Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“(PENETAPAN PH)”

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Karisma Lutfiana Nurul Fadila


NIM : 211420042
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA


MINERAL POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
AKAMIGAS (PEM AKAMIGAS)

Cepu, Januari 2022


PERCOBAAN 1:
(Penetapan PH)
I. Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mahasiswa dapat menetapkan harga pH dengan indicator
2. Mahasiswa dapat mengukur harga pH dengan pH meter
menentukan koefisien distribusi dari asam asetat di dalam benzene dan air.
II. Keselamatan Kerja
Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:
1. Hati – hati saat bekerja dengan larutan kimia.
2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam praktikum ini (MSDS
terdapat dalam lampiran).
3. Saat bekerja dengan HNO3 dan H2SO4 pekat harus dilakukan di almari asam. 4.
Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak
diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.
5. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat. 6.
Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.

III.Dasar Teori
Teori asam maupun basa sudah mulai dikenal oleh ahli kimia konvensional sejak
jaman dulu. Bukti utama dapat dilihat dari nama mereka sendiri. Istilah asam berasaldari
bahasa Latin acetum yang artinya adalah cuka. Unsur pokok cuka adalah asam asetat
CH3COOH. Sedangkan istilah alkali diambil dari bahasa Arab untuk abu. Selain itu,
telah diketahui pula bahwa paling tidak selama 3 abad bahwa hasil reaksiantara asam
dan basa (netralisasi) adalah garam. (Petrucci, 1985)
Beberapa teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam-basa merupakan suatu
tingkatan yang penting dalam sejarah ilmu kimia. Lavoisier pada tahun
1777,menyatakan bahwa semua asam selalu terdiri dari satu unsur yang
sama.Unsurtersebut adalah oksigen yang diajukan oleh Lavoisier dari bahasa Yunani
yang berarti pembentuk asam. Kemudian pada tahun 1810, Davy mempresentasikan
bahwa asammuriatat (asam hidroklorida) hanya mengandung hidrogen dan klor, namun
tidakmengandung oksigen. Yang lebih menarik lagi ternyata hidroklorida itu
mempunyaisifat sama seperti asam. Dengan itu para ahli kimia kemudian menetapkan
hidrogensebagai pembentuk unsur dari suatu asam (Petrucci, 1985).
Istilah asam dan basa kemudian diinterpretasikan secara lebih terperinci oleh
beberapa ahli. Pada awal abad 19, seorang kimiawan bernama Arhennius
memperkenalkan konsep asam dan basa, dimana asam adalah sneyawa yang
biladilarutkan ke dalam air akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H⁺) di atas
nilainya dalam air murni, sedangkan basa meningkatkan meningkatkan ion hidroksida.
(Petrucci, 1985)
Dalam air murni, terdapat sedikit ion hidrogen (H⁺) dan ion hidroksida (OH⁻) yang
jumlahnya sama. Hal tersebut timbul dari hasil ionisasi parsial dari air: H2O(l) H⁺(aq) +
OH⁻ (aq)
Menurut Arhennius, kita mendefinisikan asam sebagai zat yang bila
dilarutkandalam air akan menambah jumlah ion hidrogen yang sudah ada dalam air
murni. Gas hidrogen klorida bereaksi dengan air menghasilkan asam klorida:
HCl(g) H+(aq) + Cl-(aq)
Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan akan menambah jumlah
ionhidroksida yang sudah ada dalam air murni. Natrium hidroksida banyak larut dalam
air berdasarkan persamaan:
NaOH(s) Na+(aq) + OH⁻) aq)
Hasil dari persamaan di atas merupakan basa kuat. Amonia adalah basa
lainnya,sebagaimana ditunjukkan oleh produk reaksinya dengan air: NH3(aq) + H2O(l)
NH4+(aq) + OH⁻ (aq)
Bila larutan asam dicampur dengan basa, maka terjadilah reaksi netralisasi:
H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)
Ini merupakan kebalikan dari reaksi ionisasi air yang telah
diperlihatkansebelumnya. Jika ion pengamat dimasukkan kembali ke dalam persamaan,
misalnya: HCl + NaOH H2O + NaCl
Menunjukkan bahwa garam dapat didefinisikan sebagai produk selain air darireaksi
asam dengan basa. Namun demikian, biasanya lebih disukai tidak menuliskanion
pengamat ini dan hanya secara gamblang menyatakan ion-ion yang bereaksi(Chang,
2003).
Sebuah definisi asam dan basa yang lebih luas, yang akan berguna dalam
perhitungan kuantitatif kimia dasar, diperkenalkan secara terpisah oleh
JohannesBronsted dan Thomas Lowry pada tahun 1923. Suatu asam Bronsted-
Lowrydidefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan ion hidrogen (H +),
sedangkansuatu basa bronsted lowry adalah suatu zat yang dapat menerima ion hidrogen
(H+).Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion hidrogen dipindahkan dari asam ke
basa. Sebagai contoh, bila asam asetat dilarutkan ke dalam air, ion hidrogendipindahkan
dari asam asetat ke air (Oxtoby, 1999).
CH3COOH(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Ion hidronium H3O(aq) cenderung lebih sering dipakai dalam penulisan reaksikimia
daripada ion hidrogen (H+) karena lebih menggambarkan sifat ion hidrogenyang
sebenarnya dalam air. Asam dan basa terdapat sebagai pasangan asam-basakonjugat.
CH3COOH dan CH3COOH adalah salah satu contohnya, dimana CH3COOH adalah basa
konjugat dari CH3COOH-. Demikian pula dapat dikatakan CH3COOH adalah asam
konjugat dari CH3COO-. Dengan cara yang sama, H3O+dan H2O jugamembentuk
pasangan asam-basa konjugat. Kesetimbangan yang tercapai dapatdipandang sebagai
persaingan antara dua basa untuk mendapatkan ion hidrogen H + .Sebagai contoh, bila
amonia dilarutkan ke dalam air kedua basa NH3 dan OH bersaing memperebutkan ion ion
hidrogen. (Chang, 2003)
H2O(l) + NH3(aq) NH4+(aq) + OH-(aq)
Satu keuntungan dari pendekatan Bronsted-Lowry adalah tidak terbatas hanyauntuk
larutan air. Sebagai contoh larutan ammonia sebagai pelarut adalah NH3 bertindak
sebagai sebuah basa, walaupun ion hidroksida (OH-) tidak ada. SkemaArhennius yang
sudah lama diperkenalkan tidak dapat menjelaskan hal ini, sehinggadengan teori
Bronsted-Lowry diperluas untuk larutan lain di luar larutan air (Chang, 2003).
HCl-(dalam NH3) + NH3(l) NH4+(dalam NH3) + Cl-(dalam NH3)
Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi baik sebagai asam dan sebagai
basatergantung dari kondisi reaksi sehingga disebut amfoter. Contoh yang paling
umumadalah air itu sendiri. Air berfungsi sebagai asam dengan memberikan ion
hidrogenkepada NH3 (basa konjugat disini adalah OH-) dan sebagai basa dengan
menerimaion hidrogen dari CH3COO-(asam konjugat di sini adalah H3O+). Dengan cara
yang sama, ion hidrogen karbonat dapat berfungsi sebagai asam dan sebagai basa
(Oxtoby, 1999).
HCO3-(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + CO32-(aq)
HCO3-(aq) + H2O (l) H2CO3 (aq) + OH-(aq)
Lebih lanjut, struktur Bronted Lowry dapat digambarkan lebih detail melalui model
yang dikemukakan oleh Lewis. Struktur model Lewis dapat digunakan untuk
menggambarkan perilaku yang lebih umum dari asam-basa dimana definisi Arheniusdan
Bronsted-Lowry merupakan kasus istimewa. Sebuah basa lewis merupakan jenis basa
yang menyumbangkan sepasang elektron bebas dan suatu asam lewis adalah jenis asam
yang menerima sepasang elektron tersebut. Asam dan basa Arrhenius sejauh ini
dianggap memenuhi gambaran tersebut (dengan asam lewis, yaitu H +berfungsi sebagai
akseptor terhadap berbagai macam basa lewis seperti NH 3 dan OH-,yaitu donor
pasangan elektron) (Oxtoby, 1999).
Reaksi lain yang tidak melibatkan ion hidrogen masih dapat dianggap sebagaireaksi
asam-basa Lewis. Salah satu contohnya adalah reaksi antara molekul yangkekurangan
elektron, BF3, dengan molekul yang kaya elektron, NH3. Disiniammonia, sebagai basa
Lewis, menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada BF3,yaitu asam Lewis atau
akseptor elektron. Ikatan yang terbentuk merupakan ikatankovalen koordinat, dimana
kedua elektron di dalamnya diberikan pada asam Lewisoleh pasangan elektron dari basa
Lewis (Oxtoby, 1999).
Senyawa kekurangan oktet yang melibatkan unsur Golongan III seperti Borondan
Aluminium dianggap asam Lewis yang kuat karena atom golongan III dapatmencapai
konfigurasi oktet dengan membentuk ikatan kovalen koordinat. Atom danion dari
golongan V sampai dengan golongan VII mempunyai pasangan elektron bebas yang
diperlukan untuk berfungsi sebagai basa Lewis. Senyawa unsur-unsur golongan utama
dari periode terakhir juga dapat berfungsi sebagai asam Lewismelalui kenaikan valensi.
Dalam reaksi tersebut, atom pusat menerima pembagian pasangan elektron tambahan di
samping kedelapan elektron yang diperlukan untukemmenuhi aturan oktet. Sebagai
contoh, SnCl4 adalah asam Lewis yang menerima pasangan elektron bebas dari ion
klorida. Kemudian setelah reaksi, setiap atom timah dikelilingi oleh 12 elektron valensi
dan bukan 8 (Oxtoby, 1999).
Definisi Lewis mensistematiskan kimia berbagai macam oksida biner, yang
dapatdianggap sebagai anhidrida asam atau basa. Suatu anhidrida asam didapatkan
denganmengambil air dari suatu asam okso sampai hanya tertinggal sedikit
oksidanya;dengan demikian, CO2 merupakan anhidrida asam karbonat (Oxtoby, 1999).
Dalam larutan air, konsentrasi dari ion hidronium berkisar dari 10 M sampai 10-15
M. Interval ini sebaiknya diperkecil dengan menggunakan skala logaritma keasaman,
yang disebut pH ( power of Hidrogen) dan didefinisikan oleh:

pH = - log [H3O+]
Air murni pada suhu 25oC mempunyai [H3O+] = 1x10-7 M, sehingga:
pH= - log (1x10-7) = -(-7,00) = 7,00
Larutan 0,1 M HCl mempunyai [H3O+] = 0,1 M, sehingga:
pH= - log (0,10) = - log (1x10-1) = -(-1,00)
dan pada suhu 25oC larutan NaOH 0,1 M mempunyai:
pH= - log ((1,0 x〖10〗^(-14))/0,10) = - log (1,00 x 10-13) = - (-13,00) = 13,00
Seperti ditunjukkan contoh-contoh di atas, perhitungan pH akan mudah khususnya
bila konsentrasi H3O- merupakan pangkat dari bilangan 10, karenalogaritmanya adalah
bilangan pangkat dari 10 tersebut. Jika tidak, diperlukankalkulator. Jika pH diketahui,
konsentrasi H3O+dapat dihitung dengan meletakkan pangkat pH pada angka 10 (Oxtoby,
1999).
Konsentrasi H3O+ pada umumnya kurang dari 1 M, sehingga fungsi pH ditentukan
dengan tanda negatif untuk menghasilkan sebuah bilangan yang bertanda positif. Nilai
pH tinggi menandakan konsentrasi H3O+ yang rendah begitu pula sebaliknya. Pada suhu
25: pH < 7 Larutan asam pH = 7 Larutan netral
pH > 7 Larutan basa
Pada suhu lain, pH air berbeda dari 7. Perubahan satu satuan pH
menandakanterjadinya perubahasan sebesar 10 dalam konsentrasi H3O+dan OH-. pH
diukursecara langsung dengan menggunakan pH meter (Oxtoby, 1999).

IV. Bahan Yang Digunakan


Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
– Larutan indikator PP, MO, BPB dan BTB
– Kertas lakmus merah dan biru
– Larutan H2SO4 0,01 M
– Larutan HCl 0,01 M
– Larutan NaOH 0,01 M

V. Peralatan Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
– Rak tabung reaksi
– Tabung reaksi
– Gelas beaker, kapasitas 100 mL
– pH meter
VI. Langkah Kerja

Langkah Pertama: Menetapkan Harga pH dengan Indikator

Siapkan 12 buah tabung reaksi.


.
4. Ke dalam 6 buah tabung reaksi I:
• Tabung No. 1, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator BPB •
Tabung No. 2, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator MO •
Tabung No. 3, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator BTB

• Tabung No. 4, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator PP

Lakukan langkah kerja yang sama dengan di atas untuk 6 buah tabung reaksi II.

Ke dalam 6 buah tabung reaksi I, masing – masing tambahkan sekitar 2 mL larutan HCl
0,01 M.

Ke dalam 6 buah tabung reaksi II, masing – masing tambahkan sekitar 2 mL larutan NaOH 0,01 M

Langkah Kedua: Pengukuran Harga pH dengan pH meter.

Hidupkan alat pH meter, tunggu beberapa saat untuk pemanasan.

Kalibrasi pH meter dengan larutan standard pH 7.


Siapkan larutan yang akan diperiksa harga pH-nya dalam gelas beaker sesuai
dengan tabel pengamatan.

Ukur harga pH masing – masing larutan


Perhatikan:
.
a. Sebelum dan sesudah diangkat dari larutan, tombol harus pada posisi stand by.
b. Setiap selesai memeriksa suatu larutan, elektroda harus di cuci / disemprot dengan
akuades kemudian dikeringkan dengan kertas tissue.

Setelah selesai pengukuran, pH meter dimatikan dan kabelnya dicabut dari stop kontak.

VII.Hasil Praktikum
No Indikator Warna dalam lingkungan

Asam Basa

1 BPB Orange Pekat Ungu Pekat

2 MO Merah Orange

3 BTB Kuning Biru Pekat

4 PP Bening Magenta

5 Lakmus Merah Merah Biru

6 Lakmus Biru Biru Biru

No Larutan Indikator

pH Meter pH universal

1 50mL HCl 0,01M 1,3 2

2 50mL H2SO4 0,01M 1,6 1

3 50mL NaOH 0,01M 12,4 11

4 25mL NaOH + 25mL HCl 11,2 10

5 50mL NaOH + 25mL HCl 12,2 11

6 25mL NaOH + 25mL H2SO4 2,2 3


VIII. Perhitungan
Selesaikanlah tugas-tugas berikut untuk melengkapi laporan sementara percobaan ini!

1. Hitung harga pH teoritis dari larutan – larutan tersebut.

• pH 50mL HCl 0,01M


➢ pH = -log(H+)
= -log 10-2
=2

• pH 50mL H2SO4 0,01M


H2SO4 → 2H+ + SO42-
➢ pH = -log(H+)
= -log 2x10-2
= 2-log2

• pH 50mL NaOH 0,01M


➢ pH = 14-(-log(OH-))
= 14-(-log 10-2)
= 14-2
= 12
• pH 25mL NaOH + 25mL HCl (0,01M)
NaOH + HCl → NaCl + H2O m 0,25 0,25 - - r 0,25 0,25 0,25 0,25 s - -

0,25 0,25 →Jumlah molekul asam dan basa sama, maka dapat ditarik

kesimpulan pH = 7

• pH 50mL NaOH + 25mL HCl (0,01M)


NaOH + HCl → NaCl + H2O m 0,50 0,25 - - r 0,25 0,25 0,25 0,25 s 0,25

- 0,25 0,25 ➢ pH = 14-(-log �������� ������ ����−

������. ����������������)
0,25
= 14-(-log
0,75)
= 14-(-log 3,33 x 10-2)
= 14-2 + log 3,33
= 12 + 0,52
= 12,52

• pH 25mL NaOH + 25mL H2SO4 (0,01M)


2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O m 0,5 0,25 - - r 0,25 0,125 0,125 0,25 s
- 0,125 0,125 0,25

➢ pH = -log �������� ������ ��+


������.����������������
= -log0,125
0,50
= -log 2,5 x 10-3
= 3 – log 2,5
= 3 – 0,40
= 2,6

2. Hitung harga pH teoritis larutan campuran:


a. 50 mL NaOH 0,01 N + 50 mL H2SO4 0,04 N
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O m 0,5 1 - - r 0,5 0,25 0,25 0,5 s - 0,75
0,25 0,25

• pH = -log �������� ������ ��+


������. ����������������
= -log0,75
1
= -log 7,5 x 10-3
= 3 – log 7,5
= 3 – 0,88
= 2,12

b. 75 mL NaOH 0,01 M + 25 mL H2SO4 0,02 N


2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O
m 0,75 0,25 - -
r 0,5 0,25 0,25 0,25
s 0,25 - 0,25 0,25
• pH = 14-(-log �������� ������ ����−
������.����������������)
0,25
= 14-(-log
1)
= 14 – 3 + log 25
= 14 – 3 + 0,4
= 11,4

IX.Analisis
Pada praktikum ini kami melakukan praktikum penetapan harga pH dengan indicator dan
Ph meter. Pada praktikum penetapan harga pH dengan indicator kami menggunakan 6 buah
Indikator yaitu BB (Bromo Phenol Blue) MO (Methyl Orange) BTB (Bhromo Thymal
Blue) PP (Phenolphtalein) Kertas lakmus merah, dan kertas lakmus biru. Pada pengamatan
ini kami melakukan 2 kali pengamatan yang pertama kami melakukan pentepan harga pH
dengan indicator larutan dari HCL (asam kuat) 0,01 M dan larutan NaOH (basa kuat) 0,01
M. Pengamatan kedua yaitu melakukan penetapan harga pH dengan pH meter dan yang
terakhir yaitu membandingkan percobaan atau pengamatan satu (indicator) dan pengamatan
dua (dengan pH meter).
Pada pengamatan pertama yaitu penetapan harga Ph dengan indicator-indikator
(BTB, MO, BPB, PP, Lakmus merah dan lakmus biru) dengan asam kuat 0,01 M sekitar 2
ml. Didapatkan hasil sebgai berikut,
1. Larutan HCL 0,01 M sekitar 2 ml membuat kertas lakmus biru menjadi merah, kertas
lakmus merah tetap berwarna merah, larutan berubah warna menjadi orange (tua) saat
ditekan BPB, berwarna merah saat ditetesi M karena trayek pH MO (metil jingga) dari
merah ke kuning trayek pH 3,1-4,4 karena larutan bersifat asam maka akan berwarna
merah, berwarna kuning saat ditetesi BTB (Bromtimol biru) perubahan warna pada
indicator BTB yaitu kuning (6,0) – biru (4,6) karena larutan bersifat asam maka akan
berwarna kuning. Tidak berwarna saat ditetesi PP (Phenolfthalein) karena
trayek pH dari PP yaitu 8,3 (tak berwarna) – 10 (merah pink) karena indicator PP
trayeknya pada 8,3-10,0 jadi larutan tidak berwarna.
2. Larutan NaOH 0,01 M sekitar 2 mL membuat kertas lakmus biru menjadi tetap biru
karena larutan (NaOH) bersifat basa maka saat digunakan indicator lakmus 4,7
(merah) – 8,3 (biru). Kertas lakmus merah berubah menjadi biru larutan berubah
warna menjadi ungu saat ditetesi indicator BPB berwarna orange (kuning) saat
ditetesi indicator MO karena trayek Ph dan MO merah (3,1) – 4,4 (kuning) karena
larutan larutan bersifat basa maka warnanya kuning ke oranye, berwarna biru saat
ditetesi indicator BTB karena trayek Ph dari indicator BTB yaitu kuning (6,0) – 4,6
(biru) karena larutan (NaOH) bersifat basa maka larutan berwarna biru. Dan
berwarna merah muda (pink) saat ditetesi indicator PP karena indicator PP
mempunyai trayek pH yaitu tak berwarna (8,3) – merah (pink) (10).
3. Pada larutan HCL (bersifat asam) + Indikator BPB berwarna merah (orange) akan
berubah menjadi orange tua larutan HCL bersifat asam kuat.
4. Pada larutan HCL (bersifat asam) + Indikator MO dari berwarna orange berubah
menjadi merah karena indicator MO mempunyai trayek pH merah (4,4)- 6,2
(kuning) karena larutan bersifat asam (HCL) maka akan berwarna merah setelah
ditambahkan indikatir MO.
5. Larutan HCL (bersifat asam) + indicator BTB dari berwarna biru tua berubah warna
menjadi kuning karena indicator BTB mempunyai trayek pH yaitu dari kuning (6,0)
– biru (7,6) dan larutan (HCL) setelah ditambahkan atau menggunakan indicator
berwarna kuning maka larutan HCL bersifat asam.
6. Larutan HCL (asam) + PP indicator (PP) dari tidak berwarna setelah ditambahkan
HCL tetap (tidak berubah warna) hal tersebut karena indicator PP mempunyai
trayek pH dari tak berwarna (8,3) – 10 (merah pink) (hanya berubah saat pada
larutan bersifat basa indicator PP
7. Larutan HCL (asam) dicelupkan di kertas lakmus merah tidak berubah warna (tetap)
larutan (HCL) bersifat asam rendah Ph dari kertas lakmus yaitu merah (4,7) – 8,3
(basa).
8. Larutan HCL (asam) dicelupkan dikertas lakmus biru dari awal kertas lakmus
berwarna biru berubah menjadi merah berarti larutan (HCL) bersifat asam. 9. Larutan
NaOH (bersifat basa) + Indikator BPB berwarna ungu yang awalnya indicator BPB
berwarna merah (orange) larutan NaOH bersifat basa 10. Larutan NaOH (bersifat basa)
+ indicator MO dari berwarna orange (agak terang) menjadi orange (tua) karena
indicator MO mempunyai trayek pH dan merah (4,4) -
6,2 kuning (orange) karena larutan (NaOH) bersifat basa maka akan berwarna
orange setelah ditambahkan indicator MO
11. Larutan NaOH (bersifat basa) + indicator BTB dari indicator awal berwarna biru tua
berubah warna menjadi kuning orange agak tua karena BTB mempunyai trayek pH
dari kuning (6,0) -biru (7,6) setelah ditambahkan menggunakan indicator berwarna
biru maka NaOH bersifat basa.
12. Larutan NaOH (bersifat basa) + indicator PP dari awal indicator PP hingga berubah
menjadi pink trayek pH dari PP tak berwarna (8,3) – 10 merah (pink) karena
berwarna pink maka NaOh bersifat basa.
13. Larutan NaOH (basa) + dicelupkan pada kertas lakmus merah kertas lakmus yang
awal berwana merah berubah menjadi biru trayek dari lakmus 4,7 (merah) - 8,3
(biru) karena NaOH bersifat basa maka warnanya menjadi biru.
14. Larutan NaOH (basa) + dicelupkan pada kertas lakmus biru kertas yang awal
berwarna biru akan tetap berwarna biru karena NaOH bersifat basa. Pengamatan
penetapan harga pH dengan indikator,

No Indikator Asam Basa Perubahan Warna Trayek pH

1. Metil Jingga (MO) Merah ke kuning 1,5

2. Lakmus Merah ke biru 2,23

3. Phenolfthalein (PP) Tidak berwarna 12,23


ke pink

4. Bromtimol Biru (BTB) Kuning ke biru 11,90

Pengamatan penetapan harga pH dengan pH meter


1. 50 ml HCL 0,01 M diperoleh harga pH degan pH meter adalah 1,94 larutan
tersebut bersifat asam.
2. 50 ml H2SO4L 0,01 M diperoleh harga pH degan pH meter adalah 1,5 larutan
tersebut bersifat asam.
3. 50 ml NaOH 0,01 M diperoleh harga pH degan pH meter adalah 11,90 larutan
tersebut bersifat basa.
4. 25 ml NaOH 0,01 M + 25 ml HCL 0,01 M diperoleh harga pH degan pH meter
adalah 12,23 larutan tersebut bersifat asam.
5. 50 ml HCL 0,01 M + 25 ml HCL 0,01 M diperoleh harga pH degan pH meter
adalah 10,57. Seharusnya melihat angka 10,57 adalah basa namun teori HCL
adalah asam kuat. Mengapa bisa tidak sesuai? Sebab kemungkinan ada pengaruh
saat penggunaan ph meter yang belum disterilkan dengan aquades dan tidak
dilao dengan tissue
6. 25 ml NaOH 0,01 M + 25 ml H2SO4 0,01 M diperoleh harga pH degan pH meter
adalah 2,12 larutan tersebut bersifat asam.
Pengukuruan pH dengan menggunakan pH meter hasil yang didapatkan pada
pengamatan akan lebih akurat karena dalam pengamatan ini kami hanya mencari
tahu lebih dahulu apakah larutan tersebut (NaOH dan HCL) bersifat asam kuat atau
basa kuat dna setelah itu mengukurnya dengan mencelupkan alat pH meter.
Kelarutan yang akan dihitung pHnya ke larutan yang akan diperiksa (Larutan HCl
0,01 M) (50 ml H2SO4 0,01 M)), (50 ml NaOH 0,01 M) (25 ml NaOH 0,01 M + 25
ml HCL 0,01 M) (50 ml HCL 0,01 M + 25 ml HCL 0,01 M) (25 ml NaOH 0,01 M
+ 25 ml H2SO4 0,01 M ) Setelah itu akan muncul nilai masing-masing dari harga pH
dari larutan yang diperiksa pada layer digital. Namun, kami setelah mengukur suatu
larutan missal (larutan 50 ml NaOH 0,01 M) kemudian akan berpindah kelarutan
missal (25 ml NaOH 0,01 M + 25 ml HCL 0,01 M) maka pH meter harus
dikalibrasi dengan suatu larutan aquades yang baru artinya setiap pergantian larutan
yang berbeda sifat (asam basa) hal ini dimaksudkan agar sisa-sisa dari larutan yang
masih menempel pada pH meter hilang dan tidak tercampur dengan larutan yang
akan diperiksa selanjutnya. Sehingga hasil pengukuran pH larutan selanjutnya akan
kebih akurat.
Selanjutnya setelah menetapkan harga pH menggunakan pH meter dan kami juga
telah menghitung nilai pH teoritis maka kedua hasil tersebut dapat dibandingkan
sebagai berikut,
Perbandingan hasil pengamtan menggunakan pH meter dan perhitungan teoritis
sebagai berikut,

No Larutan yang diperiksa Ph hasil pH teoritis


pH meter

1. 50 ml H2SO4 0,01 M 1,94 2

2. 50 ml H2SO4 0,01 M 1,5 2

3. 50 ml NaOH 0,01 M 11,90 11

4. 25 ml NaOH 0,01 M + 25 ml HCL 0,01 M 12,23 10

5. 50 ml HCL 0,01 M + 25 ml HCL 0,01 M 10,57 9

6. 25 ml NaOH 0,01 M + 25 ml H2SO4 0,01 M 2,12 2

Kesimpulan dari data hasil perbandingan hasil pengamtan menggunakan pH meter


dan Ph perhitungan teoritis kesalahan tersebut pada perbandingan nlai pH antara
dari
pH meter dan pH teoritis mungkin terjadi saat pengamatan penentuan pH dengan pH
meter misal saat proses kalibrasi dengan aquades tidak mengganti aquades setelah
kami menggunakan pH meter di larutan sebelumnya missal pH meter sudah kami
gunakan untuk mengukur pH di larutan asam (HCL) setekag itu aquades yang sudah
digunakan dilarutkan asam (HCL) digunakan kembali untuk kalibrasi setelah
mengamati larutan basa mungkin karena itu pengamatan hasil nilai pH pada larutan
basa tidak akurat karena aquades sudah tidak bersih (mengandung asam) sehingga
nilai pH basa berubah.
Perbedaan nilai pH juga bisa terjadi anatara pH indicator dan pH teoritis.
Kesalahan mungkin terjadi saat menentukan harga pH dengan indicator yaitu
kurangnya atau tidak tepatnya jumlah indicator yabg diberikan dalam larutan
sehingga perubahaan warna tidak terlalu jelas atau bahkan pembacaan warnanya
tidak tepat, kami melakukan pembacaan warna berbeda dengan yang seharusnya
missal indicator BTB trayeknya 6,0 (Kuning) – 7,6 (Biru) namun saat kami
menggunakan larutan missal NaOH ditambah BTB yang seharusnya ditulis warna
menjadi biru namun ditulis missal kuning tua. Kesalahan yang dapat terjadi pada
penetapan nilai pH menggunakan Ph meter missal ketidakakuratan jumlah larutan
saat pencampuran (menggunakan hitungan beraoa tetes) karena menggunkan
perhitungan atau perkiraan jumlah tetes. Hal tersebut bisa tiadk akurat sehingga
larutan yang akan dihitung pH-nya tidak akurat. Alat pH meter yag tidak terkalibrasi
secara benar juga bisa menjadi penyebab perhitungan tidak akurat. Supaya
kesalahan-kesalahan tersebut bisa dikurangi atau diperkecil maka saat melakukan
praktikum ini harus lebih teliti misal saat kalibrasi, perhitungan jumlah volume yang
akan dicampur, an pembacaan warna saat menggunakan indicator.

X.Penutup
A. Simpulan
1. Menentukan sifat asam atau basa (pH atau pOH) dapat menggunakan
indicator BTB, MO, BPB, PP, Lakmus merah dan lakmus biru.
2. Dapat menentukan pH yang akurat dapat menggunakan pH meter
3. Menentukan pH juga dapat menggunakna perhitungan teoritis
4. Perbedaan harga pH dan ketiga cara (indikator, pH meter, teoritis) bisa
disebabkan beberapa faktor misal keadaan kalibrasi pada saat menggunakan
pH meter, kesalahan jumlah volume indicator.
B. Saran
1. Sebelum melakukan praktikum harus memahami berapa pH asam atau basa
2. Dalam praktikum harus teliti dalam melakukan pengamatan
3. Alat pH ,meter dikalibrasikan setiap pergantian larutab yang diperiksa 4.
Jangan lupa bertanya pada aslab jika ada hal-hal yang belum dipahami saat
sedang melakukan praktikum
XI. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta:Penerbit
Erlangga.
Noerdin, Isjrin. 1986. Buku Materi Pokok Larutan Modul 1-5. Jakarta: Penerbit Karunika.
Oxtoby,David. 1999. Prinsip – Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat. Jakarta:Penerbit
Erlangga.
Petrucci, Ralph. 1989. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

XII. Lampiran

Gambar 1. Bahan praktikum Ph Gambar 2. Alat praktikum Ph


Gambar 4. Penetapan ph basa dengan indikator Gambar 4. Penetuan ph larutan asam dengan
penambahan indikator MO
kertas lakmus merah

Gambar 5. Tampilan larutan setelah


ditambahkan bberapa indicator pada tabung
reaksi

Anda mungkin juga menyukai