Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik 1 dengan judul “Identifikasi


Gugus-Gugus Fungsi Senyawa Organik” oleh :
Nama : Muh Alkadri S
NIM : 1713041024
Kelas : Pendidikan Kimia B
Kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator asisten dan
dinyatakan diterima.
Makassar, Mei 2018
Koordinator Asisten Asisten

Ulben Syarifuddin, S.Pd. Yudhi Priyatmo, S.Pd.

Mengetahui
Dosen Penanggungjawab

Dra. Hj. Ramdani, M.Si


NIP. 19630221 198803 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Identifikasi Gugus-Gugus Fungsi Senyawa Organik
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan memahami mengenai hal-
hal berikut :
1. membedakan senyawa organik jenuh dan senyawa organik tak jenuh
2. membedakan alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier
3. membedakan aldehid dan keton
C. LANDASAN TEORI
Kata organik merupakan istilah yang digunakan pada awal perkembangan
ilmu kimia (abad ke-18) yang ditandai oleh adanya pengelompokan senyawa-
senyawa kimia menjadi dua golongan besar, yaitu senyawa organik dan senyawa
anorganik. Dasar yang digunakan dalam pengelompokan tersebut adalah asal
usul atau sumber penghasil senyawanya. Senyawa-senyawa yang berasal dari
tumbuhan atau hewan dikelompokkan dalam senyawa organik (kata organik
berkaitan dengan kata organisme, yang artinya mahluk hidup), sedangkan yang
dihasilkan oleh mineral (bukan mahluk hidup) termasuk ke dalam kelompok
senyawa anorganik (Parlan dan Wahjudi, 2003: 1).
Gugus atom tertentu memiliki sifat kimia yang sedikit sekali bergantung
pada kerangka molekul yang dilekatinya. Gugus atom ini dinamakan gugus
fungsi (functional group). Gugus hidroksil – OH merupakan salah satu contoh
gugus fungsi dan senyawa dengan gugus ini yang melekat pada kerangka karbon
disebut alkohol. Dalam kebanyakan reaksi organik, beberapa perubahan kimia
terjadi pada gugus fungsi, tetapi sisa molekulnya tetap seperti struktur
aslinya (Hart, dkk, 2003: 36-37).
Menurut Rasyid (2009: 3) gugus fungsi merupakan kelompok atom di
dalam molekul yang mampu memberi sifat kimia atau fisika tertentu pada
molekul tersebut. Reaksi dalam kimia organik ternyata tidak lain adalah
transformasi gugus fungsional yang satu menjadi gugus fungsional yang lain.
Dalam menggambarkan struktur orang juga akan mengingat akan sifat fisika atau
kimia dari zat itu. Kegiatan inilah yang menghasilkan konsep gugus fungsi. Dua
zat atau lebih yang mempunyai sifat kimia yang sama diduga mempunyai gugus
fungsi yang sama. Reaksi dalam kimia organik ternyata hanya transformasi
gugus fungsi yang satu menjadi gugus fungsi yang lain.
Menurut Parlan dan Wahjudi (2003: 11) Hidrokarbon adalah senyawa
organik yang molekulnya tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen. Ada tiga
golongan senyawa yang termasuk hidrokarbon, yaitu hidrokarbon alifatik
(alkana, alkena dan alkuna), hidrokarbon alisiklik (sikloalkana dan sikloalkena),
dan hidrokarbon aromatik (benzena dan turunannya). Dalam hidrokarbon alifatik
dikenal adanya hidrokarbon alifatik jenuh dan hidrokarbon alifatik tak jenuh.
Ciri-ciri hidrokarbon alifatik jenuh adalah hanya memiliki ikatan tunggal di
antara atom-atom karbonnya dan rangkaian atom-atom karbon tersebut
merupakan rantai terbuka (ujung-ujung rantainya tidak saling bertemu). Karena
dalam molekul alkana ikatan antara atom-atom karbonnya semuanya berupa
ikatan tunggal, maka alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh.
Hidrokarbon merupakan senyawa yang hanya mengandung karbon dan
hidrogen. Ada tiga golongan hidrokarbon berdasarkan jenis ikatan karbon-
karbonnya. Hidrokarbon jenuh merupakan ikatan yang hanya mengandung ikatan
tunggal karbon-karbon. Hidrokarbon tak jenuh merupakan ikatan yang
mengandung ikatan majemuk karbon-karbon, baik ikatan rangkap, ikatan
rangkap tiga maupun keduanya. Hidrokarbon aromatik ialah golongan khusus
senyawa siklik yang strukturnya terkait dengan benzena (Hart, dkk, 2003:43).
Semua ikatan pada alkana berciri tunggal, kovalen dan nonpolar. Dengan
begitu, alkana bersifat relatif lembam (inert). Alkana biasanya tidak bereaksi
dengan kebanyakan asam, basa atau zat pengoksidasi atau pereduksi. Karena
kelembamannya ini, alkana dapat digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi atau
kristalisasi atau untuk melakukan reaksi kimia bagi zat lain. Namun demkikian,
alkana dapat bereaksi dengan beberapa reagen seperti oksigen dan halogen. Di
sisi lain, alkena memiliki sifat fisis yang serupa dengan alkana. Golongan
senyawa alkena ini kurang rapat dibandingkan dengan air dan sifatnya yang
nonpolar, alkena tidak terlalu larut di dalam air. Seperti halnya alkana, senyawa
dengan empat karbon atau kurang berwujud gas tak berwarna akan tetapi
homolognya yang lebih tinggi adalah cairan atsiri (volatil). Sedangkan alkuna
juga memiliki sifat fisis dan perilaku kimianya serupa dengan alkena (Hart, dkk,
2003: 64-75).
Alkohol adalah suatu senyawa yang mengandung gugus hidroksil – OH.
Fenol juga mengandung gugus hidroksil tetapi gugus fungsi ini melekat pada
cincin aromatik.
H–O–H R–O–H Ar – O – H R–O–R
air alkohol fenol eter
Titik didih alkohol relatif sangat tinggi dibanding dengan eter atau hidrokarbon
dengan bobot molekul yang sama. Alasan tingginya titik didih alkohol ialah
karena molekul ini membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Ikatan O – H
yang terdapat pada alkohol sangat polar karena tingginya keelektronegatifan
atom oksigen (Rasyid, 2009: 125-127).
Alkohol adalah cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang mudah
bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter dan kloroform yang
diperoleh melalui fermentasi dari ragi. Alkohol merupakan zat pelarut dan bahan
dasar yang paling umum yang digunakan di laboratorium dan di dalam industri
kimia. Etil alkohol dapat dibuat dari apa saja yang dapat difermentasi oleh
khamir. Salah satu pemanfaatan khamir yang paling penting dan paling terkenal
adalah produk etil alkohol dari karbohidrat (Berlian, dkk, 2016: 106).
Keragaman struktur rantai atom karbon yang mengikat gugus – OH
tersebut menyebabkan sifat-sifatnya beragam pula. Jika didasarkan atas jenis
atom karbon yang mengikat gugus – OH, golongan alkohol dapat dikelompokkan
menjadi (1) alkohol primer yaitu dengan gugus – OH yang terikat pada atom C
primer, (2) alkohol sekunder yaitu dengan gugus – OH yang terikat pada atom C
sekunder, dan (3) alkohol tesier yaitu dengan gugus – OH yang terikat pada atom
C tersier.alkohol primer (1˚) alkohol sekunder (2˚) alkohol tersier (3˚

(Parlan dan Wahjudi, 2003:122).


Titik didih alkohol jauh lebih tinggi daripada eter atau hidrokarbon yang
bobot molekulnya serupa. Sebab alkohol membentuk ikatan hidrogen dengan
sesamanya. Ikatan O – H terpolarisasi oleh tingginya elektronegativitas atom
oksigen. Polarisasi ini menempatkan muatan positif parsial pada atom hidrogen
dan muatan negatif parsial pada atom oksigen. Karena ukurannya yang kecil dan
muatannya yang positif parsial, atom hidrogen dapat berhubungan dengan dua
atom elektronegatif seperti oksigen. Ikatan hidrogen lebih lemah daripada ikatan
kovalen biasa (Hart, dkk, 2003:223).
Aldehid dan keton adalah nama dua golongan senyawa organik
mempunyai gugus fungsi karbonil (C = O) oleh karena itu di antara keduanya
terdapat beberapa persamaan sifat. Rumus umum aldehid adalah RCOH dan
rumus umum keton adalah RCOR. Dari rumus umum tersebut dapat diketahui
perbedaan antara atom atau gugus yang terikat pada gugus karbonil dalam
aldehid dan keton. Perbedaan inilah yang mengakibatkan aldehid dan keton tidak
memiliki sifat-sifat yang identik (Parlan dan Wahjudi, 2003: 163).
Formaldehid merupakan suatu campuran organik yang dikenal dengan
nama aldehid, membeku pada suhu < 92 ̊ C dan mendidih pada suhu 300 ̊ C.
Formaldehid dihasilkan dengan membakar bahan yang mengandung karbon.
Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, larutan dan padatan. Sifat fisik larutan
formaldehid adalah merupakan cairan jernih, tidak berwarnaberwarna, bau
menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan jika
disimpan di tempat dingin dapat menjadi keruh (Tangdiongga, dkk, 2015: 2).
Uji laboratorium yang membedakan aldehid dari keton didasarkan
perbedaan kemudahannya dioksidasi. Ujicermin perak Tollens, ion kompleks
perak-amonia direduksi oleh aldehid (tetapi tidak oleh keton) menjadi perak
logam. Jika bejana kaca tempat melakukan uji benar bersih, perak mengendap
sebagai cermin pada permukaan kaca. Reaksi dilakukan di kaca perak
menggunakan aldehid. Selain itu, anion enolat dapat bertindak sebagai nukleofili
karbon. Anion ini mengadisi secara reversibel gugus karbonil dari molekul
aldehid dan keton dalam reaksi yang disebut kondensasi aldol, yaitu reaksi
pembentukan ikatan karbonyang sangat berguna (Hart, dkk, 2003: 290-294).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
1) Pipet tetes 20 buah
2) Tabung reaksi 20 buah
3) Gelas ukur 10 mL 2 buah
4) Gelas kimia 100 mL 1 buah
5) Gelas kimia 600 mL 1 buah
6) Gelas kimia 10 mL 1 buah
7) Corong biasa 1 buah
8) Rak tabung reaksi 2 buah
9) Batang pengaduk 1 buah
10) Spatula 1 buah
11) Neraca analitik 1 buah
12) Kaca arloji 1 buah
13) Stopwatch 1 buah
14) Botol semprot 1 buah
15) Klem kayu 4 buah
16) Lap kasar 1 buah
17) Lap halus 1 buah
18) Pembakaran spiritus/bunsen 1 buah
19) Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
2. Bahan
1) Sikloheksena (C6H10)
2) Sikloheksana (C6H12)
3) Benzena (C6H6)
4) Aquades (H2O)
5) Larutan 0,5% kalium permanganat (KMnO4)
6) Larutan 10% natrium hidroksida (NaOH)
7) 2-propanol (C3H8O)
8) n-Butil alkohol (C4H10O)
9) Aseton (C3H6O)
10) Tert butil alkohol (C4H10O)
11) Sikloheksanol (C6H11OH)
12) Etilen glikol (C2H6O2)
13) Resorsinol (C6H6O2)
14) Kolesterol (C27H46O)
15) Larutan 1% besi (III) klorida (FeCl3)
16) Fenol (C6H5OH)
17) 2-Naftol (C10H8O)
18) Asetaldehid (C2H4O)
19) Formaldehid (CH2O)
20) Benzaldehid (C7H6O)
21) Sikloheksanon (C6H10O)
22) Fenilhidrazin (C6H8N2)
23) Hidroksilamin hidroklorida (HONH2.HCl)
24) Natrium asetat trihidrat (C2H3NaO2)
25) Etanol (C2H5OH)
26) Natrium hidroksida 5% (NaOH)
27) Reagen Bordwell - Wilman
28) Reagen lucas
29) Larutan indikator fenoftalein
30) Reagen benedict/fehling
31) Larutan Tollens
32) Pipa kapiler
33) Korek api
34) Label
E. PROSEDUR KERJA
1. Senyawa Jenuh dan Tak Jenuh
a. Reaksi Hidrokarbon dengan Larutan Permanganat
a) 2 buah tabung reaksi disiapkan dan masing-masing dimasukkan sebanyak 1
mL KMnO 4 0,5%.
b) Pada tabung I dimasukkan sikloheksana sebanyak 5 tetes dan tabung II
dimasukkan sikloheksena sebanayak 5 tetes.
c) Tabung III dimasukkan benzena sebanyak 1 mL ditambahkan 2 mL larutan
KMnO 4 0,5%.
d) Kemudian tabung dikocok dengan baik
e) Setelah itu, hasil yang diperoleh dicatat
2. Alkohol Primer, Alkohol Sekunder, dan Alkohol Tersier
a. Uji Kelarutan
a) 6 buah Tabung reaksi disiapkan dan dimasukkan 1 mL dari masing – masing
senyawa berikut: tert – butil alkohol, sikloheksanol, etilen glikol dan fenol.
b) Masing-masing tabung ditambahkan aquades sebanyak 2 mL.
c) Kemudian tabung dikocok dengan baik.
d) Setelah itu, hasil yang diperoleh dicatat.
b. Reaksi dengan Alkali
a) Disiapkan 4 tabung reaksi
b) Pada masing-masing tabung dimasukkan 1 mL senyawa berikut: n – butil
alkohol, fenol, sikloheksanol, dan 2 – naftol dimasukkan kedalam 4 buah
tabung reaksi yang berbeda.
c) Masing-masing tabung ditambahkan NaOH 10% sebanyak 5 mL.
d) Kemudian tabung dikocok dengan baik.
e) Hasil yang diperoleh diamati dan dicatat.
c. Uji Lucas
a) 3 buah tabung reaksi disiapkan dan dimasukkan mL reagen Lucas sebanyak
2 tetes.
b) Pada tabung I dimasukkan n-butanol 10 tetes. Tabung II dimasukkan 2-
butanol sebanyak 10 tetes dan tabung III sikloheksanol sebanyak 10 tetesserta
tabung IV tert-butanol sebnyak 10 tetes.
c) Menyiapkan stopwatch dan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
larutan menjadi keruh, kemudian dicatat.
d. Uji Bordwell – Wellman
a) Tabung reaksi 3 buah disiapkan dan dimasukkan aseton sebanyak 1 mL.
b) Pada tabung I dimasukkan 2–butanol sebanyak 1 tetes, tabung II 1 tetes tert–
butanol dan tabung III kolesterol.
c) Tabung dikocok hingga larutan menjadi jernih.
d) Masing-masing tabung ditambahkan reagen Bordwell–Welman sebnayak 1
tetes sambil dikocok.
e) Hasil yang diperoleh diamati dan dicatat.
e. Reaksi Fenol dengan Besi (III) klorida
a) 3 buah tabung reaksi yang berlainan diisi dengan 5 mL air dan dimasukkan 1
tetes senyawa yang hendak diuji yaitu (fenol, resorsinol, dan 2–propanol) 2
tetes larutan FeCl3 1% ditambahkan pada masing – masing tabung.
b) Tabung dikocok dengan baik.
c) Hasil yang diperoleh diamati dan dicatat
3. Aldehid dan Keton
a. Uji Cermin Kaca Tollens
a) Reagen Tollens dibuat.
b) Pada tabung reaksi dimasukkan AgNO3 5% sebanyak 2 mL.
c) Kemudian dimasukkan NaOH 5% sebanyak 2 tetes kemudian dicampur
dengan baik.
d) NH 4 OH ditambahkan setetes demi setetes.
e) 4 buah tabung reaksi disiapkan dan dimasukkan Reagen tollens yang telah
dibuat sebelumnya.
f) Kedalam 4 buah tabung reaksi yang berlainan dimasukkan masing-masing
senyawa yang akan diuji (benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan
formaldehid) sebanyak 2 tetes.
g) Campuran digoncang dan didiamkan selama 10 menit.
h) Hasil yang diperoleh dicatat.
b. Uji Fehling dan Benedict
a) Tabung reaksi sebanyak 4 buah disiapkan dan dimasukkan Reagen benedict
sebanyak 5 mL.
b) Kedalam 4 buah tabung yang berbeda dimasukkan 10 tetes bahan yang akan
diuji (formaldehid, aseton, benzaldehid, dan sikloheksanon)
c) Masing-masing tabung dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air dan
dipanaskan.
d) perubahan yang terjadi dicatat dan diamati
c. Pengujian dengan Fenilhidrazin
a) Tabung reaksi sebanyak 2 buah disiapkan dan dimasukkan fenilhidrazin
sebanyak 5 mL.
b) Tabung I dimasukkan benzaldehid sebanyak 10 tetes dan tabung II
sikloheksanon sebanyak 10 tetes.
c) Tabung reaksi ditutup dan digoncangkan dengan kuat selama 1-2 menit
hingga hasilnya menghablur.
d) Fenilhidrazon disaring dengan corong biasa yang dilengkapi kertas saring,
dan direkristalisasikan dengan sedikit etanol.
e) Kristal dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya.
d. Pembuatan Oksim
a) Erlenmeyer yang telah berisi 4 mL air disiapkan dan dimasukkan
hidroksilamin klorida sebanyak 1 gram dan kristal natrium asetat trihidrat
sebanyak 1,5 gram.
b) Campuran dipanaskan sampai 35 oC, kemudian ditambahkan sikloheksanon.
c) Erlenmeyer ditutup dan digoncangkan selama 1-2 menit sampai oksim
terbentuk.
d) Erlenmeyer didinginkan di dalam air es, kristal disaring dengan corong biasa
yang dilengkapi kertas saring, dicuci dengan sedikit air es.
e) Kristal disebarkan di atas kertas saring. Titik lelehnya ditentukan.
e. Kondensasi Aldol
1. Perlakuan terhadap asetaldehid
a) Tabung reaksi disiapkan dan dimasukkan asetaldehid sebanyak 0,5 mL dan
NaOH 1% sebanyak 4 mL.
b) Tabung digoncangkan dan dicatat baunya.
c) Tabung didihkan selama 3 menit lalu baunya diamati dan dicatat.
2. Pembuatan Kristal
a) Gelas kimia disiapkan dimasukkan 10 mL etanol, 1mL aseton, 2 mL
benzaldehid, 5 mL NaOH 5%.
b) Gelas kimia diuapkan hingga 5 menit.
c) Gelas kimia didinginkan dalam air dingin hingga terbentuk kristal.
d) Campuran disaring dengan kertas saring.
e) Kristal yang diperoleh dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Senyawa hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh
a. Reaksi dengan larutan permanganat
No. Perlakuan Hasil pengamatan
1 mL KMnO4 (ungu) + 5 tetes Larutan berwarna ungu pekat
1
larutan n-heksana (bening)
1 mL KMnO4 (ungu) + 5 tetes
2 Endapan merahkecoklatan
larutan sikloheksena (bening)
2 mL KMnO4 (ungu) + 1 mL Terbagi menjadi 2 lapisan, lapisan
3
benzena (bening) atas: bening, lapisan bawah: ungu
2. Alkohol Primer, Sekunder, Dan Tersier
a. Uji kelarutan
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 1 mL C2H5OH + 2 mL H2O (dikocok) Larutan bening
1 mL n-butil alkohol + 2 mL H2O
2 Larutan keruh
(dikocok)
1 mL sikloheksanol + 2 mL H2O Terbagi 2 lapisan, atas:
3
(dikocok) sikloheksanol,bawah: air
1 mL tert- butil alkohol + 2 mL H2O
4 Larutan bening
(dikocok)
5. 1 mL etilen glikol + 2 mL H2O (dikocok) Larutan bening
Larutan orange muda dan
6. 1 mL fenol + 2 mL H2O
endapan merah bata
b. Uji alkali
No Perlakuan Hasil pengamatan
Terdapat 2 lapisan. Lapisan atas
1 5 mL NaOH 10% + n-butil alkohol
keruh dan bawah bening.
2 5 mL NaOH 10% + fenol Larutan berwarna ungu muda
Terdapat dua lapisan, lapisan atas
3 5 mL NaOH 10% + sikloheksanol
keruh dan bawah bening.
4 5 mL NaOH 10% + 2-naftol Larutan bening
c. Uji Lucas
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 Reagen Lucas (bening) + n-butanol Terbagi menjadi 2 lapisan
2 Reagen Lucas (bening) + 1-Butanol Terbagi menjadi 2 lapisan
3 Reagen Lucas (bening)+ sikloheksanol Terbagi menjadi 2 lapisan
4 Reagen Lucas (bening) + tert-butanol Terbagi menjadi 2 lapisan
d. Uji Bordwel-Wellman
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 mL aseton (bening) + 3tetes tert-butanol Hijau dan terdapat
1
(bening) + 3 tetes reagen Bordwell-Welman endapan
1 mL aseton (bening) + 3 tetes 2-butanol Orange dan terdapat
2
(bening) + 3 tetes reagen Bordwell-Welman endapan
1 mL aseton (bening) + 3 tetes 1-butanol Orange pekat dan terdapat
3
(bening) + 3 tetes reagen Bordwell-Welman endapan

1 mL aseton (bening) + 3 tetes kolesterol + 3 Orange dan tedapat


4
tetes reagen Bordwell-Welman endapan
e. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida
No Perlakuan Hasil pengamatan
5 mL H2O + 3 tetes fenol (bening)
1 Larutan berwarna ungu
+ 3 tetes FeCl3 (coklat)
5 mL H2O + 3 tetes 2-propanol
2 Larutan berwarna kuning
(bening) + 3 tetes FeCl3 (coklat)
5 mL H2O + 3 tetes resorsinol
3 Larutan berwarna ungu pekat
(bening) + 3 tetes FeCl3 (coklat)
3 Aldehid dan keton
a. Uji cermin kaca tollens
No Perlakuan Hasil pengamatan
.
1 Reagen tollens + formaldehid Cermin perak

2 Reagen tollens + aseton Larutan berwarna kuning tua

3 Reagen tollens + benzaldehid Larutan berwarna putih susu dan


terdapat endapan
4 Reagen tollens + sikloheksanon Larutan berwarna kuning muda

b. Uji benedict/fehling
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 mL benedict (biru) + 10 tetes Larutan terbagi menjadi 2 lapisan,
1
benzaldehid (bening) atas kuning, bawagh biru kehijauan
1 mL benedict (biru) + 10 tetes Larutan terbagi menjadi 2 lapisan,
2
sikloheksanon (bening) atas hijau pudar, bawah cokelat
1 mL benedict (biru) + 10 tetes n-
3 Larutan berwarna biru tua
heptaldehid
c. Uji fenilhidrazin
No
Perlakuan Hasil pengamatan
.
5 mL fenilhidrazin + 10 tetes Larutan berwarna orange dan tidak
1
benzaldehid (kocok) terdapat kristal
5 mL fenilhidrazin + 10 tetes Larutan berwarna orange dan tidak
2
sikloheksanon (kocok) terdapat kristal
d. Pembuatan oksim
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 gram hidroksilamin klorida + 1,5
1 Berwarna putih bening
gram kristan natrium asetat trihidrat
+ 4 mL air
2 Dipanaskan sampai suhu 35oC Berwarna bening
Ditambahkansikloheksanon
3 Terdapat endapan berwarna putih
(dikocok)
Disaring dan ditentukan titik Terbentuk kristal dengan titik leleh
4
lelehnya 1010C
e. Kondensasi aldol
No
Perlakuan Hasil pengamatan
.
0,5 mL asetaldehid + 4 mL NaOH
Berbau tengik
1% (dikocok)
1
0,5 mL asetaldehid + 4 mL NaOH Bau tengik asetaldehid menyebar
1% (dikocok) + panaskan dan tajam baunya
10 mL etanol + 1 mL aseton + 2
Terbentuk kristal dengan titik leleh
2 mL benzaldehid + 5 mL NaOH 5%
100oC
(dipanaskan) + uji titik leleh
G. PEMBAHASAN
Gugus fungsi merupakan kelompok atom di dalam molekul yang mampu
memberi sifat kimia atau fisika tertentu pada molekul tersebut. Reaksi dalam
kimia organik ternyata tidak lain adalah transformasi gugus fungsional yang satu
menjadi gugus fungsional yang lain. Dua zat atau lebih yang mempunyai sifat
kimia yang sama diduga mempunyai gugus fungsi yang sama (Rasyid, 2009: 3).
Percobaan identifikasi gugus-gugus fungsi senyawa organik bertujuan
untuk : (1) membedakan senyawa jenuh dan tak jenuh; (2) membedakan alkohol
primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier; (3) membedakan aldehid dan keton.
1. Senyawa Jenuh dan Tak Jenuh
a. Reaksi hidrokarbon dengan larutan brom
Dalam percobaan ini digunakan dilakukakan 2 perlakuan. Pada perlakuan
pertama larutan benzena yang ditambahkan dengan beberapa potongan besi Dan
pada perlakuan kedua ditambahkan beberapa potongan besi dan ditmbahakan
dengan larutan benzena untuk menurunkan potongan besi yang menempel.
Masing-masing tabung ditambhkan dengan larutan brom.Larutan brom berfungsi
sebagai larutan baku yang akan diuji. Kemudian kedua tabung tersebut
dipanaskan. Apabila ada warna menjadi merah kecoklatan maka terjadi
pelepasan HBr.
Adapun reaksinya yaitu:

b. Reaksi Hidrokarbon dengan Larutan Permanganat


Reaksi dengan KMnO4 menggunakan tiga larutan uji, yakni n-heksana,
sikloheksena, dan benzena. Pada percobaan reaksi antara n-heksana yang
berwarna bening dengan KMnO4 yang berwarna ungu menghasilkan larutan yang
berwarna ungu pekat (tidak terjadi perubahan). Hal ini dikarenakan n-heksana
tidak memiliki ikatan rangkap pada atom C sehingga sukar dioksidasi oleh
oksidator lemah atau kuat seperti KmnO4, tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen
dari udara bila dibakar. Pada reaksi antara sikloheksena dengan KMnO 4 terbentuk
larutan yang berwarna merah kecoklatan dan mengendap. Hal ini dikarenakan
ketika alkena dioksidasi oleh KMnO4, maka senyawa dihidroksi (diol atau glikol)
akan terbentuk. Pada reaksi antara benzena (bening) dengan KMnO4 terbentuk
menjadi 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna
ungu. Hal tersebut menandakan pada benzena terdapat adanya resonansi, yaitu
adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan tunggal.
Hasil percobaan tersebut telah sesuai dengan teori bahwa pada umumnya
alkena lebih mudah dioksidasi dibandingkan dengan alkana oleh zat-zat
pengoksidasi kimia. Reagen ini menyerang ikatan pi pada ikatan rangkap.
Sewaktu reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh
endapan coklat dari mangan dioksida. Dengan perubahan warna ini, maka reaksi
dapat digunakan sebagai uji kimia untuk membedakan alkena dari alkana yang
pada umumnya tidak bereaksi (Hart, 2003: 107-108). Adapun reaksi pada
percobaan dengan larutan permanganat yaitu:
C 6 H 14 + KMnO 4
n – heksana kalium permanganat

20) Alkohol Primer, Alkohol Sekunder, dan Alkohol Tersier


a. Uji Kelarutan
Percobaan ini bertujuan untuk menguji kelarutan masing – masing jenis
alkohol di dalam air. Pada percobaan ini larutan yang diuji adalah etanol, n–butil
alkohol, tert-butil alkohol, sikloheksanol, etilen glikol dan fenol. Masing –
masing larutan uji ditambahkan air. Air berfungsi sebagai penguji apakah jenis
alkohol yang diuji dapat larut dalam air atau tidak. Hasil percobaan menunjukkan
etanol, etilen glikol, dan fenol larut dalam air. Hal ini karena etanol dan etilen
glikol merupakan alkohol dengan rantai pendek dan fenol merupakan senyawa
kimia yang memiliki gugus fungsi hidroksil, sehingga kedua senyawa ini
memungkinkan terjadinya ikatan hidrogen antara molekul – melekulnya dan
senyawa lain yang sejenis dengan air. Tert-butil alkohol tidak larut sempurna
dalam air, sedangkan n – butil alkohol dan sikloheksanol larut dalam air. Hal ini
dipengaruhi oleh panjangnya rantai karbon pada senyawa tersebut. Adapun
reaksi – reaksi yang terjadi :
1) Reaksi etanol dengan air
-
H3C CH2 OH + H2O H3C CH3 + 2 OH

(etanol) (air) (etana) (ion hidroksida)


2) Rekasi n-butil alkohol dengan air
H3C CH2 CH2CH2 OH + H2O H3C CH2 CH2CH3 + 2 OH
-

(n – butil alkohol) (air) (butana) (ion hidroksida)


3) Reaksi tert-butil alkohol dengan air

4) Reaksi sikloheksanol dengan air


OH
-
+ H2O + 2 OH

(Sikloheksanol) (air) (benzena) (ion hidroksida)


5) Reaksi etilen glikol dengan air

H2C CH2 + H2O H3C CH3


+ 2 OH
-
OH OH

(etilen glikol) (air) (etana) (ion hidroksida

6) Reaksi fenol dengan air


OH
-
+ H2O + 2 OH

(fenol) (air)
b. Reaksi dengan alkali
Pada percobaan reaksi alkohol dengan alkali bertujuan untuk menentukan
tingkat keasaman suatu alkohol. Larutan penguji yang digunakan adalah NaOH
yang merupakan basa kuat. Adapun jenis alkohol yang digunakan yaitu n-butil
alkohol, sikloheksanol, fenol dan 2-naftol.
Tabung 1 berisi larutan n-butil alkohol yag dicampur dengan NaOH
menghasilkan 2 lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan bawah bening. Hasil ini
menandakan bahwa n-butil alkohol tidak beraksi dengan NaOH. Adapun
reaksinya yaitu :

Tabung dua berisi larutan fenol (bening) ditambahkan dengan NaOH


(bening) menghasilkan larutan berwarna ungu muda. Hasil ini menunjukkan
bahwa fenol beraksi dengan NaOH. Adapun reaksinya yaitu :
+ ¿¿
−¿ Na ¿
OH O

+ NaOH + H 2O
(fenol) (natrium hidroksida) (natrium fenolat) (air)

Tabung tiga berisi larutan sikloheksanol yang dicampur dengan NaOH


menghasilkan 2 lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan bawah bening. Hasil ini
juga menunjukkan bahwa sikloheksanol tidak bereaksi dengan NaOH. Adapun
reaksinya :

Pada tabung empat berisi larutan 2-naftol dicampur dengan NaOH


mengasilkan larutan berwarna bening. Hasil ini juga menunjukkan bahwa 2-naftol
dapat bereaksi dengan dengan NaOH .Adapun reaksinya:
+ ¿¿
−¿ Na ¿
OH O

+ NaOH + H 2O

(2 – naftol) (natrium hidroksida) (natrium naftoleksida) (air)

c. Uji Lucas
Uji lucas pada percobaan ini bertujuan untuk membedakan alkohol primer,
sekunder, dan tersier. Adapun larutan uji yang digunakan yaitu n-butanol, 2-
butanol, tert-butanol dan sikloheksanol. Reagen lucas merupakan suatu campuran
asam klorida pekat dan seng klorida. Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang
ketika ditambahkan asam klorida akan membuat larutan menjadi lebih asam.
Pada tabung I berisi larutan n-butil alkohol dan reagen lucas yang
mengalami suatu reaksi yaitu larutan berubah menjadi 2 lapisan. Lapisan atas
berwarna putih dan lapisan bawah berwarna hitam pekat setelah dipanaskan.
Adapun reaksinya yaitu :

Tabung 2 berisi larutan 2-butanol dengan reagen lucas yang juga


mengalami perubahan yaitu larutan berubah menjadi 2 lapisan. Lapisan atas
berwarna putih dan lapisan bawah berwarna hitam pekat setelah dipanaskan.
Adapun reaksinya yaitu :

Pada tabung 3 berisi larutan sikloheksanol dan reagen lucas mengalami


perubahan yaitu larutan berubah menjadi 2 lapisan. Lapisan atas berwarna putih
dan lapisan bawah berwarna hitam pekat setelah dipanaskan. Sikloheksanol lebih
cepat mengalami kekeruhan. Adapun reaksinya yaitu :

Pada tabung 4 berisi larutan tert-butil alkohol mengalami reaksi yaitu


larutan berubah menjadi 2 lapisan. Lapisan atas berwarna putih dan lapisan bawah
berwarna hitam pekat setelah dipanaskan. Adapun reaksinya yaitu :
d. Uji Bordwell-Wellman
Uji Bordwell-Wellman didasarkan pada perbedaan kemampuan alkohol
dalam mengalami reaksi oksidasi. Uji Bordwell-Wellman bertujuan untuk
menentukan kemampuan reaksi alkohol primer, sekunder, dan tersier terhadap
asam kromat. Pada percobaan ini, jenis alkohol yang dijadikan larutan uji yaitu n-
butanol, 2-butanol, tert-butanol dan kolesterol.
. Pada tabung 1 yang berisi larutan aseton ditambahkan dengan n-butanol
dan reagen Bordwell-Wellman yang berwarna orange menghasilkan larutan
berwarna orange dan terdapat endapan. Hasil ini telah sesuai dengan teori yang
ada yang menyatakan bahwa alkohol primer dan alkohol sekunder sangat mudah
dioksidasi dan n-butanol merupakan alkohol primer. Adapun reaksinya yaitu :
CH 2 – CH 2 – CH 2 – CH 3 + 2 CrO 3 ❑❑ H 2 SO4 CH 3 – CH 2 – C – CH 3 + Cr 2 O 3
OH O
1 – butanol 1– butanon
Tabung 2 berisi aseton yang ditambahakan dengan 2-butanol dan reagen
Bordwell-Wellman berwarna orange menghasilkan larutan berwarna hijau dan
terdapat endapan. Hasil ini telah sesuai dengan teori karena 2-butanol merupakan
alkohol sekunder yang mudah dioksidasi. Adapun reaksinya yaitu :
CH 3 – CH 2 – CH – CH 3 + 2 CrO 3 ❑❑ H 2 SO4 CH 3 – CH 2 – C – CH 3 + Cr 2 O3
OH O
2 – butanol 2 – butanon
Tabung 3 berisi larutan aseton yang ditambahkan dengan tert-butil alkohol dan
reagen Bordwell-Wellman berwarna orange mengalami perubahan warna yaitu orange
dan terdapat endapan. Hal ini menandakan bahwa tert-butil alkohol tidak dapat
dioksidasi. Adapun reaksinya yaitu :
CH 3
CH 3 – C – OH + 2 CrO 3
CH3
Tabung 4 berisi larutan aseton yang ditambahkan dengan kolesterol dan
reagen Bordwell-Wellman menghasilkan larutan berwarna orange muda dan ada
endapan.
f. Reaksi fenol dengan besi (III) klorida
Reaksi fenol dengan besi (III) klorida bertujuan untuk membedakan
alkohol dengan alkohol aromatik. Adapun larutan uji yang digunakan pada reaksi
fenol dengan besi (III) klorida yaitu : fenol, resorsinol dan 2-propanol. Sedangkan
yang digunakan sebagai larutan penguji yaitu larutan FeCl3 yang bertujuan untuk
menguji keberadaan gugus hidroksil yang terikat pada suatu karbon tak jenuh.
Pada tabung 1 yang berisi fenol kemudian ditambahkan H 2O dan FeCl3
yang berwarna kuning muda menghsilkan larutan berwarna ungu. Hasil ini sesuai
dengan teori yang ada yaitu jika suatu fenol direaksikan dengan FeCl3
memberikan perubahan warna yang bergantung pada struktur fenol. Reaksi ini
terjadi pada larutan fenol karena fenol mengandung gugus hidroksil yang terikat
pada suatu karbon tak jenuh yaitu pada cincin benzenanya sehingga membentuk
senyawa kompleks. Adapun reaksinya yaitu :

Pada tabung 2 yang berisi resorsinol kemudian ditambahkan H 2O dan


FeCl3 yang berwarna kuning muda menghasilkan larutan berwarna ungu pekat.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada resorsinol terjadi perubahan warna yang
menandakan tidak terjadi reaksi. Hal ini karena resorsinol memiliki cincin
benzena yang dapat terjadi resonansi atau delokalisasi elektron. Adapun
reaksinya yaitu :
OH
+ FeCl3

OH
(resorsinol) (besi(III) klorida)
Tabung 3 berisi 2-propanol yang ditambahkan dengan H 2O dan FeCl3
berwarna kuning menghasilkan larutan berwarna kuning atau tidak mengalami
perubahan warna yaitu tetap berwarna kuning. Hal ini telah sesuai dengan teori
yang ada karena 2-propanol gugus pada alkoholnya terikat pada karbon jenuh,
bukan pada karbon tak jenuh.
CH 3 – CH – CH 3 + FeCl3

OH
(2-propanol) (besi (III) klorida
3. Aldehid dan Keton
a. Uji Cermin Kaca Tollens
Uji cermin kaca Tollens ini bertujuan untuk membedakan antara aldehid dan
keton dari segi tingkat oksidasi kedua senyawa. Pereaksi Tollens sering disebut
sebagai perak amoniakal yang merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia
berlebih. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag 2O yang bila tereduksi akan
menghasilkan endapan perak. Endapan perak akan menempel pada tabung reaksi
yang akan menjadi cermin perak. Adapun larutan uji yang digunakan pada uji
cermin kaca Tollens yaitu benzaldehid, aseton, formaldehid, dan sikloheksanon.
Tabung 1 yang berisi reagen Tollens yang ditambahkan benzaldehid setelah
dipanaskan menghasilkan larutan berwarna putih susu dan terdapat endapan
kuning. Hasil ini belum sesuai dengan teori yang ada bahwa aldehid yang
direaksikan dengan reagen Tollens akan menghasilkan cermin perak yang
menempel pada dinding tabung setelah dipanaskan. Adapun reaksinya yaitu :
Tabung 2 yang berisi reagen Tollens yang ditambahkan dengan aseton
setelah dipanaskan menghasilkan larutan yang berwarna kuning tuas. Hasil ini
bahwa aseton yang merupakan golongan keton tidak dapat bereaksi dengan reagen
tollens. Adapun reaksinya yaitu :

Tabung 3 yang berisi reagen Tollens yang ditambahkan dengan formaldehid


menghasilkan larutan berwarna abu-abu dan terdapat endapan cermin perak. Hasil
ini juga sesuai dengan teori karena formaldehid merupakan golongan aldehid.
Aldehid disini dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + direduksi menjadi
logam Ag. Adapun reaksinya yaitu :
O O

H – C – C + 2Ag ( NH 3)2OH H–C + 2 Ag↓ + 3 NH 3 ↑ + H 2 O


O NH 4

formaldehid perak nitrat cermin perak


Tabung 4 yang berisi reagen Tollens yang ditambahkan dengan
sikloheksanon menghasilkan larutan berwarna kuning muda setelah dipanaskan.
Hasil ini juga sesuai dengan teori karena yang dihasilkan bukanlah cermin perak
melainkan larutan berwarna kuning yang warna kuningnya berasal dari larutan
aseton itu
b. Uji Fehling dan Benedict
Uji Fehling dan Benedict bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton
dengan melihat kemampuan mereduksinya. Larutan uji yang digunakan pada uji
Fehling dan Benedict yaitu benzaldehid, aseton, dan sikloheksanol.
Tabung 1 yang berisi reagen Benedict ditambahkan dengan formaldehid
setelah dipanaskan menghasilkan larutan yang terbagi menjadi 2 lapisan. Lapisan
atas berwarna kuning dan lapisan bawah berwarna biru kehijauan. Hasil ini sesuai
dengan teori, namun warna endapan yang dihasilkan tidak berwarna merah bata.
Adapun reaksinya :

Tabung 2 yang berisi reagen Benedict ditambahkan dengan aseton setelah


dipanaskan menghasilkan larutan berwarna biru tua. Hal ini menandakan bahwa
aseton tidak bereaksi karena merupakan keton yang tidak memiliki atom hidrogen
yang menempel pada atom karbon karbonilnya sehingga sukar untuk dapat
bereaksi. Adapun reaksinya yaitu :

Tabung 3 yang berisi reagen Benedict ditambahkan dengan formaldehid


sikloheksanon setelah dipanaskan menghasilkan larutan yang terbagi menjadi 3
lapisan. Lapisan atas berwarna hijau, lapisan tengah berwarna biru muda, dan
lapisan bawah berwarna coklat. Hal ini menandakan bahwa sikloheksanon tidak
bereaksi karena merupakan keton yang tidak memiliki atom hidrogen yang
menempel pada atom karbon karbonilnya sehingga sukar untuk dapat bereaksi
Adapun reaksinya :

c. Pengujian dengan Fenilhidrazin


Pengujian dengan Fenilhidrazin bertujuan untuk membedakan antara
aldehid dan keton berdasarkan terbentuk tidaknya kristal dan titik lelehnya. Salah
satu turunan amonia adalah fenilhidrazin yang merupakan senyawa organik
padatan kristal agak berminyak berwarna kuning yang digunakan untuk analisis
penepatan adanya aldehid dan keton oleh terbentuknya fenilhidrazin. Adapun
larutan uji yang digunakan yaitu benzaldehid dan sikloheksanon.
Tabung 1 yang berisi fenilhidrazin kemudian ditambahkan dengan
bnezaldehi menghasilkan larutan berwarna orange dan tidak terdapat gumpalan,
sedangkan pada tabung 2 yang berisi fenilhidrazin kemudian ditambahkan
sikloheksanon menghasilkan larutan berwarna orange dan tidak terdapat
gumpalan karena tidak adanya gugus OH yang terikat yang dapat dilepaskan.
Adapun reaksinya :

d. Pembuatan Oksim
Pembuatan oksim merupakan salah satu pemanfaatan aldehid dan keton.
Oksim merupakan rumus turunan amonia yang dibuat dari hidroksilamin NH2OH
yang berupa kristal padat yang dapat digunakan untuk mengenali senyawa
karbonil tertentu. Reaksi ini hanya terjadi pada senyawa keton yang pada akhir
reaksi ditandai dengan adanya padatan/kristal. Berdasarkan pada percobaan,
terbentuk kristal oksim yang memiliki titik leleh 101 0C. Adapun reaksi yang
yaitu:

e. Kondensasi Aldol
Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi antara dua molekul aldehid atau
dua molekul keton membentuk senyawa yang mengandung gugusan aldehida
(karbonil) dan alkohol (-OH). Pada percobaan ini dilakukan dengan
mencampurkan etanol, NaOH, aseton, dan benzaldehid. Pada proses
pencampuran terbentuk aldol. Fungsi dari penggunaan NaOH yaitu sebagai
katalis. Pada proses pendinginan, larutan terbentuk kristal. Kristal ini kemudian
disaring dengan menggunakan corong biasa yang dilengkapi kertas saring agar
kristal yang disaring dapat tertampung semua dan kristal dapat cepat kering.
Adapun kristal yang diperoleh memiliki titik leleh 1000C. Adapun reaksi yang
terjadi yaitu:

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat kami simpulkan :
a. Untuk membedakan senyawa jenuh dan tak jenuh salah satunya dapat dilihat
dari ikatannya. Jika suatu senyawa hanya memiliki ikatan tunggal maka
termasuk senyawa jenuh, sedangkan jika suatu senyawa memiliki ikatan
majemuk baik ikatan rangkap dua maupun ikatan rangkap tiga maka
termasuk senyawa tak jenuh
b. Untuk membedakan alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier
dapat dilakukan dengan beberapa pengujian seperti uji kelarutan, reaksinya
dengan alkali, Uji Lucas, Uji Bordwell-Wellman dan reaksi fenol dengan
besi (III) klorida.
c. Untuk membedakan aldehid dan keton dapat dilakukan dengan beberapa
pengujian seperti uji cermin kaca Tollens, Uji Fehling dan Benedict dan
pengujian dengan Fenilhidrazin.

2. Saran
a. Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memahami prosedur kerja
sehingga tidak ada prosedur yang terlupakan serta lebih teliti dalam
mencampur dan mengukur volume bahan yang digunakan.
b. Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar berhati-hati dalam
menggunakan alat di dalam laboratorium dan mereaksikan bahan kimia yang
akan digunakan.
c. Diharapkan kepada pratikan selanjutnya tetap tenang pada saat melakukan
praktikum dan mengurangi melaukan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya
praktikum, serta tetap menjaga keselamatan dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Berlian, Zainal. Fitratul Aini dan Resti Ulandari. 2016. Uji Kadar Alkohol pada
Tapai Ketan Putih dan Singkong melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi
yang Berbeda. Jurnal Biota. Vol II No 1.

Hart, Harold. Leslie E Craine dan David J Hart. 2003. Kimia Organik Suatu
Kuliah Singkat (Edisi Kesebelas). Jakarta : Erlangga.

Parlan dan Wahjudi. 2003. Kimia Organik 1 Common Textbook (Edisi Revisi).
Malang : JICA.

Rasyid, Muhaidah. 2009. Kimia Organik 1. Makassar : Badan Penerbit


Universitas Negeri Makassar.

Tangdiongga, Rita R. Lucia C Mandey dan Frans Lumoindong. 2015. Kajian


Analisi Kimia Formaldehida dalam Peralatan Makan Melamin Secara
Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. Vol
III No 1.
DOKUMENTASI
1. Senyawa organik jenuh dan tak jenuh

Hasil reaksi hidrokarbon dengan larutan permanganat


2. Alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier
Hasil uji kelarutan Hasil reaksi dengan alkali

Hasil Uji Lucas Hasil uji Bordwell- Wellman

Hasil fenol dengan besi (III) klorida

3. Aldehid dan keton


Hasil uji cermin kaca Tollens Hasil uji Fehling dan Benedict

Hasil pengujian dengan fenilhidrazin Hasil pembuatan oksim

Hasil kondensasi aldol


JAWABAN PERTANYAAN

Senyawa Hidrokarbon Jenuh dan Tak Jenuh


1. Endapan yang berwarna cokelat tersebut adalah MnO4 dengan reaksi :
OH
H2O
+ KMnO4 + MnO4 + KOH
OH

Alkohol Primer, Alkohol Sekunder, Alkohol Tersier


2. Kelarutan alkohol ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu bagian hidrokarbon
suatu alkohol bersifat hidrofob, gugus hidroksil alkohol bersifat hidrofil dan
percabangan meningkatkan kelarutan. Antara 1-propanol dan 1-heptanol yang
sukar larut dalam air adalah 1-hepatnol karena makin panjang rantai alkohol
maka tingkat kelarutannya dalam air semakin kecil.
3. OH O-Na+

+ NaOH 10% + H2O

Fenol lebih asam daripada sikloheksanol karena merupakan alcohol yang


bersifat asam lemah.Sedangkan fenol merupakan asam yang lebih kuat
daripada alcohol karena ion pengoksidanya distabilkan oleh resonansi, maka
kesetombangan untuk pembentukannya lebih disukai dibandingkan pada ion
alkoksida.
4. Cara membedakan iso–propil dan benzene secara kimia yaitu dengan reaksi
oksidator KMnO4. Iso–propil yang merupakan alcohol sekunder akan
teroksidasi menjadi aldehid dan lebih lanjut menjadi asamnya. Sedangkan
benzene tidak mengalami oksidasi pada suhu kamar. Antara sikloheksanol
dan fenol dapat direaksikan dengan NaOH. Fenol akan bereaksi dengan
NaOH membentuk garamnya yang larut baik dalam air sedangkan
sikloheksanol tidak bereaksi dengan NaOH. Hal ini disebabkan oleh alkohol
tidak bereaksi dengan larutan alkali.
5. Pengaruh dari reagen Lucas terhadap masing-masing senyawa dimana
isobutil alkohol membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk bereaksi
kemudian 2- metilsiklopentanol dan terakhir adalah 1- metilsiklopentanol.
6. Pada soal no. 5 yang tidak teroksidasi dengan reagen Brodweel–Wellman
adalah 1- metilsiklopentanol.
7. Aldehid dan Keton
a) Pereaksi Tollens dengan formaldehid
O O
H – C – H + 2 Ag(NH3)-2+ 3 OH- H – C – O-+ 2 Ag + 4 NH3+ 2
H2O
b) Pereaksi Fehling dengan heptaldehid
O O
CH3(CH2)5C – H + 2 Cu2+ + 5 OH- CH3(CH2)5C – O- + Cu2O +3
H2O
c) Pembuatan benzaldehid fenilhidrazon
O HN CH – OH
H2O
C – H + H2N
N – NH
NH
C=N

fenilhidrazin
d) Pembuatan sikloheksanon oksim
OH
H2O
H2O = O + H2N – OH H2O H2O = NOH
NO
O C – OH NOH
H2O
+ H2N – OH
NH4OH

e) Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon


O O
3 I – I + CH3 – C – C3H7 CH3 – C – C3H4I2+ 3 I2 + 3 I- + 3 H+

8. Kondensasi aseton dengan benzaldehid yang dikatalis oleh basa


O O O O O
CH3– C – H OH- CH3– C – H – CH2 – C – H CH3 – C – CH2 – C –
H O
CH3 – CH2 – CH2 – C – OH
9. Penggunaan yang praktis dari pereaksi Tollens yaitu membedakan aldehid
dan keton. Aldehid dapat mereduksi Tollens menjadi perak sedangkan keton
tidak dapat dioksidasi oleh reagen Tolles, cara membedakan senyawa ini:
a. 3-pentanol dengan pentanol
Direaksikan dengan menggunakan reagen Luas 3-pentanol akan bereaksi
dengan reangen karena merupakan alcohol sekunder sedangkan pentanol
akan bereaksi apabila suhu dinaikkan / dipanaskan.
b. Benzaldehid dengan asetofenon
Menambahkan reagen Tollens, benzaldehid akan mereduksi reagen
Tollens dan membentuk cermin perak sedangkan keton tidak bias
bereaksi dengan reagen Tollens.
10. Peranan natrium asetat dalam pembuatan oksim adalah meningkat Cl pada
hidroksilamin klorida sebab dalam pebuatan oksim dibutuhkan hidroksilamin.
Natrium asetat berperan sebagai katalis dan untuk mempercepat terbentuknya
Kristal.

Anda mungkin juga menyukai