Disusun oleh :
Nama : Diora Oktavanya Yuswidia Putri
Kelas : XI B³IPA²
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Karena berkat rahmat, dan
taufiknyalah sehingga laporan praktikum kimia, Mengidentifikasi Larutan Asam-Basa
dengan Menggunakan Kertas lakmus dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Saya membuat laporan praktikum ini sebagai pelengkap pembelajaran yang di
laksanakan di sekolah.
Laporan ini, membahas dan menjelaskan mengenai larutan Asam dan Larutan Basa.
Semoga laporan ini bisa membantu dalam proses pembelajaran mengenai larutan asam dan
larutan basa.
Pada kesempatan ini tak lupa pula saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak atas didikan, dorongan, dan kontribusinya dalam penyelesaian laporan
ini. Terutama kepada Allah SWT, orang tua, dan ibu guru pada mata pelajaran selaku
pembimbing.
Akhir kata saya harapkan hasil jerih payah saya yang sederhana dan jauh dari
kesempurnaan dapat membawa faedah bagi saya dan segenap pembaca. Kritik dan saran
amat saya harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad abad yang lalu dalam
sifat-sifat larutan mereka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutannya
berasa asam, memerahkan lakmus biru , bereaksi dengan logam aktif untuk
membentuk hidrogen, dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang
serupa, suatu basa didefinisikan sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa
pahit, membirukan lakmus merah , terasa licin sabun, dan menetralkan asam.
Meskipun definisi asam basa bernilai praktis, definisi ini sangat membatasi
lingkup bidang kimia ini. Beberapa konsep asam dan basa dipaparkan yang
menghubungkan sifat-sifat larutan dengan struktur spesi
yang terdapat dalam larutan itu.
Pengertian asam adalah zat (senyawa)yang menyebabkan rasa asam pada
berbagai materi, pengertian basa adalah zat(senyawa) yang dapat bereaksi
dengan asam menghasilkan senyawa yang di sebut garam, sedangkan geram
adalah senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa.
B. Tujuan
1. Menentukan derajat ionisasi asam lemah dan basa lemah.
2. Menguji dan mengelompokkan larutan yang bersifat asam dan larutan
yang bersifat basa dari beberapa jenis larutan dengan kertas lakmus.
3. Membedakan larutan asam dan basa dengan menggunakan kertas
Lakmus.
4. Untuk menguji bahan alam yang dapat digunakan sebagai indikator
asam basa.
BAB II
Teori
1. Teori Asam Basa Arrhenius
Teori pertama asam bas aini dicetuskan pertama kali oleh seorang ahli kimia berasal
dari Swedia bernama Svante Arrhenius. Teori ini menghubungkan sifat keasaman dengan
ion hidrogen atau H+ dan pertama kali dicetuskan pada tahun 1884.
Menurut teori Arrhenius, asam Arrhenius merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air,
maka air tersebut akan menghasilkan ion H+ dalam larutan tersebut. Contohnya adalah
ketika asam klorida atau HCI serta asam asetat atau CH3COOH dilarutkan, dengan
persamaan reaksi yang terjadi dari asam klorida serta asam asetat sebagai berikut.
Berdasarkan persamaan reaksi yang terjadi tersebut, maka diperoleh ciri khas yaitu
pelarut air zat tersebut mengion kemudian berubah menjadi hidrogen dengan muatan
positif dengan lambing H+ serta ion yang memiliki muatan negative maka akan disebutkan
dengan sisa asam.
Sedangkan menurut teori Arrhenius, basa merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air
maka akan menghasilkan ion OH-. Contohnya adalah ketika natrium hidroksida atau
NaOH serta ammonium hidroksida atau NH4OH, dilarutkan maka akan terjadi persamaan
reaksi basa pada larutan tersebut sebagai berikut.
Basa dalam larutan natrium hidroksida serta amonium hidroksida akan menghasilkan
banyak ion OH- dan kemudian dapat disebut sebagai basa kuat. Sedangkan, larutan yang
menghasilkan sedikit dari ion OH- dapat disebut sebagai basa lemah. Tentu tidak semua
senyawa dalam rumus kimia tersebut ada gugus hidroksida dan termasuk dalam golongan
basa.
Kesimpulan Teori Arrhenius
Secara singkat, itulah teori Arrhenius yang diperkenalkan oleh Svante August Arrhenius.
Teori ini memiliki kekurangan atau kelemahan, di mana teori ini hanya dapat digunakan
pada penggunaan air sebagai pelarut saja.
Dapat disimpulkan, bahwa teori Arrhenius ini menyatakan bahwa senyawa asam
merupakan senyawa yang dapat melepaskan ion H+ atau ion hydronium H3O+ apabila
dilarutkan dalam air. Sedangkan senyawa basa adalah senyawa yang melepaskan ion OH-
jika dilarutkan dalam air.
Teori Arrhenius juga mengatakan bahwa senyawa asam yang menghasilkan satu ion
hidrogen per molekulnya maka disebut sebagai asam monoprotic. Sedangkan senyawa
asam yang menghasilkan dua ion hidrogen per molekulnya maka disebut sebagai asam
diprotic. Senyawa asam yang menghasilkan tiga ion hydrogen per molekulnya maka
disebut sebagai asam triprotik serta secara umum menurut teori Arrhenius, asam
menghasilkan lebih dari satu hydrogen maka disebut sebagai asam poliprotik. Sebutan
tersebut berlaku pula pada senyawa basa yang memiliki ion hidroksida per molekul. Jika
senyawa asam memiliki satu ion hidroksida per molekul maka disebut sebagai monoprotic
dan seterusnya.
Dalam teori ini, asam kuat adalah senyawa asam yang terionisasi secara sempurna dan
kemudian menghasilkan sebuah ion H+ dalam larutannya. Sedangkan untuk asam lemah,
adalah senyawa asam yang tidak mengalami ionisasi secara sempurna dalam larutannya.
Sementara itu basa kuat merupakan senyawa basa yang mengalami ionisasi dengan
sempurna, sehingga menghasilkan ion OH- dalam larutannya. Sedangkan untuk basa lemah
adalah senyawa basa yang tidak mengalami ionisasi dalam larutannya.
1. Teori asam basa yang diusung oleh Lewis ini mampu menjelaskan sifat asam serta basa
dalam pelarut lain maupun ketika asam basa tidak memiliki pelarut. Sama halnya dengan
teori asam basa yang diusung oleh Bronsted dan Lowry.
2. Lewis dengan teorinya mampu menjelaskan sifat asam basa molekul maupun ion yang
memiliki pasangan elektron bebas maupun yang mampu menerima pasangan elektron
bebas. Contohnya seperti pada pembentukan yang terjadi pada senyawa kompleks.
3 .Teori asam basa Lewis mampu menerangkan sifat basa yang berasal dari zat organik
contohnya seperti DNA maupun RNA yang memiliki kandungan atom nitrogen serta
memiliki pasangan elektron bebas.
Kesimpulan Teori Asam Basa Lewis
Dari penjelasan di atas mengenai teori asam basa yang diusung oleh Lewis, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Menurut Gilbert Newton Lewis, asam merupakan sebuah molekul atau ion yang dapat
menerima pasangan elektron. Sedangkan basa merupakan sebuah molekul atau ion yang
mampu memberikan pasangan elektronnya. Lewis juga mampu menjelaskan teori asam
basa dengan menjelaskan sifat asam, basa dalam pelarut baik air atau selain air serta
bahkan mampu menjelaskan sifat asam dan basa tanpa pelarut sekalipun.
Dalam teori Lewis tersebut, asam memiliki peran sebagai pasangan elektron H+ saja,
melainkan senyawa asam juga dapat berperan sebagai senyawa dengan orbital pada sebuah
kulit valensi kosong contohnya seperti BF3.
BAB III
A. Alat
Pelat tetes
Gelas kimia
Pipet tetes
Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
Tangkai pengaduk
Penjepit kertas
B. Bahan
Air
Larutan sampo
Larutan sabun
Larutan garam
Larutan gula
Asam asetat
Natrium hidrogen
Insulin
C. Cara kerja
Masukkan air ke dalam 4 gelas sebanyak 4ml lalu larutkan sampo, sabun,
gula, dan garam di setiap gelas.
Masukan asam asetat, natrium hidroksida, dan HCL ke dalam pelat tetes
menggunakan pipet tetes.
Masukkan kertas lakmus biru ke dalam asam asetat menggunakan penjepit,
kertas lakmus berubah menjadi merah maka ia bersifat asam.
Masukan kertas lakmus merah ke dalam natrium hidrogen, kertas lakmus
berubah menjadi biru, ia bersifat asam dan kertas lakmus biru tetap biru.
Masukan kertas lakmus merah ke dalam cairan HCL, lakmusnya tetap
berwarna merah dan jika kertas lakmus biru di masukan ke dalam cairan
HCL, maka ia berubah menjadi merah maka ia bersifat asam.
Masukan larutan sampo ke dalam pelat tetes lalu masukkan kertas lakmus
merah ke dalam sampo, maka ia berubah menjadi biru dan kertas lakmus
biru tetap biru
Masukan larutan garam ke dalam pelat tetes lalu masukan kertas lakmus
biru, maka ia tetap berwarna biru lakmus merah tetap berwarna merah.
Masukan larutan gula ke dalam pelat tetes menggunakan pipet tetes lalu
masukan kertas lakmus biru, kertas lakmus biru tetap biru, dan lakmus
merah tetap merah.
Masukan larutan sabun ke dalam pelat tetes lalu masukan kertas lakmus
merah, kertas lakmus merah berukah menjadi biru, lakmus biru tetap biru.
Terakhir bersihkan semua alat menggunakan cairan insulin.
D. Hasil pengamatan
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Apabila kedua lakmus (biru dan merah) berubah warna menjadi merah,
maka larutan itu bersifat asam. Sedangkan bila kedua lakmus (biru dan merah) berubah
warna menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa.
Akhir kata saya harapkan hasil jerih payah saya yang sederhana dan jauh dari
kesempurnaan dapat membawa faedah bagi saya dan segenap pembaca. Kritik dan saran
amat saya harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Saran
1.Siswa harus lebih kreatif lagi dalam menguji larutan asam basa.
2.Sebaiknya pembimbing harus memperhatikan siswa dalam praktikum.
3.Dalam pembuatan kertas lakmus dan menguji indikator asa
basa, sebaiknya memahami dasar teorinya terlebih dahulu agar
pembuatan kertas lakmus mudah terselesaikan