar Lohot Tanjung (4192210003)


Rissah Maulina (4193510006)
Riska Cahyati (4191210010)
Sarah Sihotang (4193510011)
Tico Guinessha Samosir (4193510005)

KIMIA NK B 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah Mini Riset Uji Kualitatif Gugus Fungsional.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu kewajiban sebagai praktikan pada praktikum
Kimia Organik.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai gugus
fungsi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini
Akhirnya saya mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga
Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya
kepada kita semua.
Amin.

Medan, 21 April 2020

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai struktur,
sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun terutama
oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen,
fosfor, halogen dan belerang. Senyawa hidrokarbon memiliki sifat tertentu akibat adanya
atom selain atom karbon dan hidrogen di dalamnya. Atom-atom tersebut dinamakan gugus
fungsional senyawa hidrokarbon. Gugus fungsional pada senyawa hidrokarbon berperan
penting dalam kereaktifannya terhadap senyawa atau atom lain. Oleh karena itu, para
Kimiawan banyak mensintesis senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus fungsi
berbeda-beda untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi. Kosmetik untuk wanita, cuka
yang digunakan pada makanan, dan pengawet bahan biologis merupakan contoh aplikasi zat
yang mengandung senyawa hidrokarbon dengan gugus fungsi yang berbeda.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka mini riset ini dilakukan untuk
menganalisis gugus fungsi.

1.2. Identifikasi Masalah


Apa saja gugus fungsional senyawa organik dari berbagai sampel bahan kimia dalam
kehidupan sehari-hari?

1.3. Tujuan

Untuk mengidentifikasi beberapa gugus fugsional senyawa organik secara kualitatif


dari berbagai sampel bahan kimia yang digunakan sehari-hari
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Kimia organik adalah ilmu yang mempelajari tentang senyawa yang terdiri dari
sebagian gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen, nitrogen / beberapa unsur tertentu.
Pada mulanya kimia organik hanya melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk hidup
( Petrucci,1985)

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang mengandung karbon dan


hidrogen yang dapat di bedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Alkana di
golongkan sebagai senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena, alkuna dan senyawa
aromatik termasuk senyawa hidrokarbon tak jenuh. Suatu senyawa organik adalah senyawa
yang utamanya terdiri dari kombinasi atom C, H, O, dan N.Penggolongan senyawa organik
dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya. Gugus Fungsi adalah kedudukan
kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu
menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat
dikelompokan pada pengelompokan senyawa. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa
organik yang hanya mengandung karbon dan hidrogen yang dapat dibedakan atas
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Senyawa tersebut terbagi atas :

a. Hidrokarbon alifatik, adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung inti benzena,
baik dalam senyawa yang berantai lurus dan bercabang.

b.Hidrokarbon aromatik, mengandung inti benzena, yaitu enam rantai kanan yang melingkar
tapi stabil
(Syukri, 1999).

Gugus fungsi C=Cdan C≡Cadalah gugus berupa karbon dengan jumlah kemurnian
yang tinggi, dimana terjadi pelepasan unsur O atau H yang pada awalnya menyatu dengan
unsur C.
(Abidin, 2013).
Aldehida dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus
penting didalam kimia organik, yaitu gugus karbonil C=O, semua senyawa yang mengandung
gugus ini disebut senyawa karbonil. Gugus karbonil adalah senyawa yang paling menentukan
sifat kima aldehid dan keton. Banyak sekali sifat fisik lain senyawa-senyawa ini adalah mirip
satu sama lainnya. Reaksi untuk pembuatan aldehid Salah satunya adalah oksidasi dari
alkohol primer. Oksidator umumnya tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya
menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin kompleks seperti piridinium khlor kromat
adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya
menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Gugus fungsi tertentu bereaksi hanya dengan pereaksi tertentu dengan memberikan
gejala yang khas, karena itu gugus fungsi menjadi ciri suatu kelompok senyawa dan dapat
dikenali dengan peraksi pengenalnya. Beberapa pereaksi pengenal gugus fungsi adalah
sebagai berikut :

1. Pereaksi Air Brom


Pereaksi ini menunjukkan bahwa senyawa organik sebagai senyawa tak jenuh.
Pereaksi ini memberikan tanda yaitu hilangnya warna coklat dari Brom (Br2) apabila positif
mengandung ikatan rangkap pada suatu senyawa organik.
Reaksinya yaitu R-HC=CH-R + Br2 R-BrHC-CHBr-R

2. Pereaksi Logam Na
Pereaksi ini penunjuk adanya gugus –OH pada suatu senyawa organik dengan
ditandai oleh timbulnya gelembung gas H2. Tanda tersebut berarti senyawa tidak memiliki
gugus –OH. Reaksinya yaitu 2R-OH + 2Na  2R-Ona + H2

3. Pereaksi Fehling
Pereaksi ini mengandung ion Cu2+ (berwarna biru transparan), penunjuk adanya
gugus aldehid (-CHO) oleh timbulnya endapan Cu2O berwarna merah bata. Pada reaksi ini,
gugus aldehid mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+
Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang terdapat
dalam suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang spesifik, yaitu reaksi kimia yang
hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus fungsi tertentu dan tidak
dapat bereaksi dengan gugus fungsi yang lain. Senyawa organik asing-masing memiliki sifat
tertentu yang bergantung pada gugus fungsional yang dimilikinya. Senyawa dengan gugus
fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang sama/mirip.
3.1. Alat dan Bahan
a. Alat
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Bunsen
 Gelas

b. Bahan
 Sampel tak jenuh
 Gugus Karbonil
 Alkohol Eter
 Kloroform
 Ester
 Amina
 Karbon tetraklorida ( CCl4 )
 Kalium permanganat ( KmnO4 )
 2-4 DNP
 Pereaksi tollens
 Asetil Klorida
 Logam Na
 Asam Asetat
 Natrium hidroksida ( NaOH )
 Hidroksilamin hidroklorida
 PP
 Kalium hidroksida( KOH)
 Besi III Klorida (FeCl3)
 Asam Klorida (HCl)
 Natrium Nitrit (NaNO2)
 Asam Sulfat (H2SO4)
 Asetat Anhidrat

3.2. Prosedur Kerja


1. Ikatan tak Jenuh
a. Dengan Brom
Larutkan satu tetes atau 20 mg zat tidak diketahui dalam 0.2 ml kloroform,
tambahkan 1 tetes 0,3 M larutan brom dalam CCl 4, jika warna brom hilang
menunjukan adanya ikatan jenuh.
b. Dengan menggunakan KmnO4
c. Larutkan 1 tetes atau 20 mg senyawa yang tidak diketahui dalam 0,5 mL t-butil
alkohol. Tambahkan 0,1 M KMnO4 setetes demi setetes.
2. Gugus Karbonil (C=O)
a. Dengan 2,4-dinitriphenil hidrazin
Tambahkan 1 tetes atau 20 mg senyawa yang tidak diketahui kedalam 1 mL
pereaksi 2,4-dinitriphenilhidrazin. Kocok campuran tersebut apakarjadi endapan
atau tidak. Adanya endapan menunujukan kemungkinan adanya aldehid atau keton.
b. Dengan Tes Tollens
Bersihkan semua tabung reaksi dengan asam nitrat panas dan cuci dengan air
sampai bersih. Tambahkan 1 mL 0,5 M larutan AgNO3 kemudian encerkan dengan
menambahkan NH4Oh setetes demi setetes sampai endapan melarut. Tambahkan
20 mg atau1 ml zat yang tidak diketahui, kocok dan letakan dalam air hangat
selama 5 menit, jika ada endapan cermin atau endapan hitam menandakan adanya
aldehid.

3. Gugus karbonil
a. Alkohol yang larut dalam air dan asam dibedakan dengan memeriksa keasaman
dengan tes indikator. 20 mg zat yang akan diperiksa dicampur dengan 1 mL air.
Amati warna.
b. Alkohol yang tidak larut dalam air dan eter dibedakan dengan mengubah alkohol
menjadi ester.
Tes asetil klorida
Tambahkan 1 tetes asetil klorida perlahan kedalam 40 mg zat yang akan di periksa.
Jika terjadi eksotermik, tambahkan 4 tetes asetil klorida, biarkan 2 menit. Tambah
1 mL air dingin untuk menghidrolisis asetil klorida berlebih. Tambahkan
phenolftalein dan sedikit natrium bikarbonat sambil dikocok sampai bersifat basa.
Tambah 5 tetes benzen, kocok dan biarkan kedua fase berpisah. Ambil dua tetes
lapisan benzene dan selidiki adanya ester dalam lapisan.
c. Dngan Logam Na
Masukan logam Na yang kering dan bersih kedalam zat sampel yang telah
dipastikan bebas air dengan mengujinya menggunakan tembaga sulfat anhydrous.
Jika keluar gas mubkin sampel adalah alkohol. Tapi reaksi logam tidak khas
dengan alkohol.
d. Dengan pembuatan ester
Untuk alkohol yang tidak larut dalam air sesudah diuji dengan logam Na, diuji
lebih lanjut dengan mengubah alkohol menjadi ester dengan cara : Masukan 1 ml
asam asetat glasial kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 2 ml zat sampel yang
tidak diketahui dan 2 tetes asam sulfat, panaskan tabung lalu dikocok . amati dan
cium baunya . simpulkan zat apa yang anda miliki.
e. Tes Iodoform
Jika zat sampel termasuk alkohol maka dapat diuji dengan menguji tes iodoform
dengan cara : Tambahkan 2 ml air, 2 tetes alkohol dan 8 tetes larutan NaOH 1 N
kedalam tabung reaksi. Lalu tambahkan tetes demi tetes larutan iodium (P) sampai
terjadi endapan kuning. Masukan termometer kedalam cairan hangatkan sapai 60
derajat celcius selama beberapa menit. Amati catat baunya, buat t sampel anda.
4. Membedakan Eter dari Ester
Tes Feri Hidroksamat
Larutkan 20 mg zat yang tidak diketahui kedalam 0,5 ml metanolik hidroksilamine
hidroklorida 1 M. Tambah 1 tetes larutan PP metanolik kalium hidroksida 2 M sedikit
demi sedikit dan kocok sampai larutan bersifat basa, didihkan larutan dengan
penangas air selama 1 menit, tambahkan 1 tetes feriklorida dan 0,2 ml air. Kocok
beberapa waktu, tambahkan HCL 1 M setetes demi setetes dan kocok untuk
melarutkan feriklorida yang coklat. Adanya warna merah anggur menunjukan adanya
ester.

5. Gugus Nitro (NO2)


Campurkan 1 tetes atau 20 mg zat yang akan diperiksa dengan 0,5 ml larutan NaOH
10 % setelah 2 menit, tambahkan 0,2 ml larutan natrium nitrat dan 5 tetes asam sulfat
10%. Adanya warna merah dan biru menandakan adanya nitro primer atau sekunder.

6. Tes Untuk Amina


Tambahkan 1 tetes anhidrat asam asetat kepada 1 tetes atau 20 mg zat yang diperiksa.
Amina primer, sekunder dan aromatik amina memberikan reaksi eksoterm. Tertier
amina tidak bereaksi.

7. Tes Untuk Amonium dan Garam Amonium


20 mg atau 1 tetes zat yang diperiksa dicampur dengan 1 ml NaOH 20%. Catat bau
campuran dan apakah ada fase yang terpisah.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Secara Teori

1. Ikatan Tak Jenuh

Pereaksi Hasil
Brom Proses ini disebut reaksi bromisa menjadi warna merah
karena adanya gas HBr yang merupakan asam
KMnO4 Secara teori warna akan berubah menjadi ungu kehitaman
dan terdapat endapan. Karena KMnO4 merupakan
pengoksidasi ikatan rangkap

2. Gugus Karbonil

Pereaksi Hasil
2,4- Pada sampel saat ditlarutkan di air akan menghasilkan warna
Dinitriphenilhidra kuning dan endapan, secara teori hal tersebut menandakan
zin tidak terjadinya reaksi
Tes tollens Secara teori pada tes ini larutan akan menghasilkan endapan
berwarna coklat. Metode ini secara teori menguji adanya
gugus karbonil

3. Gugus hidroksil

Pereaksi Hasil
Tes indikator Tidak terdapat endapan, warna bening, pH netral.
Alkohol yang Secara teori akam menhasilkan 2 fase yang berwarna kuning,
tidak larut dalam ketika ditambahkan air dingin. Ketika teteskan PP maka fase
air dan eter (tes bawah akan berwarna bening
asetil klorida)
Logam Na Secara Teori ketika logam Na diletakan pada sampel akan
mengalami percikan dan muncul gas
Pembuatan ester Secara teori dikatakan larutan akan berwarna bening dengan
bau yang yang menyengat
Iodoform Secara teori akan membentuk endapan kuning

4. Membedakan Ester dari Eter

Pereaksi Hasil
Tesferi Terdapat warna merah anggur
hidroksamat

5. Gugus nitro

Pereaksi Hasil
Nitro Secara teori adanya nitro membuat warna larutan menjadi
merah

6. Tes Amina

Pereaksi Hasil
Amina Tidak bereaksi

7. Amoniium dan Garam amonium

Pereaksi Hasil
Zat yang diperiksa Secara teori akan berbau seni

a. Pembahasan
1. Percobaan pertama yaitu uji ikatan tak jenuh:
a. Dengan brom

Uji ketidakjenuhan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya ikatan


rangkap antar atom C dalam sampel. Menurut literatur, reaksi memberikan hasil
positif apabila saat ditetesi brom larutan menjadi tidak berubah warna. Hidrogen
tak jenuh yang direaksikan dengan brom akan menghasilkan reaksi adisi yaitu
pemutusan ikatan rangkap 2 (C=C) atau rangkap 3 (-C≡C-) antar atom C menjadi
ikatan tunggal antar atom C (-C-C-) atau senyawa hidrokarbon jenuh. Karbon-
karbon yang berikatan tunggal atau hidrokarbon jenuh tidak akan terjadi reaksi
apabila direaksikan dengan brom karena sifat alkana yang kurang reaktif terhadap
sebagian besar pereaksi. Brom yang direaksikan dengan senyawa karbon tak
jenuh akan menyebabkan warna berubah yang semula berwarna coklat menjadi
memudar, hal ini dikarenakan konsentrasi Br2 yang berkurang karena digunakan
untuk mengadisi senyawa karbon tak jenuh.Pereaksi ini menunjukkan bahwa
senyawa organik sebagai senyawa tak jenuh. Pereaksi ini memberikan tanda yaitu
hilangnya warna coklat dari Brom (Br2) apabila positif mengandung ikatan
rangkap pada suatu senyawa organik.

Reaksinya yaitu R-HC=CH-R + Br2  R BrHC-CHBr-R.

b. Dengan KMnO4
Selanjutnya adalah dengan uji KMnO4. Larutan KMnO4 berwarna ungu.
Larutan KMnO4 digunakan sebagai larutan penguji karena larutan KMnO4
merupakan agen pengoksidasi yang mampu mengoksidasi ikatan rangkap karbon-
karbon yang terindikasi dengan adanya perubahan warna larutan.Literatur
mengatakan, reaksi memberikan hasil positif apabila warana ungu dari
KMnO4menghilang. Pada reaksi oksidasi, senyawa akan kehilangan atom H yang
terikat pada atom C karbonilnya (C-O).

2. Gugus Karbonil (C=O)


a. 2,4-dinitriphenilhidrazin
Uji selanjutnya adalah dengan menggunakan 2,4-dinitriphenilhidrazin. Menurut
teori, Uji 2,4 DPN dapat digunakan untuk deteksi kualitatif fungsionalitas
karbonil dari gugus fungsi keton dan aldehid. Aldehid adalah senyawa organik
yang karbon-karbonilnya selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen.
Sedangkan keton adalah senyawa yang karbon-karbonilnya dihubungkan dengan
dua kaitan. Keberadaan hidrogen menjadikanj aldehid sangat mudah teroksidasi.
Uji positif ditandai oleh pembentukan endapan kuning, jingga atau merah. Jika
senyawa karbonil adalah aromatik maka endapan berwarna merah dan jika
alifatik maka endapan akan lebih berwarna kuning.

b. Tes tollens
Selanjutnya menggunakan tes tollens, tollens hanya memberikan hasil
positif untuk sampel bensaldehid. Karena uji tes tollens hanya untuk mendeteksi
adanya gugus aldehid dan tollens tidak bereaksi dengan keton.Menurut Teori, uji
tollens digunakan untuk membedakan antara aldehid dan keton berdasarkan sifat
dan kemudahannya mengalami oksidasi. Percobaan pada uji tollens pada saat
ditambahkan pereaksi tollens menghasilkan larutan basa dari perak nitrat,
larutannya jernih dan tidak berwarna. Suatu oksidator yang lemah hasilnya adalah
suatu karboksilat dan logam perak yang akan membentuk endapan formaldehid
pereaksi tollens cermin perak untuk senyawa keton tidak terbentuk cermin perak.
Hal itu terjadi karena pada keton tidak terdapat atom H yang terikat langsung pada
gugus karbonil sehingga keton tidak mampu mereduksi larutan tollens.

3. Gugus Karbonil
a. Tes indikator
Pada penuntun digunakan air sebagai pelarut zat. Hal ini menunjukkan hal
yang netral. Indikator universal yaitu indikator yang terdiri dari berbagai macam
indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap pH 0 – 14. pH meter
merupakan indikator pH secara elektronik. Dengan alat ini nilai pH akan bisa
langsung diketahui dengan mambaca nilai pada layar. pH meter merupakan
indikator pH yang paling akurat dibandingkan dengan indikator yang lain.
b. Tes Asetil klorida
Pada tes ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gugus hidroksi pada
alkohol. Secara teori, tes ini akan menghasilkan gas. Gas tersebut akan
menghasilkan asap putih jika didekatkan dengan larutan amonia pekat.
Munculnya asap putih menandakan zat yang dianalisis mengandung gugus
hidroksi senyawa alkohol.
c. Dengan logam Na
Pereaksi ini menunjukan adanya gugus  – OH pada suatu senyawa organik
dengan ditandai oleh timbulnya gelembung gas H2. Tanda tersebut berarti
senyawa tidak memiliki gugus  – OH.
Reaksinya yaitu 2R-OH + 2Na 2R-Ona + H2.
d. Dengan pembuatan Ester
Pada tes ini mereaksikan alkohol dengan asam karboksilat. Secara teori
jika muncul aroma harum buah menunjukan adanya karboksil.
e. Tes Iodoform
Tes iodoform merupakn reaksi antara etanol absolute atau sampel
alkoholy a n g l a i n y a n g b e r e a k s i d e n g a n i o d i u m . S e c a r a t e o r i , t e s
i n i a k a n menunjukan reaksi positif jika senyawa alcohol tersebut dapat
menghilangkan warna dari larutan sampel pada saat diteteskan dengan NaOH.
f. Membedakan Eter dan Ester
Percobaan ini menggunakan tes ferihidroksamat. Secara teori, larutan
akan mengalami perubahan warna menjadi warna merah anggur. Hal tersebut
menandakan adanya kandungan ester
g. Gugus Nitro
Menurut Teori, Ester merupakan suatau senyawa organik mengandung
gugus R-O-R dapat berupa alkil . Gugus nitro adalah salah satu kelompok
senyawa yang paling umum untuk eksplosornya ( kelompok Fungsional yang
membuat senyawa eksplor ) yang digunakan secara global, yang sangat menarik
elektron. Ikatan alfa C- Hx (berdekatan ) ke gugus nitro dapat bersifat asam. Saat
direaksikan, akan terbentuk warna merah jika adanya keberadaan nitro primer,
dan akan berwarna biru jika adanya keberadaan nitro sekunder.
h. Tes untuk Amina
Uji selanjutnya adalah tes amina, dengan menambahkan 1 tetes anhidrat
asam asetat kepada zat. Menurut teori, Amina adalah senyawa organik yang
mengandung nitrogen, indikasi keberadaan amina primer, sekunder dan aromatic
adalah dengan terjadinya reaksi eksoterm. Sedangkan untuk amina tersier tidak
bereaksi.
i. Tes untuk Amonium dan Garam amonium
Pada tes ini menggunakan penambahan NaOH dengan zat sampel.
Ammonium merupakan nama untuk amina tersubstitusi melalui protonasi atau
bermuatan positif dan kation ammonium kuartener. Yang satu atau lebih atom
hidrogennya digantikan oleh gugus organic (ditandai dengan lambing R).
Ammonia membentuk ion ammonium bergantung pada pH larutan. Jika pH
rendah, kesetimbangan bergeser kekanan : lebih banyak ion ammonium yang
terbentuk. Menurut Teori, Perubahan ammonium ke ammonia akan mudah dicapai
dengan penambahan  basa kuat. Jadi pada penambahan NaOH akan terbentuk
amonia.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan didapatkan kesimpulan bahwa gugus


fungsional merupakan gugus atom dalam molekul yang menentukan ciri atau sifat suatu
senyawa. Macam-macam gugus fungsi yang penting dalam senyawa organik yaitu haloalkana
(alkil halida), alkanol (alkohol), akoksialkana (ester). Uji kimia yang dilakukan untuk
mengidentifikasi gugus fungsional ini antara lain uji brom, KMnO4, uji gugus karboksil
dengan 2,4 dinitrphenilhidrazin, dan tes tolens, uji gugus karbonil, esterifikasi, uji gugus
nitro, tes amina dan amonium.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal Nasution. dan Masriani, Siti Rambe. 2013. Karakterisasi dan Identifikasi
gugusfungsi dari karbon cangkang kelapa sawit. Jurnal dinamika peneliti industri. 24 (2) .
108 -113.

Karyani, Dwi . 2015. Analisis Kualitatif Zat Organik Analisis Unsur dan Gugus Fungsional.
Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha.

Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai