Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum kimia dasar dengan judul Netralisasi Asam


Basa disusun oleh:

Nama :Hamra

NIM :1512040021

Kelompok :V (lima)

Telah diperiksa dan di konsultasikan kepada Asisten / Kordinator Asisten dan


dinyatakan diterima.

Makassar, 20 Juni 2016

Koordinator Asisten Asisten

Seprian Patandianan Dirsyah Dedi Nugraha, S.Pd

Mengetahui

Dosen Penanggungjawab

Dr. Netti Herawati, S.Pd, M.Si

NIP: 19741027 200002 2 001


LAPORAN
A. Judul Percobaan
Netraslisasi Asam Basa
B. Tujuan Percobaan
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indikator
C. Landasan Teori
Kimiawan swedia svante Arrhenius untuk mengelompokkan zat-zat
yang sifat-sifatnya didalam larutan telah diketahui dengan baik:
Asam: Memiliki rasa asam masam; misalnya cuka yang mempunyai rasa
dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang
mengandung asam sitrat, asam menyebabkan perubahan warna pada zat
warna tumbuhan , misalnya mengubah warna lakmusdari biru menjadi
merah, asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium, dan
besi menghasilkan gas hidrigen. Reaksi yang khas adalah antara asam
klorida dengan magnesium:
2HCl(aq) + Mg(s) MgCl (aq) + H (g)
2 2

Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat seperti Na2CO3, CaCO3,


dan NaHCO3 menghasilkan gas karbon dioksida contohnya:
2HCl(aq) + CaCO (s) CaCl (aq) + H O(l) + CO (g)
3 3 2 2

HCl(aq) +NaHCO3(s) NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)


Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik. Sedangkan basa
memiliki rasa pahit, terasa licin misalnya, sabun yang mengandung basa
memilki sifat ini, basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna
tumbuhan misalnya, menhantarkan warna lakmus dari merah menjadi biru
dan karutan basa dalam air menghantarkan arus listrik. (Raymond Chang)
Menurut teori Bronstet Lowry, asam adalah donor atau penyambung
proton, dan basa adalah ekspektor atau penerima proton. Pengertian ini
sebenarnya agak menyesatkan, karena lebih tepat merupakan kompetisi
proton antara dua senyawa dengan pemenangnya adalah basa. Teori ini
tidak menekankan tingkah laku asam yang menyumbangkan proton,
melainkan pentingnya peran pelarut yang mengalami swaionisasi oleh
karena berlangsungnya reaksi asam basa. Pada swaionisasi molekul air
yang menyumbang ion hidrogen atau proton adalah suatu asam, dan yang
menerima ion hidrogen adalah suatu basa. Pada proses sebaliknya ion
hidronium (H3O+) bertindak sebagai asam dan OH - adalah basa. Teori
Bronsted Lowry jelas menunjuk pada adanya ion hidronium secara nyata,
teori ini di ususlkan pertama kali pada tahun 1923, dan bukti pertama
adanya ion hidronium ditemukan kira-kira satu tahun kemudian yaitu pada
kristal asam perklorat monohidrat, HclO4H2O3 yang menunjukkan
kenampakan yang sama dengan kristal amonium perklorat, NH 4+ ClO4.
Kesamaan kenampakan ini menyarangkan kesamaan formula. Jadi, dapat
diduga bahwa padatan asam perklorat mengandung ion hidronium yang
analog dengan ion amonium sehingga struktur padatan asam perklorat
dapat dituliskan menjadi OH3+ ClO4 atau H3O+ ClO4-. (Kristian H.
Sugiyarto).
Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dan basa. Reaksi asam
dan basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam (salt),
yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H +
dan suatu anion OH- atau O2-. Semua garam merupakan elektrolit kuat. Zat
yang kita kenal sebagai garam dapur, NaCl merupakan contoh yang sudah
dikenal dengan baik. Jika kita memulai reaksi di atas dengan jumlah molar
asam dan basa yang sama, pada akhir reaksi kita hanya akan dihasilkan
garam dan tidak ada asam maupun basa yang tersisa. Ini merupakan ciri
dari reaksi penetralan asam basa. (Raymond Chang).
Asam adalah senyawa yang melepaskan H + dalam air dan basa adalah
melepaskan OH-. Secara kimiadapat dinyatakan :
Asam : HA + aq H+(aq) + A-(aq)
Basa : BOH + aq B+(aq) + OH-(aq)
Setelah diteliti ternyata H+(proton) tidak mungkin berdiri bebas dalam air,
tetapi berikatan koordinasi dengan oksigen air membentuk ion hidronium
(H3O+).
H+ + H O H O + OH-
2 3

Ada dua cara terbenuknya basa, yaitu senyawa yang mengandung OH - dan
senyawa yang bereaksi dengan air menghasilkan OH-. Contohnya basa
yang mengandung OH- adalah NaOH, Ba(OH)2 , dan NH4OH.
NaOH Na+ + OH-
Ba(OH)2 Ba2+ + 2OH-
NH4OH NH4 + OH-
Larutan asam atau basa kuat yang encer akan terion sempurna dalam air
sehingga jumlah ion dapat dihitung dari konsentrasi asam atau basanya.
Contohnya dalam larutan HCl (dengan konsentrasi Ca) terdapat dua
macam pengionan, yaitu :
HCl H+ + Cl- (searah)
Ca Ca Ca
H2O
H + OH- (bolak balik)
+

10-2 10-7
Konsentrasi H+ dalam larutan berumber dari HCl sebesar Ca dan dari air
sebesar 10-7. Ion H+ dari HCl akan menggeser kesetimbangan air ke
sehingga [H+] dari air menjadi lebih kecil dari 10 -7. Dengan demikian [H+]
dari air dapat diabaikan terhdap yang berasal dari HCl. Jadi dalam larutan
asam : [H+] = Ca. (Syukri, 2002)
Kita akan melihat tiga jenis reaksi: (1) titrasi yang melibatkan kuat dan
basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan basa kuat dan asam lemah, dan (3)
titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah. Titrasi asam lemah dan
basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam
yang terbentuk. (Raymond Chang, 2003 : 136)
Titrasi asam basa dan basa kuat melibatkan reaksi asam kuat
( misalnya, HCl) dan basa kuat misalnya (NaOH) dapat dinyatakan dengan
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H O(l) 2

Atau dalam bentuk persamaan ionik bersih


H+(aq) OH-(aq) H O(l)
2

Misalkan kita memasukkan larutan NaOH 0,100 M (dari sebuah buret)


kedalam labu erlenmeyer mengandung 25,0 ml HCl 0,100 M. Untuk
mudahnya, kita hanya akan memudahkan tiga angka signifikan untuk
volume dan kosentrasi serta dua angka signifikan untuk pH. Menunjukkan
profil pH dari titrasi (juga dinamakan kurva titrasi). Sebelum Penambahan
NaOH ditambahkan, pH larutan mula-mula meningkat perlahan,
mendekati titik ekuivaklen, pH mulai meningkat tajam, dan pada titik
ekuivalen (artinya, titk saat sejumlah ekuimolar dari asam dan basa telah
bereaksi) kurva meningkat hampir vertikal. Dalam titrasi asam kuat-basa
kuat, baik konsentrasi ion hidrogen maupun ion hidroksida sangat sedikit
pada titik ekuivalen (sekitar 1 x 10-7 M), akibatnya penambahan setetes
basa saja dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam [OH-] dan pH
larutan. Sebah titik ekuivalen, pH meningkat lagi perlahan-lahan dengan
penembahan NaOH. (Chang, 2003: 137).
Titik akhir suatu indiktor idak terjadi pada satu pH spesifik, melainkan
pada kisaran pH dimana ttik akhit terjadi. Pada praktiknya, kita meilih
indikator yang kisaran titik akhirnya terletak pada bagian curam dari kurva
titrasi. Karena titik ekuivalen juga terletak pada bagian curam dari kurva,
pilihan ini menjamin bahwa pH pada titik ekuivalen akan berada pada
kisaran terjainya perubahan warna indikator. Disebutkan bahwa
fenophetelin adalah indikator yang cocok untuk titrasi NaOH dan HCl.
Fenophatelin tidak berwarna dalam larutan asam dan larutan netral, tetapi
pink kemerahan dalam larutan basa. Pengukuran menunjukkan bahwa
pada pH 8,3 indikator tidak berwarna tetapi mulai berubah pink
kemerahan bila pH melampaui 8,3. Kecuraman kurva Ph di dekat titik
ekuivalen berarti bahwa penambahan sedikit saj NaOH (misalnya, 0,05 ml,
kira-kira sama dengan volume setetes cairan dari buret) menyebabkan
peningkatan yang besar dari pH larutan. Namun, yang penting ialah
kenyataan bahwa bagian yang curam dari profil pH mencakup kisaran
dimana fenophatelin berubah dari tidak berwarna menjadi pink
kemerahan. ( Chang, 2003: 147).
Reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya akan menghasilkan
larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun
keduanya lemah. Reaksi asam dan basa dengan kekuatan yang berlainan
akan menghasilkan larutan yang atau asam lemah atau basa lemah.,
bergantung pada kekuatan asam konjugat dan basa konjugat yang
dihasilkan. Jika asam yang dihasilkan itu lebih kuat dari pada basa yang
dihasilkan, maka diperoleh larutan asam lemah. Sebaliknya jika basa yang
dihsilkan lebih kuat dari pada asam yang dihasilkan, akan diperoleh
larutan basa lemah. Terlepas dari kekuatan relatif asam dan basa yang
terlibat, semua reaksi asam basa semacam itu lazim ditunjuk sebagai reaksi
penetrslan. (A. Hadyana Pudjaatmak Ph, 1979:421).
Tanaman bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L), mudah
dibudidayakan didaerah berikli tropis dengan stek batang, mulai berbunga
umur 3-4 bulan (Rauf dan Nuryanti. 2004). Kelopak bunganya dikenal
sebagai refrigerant dan demulcent, daunnya digunakan untuk obat
pencahar, sedangkan akarnya dimanfaatkan sebagai obat batuk. Studi
fitokimia warnya menarik dan aman bagi kesehatan. Warna antosianin
sangat dipengaruhi oleh struktur antosianin serta derajat keasaaman (pH).
Antosianin cenderung tidak berwarna didaerah ph netral. Di dalam larutan
yang pHnya sangat asam (Ph 3) memberikan warna merah yang
maksimun, sedangkan didalm larutan alkali (pH 10, 5) pigmen antosianin
mengalami perubahan warna menjadi bitu. (jurnal. Agritech, 2010).
Analisi volumetent merupakan salah satu metode kwantitatif, yang
sangat penting penggunaanya dalam meetukan konsentrasi zat yang ada
dalam larutan. Keberhasilan analisi volumetri ini sangat ditentukan oleh
adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir
titrasi yang tetap. Penentuan titk akhir titrasi 10 ml NH 4OH 0,1 N oleh
HCl 0,1 N dengan indikator kurkumin dan pembanding indikator mo pada
titrasi diatas sangat kecil, sehingga kurkumin layak digunakan sebagai
indikator dalam reaksi titrasi asam basa untuk alternatif pengganti mo.
(Jurnak Rekayasa Proses, 2008).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pipet ukur 10 ml 1 buah
b. Erlenmeyer 3 buah
c. Corong bias 1 buah
d. Buret 1 buah
e. Statif dan klem 1 buah
f. Botol semprot 1buah
2. Bahan
a. Larutan HCl 0,1 M (asam klorida )
b. Larutan NaOH 0,2 M ( natrium hidroksida)
c. Indikator fenephatelin
d. Indikator universal
e. Aquades
E. Prosedur Kerja
a. Isi buret dengan larutan NaOH 0,2 M.
b. Dengan menggunakan pipet ukur 10 ml, masukkan 10 ml larutan HCl 0,1
M kedalam labu erlenmeyer, ukur pH larutan dengan indikator universal,
tambahkan 3 tetes indikator phenolfhatelin
c. Catat keadaan awal (skala) dalam buret, teteskan 1 ml larutan NaOH dari
buret kedalam larutan HCl dengan hati-hati, ukur pH larutan.
d. Lanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi
merah muda, ukur pH larutan
e. Catat keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
f. Tambahkan lagi 1 ml larutan NaOH dari uret dan ukur pH larutan. Ulangi
titrasi paling sedikit dua kali.
F. Hasil Pengamatan
Titrasi larutan asam klorida dengan larutan natrium hidroksida:
a. PH larutan HCl sebelum penambahan NaOH = 1
b. PH larutan saat penambahan 1 ml NaOH = 13
c. PH larutan saat mencapai titik ekuivalen = 7
d. PH larutan setelah melewati titik ekuivalen = 8

Pembacaan Buret Titrasi 1 (ml) Titrasi II (ml) Titrasi III (ml)

NaOH akhir 45 40 35

NaOH awal 50 45 40

Volume NaOH 5 5 5

Volume NaOH rata-rata = 5 ml

G. Analisis Data
a. pH larutan sebelum penambahan NaOH
dik: M HCl = 0,1 M
dit: pH larutan =?
Penyelesaian :
HCl H+ + Cl- pH = - log [H+
[HCl] = M . a = - log 1 . 10-1
= 0,1 M . 1 = 1 log 1
= 0,1 M = 1
-1
= 1 . 10 M

b. pH larutan saat mencapai titik equivalen


dik : V HCl = 10 mL = 0,1 L
M HCl = 0,1 M
M NaOH= 0,2 M
dit : pH larutan = ?
Penyelesaian =
mol HCl = mol NaOH
V HCl x M HCl = V NaOH x M NaOH

V HCl x M HCl
V NaOH = M NaOH
0,01 L x 0,1 M
V NaOH = 0,2 M

V NaOH = 0,005 L

= 5 mL

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)

Mula-mula : 1 mmol 1 mmol --


Bereaksi :1 mmol1 mmol 1mmol 1 mmol
Sisa:1 mmol1 mmol

Karena mol HCl dan NaOH tepat habis Bereaksi, maka pH


larutan adalah 7.

[H+] [OH-] = 10-14


[H+]2 = 10-14
= 10
14
[H+]
[H+] = 10-7
pH = - log [H+]
pH = - log 10-7
pH =7
c. pH larutan setelah melewati titik equivalen
Dik : V NaOH = 3 mL + 1 mL
= 4 mL 0,004 L
V HCL = 10 mL
M NaOH= 0,2 M
M HCl = 0,1 M
Dit : pH larutan=.?
Penyelesaian: mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 0,004 L x 0,2 M
= 0,0008 mol
=0,8 mmol

Mol HCl = V HCl x M HCl


= 0, 1 L x 0,1 M
= 0,001 mol 1 mmol
V total = 4 mL + 10 mL
= 14 mL 0,014 L

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)


Mula-mula : 1 mmol 1,2 mmol - -
bereaksi :1 mmol 1 mmol 1mmol 1mmol
Sisa : - 0,2 1 mmol 1mmol

0,2mmol
-
[OH ] = 14 mL

= 0,014 1,4 x 10-2


pOH= - log [OH-] pH = 14 pOH
-2
=- log 1,4x 10 = 14 1,854
= 2- log 1,4 = 12,146
= 2- 0,146
= 1,854
d. Grafik titrasi asam kuat dan basa kuat menurut teori

14
12
10
8
pH HCl 6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
volume NaOH

e. Grafik titrasi I asam kuat dan basa kuat berdasarkan praktikum

12
10
8
6
pH HCl
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Volume NaOH

f. Grafik titrasi II asam kuat dan basa kuat berdasarkan praktikum


12
10
8
6
pH HCl
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Volume NaOH

g. Grafik titrasi III asam kuat dan basa kuat berdasarkan praktikum
12

10

6
pH HCl
4

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Volume NaOH

H. Pembahasan
Titrasi adalah proses penentuan banyaknyasuatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dangan jumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Sedangkan reaksi
netralisasi adalah suatu reaksi dimana senyawa asam dan senyawa basa
dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikan hasil reaksi
tersebut sebagai suatu senyawa yang bersifat netral. Berdasarkan hasil
pengamatan pada ercobaan ini, larutan yang akan dititrasi ada dua larutan
yaitu HCl 0,1 M dan larutan NaOH 0,2 M yang keduanya masing-masing
merupakan asam kuat dan basa kuat.
Dalam larutan asam basa, dilakukakn titrasi dengan menggunakan
indikator universal dan indikator phenofatelin atau indikator pp. Indikatot
universal ditandai dengan terjadinya adanya perubahan warna pada kertas
dan dapat mengetahui pH larutan tersebut. Sedangakan pada indikator pp
ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan yang dititrasi
dari yang semulanya bening akan berubahmenjadi merah muda. Indikator
ini digunakan untuk memberikan perubahan warna pada larutan pada
larutan mencapai titik ekuivalen (atau pHnya sama dengan 7).Dan juga
digunakan untuk mengidentifikasi larutan tersebut termasuk asam atau
basa, indikator pp ini tidak terjadi perubahan warana pada asam sedangkan
pada basa terjadi perubahan warna merah muda.
Pada percobaan ini dilakukan Netralisasi Asam-basa, dimana larutan
yang dititrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan jumlah contoh tertentu yang akan dianalisisdan juga titrasi juga
adalah HCl 0,1 Mdan larutan NaOH 0,2 M. Adapun reaksi yang terjadi :
HCl + NaOH NaCl + H O 2

Dari hasil pengamtan yang diperoleh, sebelum penambahan NaOH, pH


yang kami peroleh = 1 dengan menggunakan indikator universal. Setelah
penambahan 1ml NaOH, dan setelah dilakukan penambahan 3 tetes
indikator phenofatelin, dari hasil pengamatan tidak terjadi perubahan
warna, dan setelah ditambahkan 2 tetes lagi, barulah terjadi perubahan
warna. Perbedaan ini disebabkan karena adanya kesalahan praktikan yang
diteliti, kemungkinan dari cara mengaduknya atau kesalahan dalam
melihat warna pada indikator, dan pH yang diperolah 1 setelah
penambahan 1 ml NaOH. Setelah larutan dititrasi sampai mencapai titik
ekuivalen, mol asam dan mol basa yang direaksikan harus sama dengan 7.
Perubahan yang terjadi pada larutan tersebut adalah terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah muda. Indikator yang digunakan adalah
indikator phenofatelin.
Dalam larutan asam basa, dilakukan titrasi dengan menggunakan
indikator universal dan indikator phenofatelin atau indikator pp. Indikator
universal ditandai dengan terjadi adanya perubahan warna pada kertas dan
dapat mengetahui pH larutan tersebut. Sedangkan pada indikator
fenophatelin ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan
yang dititrasi dari yang semulanya bening akan berubah menjadi merah
muda. Indikator yang digunakan untuk memberikan perubahan warna pada
larutan pada saat larutan mencapai titik ekuivalen (atau pHnya sama
dengan 7. Dan juga digunakan untuk mengidentifikasi larutan tersebut
termasuk asam ataukah basa. Indikator ini memiliki memiliki 8,3-10,5;
dimana indikator pp ini tidak terjadi perubahan warna pada asam
sedangkan pada basa terjadi perubahan warna merah muda.
Proses titrasi dilakukan dengan penambahan larutan NaOH ke dalam
larutan HCl sedikit demi sedikit penambahan pH. Pada saat tersebut telah
terjadi maka terjadilah perubahan warna pada larutan yaitu erwarna merah
muda, dan dikatakan telah mencapai titik ekuivalen.
Pada saat melakukan titrasi dilakukan, pH pada larutan dihitung
sebanyak 4 kali dengan menggunakan indikator universal, yaitu sebelum
penambahan NaOH, setelah penambahan NaOH, saat mencapai titik
ekuivalen. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. pH larutan HCl Sebelum penambahan NaOH = 1
2. pH larutan saat penambahan 1 ml NaOH = 13
3. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen =7
4. pH larutan setelah melewati titik ekuivalen =
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali, pada titrasi pertama, pH larutan yang
diperoleh pada saat mencapai titik ekuivalen adalah 7, dan pH larutan pada
saat melewati titik ekuivalen adalah 8, dan volume NaOH yang digunakan
adalah masing-masing 5 ml. Pada titrasi saat mencapai titik ekuivalen pH
yang didapatkan hasilnya sama dengan teori adalah 7. Pada saat melewati
titik ekuivalen pH yang didapatkan 8 hasil ini tersebut tidak sama dengan
teori.

I. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1. PH yang dihasilkan sebelum dan sesudah penambahan NaOH yaitu 1
dan 13. Sedangkan pH yang dihasilkan pada saat mencapai titik
ekuivalen dan pada saat melewati titik ekuivalen yaitu 7 dan 8.
2. Pada percobaan ini digunakan indikator phenofatelin yang berfungsi
untuk mengidentifikasi tercapainya titik ekuivalen yang ditandai
dengan adanya perubahan warna .
3. Titrasi merupakan penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dengan jumlah contoh tertentu yang akan dianalisi.
b. Saran
1. Untuk asisten, diharapkan asisten terus memantau praktikannya pada
saat melakukan praktikum agar tidak terjadi kerusakan pada alat dan
pengamatannya tidak salah
2. Untuk praktikan, diharapkan agar mendengar arahan dari asistennya
agar tidak terjadi kerusakan pada alat yang ada dilaboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ktiga
Jilid 1. Jakarta:Erlangga

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ktiga


Jilid 2. Jakarta:Erlangga

Harjanti, Ratna. 2008. Jurnal vol 2 No.2. Pemungutan Kurkumin dari


Kunyit (curcama domestica val) dan Pemakaiannya Sebagai
Indikator Analisis Volimetri. Yoyakarta.

Keenan, Kleinfelter Wood A, Hadyana. 1999. Kimia Untuk


Universitas . Jakarta: Erlangga.

Nuryanti, Siti. 2010. Jurnal. Indikator Titrasi Asam Basa Dari Ekstrak
Bunga Sepatu. Yogyakarta: AGRITECH

Sugiyarto.r, Kristian H.

Syukri S. 2002. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai