Anda di halaman 1dari 20

Nama: Kornelius Mart Dwi Putranto Harya Nugroho

NIM: A29237373
Teori: 3E
RANGKUMAN
ASAM-BASA (BUKU)
Teori asam-basa
A. Teori Arrhenius
1. Asam
Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika senyawa tersebut
melepaskan ion hidronium (H3O+) saat dilarutkan dalam air.
Sebagai contohnya, asam asetat (CH3COOH) yang dilarutkan
dalam air melepaskan ion hidronium seperti reaksi berikut.
CH3COOH(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + CH3COO–(aq)
Untuk memudahkan dalam pembahasan, biasanya digunakan H+
sebagai kependekan dari ion hidronium (H3O+) dan
penghilangan molekul air yang melarutkan senyawa tersebut
sehingga reaksi di atas dapat ditulis seperti di bawah ini.

CH3COOH(aq)H+(aq) + CH3COO-(aq)

Berdasarkan teori Arrhenius, yang menyebabkan asam suatu


larutan
adalah ion H+ yang dihasilkan saat proses ionisasi. Jumlah ion
H+ dari ionisasi 1 mol asam disebut valensi asam, sedangkan
anionnya disebut sebagai ion sisa asam.

2. Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dapat melepas
ion hidroksida (OH) jika dilarutkan dalam air. Contohnya
NaOHOH-+Na+
B. Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry

Teori asam basa yang kedua merupakan teori asam basa yang
muncul untuk dapat menyempurnakan kekurangan yang ada pada
teori Arrhenius. Yaitu dengan keterbatasan pelarut, yaitu hanya
senyawa air saja serta dapat menjelaskan reaksi dari asam basa
yang terjadi pada fase cair, gas, serta fase padat pula. Ketika
senyawa asam klorida atau HCl dilarutkan dalam air, maka asam
klorida tersebut larut sempurna serta menghasilkan sebuah ion
baru.
Sebelum membahas teori asam basa Bronsted dan Lowry lebih
lanjut, teori ini dicetuskan pada tahun 1923 oleh J.N Bronsted yaitu
seorang ahli kimia yang berasal dari Denmark bersama dengan
T.M Lowry yaitu adalah ahli kimia yang berasal dari Inggris.
Bronsted serta Lowry mendefinisikan asam menjadi sebuah donor
proton atau ion hidrogen sedangkan basa merupakan akseptor dari
proton atau ion hydrogen.
Menurut teori asam basa dari Bronsted dan Lowry, asam
merupakan senyawa yang mampu memberikan proton H+ pada
senyawa lain dan disebut sebagai donor proton. Sedangkan basa
menurut teori ini merupakan senyawa yang menjadi penerima dari
proton H+ dari senyawa lainnya dan disebut pula sebagai akseptor
proton.

Seperti contoh, ketika asam klorida dilarutkan dalam air, maka asam
klorida yang larut dengan sempurna pun akan menghasilkan ion yang
baru. Tetapi tentu akan terjadi hal yang berbeda, apabila senyawa asam
klorida dilarutkan pada pelarut benzena atau C6H6. Maka, jika senyawa
asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena, senyawa asam klorida
tersebut tidak akan bereaksi dan akan mengendap secara sempurna.

Reaksi yang terjadi ketika HCl dilarutkan dalam air pun disebabkan
karena adanya molekul air yang menarik satu proton milik HCl,
sehingga HCl memiliki peran sebagai senyawa asam serta air sebagai
senyawa basa sekaligus.

Dalam teori asam basa yang dicetuskan oleh Bronsted dan Lowry, ada
istilah berupa asam basa konjugasi dimana asam konjugasi tersebut
adalah senyawa yang ada pada bagian kanan maupun reaksi yang
mendapatkan tambahan dari satu atom hidrogen dari reaktan. Sedangkan
yang dimaksud dengan basa konjugasi merupakan senyawa yang ada
pada bagian kanan reaksi dan kehilangan satu atom hidrogen dari
reaktannya.

Perlu diingat, bahwa semua asam Arrhenius merupakan asam Bronsted


dan Lowry serta semua basa Bronsted Lowry mengandung OH adalah
basa Arrhenius. Tetapi, tidak seluruh basa Bronsted Lowry adalah basa
dari Arrhenius.

Berikut beberapa contoh dari reaksi asam basa dengan pelarut lain selain
air pada fase gas. Salah satu contohnya adalah reaksi yang terjadi antara
HCl dan NH3.

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa reaksi asam basa Bronsted
Lowry ada dua pasangan asam basa. Pasangan pertama dalam contoh
tersebut adalah pasangan antara asam dengan basa konjugasi merupakan
spesi yang tersisa ketika proton dipindahkan dari senyawa asam.
Sedangkan pasangan kedua merupakan pasangan yang terjadi antar basa
dengan asam konjugasi yaitu akibat dari tambahan proton ke senyawa
basa.

Teori asam basa Bronsted Lowry menjelaskan rumus kimia dari


pasangan asam basa konjugasi dan hanya berbeda satu proton H+ saja.
Reaksi di bawah HCl merupakan asam karena telah memberikan proton
serta NH3 serta merupakan basa karena menerima proton. Sementara ion
Cl- adalah basa konjugasi dari HCl dan NH4+ adalah asam konjugat dari
NH3.

3. Teori Asam Basa Lewis

Teori asam basa ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1923 oleh
Gilbert Newton Lewis yaitu seorang ahli kimia yang berasal dari UC
Berkeley dengan mengusulkan teori alternative agar lebih mudah dalam
menggambarkan senyawa asam dan basa. Teori asam basa Lewis ini
memiliki pandangan bahwa asam dan basa merupakan senyawa yang
memiliki struktur serta ikatan.

Menurut pandangan Gilbert Newton Lewis, asam merupakan suatu zat


yang memiliki kecenderungan dalam menerima pasangan electron yang
berasal dari basa. Contoh dari beberapa asam Lewis adalah SO3, BF3,
maupun AlF3. Sedangkan basa menurut Newton Lewis merupakan zat
yang mampu memberikan pasangan pada electron. Dalam pandangan
teori asam basa Lewis, basa memiliki pasangan yang elektronnya bebas,
contohnya adalah seperti NH3, Cl–, maupuan ROH.

Lebih lanjut, Lewis berpandangan bahwa reaksi dari asam dan basa
adalah reaksi dari serah terima pasangan elektron. Sehingga,
terbentuklah suatu ikatan kovalen koordinasi dari reaksi serah terima
terima tersebut.

Agar lebih lanjut, berikut contoh dari reaksi yang terjadi antara BF3 dan
N(CH3) 3 :
Berdasarkan teori asam basa Lewis, maka BF3 adalah asam karena BF3
mampu menerima sepasang electron. Sementara itu, NH3 adalah
senyawa basa karena dapat menyumbangkan sepasang elektron.

Berdasarkan pandangan Lewis terhadap reaksi dari asam basa tersebut,


maka Lewis pun berpendapat bahwa asam merupakan sebuah molekul
maupun ion yang dapat menerima pasangan elektron, sedangkan basa
merupakan sebuat molekul atau ion yang mampu memberikan pasangan
elektronnya.

Teori yang diusung oleh Lewis ini memiliki beberapa keunggulan,


berikut penjelasannya.

1. Teori asam basa yang diusung oleh Lewis ini mampu menjelaskan
sifat asam serta basa dalam pelarut lain maupun ketika asam basa
tidak memiliki pelarut. Sama halnya dengan teori asam basa yang
diusung oleh Bronsted dan Lowry.
2. Lewis dengan teorinya mampu menjelaskan sifat asam basa
molekul maupun ion yang memiliki pasangan elektron bebas
maupun yang mampu menerima pasangan elektron bebas.
Contohnya seperti pada pembentukan yang terjadi pada senyawa
kompleks.
3. Teori asam basa Lewis mampu menerangkan sifat basa yang
berasal dari zat organik contohnya seperti DNA maupun RNA
yang memiliki kandungan atom nitrogen serta memiliki pasangan
elektron bebas.

Sifat Asam dan Basa

Setelah memahami teori asam basa dari para ahli, Grameds juga perlu
mengetahui sifat asam basa, agar lebih mudah dalam membedakan
senyawa asam basa tersebut. Berikut penjelasannya.

1. Sifat senyawa asam

Senyawa asam memiliki beberapa sifat sebagai berikut.


1. Cenderung memiliki rasa yang masam atau asam.
2. Memiliki sifat yang merusak atau korosif.
3. Mampu mengubah warna kertas lakmus biru menjadi berwarna
merah.
4. Memiliki sifat elektrolit serta mampu menghantarkan arus listrik.
5. Asam mampu menghasilkan gas hidrogen ketika bereaksi dengan
unsur maupun senyawa logam.
6. Senyawa asam dapat menghasilkan ion H+ atau ion hidrogen
apabila dilarutkan dalam air.

2. Sifat senyawa basa

Berikut beberapa sifat senyawa basa yang dapat membedakan dari


senyawa asam.

1. Cenderung memiliki rasa yang pahit.


2. Memiliki sifat kaustik serta dapat merusak kulit.
3. Basa memiliki tekstur licin serta bersabun.
4. Senyawa basa mampu mengubah warna kertas lakmus merah
menjadi warna biru.
5. Senyawa basa memiliki sifat elektrolit atau mampu
menghantarkan arus listrik.
6. Basa akan menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil apabila
dilarutkan dalam air.

Cara penghitungan asam-basa


LARUTAN BUFFER (BUKU)

Pengertian
Larutan buffer merupakan larutan yang pH-nya tidak berubah sama
sekali jika ditambahkan air. Jika ditambahkan sedikit asam maupun
basa, pH-nya pun tidak berubah secara signifikan atau hanya sedikit.
Jenis dari larutan buffer ada dua yakni
a. Larutan buffer yang terbentuk dari asam lemah dengan basa
konjugasinya (garamnya)
b. Larutan buffer yang terbentuk dari basa lemah dengan asam
konjugasinya (garamnya)
Jenis-Jenis Larutan Buffer
1. Larutan buffer dari asam lemah dan basa konjugasinya
Campuran dari CH3COOH dan CH3COONa dapat berperan
sebagai larutan buffer. Campuran ni merupakan hasil reaksi antara
CH3COOH dan NaOH

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O


Jika NaOH habis bereaksi, maka dalam kesetimbangan akan
terbentuk campuran seperti pada reaksi diatas dengan sisa dari
CH3COOH. Dalam air, kedua reaksi campuran tersebut akan
mengalami ionisasi

CH3COOHCH3COO-+H+ (p1)

CH3COONaCH3COO-+Na+ (p2)

Dari persamaan (1) didapat kesetimbangan asam:


Ka = [H+] [CH3COO -]/ [CH3COOH] (p3)

Dari persamaan (3) dapat kita peroleh harga [H+]:


[H+ ] = Ka [CH3COOH]/[CH3COO-] (p4)
Dari persamaan (4) kita dapat menentukan rumus umum untuk
menentukan harga [H+ ] dari suatu larutan buffer, yaitu:

[H+] = Ka [sisa asam]/[garam] (p5)

pH = pKa – log [sisa asam]/[garam]

Jika konsentrasi dinyatakan sebagai banyaknya mol per liter, maka


dari persamaan (5) dapat ditulis:

[H+] = Ka . mol sisa asam/mol garam


2. Larutan Buffer dari basa lemah dan asam konjugasinya
Bentuk kedua dari larutan buffer adalah larutan buffer yang berasal
dari basa lemah dan asam konjugasinya. Seperti halnya pada
larutan buffer dari asam lemah dan basa konjugasinya, maka jenis
larutan buffer ini juga mengalami kesetimbangan.

Sifat-sifat Larutan Buffer


Dari hasil percobaan di depan, tentu kalian masih ingat bahwa larut an
buffer mempunyai sifat dapat mempertahankan pH terhadap
penambahan sedikit asam atau basa, begitu juga terhadap pengenceran.
Larutan buffer dapat mempertahankan pH-nya dengan uraian berikut.
1. Pengaruh Penambahan Sedikit Asam atau Basa
Penambahan sedikit asam atau basa ke dalam larutan buffer
sebenarnya menimbulkan sedikit perubahan, hanya saja perubahan
tersebut sangatlah kecil, sehingga pH larutan dianggap konstan.
2. Pengaruh Pengenceran
Pengenceran larutan buffer, seperti halnya penambahan sedikit
asam atau basa, tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
pH larutan buffer.

Peranan Larutan Buffer


Makanan yang kita konsumsi sehari-hari masuk ke dalam tubuh dan
mengalami suatu proses fisika dan kimia. Reaksi kimia yang terjadi
dalam tubuh merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaksi yang melibatkan
enzim sebagai katalisator.
Enzim sebagai katalisator hanya dapat berfungsi dengan baik pada
pH tertentu atau biasa disebut pH optimum. pH yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi, sehingga
akan menurunkan aktivitas enzim. Agar pH optimum tetap terjaga, maka
dalam tubuh manusia selalu terdapat pasangan asam-basa konjugasinya.
Hal ini terjadi karena cairan dalam tubuh manusia membentuk sistem
larutan buffer. Berikut penjelasannya:

a. Larutan buffer karbonat dalam darah (H2CO3 dengan HCO3-)


Makanan yang kita konsumsi akan disalurkan ke seluruh tubuh,
salah satunya melalui darah. Darah memiliki pH yang relatif tetap,
yakni berkisar 7,0–8,0. pH darah relatif stabil dan tetap karena
kandungan larutan buffer karbonat dalam darah mempunyai
komposisi yang selalu tetap.

Lantas bagaimana cara larutan buffer karbonat mempertahankan


pH darah? Berikut gambaran mengenai proses tersebut Jika yang
dihasilkan oleh metabolisme adalah suatu basa, maka ion (OH-) akan
bereaksi dengan asam bikarbonat (H2CO3) menurut reaksi:

H2CO3 + OH- --> HCO3-+ H2O

Sebaliknya, jika hasil metabolisme adalah suatu asam, maka ion H+


dari asam tersebut akan diikat oleh ion HCO3-menurut reaksi:

H+ + HCO3- H2CO3

Dengan adanya kedua reaksi di atas, maka perbandingan konsentrasi


karbonat dan bikarbonat selalu tetap, sehingga pH darah relatif tetap.

b. Larutan buffer fosfat dalam cairan intrasel (H2PO4-dengan HPO42–)


Cairan intrasel dalam tubuh makhluk hidup berperan sebagai media
terjadinya metabolisme yang melibatkan cairan yang bersifat asam
atau basa. Akibatnya, pH cairan intrasel dapat berubah menjadi asam
atau basa, tergantung dari asam atau basa yang dilibatkan dalam
metabolisme tubuh. Metabolisme ini dipercepat oleh suatu zat yang
disebut dengan enzim. Enzim hanya dapat bekerja secara optimal
dalam pH tertentu yang disebut dengan pH optimum.

Agar pH cairan intrasel tetap optimum, dalam tubuh mahluk hidup


terdapat larutan buffer fosfat. Larutan buffer fosfat ini berasal dari
asam lemah difosfat (HPO42-) dan basa konjugasinya (H2PO4-).
Apabila dalam proses metabolisme dihasilkan zat asam lebih banyak,
maka asam tersebut akan bereaksi dengan ion HPO42
menurut reaksi:

Begitu pula sebaliknya, apabila proses metabolisme menghasilkan


basa lebih banyak, maka basa tersebut akan bereaksi dengan ion
H2PO4- menurut reaksi:

H2PO4- + H+ HPO42–

Adanya kedua reaksi di atas menyebabkan perbandingan antara

HPO42-dengan H2PO4– tetap, sehingga harga pH pada cairan intrasel


selalu tetap.
3. Larutan buffer asam amino
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus
amino. Asam amino merupakan komponen protein yang
mempunyai gugus –NH2 pada atom dari posisi gugus –COOH.
Apabila asam amino larut dalam air, maka gugus karboksilat akan
melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion
H+. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
–COOH –COO- + H+
–NH2 + H+–NH3+
Karena kedua gugus tersebut dapat membentuk ion positif (asam) dan
membentuk ion negatif (basa), maka asam amino memiliki zwitter ion
(besifat amfoter). Apabila tubuh kelebihan asam, maka kelebihan ion
(H+) akan diikat oleh gugus basa, begitu pula sebaliknya. Karena
kelebihan asam atau basa dinetralkan oleh asam atau basa dari gugus
asam amino, maka pH asam amino relatif bersifat tetap. Berikut struktur
beberapa asam amino.
RANGKUMAN VIDIO KIMIA FARMASI LARUTAN BUFFER (YOUTUBE)

>> LARUTAN PENYANGGA ASAM HA/A

HA(aq) ⇄ A- (aq) + H+ (aq)


1) Jika ditambah sedikit asam kuat (H+) ion H+ dari asam kuat akan menaikkan
konsentrasi H+ dalam larutan sehingga reaksi kesetimbangan larutan terganggu ;
reaksi akam bergeser ke kiri. Akan tetapi, basa konjugasi (A-) akan menetralisasi H+
dan membentuk HA.
A-(aq) + H+ (aq) →HA (aq)
2) Jika ditambah sedikit basa kuat (OH-)
Ion OH- dari basa kuat akan bereaksi dengan H+ dalam larutan sehingga konsentrasi H+
menurun dan kesetimbangan larutan terganggu. HA dalam larutan akan terionisasi membentuk
H+ dan A- ; reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan.
OH- (aq) + H+ (aq) →H2O (l)
HA (aq) →A- (aq) + H+ (aq)
Pengenceran larutan merupakan penambahan air (H2O) pada larutan. Air (H2O) akan
mengalami reaksi kesetimbangan menjadi H+ dan OH-. Akan tetapi, H2O yang terurai sangat
sedikit sehingga penambahan konsentrasi H+ dan OH- sangat kecil dan dapat diabaikan.

A. LARUTAN PENYANGGA BASA B/BH+

1. Penambahan sedikit asam kuat (H+)


2. Penambahan sedikit basa kuat (OH-)
3. Penambahan air (pengenceran)
Contoh Soal :
 Hitung pH larutan buffer terdiri dari 0,50 M CH3COOH dan 0,5 M CH3COONa
 Berapa pH setelah penambahan 0,020 mol NaOH padat kedalam 1 liter larutan buffer
diatas
 Berapa Ph setelah penambahan 0,20 mol HCL ke 1 liter larutan buffer (a)

Diketahui :
Ka = 1,8 x 105 , asumsi volume tidak berubah
CH3COOH + H2O ⇄ CH3COO- + H3O+
Mula mula 0,50 - 0,50 0
Berubah -x - +x +x
Setimbang 0,50-x - 0,50+x 0,50+x
0,50-x ≈0,50 dan 0,50 + x≈0,50
[CH 3 COOH ]
a) pH = pKa – log
¿¿
0 ,50
Ph = - log (1,8 x 10−5 ) – log
0 ,50
−5
pH = - log (1,8 x 10 ) = 4,74
b) setelah penambahan 0,020 mol NaOH ke 1 liter larutan [OH-]=0,020 mol/1 liter=0,020 M
CH3COOH + OH- ⇄ CH3COO- + H2O
Mula mula 0,50 0,020 0,50 0
Tambahan - 0,020 - -
Setelah th 0,48 0 0,52 -

>> TEORI BUFFER

Larutan buffer : larutan yang dapat mempertahankan pH apabila ditambahkan sedikit asam
atau sedikit basa.
Umumnya terdiri atas : asam lemah HA dan basa konjugasi A-
pH larutan buffer :
[ HA ] [asam]
[H+] = Ka x atau Ph = pKa – log
¿¿ [anion ]
Kesetimbangan pada larutan buffer
CH3COOH + H2O ⇄ CH3COOH- + H30+
Ka = ¿ ¿
(H3O+) = Ka (CH 3COOH )
¿¿
Jika rasio [HA] / [A-] meningkat maka [H3O+] meningkat
Jika rasio [HA] / [A-] turun maka [H3O+] turun
Contoh soal :
Suatu larutan buffer dibuat dengan cara mencampur 0,11 M NaC2H3O3 (Na-asetat) dan asam
asetat 0,090 M. Hitung pH !

Jawab :
Ka = ¿ ¿ = 1,8 x 10−5 = ¿ ¿
[H+] = 1,5 x 105 mol/L
pH = - log (1,5 x 105) = 4,82
Kapasitas buffer adalah ukuran kemampuan buffer menahan perubahan pH ditentukan oleh
ukuran molaritas komponen-komponen yang terlibat.

>> PERHITUNGAN PH BUFFER DAN KAPASITAS (lanjutan dari link ke 1)

CH3COOH + H2O ⇄ CH3COO- + H3O+


Mula mula 0,48 - 0,52 0
Berubah -x - +x +x
Setimbang 0,48-x - 0,52 x
Asumsi 0,48 – x ≈ 0,48 dan 0,52 + x ≈ 0,52
[CH 3 COOH ] 0 , 48
[H3O+] = = (1,8 x 105) x
¿¿ 0 , 52
5
[H3O+] = 1,7 x 10 M
Ph = - log (1,7 x 105) = 4,77
c) Dengan cara yang sama Ph pada soal (c) menjadi 4,70

Hidrolosis ion-ion :
 Anion asam lemah terhidrolisis, asam kuat tidak
 Logam golongan IA dan IIA tidak terhidrolisis
 Ion amonium terhidrolisis →larutan sedikit asam
pH larutan garam :
Contoh :
Hitung Ph larutan (K-asetat) 0,15 M, Kb = 5,7 x 10−10
Jawab :
CH2H3O2- + H2O ⇄ HC2H3O2 + OH-
Konsentrasi awal 0,15 0 0
Perubahan -x +x +x
Konsentrasi seimbang (0,15-X) ≈ 0,15 (X+y) (X-y)

>> ASAM BASA

TEORI ASAM BASA


Teori Arhenius
Asam : zat yang dimasukkan ke dalam air menghasilkan ion H+
Contoh : HCl (aq) →H+ (aq) + Cl- (aq)
Basa : zat yang dimasukkan ke dalam air menghasilkan ion OH-
Contoh : KOH (aq) →K+ (aq) + OH- (aq)
Asam Arrhenius : senyawa penghasil H+ (H3o+) dalam air
Basa Arrhenius : senyawa OH- dalam air

Teori Bronsted – Lowry


Asam : zat yang bertindak sebagai donor/pemberi proton (H+)
Basa : zat yang bertindak sebagai akseptor/penerima proton (H+)
Contoh :
NH3 (g) + H2O (l) → NH4+ (aq) + OH- (aq)

Teori Lewis
Asam : zat yang bertindak sebagai akseptor/penerima pasangan elektron.
Basa : zat yang bertindak sebagai donor/pemberi pasangan elektron.
Contoh :
NH3(g) + BF3 (g) → H3N-BF3 (s)
Dalam reaksi tersebut BF3 bertindak sebagai akseptor pasangan elektron.

ASAM KUAT DAN ASAM LEMAH


Contoh : HNO3, HCl, H2SO4, HclO4, HBr, Hl, Hbro4 dan HlO4
Asam kuat terionisasi sempurna atau hampir sempurna dalam air (100%)
ASAM
 ASAM KUAT
Mengalami ionisasi sempurna dalam air. Memiliki derajat ionisasi (a) = 1, contohnya : H2SO4,
HCl, HBr, Hl, HNO3, HclO4
Rumus penentuan pH :
[H+]= a. Ma
Keterangan :
a = valensi asam (jumlah H+)
Ma = Molaritas asam
pH = -log [H+]
Jika [H+] = 10−a maka Ph = a
Jika [H+] = b. 10−a maka Ph = a – log b
Contoh soal :
Hitungan pH larutan HCl 0,02 M
Penyelesaian :
[H+] = a . Ma = 1 x (2x10−2) M
Ph = 2 – log 2
Asam lemah terionisasi kurang dari 100% dalam air.
Contoh : asam asetat = CH3CO2H
Asam lemah memiliki ionisasi sebagian dari air. Memiliki derajat ionisasi 0<a<1.
Rumus menentukan a :

a=
√Ka
Ma
Contoh : HCN, HF, H3PO4, CH3COOH, dll
Rumus penentuan pH :
[H+] = √ Ka. Ma
Ph = - log [H+]
Jika [H+] = 10−a
Jika [H+] = b. 10−a maka Ph = a – log b
Contoh soal :
Hitunglah Ph larutan CH3COOH 0,1M (Ka = 10−5 )
Penyelesaian :
[H+] = √ Ka. Ma = √ 10−5−10−1 = 10−6 = 10−3
Ph = 3
Basa kuat mengalami ionisasi sempurna dalam air.
Memiliki derajat ionisasi (a)=1
Contohnya : LiOH, KOH, NaOH, RbOH, CsOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2
Rumus Penentuan Ph :
[OH-] = b. Mb
Keterangan :
b = valensi basa (jumlah OH-)
Mb = molaritas basa
POH = - log [OH-]
Jika [OH-]=10−a maka Poh = a
Jika [OH-] = b. 10−a maka Poh= a- log b
pH= 14 – Poh
Contoh Soal :
Hitunglah Ph Larutan Ba(OH)2 0,0005 M
Penyelesaian :
[OH-] = b. Mb = 2 x (5 x 10−4 = 10−3
Poh=3
Ph = 14-3=11
Basa Lemah mengalami ionisasi sebagian air. Memiliki derajat ionisasi 0<a<1.
Rumus menentukan a =
a=
√Kb
Mb
Contohnya : NH4OH, AgOH, Fe(OH)2, Fe (OH)3, Mg (OH)2, dll
Rumus menentukan Ph =
[OH-] = √ Kb. Mb
Poh = - log OH-
Jika [OH-] = 10−a maka Poh = a
Jika [OH-] = b. 10−a maka Poh = a – log b
Ph= 14-pOH
Contoh soal :
Hitunglah Ph larutan NH3 0,1 M (Kb=10−5 )
Penelesaian :
[OH-] = √ Ka. Mb = √ 10−5 .10−1 = √ 10−6
= 10−3
pOH=3
pH=14-3=11

Anda mungkin juga menyukai