Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa karbon merupakan suatu materi yang dipelajari pada ilmu kimia
organik. Senyawa-senyawa karbon dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa lainnya,
baik itu senyawa organik maupun anorganik. Senyawa-senyawa tersebut dapat
mengalami berbagai macam reaksi.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa-senyawa karbon dapat dikelompokkan
dalam beberapa tipe reaksi, yaitu reaksi-reaksi substitusi, adisi, eliminasi,
polimerisasi, pengesteran dan redoks. Adapula reaksi fehling dan tollens untuk
mengidentifikasi gugus aldehid dan reaksi yodoform untuk mengidentifikasi alkohol.
Reaksi- reaksi tersebut banyak digunakan untuk menganalisa secara kualitatif
maupun untuk memproduksi suatu senyawa. Reaksi-reaksi tersebut di atas
merupakan reaksi-reaksi yang penting dalam ilmu kimia organik.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa karbon terutama terdapat pada gugus
fungsinya. Gugus fungsi amat menentukan reaksi yang terjadi pada suatu senyawa
karbon. Perubahan yang terjadi pada gugus fungsi setelah reaksi akan mengakibatkan
perubahan sifat-sifat senyawa semula.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah:
a.

Mempelajari beberapa tipe reaksi yang terjadi pada senyawa karbon.

b.

Mengidentifikasi gugus aldehid dan alkohol.

1.2.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
a.

Mengetahui hasil reaksi yang terjadi pada senyawa karbon, melalui reaksi
adisi, polimerisasi, pengesteran, dan redoks.

b.

Mengetahui hasil reaksi aldehid dengan menggunakan reaksi fehling dan


tollens

c.

Mengetahui hasil reaksi alkohol dengan menggunakan reaksi yodoform.

1.3 Prinsip Percobaan


Senyawa karbon dapat mengalami beberapa reaksi, yaitu reaksi adisi, eliminasi,
polimerisasi, pengesteran dan redoks. Alkohol dapat diidentifikasi

dengan

menggunakan reaksi yodoform, sedangkan gugus aldehid dapat diidentifikasi reaksi


fehling dan tollens.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbon adalah satu unsur diantara unsur dalam susunan berkala. Keunikan
karbon sehingga senyawa-senywanya menempati bagian utama dalam studi
mengenai kimia organik adalah bahwa atom karbon dapat terikat secara kovalen
dengan atom karbon lain dan terhadap unsur-unsur lain menurut berbagai ragam cara,
yang menuju ke berbagai senyawa dalam jumlah hampir tak terhingga banyaknya.
Senyawa-senyawa ini bervariasi dalam kekompleksan mulai dari senyawa metana
yang sederhana (Leri, 2005).
1.

Reaksi Substitusi
Reaksi subtitusi adalah reaksi pergantian atau pertukaran atom tau gugus-gugus
fungsional dengan atom atau gugus fungsional lain. Reaksi substitusi hanya
terjadi pada ikatan tunggal.
Contoh:
a.

Reaksi klorinasi etana dengan Cl2


C2H6 + Cl2

b.

C2H5Cl + HCl

Reaksi antara etanol dengan PCl3


3 CH3CH2OH + PCl3

2.

3 CH3CH2Cl + H3PO3

Reaksi reaksi Eliminasi


Reaksi eliminasi adalah reaksi pembentukan ikatan rangkap dengan pelepasan
halogen sebagai hidrogen halida (Tim Dosen, 2005).
Contoh:
a. Reaksi Dehidrohalogenasi.
Reaksi dehidrohalogenasi (hilangnya hidrogen dan halogen dari reaksi) suatu
aloalkana adalah reaksi yang dapat digunakan untuk membuat alkena. Dalam
dehidrohalogenasi, senyawa halogen dipanaskan dengan basa kuat misalnya
KOH dalam etanol. Ion hidroksida menarik proton dari halo alkana
menghasilkan air. Ion halida juga hilang dari haloalkana semula dan akhir
reaksinya membentuk alkena (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Contoh:
KOH dalam etanol
CH2CH2=CH2 + H-OH + Br-

CH3CH2Br-CH3
b. Dehidrasi Alkohol

Jika alkohol dipanaskan dengan asam kuat misalnya H 2SO4 , air akan hilang
dan terbentuk alkena. Reaksi ini disebut reaksi dehidrasi (dehidrasi artinya
menghilangkan air (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Contoh:
CH3
CH3 C OH + H2SO4

CH3
CH2=C

CH3
3.

+ H2O

CH3

Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi yang sangat spesifik untuk alkena, dimana reagen yang
ditambahkan ke dalam ikatan rangkap untuk menghasilkan senyawa yang jenuh.
Dalam reaksi adisi, dua karbon dari ikatan rangkap direhibridasi dari sp2 ke sp3
dan dalam setiap kejadian reagen ditambahkan menjadi terikat kepada setiap
karbon (Fessenden dan fessenden, 1997).
Beberapa reaksi adisi alkena yang khas:
a. Adisi Halogen
Alkena dengan mudah menambah klor atau brom
Contoh:
CH3CH=CHCH3 + Cl2

CH3CHCl- CH3CHCl

Biasanya halogen dilarutkan dalam pelarut inert seperti karbon tetraklorida


atau kloroform, dan larutan dicampurkan tetes demi tetes kepada alkena.
Reaksi bersifat spontan, sekalipun pada suhu kamar.
Reaksi brom sering digunakan sebagai uji kualitatif untuk ketidakjenuhan
dalam senyawa organik (Hart, 1987).
b. Adisi Hidrogen
Adisi hidrogen pada alkena memerlukan katalis, proses ini dinamakan
hidrogenasi (Hart, 1987).

Contoh:
CH2=CH2 + H2

CH3-CH3

Biasanya katalis berupa bubuk halus logam nikel, platina atau paladium.
Logam-logam tersebut menyerap gas hidrogen pada permukaan dan
mengaktifkan ikatan hidrogen-hidrogen.
Hidrogenasi dengan katalis pada ikatan ganda dua secara komersial
digunakan untuk mengubah minyak tumbuh-tumbuhan menjadi margarin atau
lemak lain (Hart, 1987).
c. Adisi air (Hidrasi)
Reaksi adisi pada alkena memerlukan katalis asam. Air beradisi sebagai HOH, dan hasilnya adalah alkohol (Hart, 1987).
Contoh:
CH2=CH2 + H-OH

CH3-CH2OH

Reaksi ini digunakan untuk mensintesis alkohol dalam laboratorium atau


secara komersial (Hart, 1987).
4.

Reaksi Polimerisasi
Polimer ( Bahasa Yuinani Poly berarti banyak dan Meros berarti bagian )
adalah molekul makro yang disusun dari molekul yang lebih kecil dalam jumlah
banyak yang disebut monomer. Polimer, yang biasanya mempunyai berat
molekul dalam ribuan, dibuat dari reaksi polemerisasi (Fessenden dan Feseenden,
1997).
Contoh:
inisiator
CH2=CH2
Etilen
Monomer

5.

...-CH2CH2-CH2CH2-CH2CH2-...
polietilen
suatu polimer

Reaksi Pengesteran
Pengesteran adalah reaksi pembentukan ester. Senyawa-senyawa alkohol bereaksi
dengan asam-asam karboksilat membentuk ester-ester organik. Dalam pembuatan

suatu ester, misalnya asam benzoat dipanaskan dalam metil alohol bersama
sejumlah kecil asam kuat sebagai katalisator untuk membentuk metil benzoat
(Tim Dosen, 2006).
Contoh:
O
C-OH

6.

+ CH3OH

H2SO4

O
C-OCH3 + H2O

Reaksi Redoks
a.

Reaksi Oksidasi
Seperti halnya senyawa-senyawa anorganik, maka senyawa organik dapat
pula dioksidasi. Reaksi oksidasi pada umumnya tidak dapat digolongkan pada
reaksi adisi substitusi maupun eliminasi untuk senyawa organik. Beberapa
oksidator yang biasa digunakan yaitu: KMnO4 dan K2Cr2O7 (Purba, 1989).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reaksi oksidasi (menurut Purba, 1989):
1.

Atom C dari oksidator akan menyerang atom H pada gugus


fungsional. Jika atom C suatu gugus fungsional tidak mengikat atom H
maka oksidasi tidak berlangsung.

2.

Jika pada hasil reaksi oksidasi terdapat 2 gogos OH yang berikatan


pada atom C yang sama sekali hasil reaksi itu akan terurai dan akan
melepaskan air.

b. Reaksi Reduksi
Sifat reduktor hanya dimiliki oleh zat-zat yang dapat teroksidasi, misalnya
aldehida mereduksi larutan fehling menghasilkan endapan CuO (Purba,
1989).
ALKOHOL
Atom oksigen yang bervalensi dua, bisa satu atau kedua valensinya berikatan
dengan karbon. Bila oksigen mengikat satu Hidrogen dan satu karbon {C-O-H} atau
ditulis sebagai R-OH, maka senyawa hidroksilat ini disebut sebagai gugus fungsi
hidroksil (-OH), dan dikenal sebagai alkohol. Bila gugus OH terikat pada gugus
alifatik disebut alkohol alifatik, dan bila gugus OH terikat pada cincin aromatik

disebut alkohol aromatik. Sifat kimia keduanya berbeda. Alkohol alifatik dapat
dibagi berdasarkan posisi karbon yang mengikat gugus OH; yaitu primer (1o),
sekunder (2o) dan tersier (3o) (Tim Dosen, 2005).
Reaksi Oksidasi Alkohol
1.

Oksidasi alkohol primer


CH3CH2CH2OH
Propanol
(alkohol)

2.

K2Cr2O7

CH3CH2COH
Propanal
(aldehid)

Oksidasi alkohol sekunder


CH3
CH3-C-OH

CH3
K2Cr2O7

H
2-propanol

CH3-C=OH
aseton

3. Oksidasi alkohol tersier


CH3
CH3-C-OH

K2Cr2O7

Tidak bereaksi

CH3
2-metil-2-propanol

(Tim Dosen, 2006).

CH3CH2COOH
as. Propanoat
(as. Karboksilat)

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat Percobaan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas
ukur 50 ml, pipet tetes, lampu spiritus, penjepit tabung, sikat tabung, kaki tiga, gabus,
kawat kasa dan gelas kimia 250 ml.
3.2 Bahan Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aseton, eter, NaHSO3,
asetaldehida 1:1, NaOH 2 M, alkohol 50 %, CH 3COOH 6 M, H2SO4 pekat, K2Cr2O7
0,1 M, Formalin, larutan glukosa 10 %, larutan fehling A, larutan fehling B, AgNO 3
0,1 M, NH4OH 1 M, dan larutan yodium (I2) 0,2 M, aquadest, detergen, tissue,
spirtus, dan korek api.
3.3 Prosedur Percobaan
A. Reaksi Adisi
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1.

Sebuah tabung reaksi diisi dengan 3 ml eter, kemudian ditambahkan 3 ml


aseton.

2.

Diteteskan 10 ml NaHSO3 jenuh ke dalam larutan tersebut, kemudian dikocok


dan diamati perubahan yang terjadi.

B. Reaksi Polimerisasi
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1.

Sebuah tabung reaksi diisi dengan 2 ml asetaldehida 1:1.

2.

Ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M ke dalam tabung reaksi.

3.

Tabung dipanaskan perlahan-lahan dan diamati perubahan yang terjadi.

C. Reaksi Pengesteran
Adapun prosedur kerja dalam percobaan ini adalah:

1.

Sebuah tabung reaksi diisi dengan 2 ml alkohol 50%, 2 ml asam asetat 6 M,


dan 5 tetes H2SO4 pekat.

2.

Tabung reaksi dipanaskan selama beberapa menit, kemudian isinya


dituangkan kedalam tabung reaksi lain yang telah berisi 3 ml air.

3.

Dicium bau dari larutan tersebut.

D. Reaksi Redoks
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1.

Sebuah tabung reaksi diisi dengan 2 ml alkohol 50%, 3 tetes H2SO4 pekat dan
4 ml K2Cr2O7 0,1 M.

2.

Tabung reaksi ditutup dengan sebuah gabus dan diletakkan dalam gelas kimia
yang berisi air panas selama beberapa menit.

3.

diamati perubahan yang terjadi dan dicium bau larutan tersebut.

E. Reaksi Fehling
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1. Sebuah tabung reaksi diisi dengan 2 ml larutan fehling A dan 2 ml larutan
fehling B, kemudian dikocok dan ditambahkan 1 ml formalin.
2. Tabung reaksi diletakkan di dalam gelas kimia yang berisi air panas selama 5
menit, dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Percobaan tersebut diulangi dengan mengganti formalin dengan larutan glukosa.
F. Reaksi Tollens
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1. Sebuah tabung reaksi diisi dengan 1 ml AgNO3 0,1 M dan ditambahkan larutan
NaOH 0,1 M tets per tetes hingga terbentuk endapan.
2. Dibuang cairan pada endapan, kemudian ditambahkan NH 4OH 1 M per tetes
hingga endapannya larut.
G. Reaksi Yodoform
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1. Sebuah tabung reaksi diisi dengan 5 ml I2 0,2 M dan 2 ml alkohol 50%.

2. Ditambahkan tetes per tetes NaOH 0,1 M hingga larutan berwarna kuning pucat.
3. Tabung reaksi ditutup dengan gabud dan diletakkan ke dalam gelas kimia yang
berisi air panas selama beberapa menit, kemudian didinginkan.
4. Diamati perubahan yang terjadi dan dicium bau larutan tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Reaksi Adisi
Zat-zat yang direaksikan

Hasil Reaksi

Eter + Aseton + NaHSO3

Terbentuk dua Lapisan

B. Reaksi Polimerisasi
Zat-zat yang direaksikan
Asetaldehida + NaOH

Hasil Reaksi
Tidak berwarna, tidak berbau.

C. Reaksi Pengesteran
Zat-zat yang direaksikan
Alkohol + CH3COOH +
H2SO4 + H2O

Hasil Reaksi
Tidak berwarna, larutan
berbau asam.

D. Reaksi Redoks
Zat-zat yang direaksikan

Alkohol + H2SO4 + K2Cr2O7

Hasil Reaksi

- Sebelum dipanaskan berwarna kuning


- Setelah dipanaskan berwarna hijau

E. Reaksi Fehling
Zat-zat yang direaksikan

Hasil Reaksi

- Fehling A + Fehling B +

- Terbentuk endapan berwarna merah

formalin
- Fehling A + Fehling B +
glukosa

- Larutan berwarna biru, dan terbentuk


endapan merah.

F. Reaksi Tollens
Zat-zat yang direaksikan

Hasil Reaksi

- AgNO3 + NaOH

- Terbentuk endapan berwarna coklat

- Endapan + NH4OH

- Endapan larut kembali, tidak berwarna

- Larutan + formalin

- Terbentuk endapan cermin perak

- Larutan + glukosa

- Terbentuk endapan berwarna abu-abu

G. Reaksi Yodoform
Zat-zat yang direaksikan

Alkohol + I2 + NaOH

Hasil Reaksi

- tidak berwarna

4.2 Reaksi
A. Reaksi Adisi
O

OH

NaHSO3

CH3-C-SO3Na

CH3-C-OCH3
B. Reaksi
Polimerisasi
O

NaOH

n CH3-C-H

CH3
O

CH3-C

CH3-C

O
CH -C-H
n 2

C. Reaksi Pengesteran
O

CH3CH2OH

CH3-C-OCH2CH3 + H2O

CH3-C-OH
D. Reaksi Redoks
3 CH3CH2OH + 2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4

3 CH3COOH +

2 Cr2(SO4)3 + 2 K2SO4 + 11 H2O


E. Reaksi Tollens
Pereaksi Tollens:
AgNO3 + 2 NH4OH

AgOH

AgOH + 2 NH4OH

Ag(NH3)2OH + 2 HOH

Reaksi:
O

CH3-C-H + 2 Ag(NH3)2OH
Aldehid

+ NH4NO3

pereaksi tollens

CH3-C-ONH4 + 3 NH3 +
H2O + 2 Ag
Cermin perak

C-H

C-O-

H-C-OH

H-C-OH

H-C-OH +
H-C-H
H-C-H
CH2OH
D-Glukosa

2Ag(NH3)2+

H-C-OH
H-C-H

Ag
Cermin perak

H-C-H
CH2OH
anion-D-glukonat

+ H2O

oH

F. Reaksi Fehling
O

CH3-C-H + 2 Cu+2 + 5 OH-

CH3-C-O- + 3 H2O +

Aldehid

2 Cu2O

pereaksi fehling

Merah
O

O
C-H

C-O-

H-C-OH

H-C-OH

H-C-OH

+ 2 Cu

H-C-OH

+2

H-C-H

H-C-H

H-C-H

H-C-H

CH2OH
D-Glukosa

Cu2O
merah

CH2OH
anion-D-glukonat

G. Reaksi Yodoform
I2 + 2 NaOH

NaIO + NaI + H2O


O

CH3CH2OH + NaIO + NaOH

4.3 Pembahasan

CH3-C-ONa + NaI + H2O

oH

Pada reaksi adisi zat-zat yang direaksikan adalah aseton, eter, dan NaHSO 3 yang
menghasilkan reaksi dimana terbentuk 2 lapisan. Lapisan bagian atas adalah eter
sedangkan bagian bawah adalah aseton, hal ini disebabkan oleh perbedaan berat
molekul, dimana aseton lebih berat dibandingkan eter. Terbentuknya 2 lapisan ini
juga disebabkan karena aseton tidak larut dalam pelarut nonpolar, sedangkan kita
ketahui bahwa eter adalah pelarut nonpolar. Aseton bersifat polar, dimana aseton
dapat larut dalam air dengan sempurna. Kepolaran aseton dipengaruhi oleh gugus
karbonil, selain itu aseton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Pada reaksi polimerisasi zat-zat yang direaksikan adalah asetaldehida dan NaOH,
dimana hasil reaksi yang diperoleh sebelum dan setelah dipanaskan berupa larutan
yang tidak berwarna.
Pada reaksi pengesteran zat yang direaksikan adalah alkohol 50%, asam asetat,
dan H2SO4. Hasil reaksi yang diperoleh berupa larutan yang tidak berwarna dan
berbau asam. Bau asam yang ditimbulkan berasal dari asam asetat yang digunakan.
Pada reaksi redoks zat-zat yang direaksikan adalah alkohol 50%, K 2Cr2O7, dan
H2SO4. Hasil reaksi yang diperoleh sebelum pemanasan adalah larutan berwarna
kuning, sedangkan setelah dilakukan pemanasan diperoleh larutan yang berwarna
hijau. Perubahan warna ini disebabkan karena K2Cr2O7 telah teroksidasi.
Pada reaksi fehling zat yang direaksikan adalah larutan fehling A, larutan fehling
B dengan menggunakan sampel formalin dan glukosa. Dengan formalin diperoleh
hasil reaksi berupa endapan merah, sedangkan dengan glukosa diperoleh hasil reaksi
berupa larutan berwarna biru dan terbentuk endapan berwarna merah.
Pada reaksi tollens zat-zat yang direaksikan adalah AgNO 3, NaOH, NH4OH,
dengan menggunakan sampel formalin dan glukosa. Dalam percobaan ini AgNO 3,
NaOH, dan NH4OH berfungsi sebagai pereaksi tollens, yang harus dibuat terlebih
dahulu sebelum digunakan, sebab pereaksi tollens sangat mudah rusak. Pereaksi
tollens dengan formalin menghasilkan reaksi

berupa cermin perak, sedangkan

dengan glukosa berupa endapan abu-abu dan cermin perak. Dalam percobaan ini
hasil reaksi glukosa dan pereaksi tollens juga menghasilkan cermin perak seperti
halnya formalin, karena glukosa merupakan suatu polihidroksi aldehid.
Pada reaksi yodoform zat yang direaksikan adalah alkohol 50%, I 2 dan NaOH,
menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Dalam percobaan ini seharusnya terjadi

perubahan pada larutan, akan tetapi pada percobaan tidak diperoleh perubahan. Hal
ini mungkin disebabkan karena kekurangtelitian praktikan saat melakukan percobaan
ini atau karean alat yang digunakan kurang bersih.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa:
a.

Pada reaksi adisi terjadi pemutusan ikatan rangkap.

b.

Pada reaksi polimerisasi terjadi pembentukan polimer.

c.

Pada reaksi pengesteran terjadi pembentukan ester.

d.

Pada reaksi redoks terjadi reaksi oksidasi-reduksi.

e.

Reaksi fehling digunakan untuk mengidentifikasi gugs aldehid, hasil


reaksi akan membentuk endapan merah.

f.

Reaksi tollens dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus aldehid,


Hasil reaksi akan membentuk endapan cermin perak.

g.

Reaksi yodoform digunakan untuk mengidentifikasi gugus alkohol.

5.2 Saran
a.

Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukan


percobaan, sehingga hasil percobaan yang diperoleh sesuai dengan hasil yang
sebenarnya.

b.

Sebaiknya asisten memberikan waktu lebih banyak untuk


respon

c.

Sebaiknya laboratorium menyediakan pereaksi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1997, Dasar-Dasar kimia Organik,
Erlangga, Jakarta.
Hart, H., 1987, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Purba, M., 1980, Ilmu Kimia, Erlangga, Jakarta.
Tim Dosen, 2005, Kimia Dasar, TPB Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tim Dosen, 2006, Kimia Organik, TPB Universitas Hasanuddin, Makassar.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 01 April 2006


Asisten
(Marliana Muttar)

Praktikan
(Indrayanti Sukiman)

Anda mungkin juga menyukai