- DEBY NOVIARI
Kelas:XI MIA 1
RANTAUPRAPAR
II. TEORI
Menurut teori Arrhenius, asam Arrhenius merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air,
maka air tersebut akan menghasilkan ion H+ dalam larutan tersebut. Contohnya adalah ketika
asam klorida atau HCI serta asam asetat atau CH3COOH dilarutkan, dengan persamaan reaksi
yang terjadi dari asam klorida serta asam asetat sebagai berikut.
Berdasarkan persamaan reaksi yang terjadi tersebut, maka diperoleh ciri khas yaitu
pelarut air zat tersebut mengion kemudian berubah menjadi hidrogen dengan muatan positif
dengan lambing H+ serta ion yang memiliki muatan negative maka akan disebutkan dengan sisa
asam.
Sedangkan menurut teori Arrhenius, basa merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air
maka akan menghasilkan ion OH-. Contohnya adalah ketika natrium hidroksida atau NaOH serta
ammonium hidroksida atau NH4OH, dilarutkan maka akan terjadi persamaan reaksi basa pada
larutan tersebut sebagai berikut.
Dapat disimpulkan, bahwa teori Arrhenius ini menyatakan bahwa senyawa asam
merupakan senyawa yang dapat melepaskan ion H+ atau ion hydronium H3O+ apabila
dilarutkan dalam air. Sedangkan senyawa basa adalah senyawa yang melepaskan ion OH- jika
dilarutkan dalam air.
Teori Arrhenius juga mengatakan bahwa senyawa asam yang menghasilkan satu ion
hidrogen per molekulnya maka disebut sebagai asam monoprotic. Sedangkan senyawa asam
yang menghasilkan dua ion hidrogen per molekulnya maka disebut sebagai asam diprotic.
Senyawa asam yang menghasilkan tiga ion hydrogen per molekulnya maka disebut sebagai
asam triprotik serta secara umum menurut teori Arrhenius, asam menghasilkan lebih dari satu
hydrogen maka disebut sebagai asam poliprotik. Sebutan tersebut berlaku pula pada senyawa
basa yang memiliki ion hidroksida per molekul. Jika senyawa asam memiliki satu ion hidroksida
per molekul maka disebut sebagai monoprotic dan seterusnya.
Dalam teori ini, asam kuat adalah senyawa asam yang terionisasi secara sempurna dan
kemudian menghasilkan sebuah ion H+ dalam larutannya. Sedangkan untuk asam lemah,
adalah senyawa asam yang tidak mengalami ionisasi secara sempurna dalam larutannya.
Sementara itu basa kuat merupakan senyawa basa yang mengalami ionisasi dengan
sempurna, sehingga menghasilkan ion OH- dalam larutannya. Sedangkan untuk basa lemah
adalah senyawa basa yang tidak mengalami ionisasi dalam larutannya.
Sebelum membahas teori asam basa Bronsted dan Lowry lebih lanjut, teori ini
dicetuskan pada tahun 1923 oleh J.N Bronsted yaitu seorang ahli kimia yang berasal dari
Denmark bersama dengan T.M Lowry yaitu adalah ahli kimia yang berasal dari Inggris. Bronsted
serta Lowry mendefinisikan asam menjadi sebuah donor proton atau ion hidrogen sedangkan
basa merupakan akseptor dari proton atau ion hydrogen.
Menurut teori asam basa dari Bronsted dan Lowry, asam merupakan senyawa yang
mampu memberikan proton H+ pada senyawa lain dan disebut sebagai donor proton.
Sedangkan basa menurut teori ini merupakan senyawa yang menjadi penerima dari proton H+
dari senyawa lainnya dan disebut pula sebagai akseptor proton.
Seperti contoh, ketika asam klorida dilarutkan dalam air, maka asam klorida yang larut
dengan sempurna pun akan menghasilkan ion yang baru. Tetapi tentu akan terjadi hal yang
berbeda, apabila senyawa asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena atau C6H6. Maka, jika
senyawa asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena, senyawa asam klorida tersebut tidak
akan bereaksi dan akan mengendap secara sempurna.
Reaksi yang terjadi ketika HCl dilarutkan dalam air pun disebabkan karena adanya
molekul air yang menarik satu proton milik HCl, sehingga HCl memiliki peran sebagai senyawa
asam serta air sebagai senyawa basa sekaligus.
Dalam teori asam basa yang dicetuskan oleh Bronsted dan Lowry, ada istilah berupa
asam basa konjugasi dimana asam konjugasi tersebut adalah senyawa yang ada pada bagian
kanan maupun reaksi yang mendapatkan tambahan dari satu atom hidrogen dari reaktan.
Sedangkan yang dimaksud dengan basa konjugasi merupakan senyawa yang ada pada bagian
kanan reaksi dan kehilangan satu atom hidrogen dari reaktannya.
Perlu diingat, bahwa semua asam Arrhenius merupakan asam Bronsted dan Lowry serta
semua basa Bronsted Lowry mengandung OH adalah basa Arrhenius. Tetapi, tidak seluruh basa
Bronsted Lowry adalah basa dari Arrhenius.
Berikut beberapa contoh dari reaksi asam basa dengan pelarut lain selain air pada fase
gas. Salah satu contohnya adalah reaksi yang terjadi antara HCl dan NH3.
Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa reaksi asam basa Bronsted Lowry ada dua
pasangan asam basa. Pasangan pertama dalam contoh tersebut adalah pasangan antara asam
dengan basa konjugasi merupakan spesi yang tersisa ketika proton dipindahkan dari senyawa
asam. Sedangkan pasangan kedua merupakan pasangan yang terjadi antar basa dengan asam
konjugasi yaitu akibat dari tambahan proton ke senyawa basa.
Teori asam basa Bronsted Lowry menjelaskan rumus kimia dari pasangan asam basa
konjugasi dan hanya berbeda satu proton H+ saja. Reaksi di bawah HCl merupakan asam karena
telah memberikan proton serta NH3 serta merupakan basa karena menerima proton.
Sementara ion Cl- adalah basa konjugasi dari HCl dan NH4+ adalah asam konjugat dari NH3.
Perlu diingat, bahwa H2O atau air yang memiliki sifat amfoter merupakan air yang
memiliki pula sifat asam dan basa.
Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori Arrhenius, karena teori Arrhenius
memiliki kekurangan yaitu tidak dapat berlaku untuk pelarut lain selain air.
Menurut pandangan Gilbert Newton Lewis, asam merupakan suatu zat yang memiliki
kecenderungan dalam menerima pasangan electron yang berasal dari basa. Contoh dari
beberapa asam Lewis adalah SO3, BF3, maupun AlF3. Sedangkan basa menurut Newton Lewis
merupakan zat yang mampu memberikan pasangan pada electron. Dalam pandangan teori
asam basa Lewis, basa memiliki pasangan yang elektronnya bebas, contohnya adalah seperti
NH3, Cl–, maupuan ROH.
Lebih lanjut, Lewis berpandangan bahwa reaksi dari asam dan basa adalah reaksi dari serah
terima pasangan elektron. Sehingga, terbentuklah suatu ikatan kovalen koordinasi dari reaksi
serah terima terima tersebut.
Agar lebih lanjut, berikut contoh dari reaksi yang terjadi antara BF3 dan N(CH3) 3 :
Berdasarkan teori asam basa Lewis, maka BF3 adalah asam karena BF3 mampu
menerima sepasang electron. Sementara itu, NH3 adalah senyawa basa karena dapat
menyumbangkan sepasang elektron.
Berdasarkan pandangan Lewis terhadap reaksi dari asam basa tersebut, maka Lewis pun
berpendapat bahwa asam merupakan sebuah molekul maupun ion yang dapat menerima
pasangan elektron, sedangkan basa merupakan sebuat molekul atau ion yang mampu
memberikan pasangan elektronnya.
Teori yang diusung oleh Lewis ini memiliki beberapa keunggulan, berikut penjelasannya.
1. Teori asam basa yang diusung oleh Lewis ini mampu menjelaskan sifat asam serta basa
dalam pelarut lain maupun ketika asam basa tidak memiliki pelarut. Sama halnya dengan
teori asam basa yang diusung oleh Bronsted dan Lowry.
2. Lewis dengan teorinya mampu menjelaskan sifat asam basa molekul maupun ion yang
memiliki pasangan elektron bebas maupun yang mampu menerima pasangan elektron
bebas. Contohnya seperti pada pembentukan yang terjadi pada senyawa kompleks.
3. Teori asam basa Lewis mampu menerangkan sifat basa yang berasal dari zat organik
contohnya seperti DNA maupun RNA yang memiliki kandungan atom nitrogen serta
memiliki pasangan elektron bebas.
Kesimpulan Teori Asam Basa Lewis
Dari penjelasan di atas mengenai teori asam basa yang diusung oleh Lewis, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Menurut Gilbert Newton Lewis, asam merupakan sebuah molekul atau ion yang dapat
menerima pasangan elektron. Sedangkan basa merupakan sebuah molekul atau ion yang
mampu memberikan pasangan elektronnya. Lewis juga mampu menjelaskan teori asam basa
dengan menjelaskan sifat asam, basa dalam pelarut baik air atau selain air serta bahkan mampu
menjelaskan sifat asam dan basa tanpa pelarut sekalipun.
Dalam teori Lewis tersebut, asam memiliki peran sebagai pasangan elektron H+ saja,
melainkan senyawa asam juga dapat berperan sebagai senyawa dengan orbital pada sebuah
kulit valensi kosong contohnya seperti BF3.
Setelah memahami teori asam basa dari para ahli, Grameds juga perlu mengetahui sifat asam
basa, agar lebih mudah dalam membedakan senyawa asam basa tersebut. Berikut
penjelasannya.
Huruf p dalam notasi pH berasal dari kata potenz yang berarti pangkat, sedangkan H
dalam notasi pH untuk menyatakan atom hidrogen. Berikut persamaan yang dapat digunakan
untuk menentukan nilai pH.
pH = – log [H+]
Contoh asam kuat adalah asam klorida (HCl), asam bromide (HBr), asam iodida (HI), asam nitrat
(HNO3), dan asam sulfat (H2SO4). Contoh asam lemah adalah asam fluorida (HF), hidrogen sulfide (H2S),
hidrogen sianida (HCN), dan asam format (HCOOH).
Contoh basa kuat adalah natrium hidroksida (NaOH), litium hidroksida (LiOH), kalium hidroksida
(KOH), rubidium hidroksida (RbOH), dan hidroksida lain dari golongan I (logam alkali) juga golongan II (logam
alkali tanah).
Adapun contoh basa lemah adalah ammonia (NH3), piridin (C5H5N), kelompok amino (NH2), dan
senyawa metil (CH3).
a.Alat
1. Plat tetes
2.Jarum suntik
3.Pipet tetes
4.Sarung tangan
5.Tisu
6.Serbet
b.Bahan
a. indikator
b. Asam
5.Air klorida
c. Basa
1.Air deterjen
d. Netral
1.Air garam
2.Air gula
IV. Prosedur ( cara kerj
4. Menguji semua larutan dengan mencampurkan semua larutan dengan indicator alami
V. PENGAMATAN ( TABEL )
Larutan asam
VI. PERTANYAAN
1. KELOMPOKAN KEDALAM LARUTAN ASAM, BASA, DAN NETRAL .
JB: Kelompok asam
Air jeruk nipis
Air asam belimbing hulu
Air asam potong
Air azam cuku
Kelompok basa
Air kapur sirih
Air soda kue
Air abu
Air deterjen
Kelompok netral
Air garam
Air gula
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dapar di tarik kesimpulan bahwa:
Larutan asam jika di campurkan dengan indicator bunga raya akan membentuk warna pink dan
merah.
Larutan asam jika di campurkan dengan indicator kunyit makan akan membentuk warna kuning
muda dan kuning tua.
Larutan asam jika di campurkan dengan indicator ubi ungu maka akan membentuk warna pink.
Larutan basa jika di campurkan dengan indicator ubi ungu maka akan membentuk warna hijau
tua dan hijau kebiruan.
Larutan basa jika di campurkan dengan indicator kunyit makan akan membentuk warna coklat
dan kuning.
Larutan basa jika di campurkan dengan indicator bunga raya maka akan membentuk warna
hijau.
Larutan netral jika di campurkan dengan indicator kunyit makan akan membentuk warna kuning
dan kuning tua.
Larutan netral jika di campurkan dengan indicator ubi ungu makan akan membentuk warna biru
dan merah jambu.
Klarutan netral jika di campurkan dengan indicator bunga raya maka akan membentuk warna
ungu.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Rafi https://www.gramedia.com/literasi/teori-asam-basa/#:~:text=Menurut%20teori
%20asam%20basa%20dari,disebut%20pula%20sebagai%20akseptor%20proton.