Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Susilo, pada tahun 2007 istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu

Acetem yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka adalah asam asetat.

Asam juga dapat dikelompokan menjadi dua yaitu asam anorganik dan asam

anorganik. Asam organik berasal dari hewan dan tumbuhan sedangkan asam anorganik

berasal dari mineral-mineral dan non logam (Susilo, 2007).

Menurut Fessenden, pada tahun 1994 suatu asam karboksilat ialah segolongan

senyawa organik yang dicirikan oleh gugus karboksil, yaitu nama yang berasal dari

nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil. Rumus umum asam karboksilat ialah

RCOOH. Asam karboksilat tergolong asam karena senyawa ini mengion dalam

larutan, menghasilkan ion karboksilat dan proton. Dinamakan asam karboksilat karena

banyak senyawa dengan R berupa gugus alifatik yang telah banyak dikenal dengan

asam lemak karena banyak terdapat di dalam lemak dan minyak. Gugus karboksil juga

dapat menempel pada cincin benzena, jika dua asam karboksilat terdapat pada satu

molekul, senyawa itu dinamakan asam karboksilat (Fessenden, 1994).

Menurut prasetyo, pada tahun 2012 asam karboksilat dan ester merupakan

isomer-isomer gugus fungsi yang mempunyai rumus molekul sama tetapi gugus fungsi

berbeda. Gugus fungsi pada asam karboksilat adalah gugus karboksil COOH, dan

pada ester gugus karboalkoksi (-COOR) (Prasetiyo, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum tentang asam

karboksilat dan turunannya untuk mengetahui berbagai reaksi asam karboksilat dan

reaksi esterifikasi asam karboksilat.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan ialah mengetahui beberapa sifat asam karboksilat

dan turunannya serta mengetahui reaksi esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol.

1.2.2 Tujuan percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sifat asam karboksilat dan turunannya.

2. Menentukan reaksi garam dari asam karboksilat.

3. Menentukan reaksi esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol.

1.3 Prinsip Percobaan

Sifat garam dari asam karboksilat (natrium format dan natrium asetat) dapat

diketahui dengan mereaksikannya terlebih dahulu dengan CaCl2. Dengan cara

dipanaskan supaya terionisasi menjadi karboksilat dan natrium kemudian dideteksi

oleh CaCl2 hingga terbentuk endapan Ca(OH)2. Turunan dari asam karboksilat yaitu,

ester dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan mereaksikannya dengan alkohol

dan dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalis. Sehingga terdapat H+

sebagai pengadisi dalam pembentukan ester.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keasaman

Keasaman adalah kecenderungan ionisasi, dalam air senyawa-senyawa tersebut

sedikit mengalami ionisasi dengan pelepasan proton dan dapat dinetralisasikan dengan

basa, maka bila induksi elektronegativitas makin besar senyawa tersebut makin asam

(Ka makin besar atau pKa makin kecil) artinya makin cenderung melepaskan proton

(H+). Asam adalah zat apa saja yang molekulnya mempunyai satu atom hidrogen yang

mampu memisahkan diri menjadi ion hidrogen (H+), atau dengan kata lain bahwa

semua asam adalah sumber ion hidrogen (H+) atau proton (Sitorus, 2010).

Asam karboksilat adalah suatu asam lemah dengan tetapan asam (Ka) atau pKa

(-Log Ka) tertentu dengan persamaan ionisasi sebagai berikut (Sitorus, 2010):

RCOOH + H2O H3O+ + RCOO- .(2.1)

Definisi tingkat keasaman air berdasarkan kekuatan ion hidrogen yang aktif

mempengaruhinya. Nilai keasaman ditentukan dengan eksponen ion hidrogen yang

dilambangkan dengan pH, didapat dari angka negatif logaritma basis 10 konsentrasi

ion hidrogen yang aktif secara kesetimbangan stoikiometrinya (Anshory, 2003):

pH = 10 Log [H+] ....(2.2)

Nilai [H+] tidak hanya tergantung pada jumlah zat (asam, garam, basa) yang

dimasukkan ke dalam sistem larutan, tetapi juga bergantung pada kelarutan dan

aktifitas ionnya. Nilai skala pH diberikan mulai dari 0 (sangat asam) sampai dengan

14 (sangat basa), dengan nilai pH =7 sebagai pH netral (keadaan dimana asam dan

basa berimbang). Dengan demikian dengan sederhana dapat dipahami bahwa zat dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu asam kuat, asam lemah, garam-garam, basa

lemah, dan basa kuat (Anshory, 2003).

Asam kuat adalah zat yang jika dilarutkan ke dalam air, semua ion hidrogen

larut dan berdisosiasi membentuk ion hidronium (H3O+), sehingga semua ion hidrogen

punya aktifitas besar terhadap keasaman air. Bisa dihitung dengan mudah pH asam

kuat dengan langsung mengambil nilai eksponen konsentrasi ion H+nya. Asam Lemah

yaitu jika zatzat asam jika dilarutkan ke dalam air, akan mengalami disosiasi atau larut

dalam bentuk ionik. Namun demikian, karena nilai kesetimbangan (ionik) yang

berbedabeda dalam larutannya, maka ada beberapa zat yang tidak terdisosiasi dengan

sempurna. Sebagian akan terdisosiasi menjadi anion dan kation (H+), dan sebagian

yang lain akan larut tetap dalam bentuk molekul senyawanya (Anshory, 2003).

Sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat ialah keasamannya.

Dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan HNO3 (pKa sekitar 1 atau lebih

rendah), asam karboksilat adalah asam lemah (pKa yang khas adalah sekitar 5). Namun

asam karboksilat lebih bersifat asam daripada alkohol dan fenol, terutama karena

stabilisasi-resonansi anion karboksilatnya, RCO2- (Fessenden, 1994).

2.2 Asam Karboksilat

Asam karboksilat ialah segolongan senyawa organik yang dicirikan oleh gugus

karboksil, yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil.

Rumus umum asam karboksilat RCOOH. Asam karboksilat merupakan senyawa

golongan asam karena senyawa ini mengion dalam larutan, menghasilkan ion

karboksilat dan protein. Asam karboksilat melimpah dan tersebar luas di alam. Banyak

diantaranya mempunyai nama biasa, turunan dari kata yunani atau latin yang

menyatakan sumber alamiahnya. Misalnya, kimiawan acap kali asam metanoat dengan
nama biasa asam format. Asam format diproduksi oleh semut (Latin: formica = semut).

Nama biasa untuk asam etanoat adalah asam asetat. Asama asetat dihasilkan apabila

anggur berubah masam dan menjadi cuka (Latin: acetum = cuka). Aroma masam pada

cuka berasal dari asam asetat. Nama asam karboksilat lebih sering digunakan dari pada

nama IUPAC nya (Wilbraham, 1992).

Senyawa yang mengandung gugus karboksil (karbonil dan karboksil)

dinamakan senyawa karboksilat, rumus umumnya RCO2H. Banyaknya senyawa

dengan R berupa gugus alifatik telah dikenal senyawa ini dikenal dengan asam lemak

karena banyak terdapat didalam lemak dan minyak. Gugus karboksil dapat juga

menempel pada cincin benzena. Jika dua asam karboksilat terdapat pada satu molekul,

senyawa itu dinamakan asam dikarboksilat (Achmadi, 1985).

Sebagaimana bentuk strukturnya, asam karboksilat bersifat polar, seperti

halnya alkohol. Asam karboksilat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya atau

dengan molekul lain. Karena itu, titik didihnya lebih tinggi dibandingkan dengan

alkohol dengan bobot molekul sama tetapi titik didihnya berturut-turut 118oC dan

97oC. Penetapan bobot molekul menunjukkan bahwa asam-asam format dan asetat

merupakan dimer dalam pelarut non polar, sekalipun dalam keadaan gasnya. Dua

molekul saling berpegangan melalui ikatan hidrogen (Rasyid, 2006).

Sifat fisis asam karboksilat mencerminkan ikatan hidrogen yang kuat antara

molekul-molekul asam karboksilat. Titik leleh dan titik didih relatif lebih tinggi.

Asam-asam yang berbobot molekul rendah larut dalam air maupun dalam pelarut

organik. Suatu sifat yang perlu dicatat dari asam karboksilat berbobot-molekul rendah

ialah baunya. Asam format dan asetat berbau merangsang. Asam propionat berbau

merangsang yang mengingatkan bau lemak tengik. Bau mentega tengik sebagian
ditimbulkan oleh asam butirat. Asam kaproat berbau kambing (karena keringat

kambing memang mengandung asam kaproat). Asam valerat bukanlah asam kuat,

namun berbau kuat antara mentega tengik dan keringat kambing. Sejumlah besar jalur

sintetik untuk mendapatkan asam karboksilat dapat dikelompokkan dalam tiga tipe

reaksi, yaitu hidrolisis derivat asam karboksilat, reaksi oksidasi dan reaksi Grignard.

Hidrolisis derivat asam karboksilat terjadi dari serangan air OH- pada karbon karbonil

(atau karbon CN pada suatu nitril) dari derivat itu. Hidrolisis suatu ester yang

menghasilkan asam karboksilat adalah dari reaksi ini (Fessenden, 1994).

Asam karboksilat menempati pusat antara senyawa karbonil, baik di alam

maupun di laboratorium. Cuka misalnya, hanya larutan encer asam asetat

(CH3COOH), asam butanoat, bertanggung jawab untuk bau asam mentega, dan asam

heksanoat, sebagian bertanggung jawab atas aromanya (McMurry, 1998).

2.3 Reaksi Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol

membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester

asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus CO2R dengan R dapat

berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik. Reaksi

esterifikasi mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida.

Reaksi esterifikasi berkatalis asam berjalan lebih lambat, namun metode ini lebih sesuai

untuk minyak atau lemak yang memiliki kandungan asam lemak bebas relatif tinggi,

karena FFA yang terkandung di dalam trigliserida akan bereaksi dengan metanol

membentuk metil ester dan air (Arita dkk., 2008).

Proses esterifikasi adalah suatu reaksi reversibel antara suatu asam karboksilat

dengan suatu alkohol. Produk esterifikasi disebut ester yang mempunyai sifat yang

khas yaitu baunya yang harum. Sehingga pada umumnya digunakan sebagai
pengharum (essence) sintetis. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible yang

sangat lambat. Tetapi bila menggunakan katalis asam sulfat atau asam klorida,

kesetimbangan reaksi akan tercapai dalam beberapa jam. Esterifikasi dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah; struktur molekul dari alkohol, suhu proses dan

konsentrasi katalis maupun reaktan. Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan

mengganti gugus OH dengan gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester

merupakan senyawa organik yang bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan

PCl3. Ester termasuk salah satu turunan asam karboksilat yang diperoleh dengan

mereaksikan suatu asam (karboksilat) dengan alkohol atau fenol. Rumusnya: RCOOR

dimana R dan R adalah gugus organik. Ester yang terdiri dari asam-asam yang berat

molekul rendah dan alkohol merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna,

sedikit larut dalam air dengan bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa

asam karboksilat dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak, lilin,

dan minyak (Keenan, dkk., 1980).

Reaksi esterifikasi asam lemak dengan katalis BF3/metanol merupakan reaksi

reversibel sehingga untuk mendapatkan metil ester maksimal maka kesetimbangan

reaksi harus bergeser ke kanan. Untuk meningkatkan kesetimbangan reaksi bergeser

ke kanan maka komponen reaktan harus berlebih yaitu metanol (Amri, 2012).

Pada proses esterifikasi ini, reaktan, katalis dan kondisi operasi reaksi

memberikan pengaruh dan peranan yang penting. Pada proses esterifikasi katalis yang

banyak digunakan pada awalnya adalah katalis homogen asam donor proton dalam

pelarut organik, seperti H2SO4, HF, H3PO4, PTSA dan RSO3H. Hanya saja katalis-

katalis homogen ini bersifat korosif dan beracun dan sulit untuk dipisahkan dari

produk. Saat ini telah dikembangkan juga penelitian sintesis ester melalui esterifikasi

asam asetat dengan etanol (Susanto, 2008).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam formiat

(HCOOH), natrium formiat (HCOONa), natrium hidroksida (NaOH) 1 m, kalsium

klorida (CaCl2) 5 m, amil alkohol (C5H11OH), natrium asetat (CH3COONa), etanol

(C2H5OH), asam asetat (Ch3COOH) (1 m dan glacial), asam sulfat (H2SO4), akuades

(H2O), tissue roll, dan sabun.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, gelas piala 50 mL, kaki tiga, kasa, penjepit tabung dan lampu

spiritus.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Reaksi dengan air dan CaCl2

Disiapkan dua buah tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan natrium

format dan di tabung ke dua dengan natrium asetat masing-masing 1 gram. Dipanaskan

10-15 menit (hingga keluar gelembung gas yang hebat). Didinginkan kemudian

ditambahkan 5 mL air kedalam masing-masing tabung. Dipanaskan kembali kemudian

diamkan. Diambil supernatannya dideteksi CaCl2 5 M, catat perubahan yang terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan NaOH

Disiapkan dua buah gelas piala 50 mL. Di tabung pertama diisi dengan

HCOOH 1 M dan di tabung ke dua diisi dengan CH3COOH 1 M, masing-masing 3

mL. Ditambahkan NaOH 1 M dalam jumlah yang sama. Dikedua tabung tersebut
dipanaskan hingga semua airnya menguap. Didinginkan dan kemudian di kerjakan

sama dengan reaksi dengan menambahkan air dan CaCl2.

3.3.3 Reaksi Esterifikasi

Dimasukkan 1 mL etanol ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 mL asam

asetat glasial dan 1 mL H2SO4 pekat. Dipanaskan diatas penangas air kurang lebih 5

menit. Didinginkan, kemudian dituang kedalam gelas piala berisi air dingin kurang

lebih 50 mL. Diaduk dan dicium baunya. Diulangi langkah-langkah sebelumnya

dengan mengganti etanol dengan amil alkohol.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Reaksi Garam Karboksilat dengan Air dan CaCl2


Tabel 1. Hasil reaksi garam karboksilat dengan air dan CaCl2
Perubahan yang terjadi
Zat Keterangan
Pemanasan + air +CaCl2

Terdapat
Bening Bening agak endapan
HCOONa Bereaksi
Gas meletup kecoklatan warna
putih

Bening
CH3COONa Bening Bening Tidak bereaksi
Gas meletup

Pada prosedur A bahan yaitu natrium formiat (HCOONa) dan natrium asetat

(CH3COONa) 1 M yang dipanaskan, dengan tujuan dari pemanasan ini adalah agar

garam formiat ini terurai menjadi HCOO- + Na+ dan jika HCOO- + H2O. HCOOH +

OH-, artinya tujuan pemanasan ini adalah untuk memperoleh asam yang membentuk

garam formiat (HCOONa), setelah dipanaskan ditambahkan air 5 mL, penambahan

yang dimaksudkan di atas adalah untuk membentuk asam pembentuk garam formiat

(HCOONa). Setelah ditambahkan air, dipanaskan kembali yang bertujuan agar

terbentuk filtrat, kemudian filtratnya diambil dan ditambahkan dengan CaCl 2. Tujuan

penambahan CaCl2 ini adalah untuk mengetahui dalam filtrat terdapat garam. Jika

dalam filtrat tersebut benar terdapat garam, maka jika direaksikan dengan CaCl2 akan

terbentuk endapan Ca(OH)2. Pada natrium formiat bereaksi positif menghasilkan

endapan putih yang dapat dilihat pada gambar b. Sedangkan pada natrium asetat

berdasarkan hasil percobaan tersebut tidak bereaksi yang ditandai dengan tidak
terbentunya endapan seperti yang ditunjukkan oleh gambar a. Hal ini bertentangan

dengan teori dimana HCOONa dan CH3COOH yang dipanaskan dan ditambahkan air

dan CaCl2 seharusnya mengalami reaksi dan menghasilkan endapan Ca(OH)2.

a b

Gambar 1. Hasil reaksi natrium format dengan air dan CaCl2

4.2 Reaksi Asam Karboksilat dengan Air dan CaCl2

Tabel 2. Hasil reaksi asam karboksilat dengan air dan CaCl2


Perubahan yang terjadi
Zat Keterangan
Pemanasan + air +CaCl2

HCOOH Bening
Endapan putih putih Bereaksi
(X) keruh

CH3COOH Endapan
Endapan putih Bening Bereaksi
(Y) putih
- Tabung (1) setelah ditambah NaOH dan dipanaskan terbentuk gelembung (X)

- Tabung (2) setelah ditambah NaOH dan dipanaskan terbentuk gelembung (Y)

Pada prosedur B bahan yang digunakan adalah asam karboksilat yaitu HCOOH

dan CH3COOH, kedua asam ini masing-masing ditambahkan NaOH 1 M, dengan

tujuan untuk menetralisasi asam karboksilat. Seperti kita ketahui bahwa asam

karboksilat dapat dinetralisasi oleh basa yang menghasilkan garam dan air. Setelah itu

asam karboksilat (HCOOH dan CH3COOH) ini dipanaskan, tujuannya yaitu sama

dengan percobaan A, karena setelah ditambahkan NaOH ternyata terbentuk garam

maka dipanaskan agar garam tersebut terurai kembali menjadi CH3COOH-,

HCOO- dan H+. Setelah itu ditambahkan lagi dengan air yang bertujuan agar air

membentuk kembali asam karboksilat yang membentuk garam. Selanjutnya

dipanaskan kembali yang bertujuan agar terbentuk filtrat, kemudian filtratnya

ditambah CaCl2 dengan tujuan mengetahui dalam filtrat tersebut terdapat garam,

sehingga jika direaksikan dengan CaCl2 akan terbentuk NaCl. Hasil reaksi asam

formiat ditunjukkan oleh gambar a dan hasil reaksi asam asetat ditunjukkan oleh

gambar b. Pada gambar b menghasilkan endapan hitam yang diakibatkan oleh

kesalahan praktikan yang terlalu lama dalam proses pemanasan.

a b

Gambar 1. Hasil reaksi asam karboksilat dengan air dan CaCl2


4.3 Reaksi Esterifikasi
Tabel 3. Hasil reaksi esterifikasi

Zat Hasil Esterifikasi Keterangan

Etanol Baunya seperti balon tiup Bereaksi


AAA

Baunya seperti permen


Amil alkohol Bereaksi
karet rasa pisang

Percobaan prosedur C, bahan yang digunakan adalah etanol dan amil alkohol

untuk reaksi esterifikasi. Etanol atau amil alkohol ditambahkan dengan asam yaitu

CH3COOH dan H2SO4 pekat, dengan tujuan yaitu untuk memperoleh ester karena

ester dapat diperoleh di laboratorium dengan cara mereaksikan asam karboksilat dan

alkohol, kemudian dipanaskan dengan tujuan agar etanol dengan asam karboksilat

bercampur dengan sempurna. Lalu larutan dicampurkan dengan air 50 mL. Etanol

direaksikan dengan asam karboksilat akan menghasilkan ester yang baunya seperti bau

balon tiup sedangkan jika amil alkohol direaksikan dengan asam karboksilat

menghasilkan ester yang wangi dan lebih tajam seperti bau permen karet. Hasil reaksi

amil alkohol dapat dilihat pada gambar a dan etanol pada gambar b.

a b

Gambar 3. Hasil reaksi esterifikasi


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Asam karboksilat dapat dinetralkan oleh basa membentuk garam. Garam yang

terbentuk berwujud serbuk putih dan dapat dipisahkan dengan menguapkan airnya.

2. Asam karboksilat dapat menghasilkan asil halida dan Ca(OH)2 dengan

mereaksikannya dengan CaCl2.

3. Reaksi esterifikasi antara asam karboksilat dan alkohol akan menghasilkan

senyawa ester yang baunya harum.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu alat dan bahan yang digunakan dipelihara

dengan baik dan telah terjamin kualitasnya, sehingga meminimalkan hasil percobaan

yang menyimpang.

5.2.2 Saran untuk percobaan

Saran untuk praktikum yaitu agar praktikan lebih berhati-hati saat melakukan

percobaan dan tidak melakukan hal lain selain yang berhubungan dengan percobaan

sehingga praktikum berjalan dengan tertib.


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S., 1985. General Chemistry Prinsiples and Modern Aplication Fourth
Edition, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Arita, S., Meta B. D. dan Jaya I., 2008, Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari CPO
Off Grade dengan Metode Esterifikasi-Transesterifikasi, Jurnal Teknik Kimia,
2(15).
Amri, A., Perry B. dan Agus W., 2012, Sintesis 2-Hidroksi Propil Karboksilat dari
Asam Lemak, Jurnal Teknik Pomits, 1(1), 1-4.
Anshory, H. I., 2003, Acuan Pelajaran Kimia, Erlangga, Jakarta.

Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik Edisi Ketiga, Erlangga,
Jakarta.

Keenaan, C. W., Kleinfelter dan J. H Wood, 1980, General College Chemistry, Harper
and Row Publisher inc, New York.

Mcmurry, J., 1998, Fundamentals Of Organic Chemistry, Cole Publishing Company,


California.

Rasyid, M., 2009, Kimia Organik, Badan Penerbit UNM, Makassar.

Sitorus, M., 2010, Kimia Organik Umum, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Susanto B., Mohammad N. dan Sukirno, 2008, Sintesis Pelumas Dasar Bio Melalui
Esterifikasi Asam Oleat Menggunakan Katalis Asam Heteropoli/Zeolit,
Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses. 46(1), 1-9.

Wilbraham, A. C., 1992, Kimia Organik dan Hayati, ITB, Bandung.


Lampiran 1. Reaksi

O
O
1. a. C
C + Na
H ONa
H O
O O

C + H2O C + OH
H O H OH

O O

C + CaCl2 C + Ca(OH)2
H OH H OCl

O
O
b.
C
C + Na
H3 C ONa
H3C O
O O

C + H2 O C + OH
H3 C O H3C OH
O O

C + CaCl2 C + Ca(OH)2
H3C OH H 3C OCl
O O

2. a. C + NaOH C + H2O
H OH H ONa

O
O
C
C + Na
H ONa
H O
O O

C + H2O C + OH
H O H OH
O O

C + CaCl2 C + Ca(OH)2
H OH H OCl

O O

b. C + NaOH C + H2O
H3C OH H 3C ONa
O
O
C
C + Na
H3C ONa
H3C O
O O

C + H2O C + OH
H3C O H3C OH
O O

C + CaCl2 C + Ca(OH)2
H3C OH H3C OCl

O O
H2
3. a. H3C C OH + C C + H2O
H3C OH H3C OC2H5

O O

b. CH3(CH2)4OH + C C + H2O
H3C OH H3C CH3(CH2)4
Lampiran 2. Bagan Kerja

a. Identifikasi garam dari asam karboksilat dengan air dan CaCl2

HCOONa/CH3COONa

- Diisi ke dalam gelas piala sebanyak 1 gram.

- Dipanaskan 10-15 menit hingga keluar gelembung gas.

- Didinginkan dan ditambahkan 5 mL air.

- Dipanaskan dan didiamkan/didekantasi

- Diambil supernatannya dan dideteksi dengan CaCl2 5 M

Hasil

b. Identifikasi asam karboksilat dengan basa NaOH

HCOOH/CH3COOH 1 M

- Diisi sebanyak 3 mL.

- Ditambahkan NaOH 1 M sebanyak 3 mL.

- Dipanaskan hingga semua air menguap.

- Didinginkan dan ditambahkan 5 mL air

- Dipanaskan dan didiamkan/didekantasi

- Diambil supernatannya dan dideteksi dengan CaCl2 5 M

Hasil
c. Reaksi esterifikasi asam karboksilat

C2H5OH/Amil Alkohol

- Dimasukkan 1 mL dalam tabung reaksi

- Ditambahkan 1 mL asam asetat glasial dan 1 mL H2SO4 pekat

- Dipanaskan di atas penangas air 5 menit

- Didinginkan dan dituang ke dalam tabung reaksi yang berisi

akuades.

- Diaduk, diperhatikan, dan dicium baunya, dicatat

Hasil
Laporan Praktikum
Kimia Organik Dasar

ASAM KARBOKSILAT DAN TURUNANNYA

WA ODE NURUL AZKIAH


H311 15 303

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
LAPORAN PRAKTIKUM

ASAM KARBOKSILAT DAN TURUNANNYA

Disusun dan diajukan oleh:

WA ODE NURUL AZKIAH


H311 15 303

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 9 April 2016


Asisten

AGUSTAN
NIM. H31111102
DAFTAR ISI

Halaman
A. DAFTAR ISI ..................................................................................................i
B. DAFTAR TABEL ..............................................................ii
C. DAFTAR GAMBAR ............................................................................iii
D. DAFTAR LAMPIRAN .iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan................................................................. 2
1.2.1 Maksud Percobaan.................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Percobaan.................................................................... 2
1.2.3 Prinsip Percobaan.................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keasaman ..... 3
2.2 Asam Karboksilat ..... 4
2.3 Reaksi Esterifikasi .... 6
BAB III : METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan....................................................................................... 9
3.2 Alat Percobaan.......................................................................................... 9
3.3 Prosedur Percobaan................................................................................... 9
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Reaksi Garam Karboksilat dengan Air dan CaCl2.................................. 11
4.2 Reaksi Asam Karboksilat dengan Air dan CaCl2................................... 11
4.3 Reaksi Esterifikasi.................................................................................. 11
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 15
5.2 Saran........................................................................................................ 15
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil reaksi garam karboksilat dengan air dan CaCl2... 11

Tabel 2 Hasil reaksi asam karboksilat dengan air dan CaCl2.12

Tabel 3 Hasil reaksi esterifikasi ........................................14

Anda mungkin juga menyukai