PENDAHULUAN
antara karbon dan halogen. Biasanya ditemukan dari hasil sumber daya laut seperti
ganggang (rumput laut), jarang ditemukan pada tanaman atau binatang darat, kecuali
hidrogen dalam hidrokarbon dapat diganti dengan halogen, bahkan ada senyawa
anestesi hisap, pelarut dalam pencucian tanpa air, pestisida, dan zat pendingin.
Senyawa ini juga sangat berguna sebagai bahan asal dalam sintesa senyawa organik
Atom halogen yang biasa diberi simbol X dalam berbagai senyawa akan
membentuk ikatan kovalen tunggal dengan karbon. Suatu alkana yang tersubtitusi
dengan halogen (RX) disebut suatu haloalkana atau alkil halida. Dalam senyawa
tersebut halogennya terikat pada karbon tetrahedral sp3 yang terhibridisasi. Atom
halogen juga dapat terikat pada ikatan rangkap karbon sp2 yang tehibridasi. Senyawa
ini dinamakan vinil halida, yang berasal dari vinil, nama trivial CH2 = CH-. Suatu
aril halida adalah suatu senyawa halogen organik aromatik yang halogennya terikat
pada cincin karbon aromatik sp2 terhibridasi. Polarisasi ini akan menyebabkan
1
1.2 Rumusan Masalah
non polat?
senyawa polar dan non polar serta reaktifitasnya juga dapat ditentukan melalui reaksi
kelarutan beberapa sifat senyawa halogen organik dan reaktifitas dari beberapa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
seperti herbisida dan fungisida. Pada kegiatan industri klorofenol biasanya digunakan
sebagai fungisida. Fungisida ini biasanya digunakan pada industri pengawetan kayu
seperti bantalan rel kereta api dan kayu hasil olahan. Klorofenol juga digunakan
sebagai biosida pada industri cat dan minyak. Ada beberapa sumber klorofenol yang
sebagai biosida, klorofenol dapat dihasilkan dari hasil antara sintesa biosida di dalam
IUPAC menamai halida sebagai halo turunan hidrokarbon. Dalam nama umum,
awalan n-, sek-(s-), dan ter-(t-) secara berturut-turut menujukkan normal, sekunder,
dan tersier seperti salah satu contoh senyawa berikut: tersier butil bromida ditulis t-
butil bomida. Sedangkan penamaan dalam sistem IUPAC, semua senyawa yang
hanya mengandung fungsi univalensi dapat dinyatakan dengan awalan fungsi itu
sendiri diikuti dengan nama hidrokarbon induk, seperti pada senyawa 7-bromo-2-
Ikatan halogen, interaksi non kovalen antara atom halogen sebagai akseptor
elektron dan elektron basa Lewis yang kaya, telah dikenal selama hampir 150 tahun
perhatian karena air tidak berbahaya bagi lingkungan. Reaksi silang-coupling dari
3
alkenil dan aril halida dengan derivatif organoborane dengan adanya katalis
paladium dan basis (reaksi Su-zuki) telah sering dilakukan dalam pelarut campuran
n-Alkil Klorida atau bromida tidak bereaksi dengan I pada tingkat signifikan
pada 20C dalam benzena. Benzena digantikan oleh aseton sebagai pelarut dan tetra
ammonium iodida digunakan sebagai agen pengganti halida (Molina dkk., 1985).
Alkil halida paling banyak ditemukan sebagai zat antara dalam sintesis. Alkil
halida dengan mudah diubah kedalam berbagai jenis senyawa lain dan dapat
diperoleh melalui banyak cara. Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini
tergantung pada pereaksi yang digunakan. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat
dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu reaksi subtitusi dan reaksi eliminasi.
Dalam reaksi subtitusi, halogen (X) diganti dengan beberapa gugus lain (Z). Suatu
nukleofil (Z) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida sp3 yang mengikat
halogen (X), menyebabkan pengusiran halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir
disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas yang
digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron ikatan. Pada dasarnya
terdapat dua mekanisme reaksi subtitusi nukleofilik dilambangkan dengan SN2 dan
4
lainnya.Setiap halogan berelektronegativitas tinggi dan hanya kekurangan satu
elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia (Tim dosen Kimia, 2010).
nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon dimana subtitusi akan terjadi.
Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron dengan karbon.
Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekular, yaitu nukleofil dan substrat
terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi. Adapun
1. Nukleofil dan subsrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka
hidroksida menyerang dari belakang ikatan C Br. Pada saat subtitusi terjadi,
ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh
perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2- butanol. Jadi reaksi
3. Jika substrat RL bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat
apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus
urutan ini adalah efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari
metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan SN2 terjadi pada alkil
5
lainnya. Setiap halogan berelektronegativitas tinggi dan hanya kekurangan satu
elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Oleh karena itu, dapat diharapkan
antara karbon dan halogen. Biasanya ditemukan dari hasil sumber daya laut seperti
ganggang (rumput laut). Atom halogen yang biasa diberi simbol X dalam berbagai
senyawa akan membentuk ikatan kovalen tunggal (Fessenden dan Fessenden, 1994).
oxygen demand), COD (chemical oxygen demand), kesadahan dan senyawa kimia
beracun. Nilai pH air dapat mempengaruhi rasa dan sifat korosi. Beberapa senyawa
beracun lebih toksik dalam bentuk molekul daripada dalam bentuk ion, dan bentuk
Senyawa yang mengandung hanya karbon, hidrogen, dan suatu atom halogen,
dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu alkil halida, aril halida (dimana sebuah
halogen terikat pada sebuah karbon dari suatu cincin aromatik) dan halida vinilik
(halogen terikat pada karbon berikatan rangkap) (Fessenden dan Fessenden, 1999).
halogen (F, Cl, Vr atau I) dapat diwakili oleh X. dengan menggunakan lambang
umum, maka alkil halida ialah RX dan aril halida seperti bromobenzena ialah Ar X
Alkana yang tersubtitusi dengan halogen (RX) disebut haloalkana atau alkil
halida. Dalam senyawa ini halogennya terikat pada karbon tetrahedral sp3 yang
6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi,
rak tabung, pipet tetes, pembakar spiritus, pipet skala, batang pengaduk, dan gegep
kayu.
3.3 Prosedur Percobaan
Disiapkan tiga buah tabung reaksi dan masing-masing tabung reaksi diisi
dengan 0,5 mL CCl4. Kemudian ditambahkan air pada tabung pertama, minyak pada
tabung kedua dan mentega yang sudah dicairkan pada tabung ketiga. Kemudian
dikocok dan diperhatikan kelarutannya serta dicatat perubahan yang terjadi.
Kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur 1-3, dengan menggunakan CHCl3.
3.3.2 Reaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton
pada tabung pertama, kloroform pada tabung kedua, benzil klorida pada tabung
ketiga dan diklorometan pada tabung keempat. Kemudian dikocok agak kuat dan
diamati serta dicatat perubahan yang terjadi. Kemudian dikerjakan sesuai dengan
7
BAB IV
Kelarutan dalam
Bahan Keterangan
CCl4 CHCl3
a. Dalam air
H2O + CCl4
b. Dalam minyak
C C
CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3
O O
O O
CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3
CCl 4
c. Dalam mentega
C C
CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3
O O
O O
CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3
CCl 4
8
1.2 Kelarutan CHCl3
senyawa kimia beracun. Nilai pH air dapat mempengaruhi rasa dan sifat korosi.
Beberapa senyawa beracun lebih toksik dalam bentuk molekul daripada dalam
a. Dalam air
H2O + CHCl3
b. Dalam minyak
C C
CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3
O O
O O
CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 16 CH 3
CHCl 3
c. Dalam mentega
C C
CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3
O O
O O
CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3 CH 2 O C (CH 2 ) 14 CH 3
CHCl 3
halogen organik dengan mereaksikannya dengan senyawa polar dan non polar.
Dimana yang digunakan sebagai contoh yaitu CCl4 dan CHCl3 direaksikan dengan
yang direaksikan dengan air, mentega, dan minyak. Pertama CCl4 dan CHCl3 yang
direaksikan dengan air yaitu tidak larut, karena membetuk 2 fasa. Hal ini disebabkan
9
karena CCl4 dan CHCl3 bersifat non polar, sedangkan air bersifat polar. Terbentuk 2
fasa karena CCl4 dan CHCl3 mempunyai berat massa lebih berat dibanding air, CCl4
(6 g/cm3) dan CHCl3 (1,49 g/cm3) sedangkan air (1 g/cm3). Kedua CCl4
dan CHCl3 yang direaksikan dengan minyak yaitu larut karena membentuk 1 fasa.
Hal ini disebabkan karena kedua senyawa halogen (CCl4 dan CHCl3) dan minya
bersifat non polar. Dan ketiga, CCl4 dan CHCl3 yang direaksikan dengan mentega
10
1. Cl NO3
+ AgNO3 + AgNO3
2.
CH2Cl
+ AgNO3
3. CHCl3 AgNO3
+
4. CH2Cl2 + AgNO3
5.
Cl I
+ NaI + NaCl
6. CH2Cl
+ NaI
7. NaI
CHCl3 +
8. 2NaI
CH2Cl2 +
organik yaitu dengan mereaksikannya dengan AgNO3 dan NaI. Senyawa halogen
Pertama, AgNO3 dan NaI dengan benzilklorida yaitu bereaksi, karena AgNO3 dan
benzilklorida berubah warna karena tercampur menjadi putih dan terdapat endapan,
sedangakan NaI dan benzilkorida berubah warna menjadi kuning bening, tapi tidak
terdapat endapan. Kedua AgNO3 dan NaI dengan klorobenzen itu tidak bereaksi.
Warnanya tetap bening dan tidak terdapat endapan. Ketiga dan keempat yaitu,
11
AgNO3 dan NaI dengan kloroform dan AgNO3 dan NaI dengan diklorometan tidak
bereaksi juga, tidak ada perubahan, warnanya tetap bening dan tidak terdapat
endapan.
cepat bereaksi atau yang hanya bereaksi adalah benzilklorida. Hal ini disebabkan
karena kurangnya keterampilan praktikan, faktor bahan yang mungkin kurang baik,
alat yang digunakan mungkin kurang bersih sehingga tidak steril, dan faktor lainnya.
12
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Senyawa halogen organik (CCl4 dan CHCl3) tidak dapat larut dalam air, namun
larut dalam senyawa organik seperti minyak dan mentega. Sehingga senyawa
dengan NaI/aseton.
5.2 Saran
serta laboratorium diberi kipas tiap ruangannya dan juga memperhatikan alat-alat
13
DAFTAR PUSTAKA
Hawthorne, B., Hagenstein, H. F., Wood, E., Smith, J., dan Hanks, T., 2013,
Study of the Halogen Bonding between Pyridine and Perfluoroalkyl Iodide
in Solution Phase Using the Combination of FTIR and 19F NMR,
International Journal of Spectroscopy, 3(1):1-11.
Shrestha, B., dan Giri, R., 2015, Copper-catalyzed Arylation of Alkyl Halides With
Aryl Aluminum Reagents, Beilstein J. Org. Chem, 11, 24002407.
Sooducho, J., Olech, K., wist, A., Zajc, D., dan Cabaj, J., 2013, Recent
Advances of Modern Protocol for C-C BondsThe Suzuki Cross-Coupling,
Faculty of Chemistry, Wrocaw University of Technology, 3(1):19-32.
Tim Dosen Kimia, 2013, Kimia Organik, UPT MKU Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Widajatno, R, L., dan Effendy, E., 1994, Biodegradasi 2,4-Diklorofenol oleh Bakteri
Alcaligenes Sp dan Bacillus Sp, JUurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 1(2), 41-
42.
14