Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Percobaan 9

Pengenalan Gugus Fungsi

Dosen Pembimbing : Dr. Bambang Cahyono, M. S.


Disusun oleh :
Nama : Zain Arifin Muhammad
NIM : 21080120140076
Program Studi : Teknik Lingkungan
Asisten:Yulita Rista

Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
2020
PENGENALAN GUGUS FUNGSI

1. Pendahuluan

1.1 Tujuan Percobaan


 Mampu menjelaskan pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsi
 Mampu menjelaskan periodisitas kereaktifan satu kelompok senyawa
dengan gugus fungsi tertentu

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Gugus Fungsi

Gugus fungsi merupakan bagian molekul yang mempunyai kereaktifan kimia. 


Senyawa yang mempunyai gugus fungsi sama akan mengalami reaksi kimia yang
sama. Untuk  senyawa dengan gugus fungsi sama maka akan lebih mudah
menggunakan rumus umum  untuk senyawa-senyawa tersebut.(Wardiyah 2016).

Beberapa Contoh Gugus Fungsi

No. Struktur Gugus Rumus Umum Nama IUPAC / trivial Nama Gugus
1 -OH R-OH Alkanol / alcohol Hidroksil
2 -O- R-O-R’ Alkoksi alkana / Eter
3 O O Alkanal / aldehid Aldehid

C R C

H H
4 O O Alkanon/keton Karbonil

C R C

R'
5 O O Asam alkanoat/ Karboksil

C R C
karboksilat

OH OH
6 O O Alkil alkanoat / ester Ester

C R C

O OR'
7 -NH2 R NH2 Amina Amin

2.2 Aldehid

Senyawa organik yang mengandung gugus -CHO (gugus aldehida: yaitu gugus
karboknil (C=O) dengan satu atom hydrogen terikat pada atom karbon). (John
Daintith 1990).

Aldehida dibuat melalui oksidasi alkohol primer, aldehida merupakan bahan


pereduksi, dan didalam pengujian aldehida sering digunakan reagen Fehling dan
Tollen. Ciri aldehida ialah mampu menjalani reaksi adisi dan kondensasi.

2.2.1 Sifat Aldehid


 Sifat fisika aldehid

Berbau merangsang, titik didih lebih rendah daripada alkohol padanannya,


larut dalam air, sama seperti alkohol. (Fessanden,1986).

 Sifat kimia Aldehid

Bersifat polar, oleh karena itu aldehid melakukan tarik menarik dipol-dipol antar
molekul. (Fessenden,1986)

2.2.2 Identifikasi gugus aldehid alifatik


Untuk menunjukkan adanya aldehid alifatik digunakan pereaksi Schiff. Apabila
pereaksi Schiff yang tidak berwarna bereaksi dengan senyawa kompleks aldehid akan
dihasilkan warna antara merah dan ungu. Reaksi ini tidak berlaku untuk kelompok
aldehida yang berada didalam bentuk hidrat dan juga tidak berlaku untuK
aldosa,walaupun aldosa mempunyai radikal formil (–CHO ) seperti aldehid.
(Petrucci,1992)

2.2.3 Identifikasi gugus aldehid sebagai reduktor

Aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir setiap reagensia
yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi suatu aldehid. Gugus aldehid
dapat mereduksi pereaksi tollens, benedict, dan fehling. (Fessenden,1986).

a. Uji Fehling

Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :

Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4

Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.

Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka dihasilkan
larutan biru tua.

Bila dipanaskan dengan menambah aldehid maka terjadi endapan Cu2O yang
berwarna kuning dan merah tua.

Uji fehling digunakan untuk mendeteksi gula pereduksi dan aldehid dalam larutan.
Reaksinya adalah :

Reaksinya :
H C O + Cu2+ + NaOH H-COONa + Cu2O + 2H+
H
(Sumardjo, 1995)

b. Uji Benedict

Merupakan uji kimia untuk mendeteksi gula pereduksi dalam larutan yang
dirancang oleh kimiawan Amerika, yaitu S.R. Benedict. Reaksi ini terdiri atas larutan
tembaga sulfat ( CuSO4 ), Natrium karbonat ( Na2SO3 ), dan Natrium sitrat. Jika
benedict dipanaskan bersama larutan alddehid akan terjadi oksidasi menjadi asam
karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada
bagian bawah tabung.

Reaksinya :
H C O2+
+ Cu + H2O + Na+ H-COONa + Cu2O + 2H+
H
(Sumardjo, 1997)

c. Uji Tollens

Pereaksi tollens dibuat dengan mereaksikan AgNO3 + NH3 berelebih, sehingga


endapan menjadi larut.

AgNO3 + NH4OH Ag2O + H2O + NH4NO3

Ag2O + NH4OH Ag(NH3)2OH + H2O

(Sumardjo, 1995)

Bila senyawa aldehid ditambahkan pada pereaksi tollens dan dipanaskan maka
aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat yang segera membentuk garam
amonia. Sedangkan pereaksi tollens akan tereduksi sehingga dibebaskan logam perak
yang segera melekat pada dinding tabing reaksi. (Ridwan, 1989)
2.3 Alkohol

Senyawa organic yang mengandung gugus -OH. (John Daintith, 1990)

Macam-macam alkohol:

 Alkohol Primer

Memiliki dua atom hidrogen pada atom karbon pembawa gugus -OH (maksudnya
mengandung gugus -CH2OH). (John Daintith, 1990)

 Alkohol Sekunder

Memiliki satu atom hidrogen pada atom karbon pembawa gugus -OH (dua ikatan
lainnya mengikat dua atom karbon, seperti pada (CH3)2CHOH). (John Daintith,
1990)

 Alkohol Tersier

Tidak mempunyai atom hidrogen pada atom karbon pembawa gugus -OH
(misalnya pada (CH3)3COH). (John Daintith, 1990)

2.3.1 Sifat-sifat Alkohol

- Sifat Fisika Alkohol


Berupa cairan jernih, berbau khas, mendidih ditemperatur tinggi, sangat larut
dalam air karena ada ikatan hidrogen antara gugus –OH dan molekul H2O.
(Keenan,1980)

- Sifat Kimia Alkohol


Mengalami dehidrasi (reaksi yang melibatkan hilangnya H dan OH dalam
membentuk H2O ) untuk membentuk alkena/eter, oksidasi terkendali untuk
menghasilkan aldehida dan keton.
(Keenan, 1980)

I.1.1 Identifikasi Senyawa Alkohol


a. Identifikasi Senyawa Alkohol Primer
Alkohol primer menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut
menjadi asam karboksilat.
(Hart,2003)

b. Identifikasi Senyawa Alkohol lain


Semua senyawa polialkohol misalnya gliserol dapat diidentifikasikan
dengan pembentukan senyawa kompleks / dapat pula dengan pembentukan
alkohol lain.
Contoh: reaksi pembentukan Cu kompleks.
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH  (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1992)

3. Metodologi Percobaan

3.1 Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Penjepit tabung reaksi
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Drupple plat
 Lampu spirtus
 Gelas beaker
 Kaki tiga
 Kasa asbes
 Pemanas

3.2 Bahan
 Formalin
 Glukosa
 Reagen Schiff
 Reagen Tollens
 Reagen Fehling A
 Reagen Fehling B
 Reagen Benedict
 Etanol
 Asam Asetat
 Asam Benzoat
 H2SO4
 Larutan NaOH
 Aseton
 Gliserol
 HCl
 Natrium-nitroprusid
 NH4Cl
 Amonia
 Aquades
 Larutan CuSO4
 Aniline
3.3 Skema Kerja

3.3.1 Identifikasi gugus aldehid alifatik

 Uji Schiff

Formalin 1ml
Tabung Reaksi

penambahan 1-2 tetes pereaksi Schiff


pengocokan
pengamatan dan pencatatan perubahan
warna

Hasil

Glukosa 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi

penambahan 1-2 tetes pereaksi Schiff


pengocokan
terjadi.

Hasil

 Uji Tollens

Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi

penambahan pereaksi Tollens


pemanasan
pengamatan dan pencatatan perubahan
yang terjadi setelah dingin

Hasil
 Uji Fehling

Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi

penambahan Fehling A dan B


pemanasan
pengamatan dan pencatatan perubahan
warna
Hasil

 Uji Benedict

Formalin 1 ml
Tabung Reaksi

penambahan Benedict dengan


perbandingan 1: 1
pemanasan
Formalin 1 ml
pengamatan dan pencatatan perubahan
Tabung Reaksi
warna
Tabung reaksi
Hasil
penambahan 2 tetes Benedict
pemanasan
pengamatan dan pencatatan perubahan
warna

Hasil
3.3.2 Identifikasi Gugus Hidroksil

 Identifikasi Alkohol Primer

Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi

penambahan asam asetat 1 ml


penambahan asam sulfat
pemanasan
pengamatan

Hasil

Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi

penambahan asam benzoat 1 ml


penambahan asam sulfat
pengamatan
Hasil

 Identifikasi Alkohol Lain

Gliserol 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi

penambahan larutan CuSO4


penambahan larutan NaOH
pengamatan

Hasil
4. Data Pengamatan

N
PERLAKUAN HASIL KET
O
1. Identifikasi Gugus Aldehid Alifatik

a) Uji Schiff

- Tabung reaksi I : Ungu +

1 mL Formalin + 2 tetes pereaksi Schiff

- Tabung reaksi II : Tidak terjadi -


perubahan
1 mL Glukosa + 2 tetes pereaksi Schiff

b) Uji Tollens

- Formalin 1 mL + 2 tetes Tollens A + 2 Hitam, +


tetes Tollens B terdapat
endapan
AgNH3 + NaOH  Ag(OH)2 + NaNH3
cermin perak

c) Uji Fehling +

- Formalin 1 mL + Fehling A&B 2 tetes Berubah dari


CH3CH2OH + Cu2+ + NaOH + H2O  biru menjadi
CH3CH2COONa + CuO + H+ kuning

d) Uji Benedict

- Tabung Reaksi I : Berubah dari +


biru menjadi b
Formalin 1 mL + 1 ml larutan Benedict
jau dan
terbentuk
endapan.

- Tabung Reaksi II : -

Formalin 1 mL + 2 tetes larutan Benedict tidak terjadi


perubahan
warna

2. Identifikasi Gugus Hidroksil

a) Identifikasi Alkohol Primer

- Tabung reaksi I : Bau yang +


menyengat
1 mL Etanol + 1 mL Asam Asetat + H2SO4 2
tetes
- Tabung reaksi II : Bau sangat +
menyegat
1 mL Etanol + Asam Benzoat + H2SO4, 2 tetes

b) Identifikasi Alkohol lain Sebelum


ditambahkan
Gliserol 1 mL +1 mL CuSO4 +1 mL NaOH
CuSO4 larutan
berwarna hijau
kekuningan, +
setelah
ditambahkan
CuSO4 larutan
menjadi biru

5. Pembahasan

Identifikasi Gugus Aldehid Alifatik

1. Uji Schiff

Suatu pereaksi Schiff yang tidak berwarna direaksikan dengan senyawa


kelompok aldehid, maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi Schiff tidak dapat
bereaksi dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat dan aldosa. Pereaksi Schiff
digunakan untuk menunjukan adanya gugus aldehid pada suatu senyawa. Pereaksi ini
berasal dari zat warna Fuschin yang warnanya telah hilang karena penambahan SO 2
dan H2SO4.
Pada pengujian ini kita menggunakan zat pembanding yaitu: formalin dan
glukosa. Dalam pengujian ini mula-mula kita siapkan tabung reaksi dalam kondisi
bersih dan kering, lalu masukkan zat formalin dan glukosa kedalam tabung reaksi,
kemudian masing-masing kita beri penambahan reagan Schiff. Dapat kita amati pada
tabung yang berisi formalin mengalami perubahan warna yaitu menjadi warna ungu
yang dimana ini menunjukan didalam larutan ini mengandung gugus aldehid. Tetapi
pada hasil pengamatan pada tabung yang berisi glukosa tidak mengalami perubahan
apapun, yang dimana ini menandakan didalam larutan ini tidak mengandung gugus
aldehid.

Begini skema reaksinya:

(Keenan, 1986)
2. Uji Tollens

Pereaksi tollens biasa digunakan untuk pembuktian senyawa aldehid bersifat


reduktor. Didalam reaksi ini jika dihasilkan endapan cermin perak maka hasilnya
akan positif. Kandungan senyawa tollens dibagi menjadi dua, yang pertama tollens A
mengandung senyawa anorganik perak nitrat (AgNO3). Kedua tollens B mengandung
senyawa amonia (NH3).
Pada pengujian ini mula-mula kita siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering,
lalu kita masukkan senyawa formalin sebanyak 1mL lalu kita tambahkan pereaksi
tollens A dan B sebanyak 2 tetes. Setelah penambahan pereaksi tollens campuran
tersebut kita gojog, tujuan dari penggojogan ini adalah untuk partikel saling
bertumbukan satu sama lain supaya mempercepat laju dari reaksinya. Setelah kita
gojog campuran tersebut, Langkah selanjutnya ialah kita panaskan campuran tersebut
hingga kelihatan gelembung, fungsi dari pemanasan ini ialah agar senyawa aldehid
dapat teroksidasi yang dimana nanti terbentuk gugus karboksil (COO-).

Begini skema reaksinya:

H C O+ Ag(NH3)OH  H-COONH4 + Ag + H2O

(Fessenden, 1986)

3. Uji Fehling

Pereaksi fehling biasa digunakan untuk mengidentifikasi didalam suatu


senyawa terdapat gugus aldehid/ keton. Senyawa fehling dibagi menjadi dua yaitu
yang pertama fehling A, senyawa fehlng terdiri dari senyawa tembaga 2 sulfat
(CuSO4). Kedua adalah fehling B, didalam fehling B terdapat campuran senyawa
yaitu natirum hidroksida (NaOH) dengan natrium kalium tatrat (garam seigette).
Jika senyawa fehling direaksikan secara bersamaan akan didapatkan senyawa
berwarna biru.

Pengujian ini diawali dengan memasukkan formalin kedalam tabung reaksi


yang sudah kita bersihkan dan keringkan. Selanjutnya kita masukkan senyawa
fehling (A dan B) sebanyak 1mL kedalam tabung reaksi, lalu kita panaskan
campuran tersebut hingga berubah warnanya menjadi kuning. Terjadinya
perubahan warna pada proses pemanasan dikarenakan senyawa aldehid dalam
campuran teroksidasi menjadi asam karboksilat. Bukan hanya perubahan warna
saja yang terjadi setelah proses dipanaskan, didalam larutan juga terdapat
endapan. Maksud dari pemanasan tersebut ialah agar gugus aldehid terjadi
perombakan pada ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- yang akan
membentuk asam karboksilat. Dalam pengujian didapatkan hasil positif yang
dimana warna dari biru menjadi kuning menandakan perubahan pada senyawa
aldehid menjadi asam karboksilat.

Begini skema reaksinya:


H C
+OCu2+ + NaOH H-COONa + Cu2O + 2H+
H
(Fessenden, 1986)

4. Uji Benedict

Perngujian benedict merupakan pengujian biokimia untuk mendeteksi gula


pereduksi dalam larutan, pengujian ini dirancang oleh kimiawan AS S.R. Benedict
(1884-1936). Reagen benedeict merupakan campuran senyawa tembaga 2 sulfat dan
hasil saringan dari campuran natrium sitrat berhidrat dengan natrium karbonat
berhidrat. Dalam pengujian untuk pengenalan gugus fungsi benedict digunakan
sebagai pengidentiifikasi aldehida, kelebihan penguji benedict ialah lebih peka
dibandingkan penguji fehling dan yang sejenisnya.

Pengujian ini diawali dengan menyiapkan dua buah tabung reaksi yang sudah kita
bersihkan dan keringkan, selanjutnya kita tambahkan larutan formalin sebanyak 1mL
kepada dua tabung reaksi. Langkah berikutnya kita tambahkan reagen benedict
sebanyak larutan formalin yang berada didalam gelas reaksi yang dimana menjadi 1:1
perbandingan antara larutan formalin dengan benedict. Untuk tabng kedua kita hanya
menambahkan dua tetes reagen bendedict. Lalu kita panaskan kedua tabung dan kita
mendapatkan hasil yaitu pada tabung pertama meenghasilkan larutan berwarna hijau
dan terdapat endapan pada bagian bawah tabung. Pada tabung reaksi kedua kita
mendapatkan tidak terjadi perubahan warna pada larutan yang dimana ini bisa terjadi
karena tidak terjadi reaksi pada proses pemanasan larutan pada tabung kedua. Reaksi
dapat terjadi bila mana perbandingan volume pada larutan itu seimbang (senyawa
penyusun larutan tersebut yaitu: formalin dengan reagen benedict), dalam percobaan
ini larutan formalin akan menjadi asam karboksilat bila direaksikan dengan aldehida
(reaksi oksidasi), dan senyawa benedict akan membentuk endapan karena mengalami
reaksi reduksi Cu2O.

Begini skema reaksinya:

Reaksinya :
H C O
+ Cu2+ + H2O + Na+ H-COONa + Cu2O + 2H+
H

(John Daintith, 1990)

Identifikasi Gugus Hidroksil

1. Alkohol Primer

Pengujian ini kita menggunakan bahan pembanding yaitu asam etanoat dan asam
benzoate. Mula mula kita siapkan dua tabung reaksi yang berisikan senyawa etanol
sebanyak 1mL, pada tabung pertama kita tambahkan asam etanoat dengan
ditambahkan dua tetes H2SO4. Tujuan ditambahkan H2SO4 adalah untuk berperan
sebagai katalis pada reaksi ini, sehabis itu kita panaskan campuran tersebut. Setelah
metode pemanasan kita mendapatkan bahwa larutan pada tabung reaksi pertama
menimbulkan aroma yang sangat menyengat yang dimana ini menandakan bahwa ada
senyawa alkhol primer didalam larutan pada tabung reaksi pertama.

Begini skema reaksi pada tabung pertama:

H2SO4
C2H5OH + CH3COOH H3 C C OC2 H5 + H 2O

(Fessenden, 1986)

Pada tabung reaksi kedua kita menambahkan asam benzoat dengan ditambahkan
dua tetes H2SO4 lalu kita panaskan campuran, setelah melakukan pemanasan
didapatkan aroma yang sangat menyengat pada tabung reaksi kedua, aromanya lebih
menyengat dibandingkan pada tabung reaksi pertama. Ini menunjukan bahwa didalam
campuran ini tidak terdapat senyawa alkohol primer.

Begini skema reaksi pada tabung kedua:

O O

C2H5OH + C OH C OC2 H5 + H 2O

(Fessenden, 1986)

2. Alkohol Lain

Pengujian ini kita menggunakan senyawa gliserida paling sederhana yaitu


gliserol. Mula-mula kita siapakan tabung reaksi yang sudah kita bersihkan dan
dikeringkan, lalu kita tambahkan senyawa gliserol kedalam tabung reaksi.
Selanjutnya kita tambahkan larutan CuSO4 dan NaOH kedalam tabung reaksi.
Dalam hal ini dapat kita amati penambahan CuSO4 menyebabkan larutan berubah
warnanya menjadi biru, sedangkan penambahan NaOH menyebabkan larutan
berubah warnanya menjadi biru hijau kekuningan. Maksud dari penambahan
larutan CuSO4 dan NaOH adalah sebagai reagen dalam mengidentifikasi terdapat
gugus hidroksil didalam senyawa gliserol. Warna kuning dalam larutan ini
terbentuk dari senyawa kompleks yang menyerupai cincin ungu, dalam pengujian
ini kita menggunakan metode pengocokan untuk mencampurkan larutan agar
menjadi satu. Metode pengocokan bertujuan untuk mempercepat pertumbukan
antar partikel dalam campuran tersebut.

Begini skema reaksinya:

2C3H8O3 + CuSO4 C3H5O3 Cu 2 + 6 H+ + SO42-

C3H8O3 + CuSO4 + NaOH [C3 H5 O3.CuNa]2 + 3H2O + H2SO4

Atom pusat : Cu (atom pusat merupakan unsur transisi)

Ligan : Na

(Fessenden, 1986)

6. Penutup

Kesimpulan

1. Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya


alkohol (memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus
karbonil), asam karboksilat (memiliki gugus karboksil), dan ester.
2. Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu.
Senyawa aldehid reaktif dengan pereaksi schiff, tollens, benedict dan fehling.
Senyawa alkohol dan karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi
esterifikasi. Keton bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida,
dan amonia sesuai dengan uji rothera.

Saran

1. Sebelum melakukan percobaan perhatikan kelengkapan bahan dan alat


2. Ikuti arahan dari pembimbing supaya tidak terjadi kecelakaan pada saat
praktikum
3. Praktikan harus selalu teliti dan berhati-hati dalam melaksanakan praktikum

Daftar Pustaka

Fessenden, Ralph J, 1986, Organic Chemistry (Edisi ke-2), Willard Grant Press
Publisher, USA.

Hart, Harold, 2003, Organik Chemistry – a short course, Erlangga, Jakarta.

Keenan and Kleinfelter, Wood, 1980, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta.

Petrucci, Ralph H, 1992, General Chemistry, Erlangga, Jakarta.

Ridwan, S, Drs, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Sumardjo, Damin, 2005, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, Undip Press

John Daintith, BSc, PhD. Concise Science Dictionary. Oxford University Press, 1984.

Wardiyah, M.Si., Apt. KIMIA ORGANIK. KEMENTRIAN KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA, 2016.

Lembar pengesahan

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi praktikum mata kuliah Kimia Dasar
yang disahkan kepada :

Nama : Zain Arifin Muhammad

NIM : 21080120140076

Judul : Pengenalan Gugus Fungsi

Percobaan :9

Jakarta, ….. Oktober 2020

Menyetujui,

Asisten Dosen Praktikan

Yukita Rista Purwaningsih Zain Arifin Muhammad

24030118120037 21080120140076

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai