KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAAN I
IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK
BERDASARKAN KELARUTANNYA
OLEH :
NAMA
: NURFIAH
STAMBUK
: A1C4 12 044
KELOMPOK
: VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING
: INDRA KURNIAWAN
ABSTRAK
Senyawa organik penting untuk di identifikasi karena untuk mengetahui apakah
senyawa tersebut termaksud dalam senyawa polar atau nonpolar. Selain itu, juga
untuk mengetahui sifatnya termaksud asam atau basa. Praktikum ini bertujuan
untuk mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan sifat kelarutannya. Pada
pengidentifikasian senyawa ini digunakan pelarut aquades, n-heksana, NaOH dan
HCl. Berdasarkan percobaan diperoleh data senyawa yang digunakan sebagai
senyawa uji yaitu NaCl, Alkohol, metanol, isopropil, urea dan alkohol.
Kata kunci : Identifikasi, senyawa organik, polar dan non polar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata
organik
merupakan
istilah
yang
digunakan
pada
awal
identifikasi
senyawa
organik
ini
bertujuan
untuk
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Langkah pertama dalam menentukan struktur suatu senyawa organik
adalah menentukan rumus molekulnya. Sebelum sampai pada rumus molekul,
terlebih dahulu di tentukan rumus empiris
dan menggunakan awalan numerik, bila perlu untuk mengidentifikasi atom karbon
yang dilekati oleh gugus -OH (Oxtoby, 1998).
Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil yang terikat
pada atom jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan
alkil, alkil tersubtitusi hidrokarbonsiklik. Alkohol disini tidak memiliki gugus
fenol (gugus hidroksil berikatan dengan aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan
dengan karbon vinilik) karena sifat-sifatnya berbeda. Alkohol diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok alkohol primer, sekunder dan tersier (Riswayanto, 2009).
Molekul organik non polar seperti hidrokarbon dan halo karbon di tolak
dari air, senyawa tersebut di katakan hidrofob (benci air). Air dan minyak tidak
bercampur, tetapi jika kita campurkan dua cairan non polar, keduanya membentuk
larutan. Zat yang mudah di ingat zat yang melarutkan zat sejenisnya, dengan
prinsip tersebut alkohol yang merupakan turunan dari keduanya mempunyai sifat
yang serupa. Alkohol mempunyai sampai empat karbon yang menyusunnya, larut
dalam air dalam semua perbandingan. Kelarutan alkohol dengan dengan rantai
empat karbon atau lebih menjadi lebih rendah. Rantai karbon bersifat non polar
dan hidrofob, tetapi gugus hiddroksil yang berikatan hidrogen besifat hidrofil
(suka air). Alkohol rantai pendek larut dalam air, sedangkan yang berantai panjang
tidak larut. Beberapa alkohol yang rantai karbonnya tidak terlalu panjang hanya
sedikit larut. Eter lebih larut di banding hidrokarbon dan halokaron, tetapi kurang
larut di banding alkohol. Alasannya oksigen dalam eter adalah penerima elektron,
tetapi eter tidak mempunyai hidrogen hidroksil untuk di sumbangkan kepada
ikatan hidrogen. Rendahnya kelarutan ini di banding alkohol di atas apabila lebih
dari satu ikatan eter dalam molekul. Dioksan senyawa siklik dengan dua ikatan
eter, larut dalam air pada semua perbandingan, tetapi di etil eter tidak, sekalipun
jumlah karbonnya sama (Antony, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi senyawa organik
adalah sebagai beriku :
1.
Tabung reaksi
12 buah
2.
Pipet tetes
4 buah
3.
Gelas ukur 25 ml
1 buah
4.
Rak tabung
1 buah
5.
Botol semprot
1 buah
Pelarut :
1.
Air
2.
n-hexan
3.
NaOH 10 %
4.
HCl 10 %
Senyawa uji
1. NaCl (Senyawa A)
2. Metanol (Senyawa B)
3. Alkohol (Senyawa C)
4. Isopropil (Senyawa D)
5. Urea (Senyawa E)
6. kertas lakmus
B. Prosedur Kerja
1. Kelarutan dalam aquades
Senyawa Uji
(Senyawa uji A, B, C, D dan E)
dimasukkan kedalam 5 buah tabung reaksi 0,2 mL
Sampel A
Sampel B
Sampel C
Sampel D
Sampel E
ditambahkan 1 ml aquades
diamati kelarutannya
Larut
Larut
Emulsi
Larut
Emulsi
Senyawa Uji
(Senyawa uji A, B, C, D dan E)
dimasukkan kedalam 5 buah tabung reaksi 0,2 mL
Sampel A
Sampel B
Sampel C
Sampel D
Sampel E
ditambahkan 1 ml n-hexan
diamati kelarutannya
Emulsi
Larut
Emulsi
Emulsi
Emulsi
Emulsi
Larut
Larut
Larut
Sampel E
Sampel C
ditambahkan 1 ml NaOH
diamati kelarutannya
Larut sebagian
Larut sebagian
Sampel E
Sampel C
ditambahkan 1 ml HCl 10 %
diamati kelarutannya
Larut sebagian
Larut sebagian
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Data Pengamatan
Senyawa Uji
A
B
C
1. Aquades
(+++)
(+++)
(+--)
2. n-hexan
(+--)
(+++)
(+++)
3. NaOH 10%
(+--)
4.
HCl 10 %
(+--)
Keterangan : (+++) = larut sempurna
No.
Pelarut
D
(+++)
(+++)
-
E
(+--)
(+++)
(+--)
(+--)
O
OH + NaOH
CH3
O
CH3
ONa + H2O
CH3
OH + NaCl + H2O
B.
Reaksi Lengkap
1.
O
CH3
O
NH4 + HCl
CH3
2.
Cl
+ NH3 + H2
O
CH3
Cl + NaOH
+ NH3
CH3
B. Pembahasan
Senyawa organik dapat di klafikasikan sesuai dengan sifat kelarutannya
dalam sejumlah pelarut dan larutan tertentu. Senyawa dikatakan dapat larut
apabila 0,1 gram padatan atau 0,2 mL cairan dapat larut dalam 3 mL pelarut.
Secara umum senyawa organik di klasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam
pelarut organik adalah senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa
non polar larut dalam pelarut non polar. Dalam kelarutannya senyawa organik
dalam suatu larutan dapat memberi informasi tentang klasfikasi larutan yang
bersifat basa. Klasifikasi ini dapat dilakukan dengan menentukan sifat
kelarutannya dalam larutan basa, netral atau larutan asam.
Air merupakan senyawa polar, senyawa-senyawa polar akan larut dalam
air sementara senyawa-senyawa non polar tidak larut dalam air. Senyawasenyawa seperti alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, amida, juga
nitril dapat larut dalam air namun mempunyai batas kelarutan. Senyawasenyawa tersebut dengan jumlah atom C sampai dengan empat dapat larut
dalam air, tetapi dengan bertambahnya atom C pada deret homolog tersebut
gugus non polar menjadi semakin besar sehingga kelarutannya dalam air
semakin berkurang.
Pada percobaan identifikasi senyawa organik berdasarkan kelarutannya
digunakan empat pelarut yang berbeda yaitu aquades, n-heksan, NaOH 10%
dan HCl 10%. Pada percobaan kelarutan dalam air, terdapat 3 senyawa yang
larut dalam air yaitu sampel A, B dam D sedangkan untuk sampel C dan E
tidak larut dalam air. Air merupakan pelarut polar, sehingga senyawa yang
larut di dalam air termaksud senyawa polar, sedangkan senyawa non polar
tidak dapat larut dalam air. Hal ini berarti sampel A, B dan D merupakan
senyawa polar dan sampel C dan E merupakan senyawa non polar. Senyawa
yang dapat larut dalam air meliputi alkohol, aldehid, keton, ester, asam
karboksilat amina, amida dan nitril. Senyawa ionik seperti NaCl dapat larut
dalam air karena bersifat polar, hal ini di sebabkan kelarutan senyawa polar
bergantung pada pengaruh gugus polar yang relatif terhadap gugus non polar.
Apabila gugus polar lebih dominan dari pada gugus non polar maka sifat
polarnya menjadi lebih kuat dan apabila sifat non polarnya lebih dominan dari
pada gugus polar maka sifat non polarnya menjadi lebih kuat. Pada umunya
senyawa dengan satu gugus polar per molekul akan larut dalam eter.
n-heksan merupakan pelarut organik yang non-polar. Senyawa-senyawa
organik yang semi polar dapat larut dalam n-heksan. Pada percobaan dengan
menggunakan n-heksan diperoleh hasil sampel B, C, D dan E dapat larut
dalam n-heksan sedangkan yang tidak dapat larut dalam eter adalah sampel A.
Sampel A merupakan senyawa polar ionik. Hal ini dikarenakan senyawa A
dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam n-heksan, senyawa ini
merupakan NaCl. Sedangkan untuk sampel B dan D yang dapat larut dalam
air dan n-heksan merupakan senyawa polar non ionik, contohnya alkohol dan
metanol.
Pada uji kelarutan dengan menggunakan pelarut NaOH 10% terlihat
senyawa C dan E tidak larut dalam NaOH sama seperti pada pelarut aquades.
Hal ini dikarenakan NaOH bersifat polar sama seperti air, sehingga senyawa
polar akan larut dalam pelarut ini, seperti garam-garam ionik yang pada
umumnya larut dalam air. Pada penambahan beberapa tetes HCl pada sampel
C dan E tidak terlihat terdapatnya endapan pada kedua sampel larutan ini. Hal
ini berarti tidak terdapat gugus asam pada kedua senyawa organik ini.
Pada uji senyawa dengan menggunakan pelarut HCl 10%, dari hasil
pengamatan terlihat sampel C dan E tidak dapat larut dalam HCl, dikarenakan
HCl bersifat non polar. Pada penambahan NaOH pada lapisan bagian atas
sampel C dan E terlihat adanya endapan pada kedua sampel. Hal ini berarti
sampel C dan E memiliki gugus fungsional basa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Antony, C.W. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Erlangga : Jakarta.
Oxtoby, David.W., dkk. 1998. Kimia Modern Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta
Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jilid I. Aksara Baru. Jakarta.
Riswayanto, 2009. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
OLEH :
NAMA
: NURFIAH
STAMBUK
: A1C4 12 044
KELOMPOK
: VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING
: INDRA KURNIAWAN
2013
VII. Tugas Setelah Praktikum
Senyawa-senyawa yang dapat di simpulkan sebagai identifikasi terhadap
senyawa-senyawa uji jika senyawa tersebut:
1.
2.
3.
4.
tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter dan larut dalam NaOH 10%
5.
tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter dan larut dalam HCl 10%
jawab :
1.
2.
3.
4.
5.