Anda di halaman 1dari 3

Asam Basa Konjugasi

Bronsted-Lowry juga menyatakan bahwa jika suatu asam memberikan proton (H +), maka sisa
asam tersebut mempunyai kemampuan untuk bertindak sebagai basa. Sisa asam tersebut
dinyatakan sebagai basa konjugasi. Demikian pula untuk basa, jika suatu basa dapat menerima
proton (H+), maka zat yang terbentuk mempunyai kemampuan sebagai asam disebut asam
konjugasi.

Pada reaksi tersebut terlihat bahwa H 2O dapat bersifat sebagai asam dan basa. Zat yang
demikian disebut zat amfoter. Zat amfoter artinya zat yang memiliki kemampuan untuk
bertindak sebagai asam atau basa. Contoh lain yang termasuk amfoter adalah HCO 3–.

Contoh basa konjugasi:

Asam → Proton + Basa Konjugasi

HCl(aq) ⇄H+(aq) + Cl–(aq)

H2O(aq) ⇄H+(aq) + OH–(aq)

H2SO4(aq) ⇄H+(aq) + SO42–(aq)

NH4 +(aq) ⇄H+(aq) + NH

Contoh asam konjugasi sebagai berikut.

Basa +Proton → Asam Konjugasi

NH3(aq) + H+(aq) ⇄ NH4+(aq)

H2O(aq) + H+(aq) ⇄ H3O+(aq)

OH–(aq) + H+(aq)⇄ H2O(aq)

CO32–(aq) + H+(aq) HCO3–(aq)

Perhatikan reaksi berikut:

HCl(aq) + H2O(l) ⇄ H3O+(aq) + Cl-(aq)


Pasangan asam-basa setelah terjadi serah terima proton dinamakan asam basa konjugasi.

a. HCl dan Cl– merupakan pasangan asam-basa konjugasi. HCl adalah asam konjugasi dari Cl –
dan Cl– adalah basa konjugasi dari HCl.

b. H2O dan H3O+ merupakan pasangan asam-basa konjugasi. H2O adalah basa konjugasi dari
H3O+ dan H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O.

Berikut ini contoh pasangan asam-basa konjugasi pada beberapa reaksi.

a. HNO3(aq)+ H2O(l) ⇄H3O+(aq)+ NO3–(aq)

b. H2O(l) + CN–(aq) ⇄ HCN(aq)+ OH–(aq)

c. H2SO4(aq)+ OH–(aq) ⇄ HSO4–(aq) + H2O(aq)

Teori Asam Basa Menurut Lewis

Di tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam-basanya, Lewis mengusulkan teori
asam-basa baru juga.
Lewis yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam-basa sebagai masalah dasar
yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan.
Menurut Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima elektron. Basa adalah zat yang dapat
mendonorkan pasangan elektron.
Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga merupakan asam dalam kerangka
teori Lewis, karena proton adalah aksepator pasangan elektron.
Dalam reaksi netralis proton membentuk ikatan koordinat dengan ion hidroksida.

Situasi ini sama dengan reaksi fase gas yang pertama diterima sebagai reaksi asam-basa dalam kerangka
teori Bronsted-Lowry.

Dalam reaksi ini proton dan HCI membentuk ikatan koordinat dengan pasangan elektron bebas atom
nitrogen.
Keuntungan utama teori asam-basa Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa reaksi yang tidak
dianggap sebagai reaksi asam-basa dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronstred-Lowry terbukti
sebagai reaksi asam-basa dalam teori Lewis.
Sebagai contoh reaksi antara boron trifluorida BF3 dan ion fluorida F-.

Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron bebas ion fluorida. Menurut
teori asam-basa Lewis, BF3 adalah asam.
Untuk membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton dengan kata lain, asam
adalah kerangka teori Arrhenius dan Bronsted-Lowry), asam ini disebut asam Lewis.

Boron membentuk senyawa yang tidak memenuhi aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh
khas unsur yang membentuk asam Lewis.

Karena semua basa bronsted-Lowry mendonasikan pasangan elektronnya pada proton, basa ini juga
merupakan basa Lewis.

Namun, tidak semua asam Lewis adalah asam Bronsted-Lowry sebagaimana dinyatakan dalam contoh
diatas.

Anda mungkin juga menyukai