3 Pembahasan
Pada uji kelarutan minyak dan lemak dalam percobaan ini digunakan minyak
kelapa, minyak wijen, minyak sawit, mentega, dan lilin. Kelima sampel tersebut
ditambahkan akuades pada tabung reaksi (I), etanol pada tabung reaksi (II),
kloroform pada tabung reaksi (III) dan n-heksana pada tabung reaksi (IV)
dikocok agar larutan menyatu (homogen). Setelah itu, dari masing-masing tabung
dipipet dan diteteskan 2 tetes pada kertas saring. Selanjutnya dikeringkan dalam
inkubator. Setelah kering noda diberi tanda menggunakan pensil dan diukur diameter
noda yang muncul pada masing-masing kertas saring, dan diperoleh data diameter
noda pada kertas saring berturut-turut dari masing-masing pelarut (air, etanol,
n-heksana, dan kloroform) untuk minyak kelapa adalah 0,000 cm, 1,525 cm,
2,375 cm dan 2,525 cm, untuk minyak wijen adalah 0,000 cm, 1,025 cm, 2,325 cm
dan 2,750 cm, untuk minyak sawit adalah 0,000 cm, 0,000 cm, 3,587 cm dan
2,975 cm, untuk mentega adalah 0,000 cm, 0,000 cm, 2,625 cm dan 2,426 cm, dan
untuk lilin adalah 0,000 cm, 0,000 cm, 2,425 cm dan 2,075 cm.
Diameter noda berbanding lurus dengan kelarutan, yang berarti semakin besar
diameter noda maka akan semakin besar pula kelarutan suatu zat terhadap suatu
pelarut. Dari data yang diperoleh pada sampel minyak kelapa kelarutan terhadap
pelarut kloroform > n-heksana > etanol > air. Dari data yang diperoleh pada sampel
minyak wijen kelarutan terhadap pelarut kloroform > n-heksana > etanol > air. Dari
data yang diperoleh pada sampel minyak sawit kelarutan terhadap pelarut
n-heksana > kloroform > etanol > air. Dari data yang diperoleh pada sampel mentega
kelarutan terhadap pelarut n-heksana > kloroform > etanol > air. Dari data yang
Data yang diperoleh untuk sampel mentega dan lilin sudah sesuai dengan teori
namun pada minyak wijen, minyak sawit dan minyak kelapa tidak. Hal ini mungkin
Pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak campuran air dan minyak diambil
2 fasa (lapisan organik dan lapisan air), kedua lapisan ini kemudian dipisahkan dan
lapisan organik (1) diambil dengan pipet. Lapisan air, ditambahkan lagi dengan n-
heksana, dikocok, kemudian dipisahkan lagi kedua lapisan yang terbentuk menjadi
lapisan organik (2) dan lapisan air. Lapisan organik (1) dan (2) kemudian digabung
dan dikocok, diambil dengan pipet lalu diteteskan sebanyak (2) tetes pada kertas
saring, dan dikeringkan dalam inkubator. Setelah kering, diukur diameter noda yang
terbentuk. Begitu pula perlakuan yang diberikan pada lapisan air. Setelah diukur,
diperoleh data pada lapisan air tidak ada noda yang terbentuk, sedangkan pada
pelarut organik untuk masing-masing sampel yaitu minyak kelapa 2,525 cm, minyak
wijen 3,150 cm, minyak sawit 4,000 cm, mentega 2,650 cm, dan lilin 1,875 cm.
Data yang diperoleh dari percobaan sudah sesuai dengan teori dimana pelarut
yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak adalah pelarut organik nonpolar bukan
air. Dimana semua sampel memiliki noda pada pelarut organik dan tidak memiliki
noda pada lapisan air. Itu disebabkan karena pada saat pemanasan lapisan air
menguap.